Karsinoma Buli2
Karsinoma Buli2
Epidemiologi
Karsinoma buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan
Keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat.
Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita.
Di daerah industri kejadian tumor ini meningkat tajam.
Perjalanan penyakit
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Di samping itu tumor dapat menyebar
secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika,
obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis, sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke
hepar, paru-paru, dan tulang
Bentuk Tumor
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltrative
Jenis Histopatologi
Sebagian besar (90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior
karsinoma sel skuamosa (10%)
adenokarsinoma (2%)
Adenokarsinoma
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:
1. Primer terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli.
Pada beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma bulibuli.
2. Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya adalah:
prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan endometrium
Gambaran Klinis
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
(1) tanpa disertai rasa nyeri (painless)
(2) kambuhan (intermittent)
(3) terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta
pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala
obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena
adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di
daerah pelvis.
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi Bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada
saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR Buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan
colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di
daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor (T)
3. Laboratorium
pemeriksaan laboratorium rutin
sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine
antigen permukaan sel (cell surface antigen)
flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium
4. Pencitraan
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan
ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
Terapi
1. reseksi bulibuli transuretra atau TUR Buli-buli. Pada tindakan ini dapat sekaligus
ditentukan luas infiltrasi tumor.
2. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
(1) tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat
atau wait and see
(2) instilasi intravesika dengan obat-obat Mitomisin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
(3) sistektomi radikal, parsial, atau total
(4) radiasi eksterna
(5) terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen Sisplatinum-
Siklofofamid dan Adriamisin
3. Diversi urine
1. Ureterosigmoidostomi: yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam
sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit
2. Konduit usus: yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan urine dipasang kateter menetap melalui sebuah
stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricker pada tahun 1950 dan saat ini tidak
banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
3. Diversi urine kontinen: yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu).
Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urine ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch
4. Diversi urine Orthotopic: adalah membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang
dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan
berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan
Hautmann.
Kontrol berkala
Semua pasien karsinoma buli buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan
secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urine serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan
berkala itu pada:
(1) tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali
(2) tahun II setiap 4 bulan sekali,
(3) tahun III dan seterusnya: setiap 6 bulan sekali.