Anda di halaman 1dari 40

Modul Praktikum

M ata Kuliah
Orga nisasi da n Ma na jemen Pelaya na n
Kebida nan

Progr am Studi D iplo ma I V K ebid an an


M etro
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang
organisasi dan manajemen dalam pelayanan kebidanan dengan pokok bahasan : konsep
organisasi, manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan kesehatan sebagai
pedoman dalam menjalankan peran pengelola pelayanan kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan panduan praktikum adalah agar mahasiswa
mampu mengintegrasikan konsep organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan
yang membentuk dasar kemampuan memformulasi penyelesaian masalah praktik
kebidanan di masyarakat serta pemberdayaan masyarakat secara
berkesinambungan.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu melakukan prosedur
ketrampilan sebagai berikut.
a. Menjelaskan konsep organisasi dan manajemen
b. Menjelaskan konsep kepemimpinan
c. Membuat perencanaan, pengorganisasian pelayanan kesehatan
d. Mendemonstrasikan langkah-langkah pengorganisasian dan manajemen
e. Mengelola kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan
BAB II

MATERI PRAKTIKUM

A. KEGIATAN PRAKTIKUM I “TELAAH TINGKATAN MANAJEMEN DI RS


DAN PUSKESMAS”

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua
jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesahatan dan pelayanan
administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang
medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Dalam
perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi
masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik RS yang pada
awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap
pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan
masyarakat. Pelayanan kesehatan di RS saat ini tidak saja bersifat kuratif
(penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan
secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif).

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setalah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami dan
menganalisa telaah tingkatan manajemen di RS dan Puskesmas . Capaian
pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa
diharapkan mampu:
Menelaah tipe-tipe kepemimpinan sesuai kasus yang diberikan

3. DASAR TEORI
a. Rumah Sakit
1. Pengertian
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesahatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat
darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Dalam perkembangannya
pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat.
Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik RS yang pada
awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif)
terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS kemudian bergeser karena
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan
pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di RS saat ini
tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan
(rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi
kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran
pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya
memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian
dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di RS
merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik).
Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat
karya, dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal
rujukan medik, RS juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik
(pusat rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya.
Sifat pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada
empat jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu
kelas A, B, C, dan D. Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah
Sakit yang lebih rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas.
Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan
kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan
teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan
dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif)
Dan berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada
yang menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia
sudah pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan
profesionalisme staf, tersedianya peralatan yang lebih canggih, dan lebih
sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat untuk peningkatan
mutu pelayanan kesehatan RS

2. Penerapan Manajemen Rumah Sakit

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi


pada kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus
menciptakan kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance
Excellence merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh
setiap organisasi untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh
perusahaan penyedia jasa pelayanan kesehatan.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit
untuk menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui pemberian
pelayanan yang bagus serta tindakan medis yang akurat dan mekanisme
pengelolaan mutu tentunya. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola
rumah sakit swasta dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah
konsumen adalah pelayanan. Tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas dan nyaman semakin meningkat, sesuai dengan meningkatnya
kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu mendapat perhatian
dari pengelola rumah sakit.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar


seperti Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan
peralatan medis yang prima dapat kita temukan di setiap sudut kota, sehingga
masyarakat konsumen yang tadinya harus ke luar negeri demi servis dan
kualitas dokter yang prima, sekarang tidak perlu lagi ke luar negeri.

Dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen,


rumah sakit berusaha untuk mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap,
sekaligus memperkerjakan dokter waktu dan dokter kontrak. Bahkan di
beberapa rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dapat kita jumpai pelayanan
Unit Gawat Darurat (UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun dokter
kontrak.
Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap
seperti laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan
yang serba lengkap. Sedangkan untuk tenaga dokternya mereka mengambil
dokter-dokter spesialis yang terkenal dan pengelola rumah sakit menganggap
dokter spesialis dan pasiennya sebagai “customer” mereka

Untuk menjaga agar dokter spesialis ternama tersebut tetap


menjadi customer mereka, maka pihak rumah sakit melakukan strategi
sedemikian rupa. Diantaranya dengan menyediakan peralatan medis yang
dikehendaki oleh para dokter tersebut

Sedangkan untuk menghasilkan mekanisme pengelolaan mutu yang


bagus, perusahaan dalam hal ini rumah sakit perlu menerapkan metode
pengukuran yang efektif untuk dapat menganalisis dan menemukan dimensi
mutu 0 yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai mutu yang
tinggi. Salah satu model pengukuran yang sudah dikenal luas dan terbukti
secara efektif membantu keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu
adalah sistem Malcolm Baldrige National Quality Award. Malcolm Baldrige
National Quality Awards (MBNQA) merupakan sistem manajemen yang
sangat efektif untuk menghasilkan loyalitas pelanggan dan kinerja tinggi bila
diterapkan dengan tepat.

Kriteria penilaian/pengukuran kinerja yang dimiliki oleh MBNQA juga


dapat digunakan oleh industri jasa pelayanan kesehatan, yang disebut
dengan Performance Excellence for Health Care based on MBNQA. Kriteria
dari Performance Excellence for Health Care based on MBNQA terdiri dari 7
kategori, yaitu: Health Care Results, Patient -and Other Customer- Focused
Results, Financial and Market Results, Staff and Work System Results,
Organizational Effectiveness Results, Governance and Social Responsibility
Results.

Dengan penerapan sistem manajemen mutu secara menyeluruh dan


model pengukuran tepat maka perusahaan akan menjadi perusahaan kelas
dunia yang siap memenangkan persaingan. Dalam penerapannya, manajemen
di rumah sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah sakit dan fungsi
pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit.
3. Fungsi Perencanaan Rumah Sakit

Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang


dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
suatu organisasi.

Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai


“Protective bennefits” yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan dan “Positive benefit” yaitu
untuk peningkatan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi perencanaan di
bidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan fungsi yang penting karena akan menentukan


fungsi-fungsi manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Perencanaan manajerial akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang
akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.

Manfaat Perencanaan Rumah Sakit

1. Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui:

2. Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya.

3. Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan


tersebut.

4. Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan.

5. Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.

6. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan di rumah sakit.


7. Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu
dikembangkan oleh manajer dan perlu dilaksanakan.

Keuntungan perencanaan rumah sakit yang baik:

1. Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.

2. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

3. Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.

4. Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi


pengawasan.

5. Kerugian perencanaan rumah sakit:

6. Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang


akan datang.

7. Memerlukan biaya yang cukup besar.

8. Hambatan psikologis.

9. Menghambat timbulnya inisiatif.

10. Terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

4. PROSEDUR KERJA
Metode: Stud Kasus

5. DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi

Syarifudin.2009. Organisasi dan Manajegemn Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan. TIM. Jakarta

Satrianegara F & Saleha,S.BUKU Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
B. KEGIATAN PRAKTIKUM II “ TELAAH TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN”

1. PENDAHULUAN
Menurut kodratnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas
sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan
pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang
semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah
dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat
manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan
pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya
manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan
manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan
untuk menjadi seorang pemimpin.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setalah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami dan
menganalisa konsep tipe-tipe kepemimpinan. Capaian pembelajaran yang akan
dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa diharapkan mampu:
Menelaah tipe-tipe kepemimpinan sesuai kasus yang diberikan
3. DASAR TEORI
a. Hakikat Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan.” Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas
pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar
bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak
sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata
lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi
antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal
balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam
menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan
untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara
maksimal.
b. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman
Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab,
maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai
potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas


mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh,
teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat
dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
b. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap
anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang
diinginkan.
c. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan
diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya
dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil
inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari
para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa
kekangan. Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada
kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan
laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai
macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan
diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau
tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi,
posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai
oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar
mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam


Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph
Reitz (1981) yang dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin


dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila
terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan
dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi. Selanjutnya
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut :
Sebagai pelaksana (executive).

1. Sebagai perencana (planner).

2. Sebagai seorangahli (expert)


3. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative)

4. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of


internal relationship)

5. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of


rewards and punishments)

6. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

7. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

8. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)

9. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for


individual responsibility)

10. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)

11. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)

12. Sebagai kambing hitam (scape goat)

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu


kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu
juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M.
Ngalim Purwanto, sebagai berikut :

6. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.

7. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan


yang benar-benar dapat dicapai.

8. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka,


mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan
akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau
tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan
diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan
tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan
peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana
kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu
kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan.

4. PROSEDUR KERJA

Metode : membuat studi kasus

5. DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi

Syarifudin.2009. Organisasi dan Manajegemn Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan. TIM. Jakarta

Satrianegara F & Saleha,S.BUKU Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
C. KEGIATAN PRAKTIKUM III “MENDEMONSTRASIKAN UNSUR
MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

1. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah merupakan salah satu dari hak asasi manusia, seperti
termaktub dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia, mengandung suatu kewajiban
untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk
tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Hal ini
melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi.
Di setiap kegiatan ataupun organisasi, pastinya memiliki unsur manajemen
didalamnya. Dengan adanya manajemen maka semua kegiatan dari organisasi
tersebut dapat dijalankan secara sistematis, rapi dan sesuai dengan apa yang di
inginkan untuk mencapai tujuan. Seperti halnya organisasi yang memiliki unsur
manajemen di dalamnya, maka dalam sebuah praktik pelayanan kesehatan pun
terdapat unsur manajemen di dalamnya. Unsur-unsur manajemen dalam pelayanan
kebidanan antara lain ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian, serta pencatatan dan pelaporan.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setalah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami dan
menganalisa mendemontrasikan unsur manajemen dalam pelayanan kebidanan.
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum
mahasiswa diharapkan mampu:
Membuat proposal pendiri BPS ditinjau dari perencanaan SDM, Keuangan Dan
Perlengkapan dengan tepat

3. DASAR TEORI
Unsur-Unsur Manajemen Dalam Pelayanan Kesehatan

a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan,
menyusun dan menetapkan rangkaian kegianan untuk mencapainya. Dalam
bidang kesehatan sendiri, manajemen merupakan proses merumuskan
masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manfaat perencanaan dari manajemen ialah :

1. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan


dan cara mencapainya.

2. Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan.

3. Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya.

4. Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai.

Proses perencanaan :

1. Analisa situasi

Dilakukan dengan pendekatan SWOT (Stregth, Weakness, Opporcunity,


Treath)

2. Identifikasi masalah

6 langkah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ialah :

1) Apa masalah kesehatan yang sedang dihadapi ?

2) Apa masalah yang sering dihadapi ?

3) Apa faktor-faktor penyebabnya ?

4) Siapa kelompok masyarakat yang paling banyak menderita ?

5) Apa kemungkinan dampak yang muncul, bila masalah kesehatan


tersebut tidak tertangani ?

6) Apa upaya program untuk mengatasi masalah tersebut ?


3. Menetapkan Prioritas Masalah

Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni melalui teknik


scoring (memberikan nilai terhadap masalah tersebut dengan
menggunakan ukuran/parameter). Dan dengan teknik non scoring yakni
dengan melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu disebut juga Nominal
Group Tecnique.

4. Menetapkan Tujuan Program

Suatu tujuan operasional suatu manajemen harus mengandung unsur

1) What ; kegiatan apa yang dikerjakan harus jelas

2) Who ; Sasarannya harus jelas, siapa yang akan mengerjakan, berapa


yang ingin dicapai.

3) When ; Kejelasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

4) How; Prosedur kerjanya jelas dan harus sesuai dengan standar


pelayanan kesehatan.

5) Why : Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan dengan penjelasan yang


jelas.

6) Where ; Kapan dan dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.

7) Jika perlu ditambah which ; siapa yang terkait dengan kegiatan


tersebut.

5. Menetapkan Rencana Kerja

Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan


dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pengorganisasian

Alat yang akan dapat merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi dan hal
yang paling pokok adalah pembagian tugas atau merupakan alat untuk
memadukan/mensinkronisasikan semua kegiatan yang beraspek personil
personil, financial, material, dan tatacara dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Manfaat organisasi adalah :

1. Pembagian tugas untuk perorangan/kelompok

2. Hubungan koordinasi dalam kegiatan yang akan dilakukan antar anggota


organisasi dulu.

3. Pendelegasian wewenang

4. Pemanfaatan fasilitas fisik dan anggota.

Langkah-langkah pengorganisasian ialah :

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh pelaksana dan tertuang dalam


perencanaan

2. Membagi habis kegiatan apa yang akan dilakukan dan apa yang akan
dikerjakan.

3. Menggolongkan kegiatan pokok dalam satuan kegiatan yang prakris untuk


dikerjakan petugas.

4. Menetapkan apa yang akan dikerjakan oleh petugas pelayanan

5. Memilih petugas yang cakap untuk mengerjakan kegiatan yang akan


direncanakan.

6. Pendelegasian wewenang.

c. Pelaksanaan (Aktuasi)

Merupakan usaha untuk menciptakan kerjasama di antara pelaksana kegiatan


sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Tujuan aktuasi ialah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.


2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan petugas.

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai apa yang menjadi tanggung


jawabnya.

4. Menciptakan suasana kerja yang dapat memotivasi dan meningkatkan


prestasi petugas.

5. organisasi dapat berkembang lebih dinamis.

d. Pengawasan Dan Pengendalian

Tujuan pengawasan ialah sebagai pengemban efisiensi penggunaan sumber


daya dan menjamin efektifitas tujuan program.

Manfaat dari pengawasan ialah :

1. Meningkatkan efisiensi

2. Mengetahui penyimpangan pengetahuan, skill staf.

3. Mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi


kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

4. Mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Mengetahui staf yang dapat diberikan reward dan punishment.

Ada tiga langkah penting dalam melakukan pengawasan :

1) Mengukur hasil yang telah dicapai

2) Membandingkan hasil kerja dengan tolak ukur yang telah dibuat dalam
perencanaan.

3) Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai, faktor apa penyebabnya, dan


menetapkan langkah lanjutan untuk mengatasi.

Cara memperoleh data dalam pengawasan :

1) Pengamatan langsung
2) Ini dilakukan dengan supervis kelapangan untuk mengamati kegiatan
petugas. Hasil yang dicapai lebih akurat (lebih objektif)

3) Laporan lisan, hasil kegiatan disampaikan oleh petugas, biasanya


informasi yang diperoleh terbatas.

4) Laporan tertulis, biasanya informasi yang diperoleh terbatas pada hal yang
dianggap penting oleh petugas, namun laporan tertulis ini dapat dimanfaat
kan untuk pembangunan program.

e. Pencatatan Dan Pelaporan

Merupakan suatu sistem untuk melakukan pencatatan tentang pendataan dari


kegiatan pelayanan yang dilakukan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
untuk melakukan kegiatan evaluasi yang menilai akan tidak atau berhasilnya
kegiatan tersebut.

4. PROSEDUR KERJA
Metode : membuat project based learning

5. DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi

Syarifudin.2009. Organisasi dan Manajegemn Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan. TIM. Jakarta

Satrianegara F & Saleha,S.BUKU Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
D. KEGIATAN PRAKTIKUM IV ”MEMBUAT PERENCANAAN MANAJEMEN
PELAYANAN KEBIDANAN”

1. PENDAHULUAN

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam


menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi
asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan, bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial. Di tengah
masyarakat,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan
mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak
sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluarga
dan masyarakat. Oleh karena itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen
agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat dalam
pelayanannya dengan baik dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
anak .

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang


dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan
dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut biasa dipecah-pecah
kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setalah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami
dan menganalisa membuat perencanaan dalam pelayanan kebidanan. Capaian
pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa
diharapkan mampu:
membuat perencanaan dalam pelayanan kebidanan yang meliputi: input, proses
dan output dengan benar.
3. DASAR TEORI

Unsur Pokok Perencanaan Dalan Manajemen Pelayanan Kebidanan

Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari


administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:

1. Input

Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk


melakukan pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan ,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan
yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.

Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat


dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di
lingkungan kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber
keuangan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis”.

Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas


pelayanan. Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang
penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang
dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik
struktur yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi
proses pelayanan sehingga ini akan membuat kualitasnya berkurang atau
meningkat. (Donabedian, 1980).

2. Proses

Beberapa pengertian tentang proses :

Proses adalah Interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan


konsumen (pasien/masyarakat) (Depkes RI, 2001).” Proses adalah Suatu
bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien”.
(Donabedian, 1980).
Proses adalah Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang
mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya
pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan
tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi
asuhan terhadap pasien”. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses
akan mengubah input menjadi output.

Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan


konsumen (pasien / masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian
mutu yang penting. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara
profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien.

Penilaian terhadap proses adalah evaluasi terhadap dokter dan profesi


kesehatan dalam me-manage pasien. Kriteria umum yang digunakan adalah
derajat dimana pengelolaan pasien, konform dengan standar-standar dan
harapan-harapan masing-masing proses. Sebagai contoh adalah tindakan yang
dilakukan saat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut
adalah tindakn medis dan tindakan non medis

3. Output

Output Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance)


pelayanan kesehatan. Penampilan dapat di bedakan atas dua macam :

a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan.

b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.

Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai


dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan


yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut. Hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadap pasien. Hasil pelayanan kesehatan / medis dapat dinilai
antara lain dengan melakukan audit medis, review rekam medis dan review
medis lainnya, adanya keluhan pasien, daninformed consent.
4. PROSEDUR KERJA
Metode : demonstrasi

5. DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi

Syarifudin.2009. Organisasi dan Manajegemn Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan. TIM. Jakarta

Satrianegara F & Saleha,S.BUKU Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta

E. KEGIATAN PRAKTIKUM V “MEMBUAT KOHORT IBU”

1. PENDAHULUAN

Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan


pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Pengelola pelayanan kebidanan
memiliki standar asuhan / manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kohort berasal dari
kata cohort yang artinya suatu proses pengamatan prospektif, survey prospektif
terhadap suatu subjek maupun objek. Sedangkan pada pemantauan pelayanan
kebidanan register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setalah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami
dan menganalisa membuat kohort ibu. Capaian pembelajaran yang akan dicapai
setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa diharapkan mampu:
membuat kohort ibu dengan benar
3. DASAR TEORI

Kohort Ibu.
1) Pengertian
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin,
serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap
bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu
dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
2) Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu yang terdeteksi di rumah
tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

3) Cara Pengisian Kohort


Kohort Ibu.
a. Kolom diisi sebagai berikut :

1) Diisi nomer urut.

2) Diisi nomer indeks dari family folder.

3) Diisi nama ibu hamil.

4) Diisi nama suami ibu hamil.

5) Diisi alamat ibu hamil.

6) Diisi umur ibu hamil.

7) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu / tanggal


HPL.

8) Factor resiko : diisi v ( rumput ) untuk ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.

9) Paritas diisi Gravidanya.

10) Diisi bila jarak kehamilan

11) Diisi bila BB ibu


12) Diisi bila TB ibu

13) Sampai dengan 17) Resiko tinggi : Diisi dengan tanggal ditemukan
ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil
pemeriksaannya.

14) Pendeteksian faktor resiko : Diisi tangga ditemukan ibu hamil dengan
resiko tinggi oleh tenaga kesehatan.

15) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga
kesehatan.

16) Sampai dengan 22) Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya.

17) Sampai dengan 34) Diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian
sebagai berikut :

K I : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada


kehamilan 1 s/d 5 bulan dengan rambu – rambu O dan secara langsung
juga akses dengan rambu – rambu

K 4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.

Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1 – 1 – 2 atau 0 – 2 – 2


denganrambu-rambu Δ

Perhatian : K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7 bulan.


Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan
pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi
agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir
kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan
penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses
apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas

Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak


memandang usia kehamilan dengan rambu-rambu Ο.

18) Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan.


19) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus.

20) Diisi lahir mati.

21) Diisi BB atau BBL

22) Diisi BB atau BBL > 2500 gram.

23) Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat.

24) Dijelaskan sakitnya.

25) Diisi sebab kematiannya.

26) Diisi sebab kematiannya.

27) Diisi v ( rumput ).

28) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.

4. PROSEDUR KERJA
Metode : demonstrasi

5. DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Azrul.1996.Pengantar Administrasi

Syarifudin.2009. Organisasi dan Manajegemn Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan. TIM. Jakarta

Satrianegara F & Saleha,S.BUKU Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
F. KEGIATAN PRAKTIKUM 6 “MEMBUAT KOHORT BAYI”

1. PENDAHULUAN
Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan
SDM khususnya dalam bidang kesehatan. Hal itu tampak antara lain dari masih
tingginya angka kelahiran dan kematian neonatal. Oleh karena itu untuk tenaga
medis yang berada pada lini terdepan pelayanan kesehatan neonatal dan yang
memberikan pelayanan asuhan langsung pada bayi baru lahir, maka penggunaan
pemantauan melalui kohort bayi diharapkan dapat membantu mereka dalam praktik
klinik kebidanan, utamanya bagi kecepatan pengambilan keputusan klinik pada
saat dan waktu yang tepat.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum,
mahasiswa diharapkan mampu membuat kohort bayi.

3. DASAR TEORI
Cara Pengisian Kohort Bayi
a. Kolom 1-3
1) Diisi tanggal dan bulan saat bayi diperiksa
2) Diisi S jika sehat, diisi klasifikasi/diagnosa penyakit jika sakit
3) Diisi + jika meninggal dan tulis penyebab kematiannya
b. Kolom 14-37
1) Diisi tanggal periksa
2) Diisi N jika berat badan sesuai garis pertumbuhan
3) Diisi T jika tidak naik berat badannya, tetap, atau kenaikan berat badannya
tidak dapat mengikuti garis pertumbuhannya
4) Diisi O jika tidak ditimbang pada buan lalu
5) Diisi B jika baru pertama kali ditimbang
6) Diisi E jika 1/2/3/4/5/6 jika bayi diberi asi eksklusif
7) Diisi Ds jika dilakukan KPSP dan hasilnya sesuai
8) Diisi Dm jika dilakukan KPSP dan hasilnya meragukan
9) Diisi Dp jika dilakukan KPSP dan hasilnya ada penyimpangan
c. Kolom 38-44
Diisi tanggal dan bulan pelayanan
d. Kolom 45
Diisi tanggal dan penyebab kematian (Pneumonia, Diare, DBD, Tetanus,
Difteri)
e. Kolom 46
Diisi keterangan baru atau pindah domisili
4. PROSEDUR KERJA
a. Metode
Praktikum ini dilaksanakan dengan metode demonstrasi dan penugasan
individu.

b. Daftar Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
G. KEGIATAN PRAKTIKUM 7 “MEMBUAT PWS-KIA DAN PENDATAAN
SASARAN”

1. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indicator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut
data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 / 100.000
Kelahiran Hidup, AKB 34 / 1000 Kelahiran Hidup, AKN 19 / 1000 Kelahiran
Hidup, AKABA 44 / 1000 Kelahiran Hidup.

Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim
pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain
sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi dan
balita, juga untuk menilai sejuh mana keberhasilan program serta sebagai bahan
untuk membuat perencanaan di tahun – tahun berikutnya, dengan melaksanakan
berbagai program KIA.

Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program


KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota.
Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya ckupan program di
masing – masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA
disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar diperoleh
gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang
paling rawan.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum,
mahasiswa diharapkan mampu membuat PWS-KIA dan pendataan sasaran dengan
tepat.

3. DASAR TEORI
a. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat – KIA)
1) Indikator Pemantauan
Indicator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indicator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA. Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
a) Akses pelayanan antenatal (cakupan I)
Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Dengan Rumus:
Jumlah kunjungan baru ibu hamil (KI) X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
b) Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah serta
menggambarkan kemampuan manajemen / kelangsungan program KIA.
Dengan Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4) X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
c) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara
professional. Dengan Rumus:
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan X 100%
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun
d) Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA yang harus ditindak lanjuti dan diintervensi secara intensif.
Dengan Rumus:
Jumlah ibu hamil beresiko X 100%
Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun
e) Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu
wilayah. Dengan Rumus:
Jumlah bumil yang dirujuk oleh X 100%
Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun
f) Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat melakukan
layanan kesehatan neonatal. Dengan Rumus:
Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan X 100%
Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun.

4. PROSEDUR KERJA
a. Metode
Praktikum ini dilaksanakan dengan metode demonstrasi dan penugasan.
Setelah itu setiap mahasiswa melakukan praktikum dibawah pengawasan
pembimbing. Hasil praktikum di diskusikan antara pembimbing dan
mahasiswa.

b. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan


Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.1998

Meilani, niken,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta. : Fitramaya

Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan


Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.2010
H. KEGIATAN PRAKTIKUM 8 “MENGIDENTIFIKASI MASALAH DAN
MEMBUAT ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SERTA EVALUASI
DAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

1. PENDAHULUAN
Pengambialan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan
mengenai esensi atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, analisis permasalahan dengan
menggunakan fakta dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap
alternatif sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional dan penilaian atas
keluaran yang dicapai.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami
dan menganalisa konsep, prinsip dan lingkup promosi kesehatan.
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktiku,
mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah dan membuat alternatif
pemecahan masalah serta evaluasi dan pemecahan masalah dalam pelayanan
kebidanan.
3. DASAR TEORI
a. Pemecahan Masalah
Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
melalui suatu langkah dalam proses yang rasional. Adapun langkah dalam
pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses dari mengamati dan
pengenalan serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi sekarang dengan
yang akan datang (LAN RI 2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan
Keputusan).

b. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
alternatif/kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan
pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa
keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang
tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada
tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada
kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu
proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang
sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak
hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang
dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan
dipilih sementara yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan
dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan
keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus
dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya
tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih tindakan dari
beberapa alternatif untuk mencapai tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu
masalah). Oleh karena itu ’Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan’
dapat diartikan sebagai suatu proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan
alternatif dan mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi
terlaksananya keputusan. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara teoritis dan realistis, bagaimana cara membuat
suatu keputusan.

c. Proses Pengambilan Keputusan


Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan
organisasi (Brinckloe,1977) yaitu :
1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap
alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan
kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-
alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya
secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan
yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan
semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang
berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model
satisficing dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena
adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality).
Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang
membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan
untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.

4. PROSEDUR KERJA
a. Metode
Praktikum ini dilaksanakan dengan metode pembuatan studi kasus. Setelah itu
setiap mahasiswa melakukan praktikum dibawah pengawasan pembimbing.
Hasil praktikum di diskusikan antara pembimbing dan mahasiswa.

b. Daftar Pustaka
https://aguspasawahan.wordpress.com/2012/03/28/pemecahan-masalah-dan-
pengambilan-keputusan/

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,2008, Pemecahan Masalah


dan Pengambilan Keputusan, Modul Dilat Kepemimpinan Tingkat IV
I. KEGIATAN PRAKTIKUM 9 “MELAKUKAN PENDTAAN SASARAN”

1. PENDAHULUAN
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan
angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan
kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang
tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial . Ditengah
masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan
mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak
sehat.Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga
dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen
agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam pelayanannya
dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua
situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-
tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Mengingat
pentingnya seorang bidan menguasai manejemen kebidanan maka, dalam makalah
ini akan kami bahas tentang dasar-dasarnya antra lain tentang : langkah-langkah
dalam manejemen pelayanan kebidanan, perencanaan dalam pelayanan kebidanan
dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu, bayi, balita dan PWS KIA).

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu tepat dalam memahami
dan menganalisa konsep, prinsip dan lingkup promosi kesehatan. Capaian
pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa
diharapkan mampu melakukan pendataan sasaran dengan benar.
3. DASAR TEORI
Pendataan Sasaran
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah
yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat
tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh
masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal,
bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di
suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi
kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang
telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki
puskesmas. Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan
Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan
mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut. Dengan puskesmas memiliki
seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil
tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak,
sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu , dewasa ini digunakan indikator
cakupan, yaitu : cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk
kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu , sejak awal tahun 1990-an telah
digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak
(PWS KIA) , yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan adanya PWS KIA ,
data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari
semua propinsi.
Walau demikian , disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi
gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI. Mengingat bahwa
mengukur AKI , Sebagai indikator dampak , secara berkala dalam waktu kurang
dari 5-10 tahun tidak realistis , maka pakar dunia menganjurkan pemakaian
indikator outcome . Indikator tersebut antara lain :
- Cakupan penanganan kasus obstetri
- Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
- Jumlah kematian absolut
- Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
- Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.

4. PROSEDUR KERJA
a. Metode
Praktikum ini dilaksanakan dengan metode demonstrasi. Setelah itu setiap
mahasiswa melakukan praktikum dibawah pengawasan pembimbing. Hasil
praktikum di diskusikan antara pembimbing dan mahasiswa.

b. DaftarPustaka
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan
Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.1998
Meilani, niken,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta. : Fitramaya
Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan
Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.2010
J. KEGIATAN PRAKTIKUM 10 “MENDEMONSTRASIKAN UNSUR
MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

1. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah merupakan salah satu dari hak asasi manusia, seperti termaktub
dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia, mengandung suatu kewajiban untuk
menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap
sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Hal ini
melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi.
Di setiap kegiatan ataupun organisasi, pastinya memiliki unsur manajemen
didalamnya. Dengan adanya manajemen maka semua kegiatan dari organisasi
tersebut dapat dijalankan secara sistematis, rapi dan sesuai dengan apa yang di
inginkan untuk mencapai tujuan. Seperti halnya organisasi yang memiliki unsur
manajemen di dalamnya, maka dalam sebuah praktik pelayanan kesehatan pun
terdapat unsur manajemen di dalamnya. Unsur-unsur manajemen dalam pelayanan
kebidanan antara lain ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian, serta pencatatan dan pelaporan.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti kegiatan praktikum,
mahasiswa diharapkan mampu membuat proposal pendirian BPS ditinjau dari
perencanaan SDM, keuangan dan perlengkapan dengan tepat.

3. DASAR TEORI
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan,
menyusun dan menetapkan rangkaian kegianan untuk mencapainya. Dalam
bidang kesehatan sendiri, manajemen merupakan proses merumuskan masalah-
masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat perencanaan dari manajemen ialah :
1. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan dan
cara mencapainya.
2. Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan.
3. Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya.
4. Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai.
Proses perencanaan :
1. Analisa situasi, dilakukan dengan pendekatan SWOT (Stregth, Weakness,
Opporcunity, Treath)
2. Identifikasi masalah
3. Menetapkan Prioritas Masalah, pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2
cara, yakni melalui teknik scoring (memberikan nilai terhadap masalah
tersebut dengan menggunakan ukuran/parameter). Dan dengan teknik non
scoring yakni dengan melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu disebut juga
Nominal Group Tecnique.
4. Menetapkan Tujuan Program
5. Menetapkan Rencana Kerja

4. PROSEDUR KERJA
a. Metode
Praktikum ini dilaksanakan dengan metode project based learning .

b. Daftar Pustaka
Syafrudin. (2010). Organisasi Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Prof.Dr,Soekidjo.Notoatmodjo.(1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
PT Rineka Cipta
DEPKES RI. (2001). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: DEPKES RI
A.A. Gde Manunjaya. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Sulaeman, Endang Sutisna. (2009). Manajemen Kesehatan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai