Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya
anggrek diperkirakan sekitar 5000 jenis spesies anggrek tersebar di wilayah
Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang
memiliki nilai komersial tinggi. Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman
holtikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, hias, tanaman
khususnya warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta
vase life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai tarik daya dan tinggi
estetika tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya.
Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan
telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol, pemeliharaan bibit
ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama
pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol
ke lingkungan non aseptik. Seringkali tanaman yang berada dalam tahap
aklimatisasi sebagian besar tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan tanaman hasil kultur
relative lebih rentan terhadap lingkungan yang suhunya tidak tetap, selain itu faktor
keterampilan atau skill dari sumber daya manusia menjadi salah satu penentu
keberhasilan tahap ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud aktimalisasi anggrek?
2. Bagaimana media yang baik untuk aklimatisasi anggrek?
3. Bagaimana cara aktimalisasi pada anggrek?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian aklimatisasi anggrek
2. Untuk menjelaskan media yang baik bagi aklimatisasi anggrek
3. Untuk menjelaskan tahapan aklimatisasi anggrek

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aklimatisasi Anggrek


Aklimatisasi merupakan proses tanaman asal in vitro yang sebelumnya di
tumbuhkan di dalam botol kultur dengan suplai media yang lengkap. Aklimatisasi
juga merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran
dilakukan dengan ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih
yang siap ditanam di lapangan.1 Dalam kata lain, aklimatisasi merupakan kegiatan
memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke lahan budidaya.2
Aklimatisasi merupakan masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi
lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Disamping itu tanaman juga harus
mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof. Planlet
dikelompokkan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam.
Sebelum ditanam planlet sebaiknya diseleksi terlebih dahulu berdasarkan
kelengkapan organ, memiliki pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantab artinya
tidak tembus pandang dan pertumbuhan akarnya bagus.3
Tahap aklimatisasi penting dilakukan mengingat tujuan kita mengkulturkan
bagian tanaman adalah semata-mata untuk mengembangbiakan tanaman agar
diperoleh anakan baru yang nantinya dapat bereproduksi. Tanaman yang tidak

1
Adiputa, “Perubahan Biosintesis Sukrosa Sebelum Pertumbuhan Kuncup Ketiak pada Pan (Vanilla
planifolia)”, diakses dari https://www.acad.edu/18476011/aklimatisasi pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul
10:46
2
Koeswianti, “Biologi Kultur Jaringan, Bahan Ajar Kuliah Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin”, diunduh dari http://books.google.com/books pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 07.10
3
Lesar, “Aclimatization of Terrestrial Orchid (Bletilla stiata) Rchb.f. (Orchidaccae) Prograted under in vitro
Conditions volume 1”, hlm 69-75

2
aklimatisasi nantinya kan mengalami kekurangan nutrisi karena kandungan hara
dalam media lama kelamaan akan habis mengingat jumlahnya juga terbatas.4
Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai berikut:
1. Lingkungan sekitar tempat penanman harus dijaga, kelembapan harus
harus tinggi (±85%), suhu relatif rendah (27-29ºC)
2. Naungan diperlukan agar intensitas cahaya matahari dan butiran-butiran
air hujan yang deras berkurang
3. Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik
4. Saat dikeluarkan dari botol kultur ke media semisteril, bibit harus sudah
bersih dari medium agar terutama bagian akar

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan


aklimatisasi antara lain:

1. Terjadinya proses transiprasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan


hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman
2. Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis
3. Terjadinya pembusukan atau kontaminasi oleh mikroorganisme5

Tanaman banyak di budidayakan dengan kultur jaringan adalah anggrek


jenis Dendrobium. Dendrobium memiliki organ yang dapat menyimpan air dengan
baik, yang disebut canes untuk dapat tumbuh dan subur. Ada banyak jenis
Dendrobium yang dikembangkan. Namun silangan Dendrobium phalaneopsis
adalah yang paling banyak ditemui. Untuk setiap jenis yang berbeda, Dendrobium
dibudidayakan dengan cara yang berbeda pula. Tanaman anggrek Dendrobium
merupakan salah satu jenis tanaman anggrek yang mempunyai harga ekonomi yang

4
Santoso dan Fatimah, Kultur Jaringan Tanaman (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press
2003)hlm 5
5
Darmono, Menghasilkan Anggrek Silangan (Jakarta: Penebar Swadaya)hlm 13

3
tinggi. Selain dijadikan tanaman hias, anggrek juga dibudidayakan pada usaha
bunga potong atau bunga rangkai dengan harga jual yang relatif mahal. 6

Anggrek Dendrobium merupakan salah satu jenis tanaman yang sulit


berkembangbiak baik secara vegetatif ataupun generatif. Oleh karena itu, upaya
yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman anggrek Dendrobium adalah
dengan teknik kultur jaringan.7
B. Media yang Baik bagi Aklimatisasi Anggrek
Anggrek Dendrobium digemari karena tampilannya yang indah dan
menggambarkan prestise bagi yang membudidayakannya dan yang
menggunakannya, hingga banyak dinikmati oleh konsumen baik Nasional maupun
Internasional. Permintaan yang terus meningkat harus diikuti dengan persediaan
bibit dalam jumlah yang besar dan mutu yang baik. Proses budidaya anggrek
memerlukan penanganan khusus terutama lingkungan tumbuhnya harus sesuai
dengan habitat asli tanaman tersebut, agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi lebih baik, terutama media tanam perlu mendapatkan perhatian khusus. 8
Media tanam anggrek sudah banyak diteliti dan digunakan untuk
pertumbuhan bibit. Media tanam yang sering digunakan adalah arang, sabut kelapa,
dan akar pakis. Media tanam tersebut tidak semuanya cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggrek. Anggrek menghendaki media tanam yang dapat
menyimpan air dan bebas dari jamur, bakteri dan mudah lapuk, karena anggrek
merupakan tanaman yang bersifat epifit. Anggrek membutuhkan media tanam yang
dapat menyediakan bahan organic sebagai sumber nutrisi yang dibutuhkannya. 9
Media tanam sangat penting bagi pertumbuhan tanaman anggrek, dimana
untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang maksimal haruslah menggunakan

6
Marlin, “Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan Tanaman”, diunduh dari
http://books.google.com/books pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 16.25
7
Ibid, diunduh dari http://books.google.com/books pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 16.25
8
L Setiawan, Merawat Dendrobium, (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 2003)67
9
Ibid, 69

4
media yang sesuai dengan masing-masing anggrek, dari segi mendapatkan semua
media ini sangat mudah dan harga relatif murah.

1. Sabut Kelapa
Penggunaan media tumbuh sabut kelapa, sabut kelapa memiliki keuntungan
dapat menyerap air dengan baik dan adanya senyawa organik. Namun dibalik
keuntungan tersebut media sabut kelapa juga memiliki kelemahan, salah satunya
sabut kelapa bersifat mudah terurai dan menyerap banyak air sehingga jamur dan
bakteri sangat mudah berkembang yang berakibat dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman anggrek dan hal ini juga diduga dapat berpengaruhnya
terhadap persentase tumbuh pada tanaman anggrek. Menurut Setiawan (2003), daya
simpan air sangat tinggi pada media sabut kelapa, tetapi hal ini dapat menimbulkan
serangan hama dan penyakit di bagian akar. Kelemahan pada media sabut kelapa
mengakibatkan persentase tumbuh pada tanaman anggrek Dendrobium pada
umumnya rendah karena banyaknya ditemui anggrek tidak mampu hidup. 10
2. Akar Pakis
Penggunaan media akar pakis juga mempunyai keuntungan dimana mampu
menyerap air dengan baik, struktur pakis yang miliki rongga udara mampu menjaga
kelembaban media karena sirkulasi udaranya lancar. Media pakis memiliki
keunggulan dibandingkan media tanam yang lain dalam menyimpan air, tata udara
baik dan drainase yang baik, proses pelapukannya bertahap sehingga unsur hara
yang dibutuhkan oleh anggrek dapat terpenuhi selama proses pertumbuhan. Media
pakis mengandung senyawa gula, asam amino, asam alifatik, dan ester yang
dibutuhkan tanaman anggrek, pakis juga tidak cepat lapuk sehingga tanaman
mendapatkan unsur hara dalam waktu yang lama.11

10
Ibid, 70
Surtinah, S., dan Mutryarny, E. (2013). Frekuensi Pemberian Grow Quick LB Terhadap
11

Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Pada Stadia Komunitas Pot. Jurnal Ilmiah Pertanian,
10(2), 31-40.

5
3. Arang kayu
Arang kayu memiliki keuntungan dimana tidak mudah lapuk dan tidak
mudah juga untuk ditumbuhi cendawan dan bakteri. Namun kelemahan dari arang
kayu tidak dapat mengikat air terlalu lama, sesuai dengan sifat arang yang gampang
menyerap air dan gampang pula untuk melepaskan atau menguapkan air yang
diterimah nya. Maka penyiram diharuskan dapat lebih terkontrol agar kebutuhan
akan air tanaman tetap terpenuhi. Dimana, dari penyiraman yang dilakukan arang
hanya bisa mampu menahan air dalam jumlah sedikit. Media tumbuh yang
memenuhi syarat untuk pertumbuhan anggrek adalah media tanam yang dapat
mempertahankan kelembaban dan dapat sebagai tempat menyimpan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman anggrek. 12
C. Tahapan Aklimatisasi Anggrek
Seluruh rangkaian proses kultur jaringan, pada akhirnya bertujuan
menghasilkan produk berupa tanaman kultur jaringan yang memiliki kualitas
unggul. Tanaman-tanaman ini, setelah kurun waktu tertentu dibesarkan di ruang
kultur, maka untuk kelanjutannya harus di tanam di lapang. Untuk keperluan
tersebut maka tanaman hasil kultur tersebut terlebih harus melewati tahapan
aklimatisasi.
Aklimatisasi dapat disebut sebagai tahapan penyesuaian diri, sebelum pada
akhirnya tanaman mampu hidup di lapangan. Tahapan ini sering diabaikan oleh
banyak orang, mereka senantiasa lebih terfokus pada perawatan tanaman in
vitronya. Padahal, seunggul apapun tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur
jaringan tersebut, jika tidak dilakukan proses aklimatisasi dengan benar maka
tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan tersebut akan mati.
Tahapan aklimatisasi merupakan satu tahapan kritis. Mengapa dikatakan
demikian? karena tahapan ini merupakan tahapan peralihan dari keadaan yang

12
Ibid, 31-40

6
selama ini terkondisi dengan baik di dalam ruang kultur; menuju ke kondisi alam
yang suhu, iklim, temperatur dan lainnya dapat berubah-ubah.13
Prosedur Aklimatisasi
1. Menyiapkan wadah
Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil kultur.
Jenis wadah yang dapat digunakan meliputi: pot terbuat dari tanah liat atau plastik,
sabut kelapa tua, tempurung kelapa tua dan batang pakis. Wadah yang harus
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)
 Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan media
tanam
 Tidak mudah lapuk
 Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit
2. Menyiapkan media
Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan
media tanam untuk aklimatisasi adalah :
 Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik
 Memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban
 Mempunyai aerasi yang baik
 Tahan lama dan tidak mudah lapuk
 Memiliki derajat keasaman pH 5-6

3. Menyiapkan tempat
Tempat yang digunakan untuk memelihara tanaman hasil kultur harus
mempunyai :
 Intensitas cahaya matahari 35-45%

13
Sri Wardani, Hot Setiado dan Syarifuddin Ilyas, Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp), Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
USU, Medan.

7
 Suhu 18-24ºC (malam) dan suhu 21-32ºC
 Ketinggian tempat 0-700 Meter
 Kelembapan 60-85% dan mempunyai aerasi atau sirkulasi udara
Dalam memilih tempat harus memperhatikan hal-halseperti lingkungan
harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit, kondisi lingkungan
disesuaikan dengan kondisi tanaman baik suhu, kelembaban, dan cahaya.14
Teknik Pelaksanaan Aklimatisasi
Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan kegiatan memindahkan bibit dari botol dan
di tanam dalam pot dengan media moss. Bibit dalam botol yang dapat ditanam dalam pot
kompot (komunitas pot) adalah bibit yang telah memiliki minimal dua akar dan dua daun.
Kegiatan dalam aklimatisasi meliputi persiapan bibit dan menanaman bibit dalam pot.
1. Persiapan Bibit
Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
a. Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol
Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol dilakukan dengan
mengeluarkan satu persatu bibit dari botol dengan menggunakan kawat dengan
ujung huruf U.
b. Pencucian bibit dan Pengeringan bibit
Tanaman yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dicuci sebanyak
dua kali dengan air dan dikeringkan agar tanaman tidak busuk pada saat ditanam
dalam kompot.
2. Penanaman Bibit dalam Pot
Kegiatan penanaman bibit dilakukan setelah bibit selesai dikeringkan.
Penanaman bibit muda menggunakan kompot. Cara penanaman bibit yang
dilakukan yaitu membungkus bagian akar tanaman dengan media tanam spaghnum
moss sebanyak segenggam kecil tangan kemudian memasukkan bagian akar

14
http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/tahapan-tahapan-kultur-jaringan.html diakses 1 November
2019 pukul 12:35

8
tanaman yang sudah dibungkus ke dalam pot dan moss dipadatkan disekitar bibit
agar bibit tertanam cukup kuat dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan.
Pada saat penanaman posisi bibit harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang
tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga
tidak boleh kempos atau renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan akar lebih
luas merata dan memiliki tanaman yang kokoh.15
Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam
membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara optimal.
Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi.16

15
Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah, dan Dewi Sukma, Pembibitan (Kultur Jaringan hingga
Pembesaran) Anggrek Phalaenopsis di Hasanudin Orchids Jawa Timur, Bul. Agrohorti 6 (3), 2018, 434.
16
Aditya, E.N.R., Budidaya Tanaman Anggrek : Pengelolaan Pembibitan Anggrek Phalaenopsisdi PT.
Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor, 2009.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada isi makalah diatas, maka dapat di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:
Aklimatisasi merupakan proses tanaman asal in vitro yang sebelumnya di
tumbuhkan di dalam botol kultur dengan suplai media yang lengkap. Dengan proses
pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan dengan ex vitro)
di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah atau pakis
sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih yang siap ditanam di
lapangan
Media tanam anggrek yang sering digunakan adalah arang, sabut kelapa, dan
akar pakis. Anggrek menghendaki media tanam yang dapat menyimpan air dan
bebas dari jamur, bakteri dan mudah lapuk, karena anggrek merupakan tanaman
yang bersifat epifit.
Terdapat dua tahapan dalam proses aklimatisasi yaitu persiapan bibit dan
penanaman bibit dalam pot.

B. Saran
Dalam tahapan aklimatisasi sebaiknya menggunakan media yang baik dan
sesuai dengan media tanam yang dapat menyediakan bahan organic sebagai sumber
nutrisi yang dibutuhkannya. Agar hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang
telah diharapkan oleh produsen.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra I G K., AA. Suardana, I Md Sumarya, I. Sitepu. Sudiartawan. 2007.


Perubahan Biosintesis Sukrosa Sebelum Pertumbuhan Kuncup Ketiak pada
Pan (Vanilla planifolia). Laporan hibah bersaing I, Program Studi Biologi,
Fak.MIPA. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia. Diakses dari
https://www.acad.edu/18476011/aklimatisasi pada Rabu, 30 Oktober 2019
Aditya, E.N.R. 2009. Budidaya Tanaman Anggrek : Pengelolaan Pembibitan
Anggrek Phalaenopsisdi PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya
Lesar, Helena., B, Hlebec, dkk. 2012. “Aclimatization of Terrestrial Orchid (Bletilla
stiata) Rchb.f. (Orchidaccae) Prograted under in vitro Conditions” volume 1
(hlm 69-75): Acta agriculturae Slovenica
Malin, Usman K J, Atra R. 2009. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan
Tanaman. Bengkulu: Universitas Bengkulu Press. Diakses dari
http://books.google.com/books
Santoso, U., dan Fatimah Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Setiawan, L. 2003. Merawat Dendrobium. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Surtinah, S., dan Mutryarny, E. 2013. Frekuensi Pemberian Grow Quick LB


Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Pada Stadia Komunitas
Pot. Jurnal Ilmiah Pertanian, 10(2), 31-40.

Sri Wardani, Dkk. 2016. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp), Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan.

11
Koeswianti, T. 2013. Biologi Kultur Jaringan, Bahan Ajar Kuliah Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Bandung: Universitas
Hasanuddin Press. Diakses dari http://books.google.com/books
Zahra Fadhlia Yasmin, Dkk. 2018. Pembibitan (Kultur Jaringan hingga
Pembesaran) Anggrek Phalaenopsis di Hasanudin Orchids Jawa Timur, Bul.
Agrohorti

12

Anda mungkin juga menyukai