Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN KATARAK


DI LANTAI 3 RUANG OK RSUD BUDHI ASIH

DISUSUN OLEH

DINA NURWIDYASTUTI

1910721020

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
Konsep Dasar Medis

A. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah organ indra yang memiliki
reseptor peka cahaya yang disebut
fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan
reseptor, sisten lensa, dan sistem saraf, indra
penglihatan yangterletak pada mata(organ
visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat
bantu mata) danokulus(bola mata). Saraf indra
penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial
kedua), muncul darisel-sel ganglion dalam
rebina, bergabung untuk membentuk saraf
optikus.

Fisiologi Penglihatan
1. Bagian Luar
Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari bendabenda asing.
Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata.
Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata
(menutup dan membuka mata)
Kelenjar air berfungsi untuk menghasilkan air mata yang bertugas untuk menjaga mata agar
tetap lembab (tidak kekeringan).
2. Bagian Dalam
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan, memberikan perlindungan
padasklera dan memberi pelumasan pada bola mata. Sklera berfungsi sebagai pelindung mata
dari kerusakan mekanis dan men!adi tempat melekatnya otot mata. Kornea berfungsi sebagai
pelindung mata agar tetap bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal
dari kelenjar air mata. Koroid Memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah
refleksi internal cahaya. Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pupil berfungsi
untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata. Lensa berfungsi
memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa, lensa berperan penting pada
pembiasan cahaya. Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls
saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik. Aqueos humor berfungsi menjaga
bentuk kantong depan bola mata. Vitreous humor berfungsi menyokong lensa dan menjaga
bentuk bola mata. Bintik kuning terdapat di retina pada mata dan berfungsi untuk menerima
cahaya dan meneruskan ke otak.Saraf optik berfungsi untuk meneruskan sebuah
rangsang cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibaca oleh saraf nantinya
diproses di otak. Dan dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
B. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa yang kebanyakan dapat ditemukan pada lansia berusia
diatas 70 tahun. Katarak merupakan penyebab penurunan pengelihatan dan kebutaan di
seluruh dunia (Black & Jane, 2014).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).

C. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam:
a. Katarak kongeniatal, yaitu katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia
40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah:
1) Katarak insipien: kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak
terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung
diabaikan.
2) Katarak immataur: lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur: proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan ber tambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat
membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-
hari.
4) Katarak hipermatur: terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang
lainya.

D. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain:
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Genetik
4. Diabetes melitus
5. Merokok
6. Konsumsi alkohol
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik

E. Patofisiologi

F. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Penurunan ketajaman penglihatan dan silau
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya:
1. Retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih
G. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

H. Pemeriksaan Penunjang
 Kartu mata snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina
 Lapang Penglihatan: penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma
 Pengukuran Tonografi: TIO (12–25 mmHg)
 Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma
 Tes Provokatif: menentukan adanya/tipe glukoma
 Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan
 Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi
 EKG, kolesterol serum, lipid
 Tes toleransi glukosa : kotrol DM
 Keratometri
 Pemeriksaan lampu slit
 A-scan ultrasound (echography)
 Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi
 USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

I. Penatalaksanaan
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps
viterus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan utuk
implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan
dimasukannya lensa intraokuler ke dalam 3 kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan
diperlukan koreksi visus lebih lanjut. Visus basanya pulih dalam tiga bulan setelah
pembedahan. Tehnik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi,
jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction)
(Istiqomah,2003).
b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah
kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresikotinggi
mengalami retinal detachmentdan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman
lensa intraokuler.Salahsatu tehnik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat. Menurut (Ilyas,2003)
pembedahan dengan cara ini mengurangi penyulit yang sering terjadi pada tehnik
ECCE.
Untuk pencegahan, disarankan agar banyak mengkonsumsi buah- buahan yang banyak
mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan
sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan
topi saat keluar pada siang hari

J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta
riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazinB.

Diagnosa Keperawatan:
Pre operasi
1. Gangguan persepsi sensori- perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihata
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.

Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh.
3. Gangguan persepsi sensori- perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.

Intervensi Keperawatan:
Gangguan persepsi sensori- perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.

Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan dengan kriteria hasil:
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi:
- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
- Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yangtidak
dioperasi.
- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih
lanjut.
- Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC

Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Nettina, Sandra M. 2001.
Pedoman Praktik Keperawatan
. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku pedoman Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai