Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat
menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan
sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.
Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan keinginan
untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus
menggunakan resiko bunuh diri.
Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini muncul
dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dan lebih
umum dirasakan daripada dilaporkan.
Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak
fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.

Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu


memandang kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segala
kemampuannya, dan kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupan tanpa
harapan dan terasa hampa.
Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkin yang
paling berbahaya ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan ini
dinamakan malam yang gelap dalam jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kita
seperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan pergi, lalu kita sendiri sedang
berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghiburan kecil kalau
masing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami
keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.

1
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum :
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan konsep keputusasaan.
1.2.2 Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien dengan
keputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan
konsep keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan konsep
keputusasaan.
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang
tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya
bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,
keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,
1996 )
Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997), mengemukakan bahwa
keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat
subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan
pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan
serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .
2.2 Faktor penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
2.3 Tanda dan gejala
a. Mayor ( harus ada)

3
4

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan,


dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang
mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
1) Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
2) emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Proses pikir yang lambat
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
 Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
5

 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap


 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan
yang ditetapkan
 Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
 Tidak dapat mengenali sumber harapan
 Adanya pikiran untuk membunuh diri.

b. Minor ( mungkin ada )


1. Fisiologis
 Anoreksia
 BB menurun
2. Emosional
 Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
 Merasa berada diujung tanduk
 Tegang
 Muak ( merasa ia tidak bisa)
 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia
jalani
 Rapuh

3. Individu memperlihatkan
 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari
pembicara
 Penurunan motivasi
 Keluh kesah
 Kemunduran
 Sikap pasrah
 Depresi
6

4. Kognitif
 Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang
diterima
 Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang ,
masa datang
 Bingung
 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
 Distorsi proses pikir dan asosiasi
 Penilaian yang tidak logis

2.4 Penatalaksaan medis


a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi

adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang


maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi
rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit,
psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai
moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.

Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang


terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga
dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.
7

c. Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi


dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.


Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali


kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan,
berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi
paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
ke masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
b) Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati klien: apa yang
dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa
yang mereka pikir dan rasakan adalah :
1) Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan
2) Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu masalah
3) Perilaku koping yang adekuat selama proses
c) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
4) Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan
rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadap stress yang dihadapi.

8
9

d) Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:
1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus
3) Faktor Lingkungan
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6) Adanya tekanan hidup
7) Kurangnya iman
e) Respon Emosional
Mayor (harus ada):
1) individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya
tapi dapat merasakan
2) tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
3) tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4) hampa dan letih
5) perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
6) tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
Minor (mungkin ada)
1) Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
2) Merasa berada diujung tanduk
3) Tegang
4) Muak ( merasa ia tidak bisa)
5) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
6) Rapuh
f) Respon Kognitif
Mayor ( harus ada)
1) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini
3) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4) Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
5) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
10

6) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang


ditetapkan
7) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
8) Tidak dapat mengenali sumber harapan
9) Adanya pikiran untuk membunuh diri.
Minor (mungkin ada)
1) Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
2) Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang
3) Bingung
4) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
5) Distorsi proses pikir dan asosiasi
6) Penilaian yang tidak logis

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT SDKI


Di SDKI Diagnosa keputusasaan :
A. Definisi
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya
alternatifpemecahan pada masalah yang dihadapi.
B. Penyebab
1) Stress jangka panjang
2) Penurunan Kondisi Fisiologis
3) Kehilangan Kepercayaan pada Kekuatan Spiritual
4) Kehilangan Kepercayaan pada nilai-nilai penting
5) Pembatasan aktivitas jangka panjang
6) pengasingan
C. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengungkapkan keputusasaan
Objektif : Kurangnya terlibat dalam aktivitas perawatab , Afek Datar
D. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Sulit tidur, Selera makan menurun
Objektif : Berperilaku pasif, Kurang inisiatif, meninggalkan lawan bicara,
mengangkat bahu sebagai respon terhadap lawan bicara.
E. Kondisi Terkait Klinis
Penyakit kronis, Penyakit Terminal, Penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
11

Di SLKI Diagnosa keputusasaan :


A. Luaran Utama : Harapan
B. Luaran Tambahan : Ketahanan Personal, Motivasi, Penerimaan, Status
kenyamanan, Tingkat Depresi.
Di SIKI Diagnosa keputusasaan :
A. Intervensi Utama
1) Dukungan Emosional
2) Promosi Harapan
3) Promosi Kooping

B. Intervensi Pendukung
1) Fasilitasi 9) Promosi dukungan
Pengungkapan sosial
Perasaan 10) Promosi dukungan
2) Fasilitasi perasaan spiritual
Bersalah 11) Promosi perawatan diri
3) Konseling 12) Promosi sitem
4) Manajemen Mood pendukung
5) Manajemen perilaku 13) Terapi kognitif
6) Pelibatan keluarga perilaku
7) Pencegahan bunuh diri 14) Teknik menenagkan
8) Promosi dukungan 15) Terapi reminisens
keluarga

3.3 Kasus terkait


Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 28 november 2010, dengan
wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya
pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang mengantarkan mengatakan
bahwa sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan
wanita lain,pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan
lingkungan terlebih dengan keluarga. keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya
pasien pernah gagal dalam berumah tangga (bercerai) sekitar 1 tahun yang lalu dengan
alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan tidak
mau mengenal laki – laki lagi,pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri
12

hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =160 cm, BB


=58 kg
Pengkajian

Nama Perawat : Perawat A

Tanggal Pengkajian : 01-01-2020

Jam Pengkajian : 14.00 WIB

Biodata Pasien

Nama : Ny.D

No.Register : 098765

Agama : Islam

Pendidikan : Smu

Status Pernikahan : Bercerai

Umur : 30 thn

Alamat : Nologaten 23 A

Diagnosa Medis : Isolasi Sosia, Resiko Perilaku Kekerasan,Defisit


perawatan diri

Penanggung Jawab

Nama : Murtiyah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Nologaten

Hubungan dengan pasien : Kakak pasien


13

1. Keluhan utama :
1) Alasan Masuk :
Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar,
tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

2) Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup
b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengan keadaannya yang selalu
mengalami kegagalan dalam menjalin suatu hubungan
3) Fisik
a. Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak
tampak hematom, tidak terdapat nyeri tekan.
b. Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema,
terdapat lingkaran hitam di kelopak mata bawah.
c. Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman
d. Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan
pendengaran
e. Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien
kurang bersih
f. Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat
4) Psikososial
Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar,
jarang melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.

5) Genogram
14

Keterangan :

: Perempuan.

: Laki – laki.

: Garis keturunan.

: Tinggal dalam satu rumah.

: Hubungan pernikahan.

: pasien 30 tahun

x : Meninggal

Klien berusia 30 tahun, klien tinggal satu rumah dengan ayah dan ibunya.

6) Konsep diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang
wanita yang kurang beruntung
b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita
c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki
lagi
e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.

7) Hubungan sosial
15

Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak
mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi
keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan
sosial pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh
tunanganya untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya
mengurung diri dikamar.

8) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.
b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah

9) Status Mental
a. Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak
lelah dan putus asa
b. Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun dengan tatapan
kosong
10) Aktivitas motorik
a. Hipomotorik :pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas
b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh
pasien
c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien
d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya dalam
menjalin suatu hubungan.
e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
disadari olehnya.
f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor
g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan
11) Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan kegagalan dalam
menjalin suatu hubungan, bingung dan selalu memikirkan masa lalu yang pernah di
alaminya.
12) Afek :Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai
16

13) Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak
melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong
apabila ditanya tentang masalahnya.
14) Persepsi : pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan
kesalahan dirinya.
15) Proses pikir : Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya
dan apa yang dirasakannya.
Isi pikir
1) Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien
2) Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga pasien
merasa putus asa
3) Waham : pasien tidak mengalami waham.

16) Tingkat kesadaran dan orientasi


a. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis
b. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap waktu,
tempat dan orang
17) Memori : Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka
pendek dan saat ini
18) Tingkat konsentrasi dan berhitung : Saat dilakukan pengkajian klien kurang
konsentrasi.
19) Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga
selalu gagal dalam suatu hubungan
20) Diagnosa medis: keputusasan
21) Program terapi obat yang diberikan : pasien diberikan obat-obat penenang (
diazepam 2mg 3x24 jam,anti depresan,halopenidol dll)
17

A. Analisa data
ANALISA DATA Dengan Diagnosa Medis : KEPUTUSASAAN
No. Data fokus Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. Ds : keluarga yang mengantarkan Berencana Resiko Perilaku
mengatakan bahwa pasien pernah Bunuh Diri Kekerasan
ingin mencoba untuk mengakhiri
hidupnya
Do. : saat dilakukan wawancara
pasien hanya diam dengan tatapan
kosong
2. Ds :keluarga mengatakan pasien Ketidak sesuaian Isolasi sosial
hanya mengurung diri di kamar,tidak perilaku sosial
mau berinteraksi dengan lingkungan dengan norma
terlebih dengan keluarga
Do : pasien tampak menarik diri dari
perawat dan orang-orang yang
berusaha mendekati pasien

3. Ds : - Penurunan Defisit parawatan diri


Do : wajah pasien tampak Motivasi/ Minat
pucat,penampilan tampak lusuh dan
tidak terawat
18

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Luaran Utama Intervensi

Isolasi Keterlibatan Sosial Promosi Sosialisasi


Sosial 1. Verbalisasi tujuan yang jelas minat Observasi
terhadap aktivitas menurub (1) 1. Identifikasi kemampuan
menjadi cukup meningkat (4) melakukan interaksi dengan
2. Verbalisasi isolasi meningkat (1) orang lain
menjadi cukup menurun (4) 2. Identifikasi hambatan melakukan
3. Perilalku menarik diri meningkat (1) interaksi dengan orangnlain
menjadi cukup menurun (4) Terapeutik
4. Perilaku sesuai dengan harapan 1. Motivasi meningkatkan
oranglain memburuk (1) menjadi keterlibatan dalam suatu
cukup membaik (4) hubungan
Interaksi Sosial 2. Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan
1. Perasaaan nyaman dengan situasi
3. Motivasi berpartisipasi dalam
sosial menurun (1) menjadi cukup
aktivitas baru dengan kegiatan
meningkat (4)
kelompok
2. Responsif pada oranglain menurun
4. Motivasi berinteraksi diluar
(1) mejadi cukup meningkat (4)
lingkungan (mis. Jalan-jalan, ke
3. Minat melakukan kontak menurun (1)
toko buku dll)
menjadi cukup meningkat (4)
5. Berikan umpan balik positif pada
setiap peningkatan kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan
oranglain secara bertahap
2. Anjurkan berbagi pengalaman
dengan orang lain
3. Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
Resiko Kontrol Diri Pencegahan Bunuh Diri
Perilaku 1. Perilaku melukai diri sendiri cukup Observasi
1. Identifikasi gejala bunuh diri
Kekerasan meningkat (2) menjadi menurun (5)
2. Identifikasi keinginan dan pikiran
2. Verbalisasi keinginan bunuh diri rencana bunuh diri
meningkat (1) menjadi menurun (5) 3. Monitor lingkungan bebas bahsya
secara rutin
3. Verbalisasi isyarat bunuh diri
4. Monitor adanya perubahan mood
meningkat (1) menjadi menurun (5) dan perilaku
Terapeutik
19

4. Verbalisasi Rencana bunuh diri 1. Libatkan dalam perencanaan


meningkat (1) menjadi menurun (5) perawatan mandiri
2. Libatkan keluarga dalam
5. Verbalisasi kehilangan meningkat (1)
perencanaan perawatan
menjadi cukup menurun (4) 3. Lakukan pendekatan langsung
dan tidak menghakimi saat
membahas bunuh diri
4. Berikan lingkungan dengan
pengamatan ketat dan mudah di
pantau.
5. Lakukan intervensi perlindungan
6. Hindari diskusi berulang tentang
bunuh diri sebelumnya, diskusi
berorientasi pada masa sekarang
dan masa depan
7. Pastikan obat ditelan
Edukasi
1. Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang di alami
kepada orang lain
2. Anjurkan menggunakan
sumber pendukung
3. Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau orang
terdekat
4. Informasikan sumber daya
masyarakat dan program yang
tersedia
5. Latih pencegahan resiko
bunuh diri
Kolaborasi
1. Pemberian obat antiansietas,
antipsikotik sesuai indikasi
2. Tindakan keselamatan kepada
PPA
3. Rujuk ke pelelayanan kesehatan
mental.
Defisit Perawatan Diri Dukungan Perawatan diri
perawatan 1. Kemampuan mandi menurun (1) Observasi
diri menjadi cukup meningkat (4) 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan diri sesuai usia
20

2. Kemampuan mengenakan pakaian 2. Monitor tingkat kemandirian


cukup menurun (2) menjadi cukup Terapeutik
meningkat (4) 1. Sediaka lingkungan yang
3. Kemampuan makan cukup menurun terapeutik ( suasana hangat,
(2) menjadi cukup meningkat (4) rileks, privasi)
4. Verbalisasi keinginan melakukan 2. Siapkan keperluan pribadi( mis.
perawatan diri menurun (1) menjadi Parfum, sikat gigi dan sabun
cukup meningkat (4) mandi)
5. Minat melakukan perawatan diri 3. Dampingi dalam melakukan
menurun (1) menjadi cukup perawatan diri sampai mandiri
meningkat (4) 4. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapat
menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan
sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

4.2 Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang
meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai
referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan keputusasaan.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi
masalah pada pasien dengan keputusasaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, S.Kp.,2009, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa.

Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori Dan Tindakankeperawatan,


Jakarta : Depkes RI.

Depkes, RI., 1999, Kumpulan Materi Perkuliahan Kesehatan Psikiatri

http://lampungnurse.blogspot.com/2009/11/keputusasaan-1.html di unduh pada tanggal


29 november 2011 pukul 20.00
Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Keliat, Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba
Medika.

NANDANOC-NIC
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa: Achir
Yani edisi III. Jakarta : EGC
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, Edisi 7,
Mosby, Philadelpia.

22
23

Anda mungkin juga menyukai