Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang
penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat
mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2016). Kolik abdomen adalah suatu
keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya,
karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan
dengan segera.
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2015).

2. Anatomi Fsiologi
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati
dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir
pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka
saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan
secara anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja panjang
duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen treltz berupa sebuah ligamen
yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan
duodenum dan jejenum. Sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut ileum.
Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan.
Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui
katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus
halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon / usus besar :
 Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari :
 Caecum
 Colon pars desendens
 Colon Pars aseenden
 Rectum
 Colon transversum
 Lapisan usus besar ini terdiri dari
 Tunika serosa
 Tunika submukosa
 Tunika muskularis
 Tunika mukosa

3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat
bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak
bekerja secara efektif) (Reeves, 2015).

4. Patofsiologi
Peristiwa patofsiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten
akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi
gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan
distensi dan kehilangan B2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga
terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok
hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang
meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen.
5. Pathway

Mekanis : Non Mekanis :


Adhesi Ileus paralitik
Karsinoma Lesi medulla spinalis
volvulus Entiritis regional
Obstipasi Ketidakseimbangan elekrolit
Polip Uremia

Obstruksi usus

Perubahan status Kurang


Kolik abdomen informasi
kesehatan

Kurang
Peningkatan tekanan Penurunan absorbsi
informasi
intraluminal

Hipersekresi mukosa
Distensi berisi gas, Ansietas
usus
cairan dan elekrolit

Kehilangan volume
Gangguan vaskuler
sistemik

Statis vena Dehidrasi

Edema dinding usus Kekurangan volume


cairan
Peningkatan distensi Peningkatan tekanan
dinding usus intra abdomen

Nyeri
6. Manifestasi klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram,
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar
(Reeves, 2015).

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital.
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
c. Pemeriksaan rectal.
d. Laboratorium : leukosit, HB.
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang
tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung
SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase
karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2015).

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di
lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves,
2015).

9. Komplikasi
1. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus ).
2. Kolik biliaris.
3. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang ) (Reeves, 2015).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Umum
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen,
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus
(awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.
b. Khusus
1) Usus halus.
a) Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi.
b) Distensi ringan.
c) Mual.
d) Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya
muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
e) Dehidrasi.
2) Usus besar.
a) Ketidaknyamana abdominal ringan.
b) Distensi berat.
c) Muntah fekal laten.
d) Dehidrasi laten : asidosis jarang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Tanda vital normal.
2) Masukan dan haluaran seimbang.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok.
2) Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.
3) Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi.
4) Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada
posisi yang benar.
5) Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam.
6) Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam.
7) Pantau elektrolit, Hb dan Ht.
8) Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi.
9) Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga
dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah
diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
10) Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
11) Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
12) Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.

b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.


Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol.
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri
pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
2) Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.
3) Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin.
4) Berikan periode istirahat terencana.
5) Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
6) Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
7) Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema
perlahan bila dipesankan.
8) Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.


Tujuan : Ansietas teratasi
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi
ansietas.
Intervensi :
1) Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu lalu.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan
penenangan.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit,
tindakan dan prognosis.
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
5) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

H. Syaifuddin Drs. B.Ac. 2015. Anatomi Fisiologi. EGC: Jakarta.


Nettina, Sandra M. 2016. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC: Jakarta.
Reeves, Charlene J. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika: Jakarta
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS KOLIK ABDOMEN
DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA
PROVENSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RISTIYANI S. ARBI

NIM : 2018032053

CI LAHAN CI INSTITUSI

____________ ____________

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN Nn. P KASUS KOLIK ABDOMEN
DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA
PROVENSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RISTIYANI S. ARBI

NIM : 2018032053

CI LAHAN CI INSTITUSI

____________ ____________

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai