Anda di halaman 1dari 11

Sri Mulia Sholiati Harseno

04011281823141
Gamma 2018
PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah, denyut
nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting untuk
menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.
a. Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung,
tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan
kelenturan dinding arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada
interpretasi hasil yaitu:
1. Lingkungan: suasana bising, kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu
panas
2. Peralatan: kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff
(manset)
3. Pasien: konsumsi obat, status emosional, irama jantung, merokok,
kopi, obesitas, olah raga
4. Teknik pemeriksaan: penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal,
kesalahanmembaca sfigmomanometer.

Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara
vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi
5 fase yaitu :
1. Fase I: Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu
bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik.
2. Fase II: Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih
tinggi dari fase I.
3. Fase III: Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih
lemah dari fase I.
4. Fase IV: Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan
meniup.
5. Fase V: Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan
diastolik.

Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun:

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 - 89

Stadium I 140 – 159 90 - 99

Stadium II ≥ 160 ≥ 100

b. Denyut nadi

Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena


dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi
diatur oleh sistem saraf otonom.

Lokasi untuk merasakan denyut nadi:


1. Karotid: pada bagian medial leher dibawah angulus mandibularis.
2. Brakial: diatas siku dan medial dari tendo biceps.
3. Radial: pada bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.
4. Femoral: sebelah inferomedial ligamentum inguinalis.
5. Popliteal: di belakang lutut sedikit ke lateral dari garis tengah.
6. Tibia Posterior: di belakang dan sedikit ke arah inferior dari malleolus
medialis.
7. Pedis Dorsalis: lateral dari tendo m. extensor hallicus longus
Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah:
1. Kecepatan
i. Bradikardia: denyut jantung lambat (<60x/menit), didapatkan
pada atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat,
peningkatan tonus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek
samping beberapa obat.
ii. Takikardia: denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi
pada pasien dengan demam, feokromositoma, congestive heart
failure, syok hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan
perokok.
iii. Normal: 60-100x/menit pada dewasa.

2. Irama
i. Reguler
ii. Regularly irregular: dijumpai pola dalam iregularitasnya.
iii. Irregularly irregular: tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya,
terdapat pada fibrilasi atrium.

3. Volume nadi
i. Volume nadi kecil: tahanan terlalu besar terhadap aliran darah,
darah yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi
perikardial, stenosis katup mitral, payah jantung, dehidrasi, syok
hemoragik).
ii. Volume nadi yang berkurang secara lokal: peningkatan tahanan
setempat.
iii. Volume nadi besar: volume darah yang dipompakan terlalu
banyak, tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil,
hipertiroidisme).
c. Pernafasan
Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi
pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat
pada keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada
peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-
20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi.
Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk
menilai adanya kelainan.

1. Kecepatan
- Takipnea: pernafasan cepat dan dangkal.
- Bradipnea: pernafasan lambat.
- Hiperpnea/hiperventilasi: pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul)
- Hipoventilasi: bradipnea disertai pernafasan dangkal.
2. Irama
- Reguler
- Pernafasan cheyne-stoke: Periode apnea diselingi hiperpnea.
- Pernafasan Biot’s (ataksia): periode apnea yang tiba-tiba diselingi
periode pernafasan konstan dan dalam.
3. Usaha bernafas
Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot
interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan
adanya penurunan daya kembang paru.

d. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu
terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu tertentu dan bila
suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus tersebut,
maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh
lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia,
jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga.
Suhu normal berkisar antara 36,5°C – 37,5°C. Lokasi
pengukuran suhu adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal.
Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat kesalahan lebih kecil
daripada oral atau aksila.
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37 0C.
Suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral ± 0,4 - 0,5 0C. Suhu aksila
lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,5 0C - 1 0C.
Peninggian semua terjadi setelah 15 menit, saat beraktivitas,
merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan pembacaan semu
rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum
minuman dingin.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hb (Hemoglobin)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada
darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb:

Wani
: 12-16 gr/dL
ta

Pria : 14-18 gr/dL

Anak : 10-16 gr/dL

Bayi
baru : 12-24gr/dL
lahir

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan


pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu
dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin,
antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif
menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat
meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan
gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit).

2. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal

Bayi
baru : 9000 -30.000 /mm3
lahir

Bayi/an
: 9000 – 12.000/mm3
ak

Dewasa : 4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya


proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia (radang paru-paru),
meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu),
tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan lain-lain.

Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi


tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga
dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),
kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin,
kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan
oleh bakteri).

3. Gula Darah
 Hipoglikemi → < 70 mg/dL
 Gula darah puasa → normal : 70 – 100 mg/dL
 Gula darah sewaktu → normal : 70 – 139 mg/dL
 Pre-diabet → 140 – 199 mg/dL
 Diabet → > 200 mg/dL

4. Kreatinin
Produk limbah kimia yang berada dalam darah, limbah ini kemudian
disaring oleh ginjal dan dibuang ke dalam urin. Kreatinin merupakan produk
sampingan dari kontraksi otot normal, di mana kreatinin terbuat dari
creatine yang merupakan pemasok energi untuk otot.
Normal: 0,5 – 15 mg/dL

5. Ureum
Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam
amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal,
dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
Normal: 10 – 50 mg/dL.

6. Pemeriksaan Leukosit Urine

Jumlah leukosit dalam urine

- 0-10 ➔ beberapa leukosit (normal)

- 10-20 ➔ ditemukan leukosit dalam jumlah sedang

- 20-30 ➔ ditemukan banyak leukosit

- 20-30 (berdegenerasi), berkelompok ➔ ditemukan banyak


kelompokan leukosit

- >30 (degenerasi), berkelompok ➔ leukosit memenuhi keseluruhan


lapangan pandang.

Urine mengandung berbagai sel dan kristal yang tersuspensi, yang


dapat dikonsentrasikan dengan sentrifugasi atau menegakkan wadah
specimen supaya partikel-partikel yang tersuspensi tadi mengendap.
Endapan urin yang terbentuk dapat dilihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan urine ini menggunakan urine segar yang ditampung dalam
wadah kering dan bersih. Untuk pemeriksaan mikroskopik endapan urine,
specimen dapat diawetkan dengan menambahkan 8-10 tetes larutan
formaldehyde 10% per 300 ml urine.

7. Pemeriksaan Ro Thorax

- Batas jantung kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan.

- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol
disebelah kiri kolumna vertebralis. Dibawah arkus aorta ini batas jantung
melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut pinggang jantung.

- Pada pinggang jantung ini terdapat penonjolan dari arteri pulmonalis.

- Dibawah penonjolan A. pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri.

- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan
lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak
lengkungan dari ventrikel kiri disebut sebagai apex jantung.

- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya


para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.
ANMAL
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus?
Jawab :
Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 - 89

Stadium I 140 – 159 90 - 99

Stadium II ≥ 160 ≥ 100

Tekanan Darah dalam kasus = 170/90 mmHg  Diatas Normal (Hipertensi


Stage 2)

Frekuensi Nadi

Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100 kali/menit)
Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila
frekuensi nadi< 60 kali/menit
Frekuensi Nadi dalam kasus = 112/menit  Takikardia (>100 kali/menit)

Frekuensi Nafas

Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali per menit dengan
pola nafas yang teratur dan tenang.
Frekuensi nafas dalam kasus = 22 x per menit  diatas normal

Suhu

Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37 0C. Suhu rektal lebih
tinggi daripada suhu oral ± 0,4 - 0,5 0C. Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral
sekitar 0,5 0C - 1 0C.
Suhu tubuh dalam kasus = 36,80C  normal

Tekanan darah

Berbagai faktor genetik dan gaya hidup tampaknya penting dalam pembentukan
diabetes tipe 2. Obesitas adalah faktor risiko terbesar; 90% pengidap diabetes
tipe 2 mengalami obesitas. Banyak pengidap diabetes tipe 2 mengalami sindrom
metabolik, atau sindrom X, sebagai pendahulu diabetes. Sindrom metabolik
mencakup sekelompok gambaran yang menyebabkan seseorang rentan
mengalami diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Gambaran ini mencakup obesitas,
lingkar pinggang yang besar (yaitu bentuk "apel"),Kadar trigliserida yang
tinggi. kadar HDL (kolesterol"baik") yang rendah, kadar glukosa yang tinggi.
Hal ini menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit sehingga
mengakibatkan terjadinya tekanan darah tinggi .

Penurunan kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu


penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi,
2012). Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan
tekanan darah naik seketika.

HR meningkat  CO meningkat  Tekanan darah meningkat

Cardiac output (Q) = stroke volume (SV) x heart rate (HR))

Dengan CO adalah curah jantung (cardiac output), MABP adalah tekanan


darah arteri rata-rata (mean arterial blood pressure), TPR adalah resistensi
perifer total (total peripheral resistance), dan CVP adalah tekanan vena sentral
(central venous pressure). Karena CVP biasanya mendekati nol, maka MABP
sama
dengan CO x TPR.

Frekuensi Nadi

Penurunan kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu


penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi,
2012). Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung, hal ini menyebabkan
frekuensi nadi meningkat.

Frekuensi Nafas

Penurunan kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu


penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi,
2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan
sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).

Anda mungkin juga menyukai