Anda di halaman 1dari 19

Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.

BNA antara Walhi Melawan


Gubernur Aceh atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk
Pembangunan PLTA Tampur
Antonius Aditantyo Nugroho1

I. Pendahuluan Perhatian pegiat lingkungan hidup


Pada 19 Agustus 2019, Majelis Hakim atas Desa Lesten-Pining, Kabupaten Gayo
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Lues yang diatur dalam Objek Sengketa
Banda Aceh mengabulkan gugatan yang rupanya telah muncul sejak tahun 2016
diajukan oleh Yayasan Wahana Ling- hingga 2017. Pada September 2016, Pe-
kungan Hidup Indonesia (Walhi) me- merintah Aceh mulai membangun jalan
lawan Gubernur Aceh atas penerbitan akses dari Kecamatan Pining ke wilayah
Keputusan Gubernur Aceh No. 522.51/ Desa Lesten yang selama ini terisolasi.2
DPMPTSP/1499/IPPKH/2017 tanggal 9 Karena khawatir perambah semakin mu-
Juni 2017 tentang Pemberian Izin Pinjam dah masuk dan merusak Kawasan Eko-
Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka sistem Leuser yang menjadi lokasi Desa
Pembangunan Pembangkit Listrik Tena- Lesten-Pining, pegiat lingkungan hidup
ga Air Tampur-I (443 MW) Seluas ±4.407 menyarankan agar masyarakat Desa
ha atas nama PT Kamirzu di Kabupaten Lesten direlokasi dan tidak perlu dilaku-
Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, kan pembangunan jalan pada kawasan
dan Kabupaten Aceh Timur Provinsi tersebut.3 Namun setelah pembangun-
Aceh (selanjutnya disebut Objek Seng- an jalan tetap dilaksanakan dan selesai
keta). Setelah melalui masa persidang- dilakukan, Pemerintah Aceh justru me-
an selama 5 (lima) bulan sejak gugatan nyetujui pembangunan PLTA Tampur,
diajukan tanggal 11 Maret 2019, Majelis sehingga masyarakat Desa Lesten harus
Hakim PTUN Banda Aceh memutuskan direlokasi karena Desa Lesten akan di-
bahwa Objek Sengketa tidak sah, dan tenggelamkan.4 Patut dicurigai bahwa
mewajibkan Tergugat untuk mencabut alasan pembangunan jalan untuk mem-
Objek Sengketa. bebaskan masyarakat Desa Lesten dari

1
Penulis peneliti pada Yayasan Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia/Indonesian Center
for Environmental Law (ICEL).
2
“Lesten Tidak Lagi Terisolir”, Serambinews.com, 4 September 2016, https://aceh.tribunnews.
com/2016/09/04/lesten-tidak-lagi-terisolir , diakses 25 Oktober 2019.
3
Junaidi Hanafiah, “Desa Lesten Akan Ditenggelamkan Demi Alasan PLTA Tampur”, Mongabay,
21 Agustus 2019, https://www.mongabay.co.id/2019/08/21/desa-lesten-akan-ditenggelamkan-
demi-alasan-plta-tampur/, diakses 25 Oktober 2019.
4
“Dampak Pembangunan PLTA, Seluruh Warga Lesten Direlokasi”, Teropong Aceh, 7 Oktober
2016, http://teropongaceh.com/dampak-pembangunan-plta-seluruh-warga-lesten-direlokasi/ , diak-
ses 25 Oktober 2019.

126
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

isolasi hanyalah kedok bagi Pemerintah dan pemenuhan kebutuhan listrik6, yaitu
Aceh untuk menyediakan akses bagi ma- agar setiap pembangunan pembangkit
suknya pembangunan PLTA di Kawasan tenaga listrik tetap memperhatikan ke-
Ekosistem Leuser. tentuan atas perizinan sebagai instrumen
Atas latar belakang tersebut, putus- pencegahan kerusakan lingkungan hi-
an Majelis Hakim PTUN Banda Aceh dup7 sebagaimana diatur dalam peratur-
dianggap mampu mengembalikan rasa an perundang-undangan yang berlaku.
keadilan baik terhadap masyarakat Desa II. Kasus Posisi
Lesten maupun terhadap kelestarian
Berikut merupakan kasus posisi
Kawasan Ekosistem Leuser. Adapun
yang disusun berdasarkan peristiwa hu-
Majelis Hakim mengabulkan gugatan
kum yang dicantumkan dalam Putusan,
Penggugat untuk seluruhnya atas dasar
yaitu dimulai dari proses penerbitan Ob-
pertimbangan bahwa Gubernur Aceh in
jek Sengketa, upaya administrasi yang
casu Tergugat tidak berwenang untuk
telah ditempuh oleh Penggugat, masuk-
menerbitkan Objek Sengketa, sehing-
nya gugatan terhadap Objek Sengketa,
ga penerbitan Objek Sengketa tersebut
dan proses persidangan hingga putusan
telah bertentangan dengan asas kepas-
Majelis Hakim:
tian hukum dan asas tidak menyalah-
1. Tanggal 9 Juni 2017, Gubernur
gunakan kewenangan. Maka perdebat-
Aceh menerbitkan Keputusan
an yang tersorot dalam putusan adalah
Gubernur No. 522.51/DPMPTS-
terkait dengan kewenangan penerbitan P/1499/IPPKH/2017 tentang
Objek Sengketa antara pemerintah pu- Pemberian Izin Pinjam Pakai Ka-
sat dengan pemerintah daerah otonomi wasan Hutan Dalam Rangka
khusus Aceh, dan pertimbangan Majelis Pembangunan Pembangkit Lis-
Hakim belum menyentuh substansi po- trik Tenaga Air Tampur-I (443
kok sengketa yang lain. Walau demikian, MW) Seluas ±4.407 Ha atas nama
PT KAMIRZU di Kabupaten Gayo
putusan ini menjadi pembelajaran yang
Lues, Kabupaten Aceh Tamiang,
baik terutama di tengah upaya pemerin-
dan Kabupaten Aceh Timur Pro-
tah mengejar target rasio elektrifikasi5 vinsi Aceh (“Objek Sengketa”).

5
Ghani Nurcahyadi, “Mengejar Rasio Elektrifikasi 96%”, Media Indonesia, 27 Oktober 2017, htt-
ps://mediaindonesia.com/read/detail/129230-mengejar-rasio-elektrifikasi-96.html, diakses 30 Okto-
ber 2019.
6
Gemal A.N. Panggabean, “Hingga 2026, Aceh Butuh Tambahan Pembangkit Listrik 2.837
MW”, Bisnis.com, 9 November 2017, https://ekonomi.bisnis.com/read/20171109/44/707692/hingga-
2026-aceh-butuh-tambahan-pembangkit-listrik-2.837-mw, diakses 30 Oktober 2019.
7
Henri Subagiyo et. al., Anotasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pe-
ngelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Cano Digital Copy and Printing, 2014), hlm. 135.

127
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

a. Berdasarkan Konsiderans 3. Tanggal 5 September 2018, M.


“Memperhatikan” dalam Ob- Fahmi dari tim legal Yayasan
jek Sengketa, turut disebutkan HakA yang dalam perkara gu-
Surat Kepala Dinas Lingkung- gatan Objek Sengketa nantinya
an Hidup dan Kehutanan turut menjadi salah satu kuasa
Aceh No. 522.12/2700-IV hukum Penggugat, muncul da-
Tanggal 9 Juni 2017 perihal lam pemberitaan media online
Rekomendasi Izin Pinjam Pa- www.mongabay.co.id berjudul
kai Kawasan Hutan Pemba- “Masyarakat Aceh Desak Guber-
ngunan Pembangkit Listrik nur Aceh dan Menteri LHK Ba-
Tenaga Air (PLTA) Tampur-I. talkan Proyek PLTA Tampur”.
b. Dari 3 (tiga) Kabupaten yang Dalam penggalan beritanya, M.
menjadi wilayah Objek Seng- Fahmi menyebutkan “Izin Pinjam
keta, Kabupaten Gayo Lues Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
telah menyampaikan reko- yang digunakan PT KAMIRZU di-
mendasi/dukungannya mela- nilai tidak sesuai dengan ketentuan
lui Surat Bupati Gayo Lues peraturan perundang-undangan.
No. 050/1079/2016 Tanggal Berdasarkan Peraturan Menteri
27 September 2016 perihal Du- Lingkungan Hidup dan Kehutanan
kungan Pembangunan Pem- Tentang Pedoman Pinjam Pakai Ka-
bangkit Listrik Tenaga Air, wasan Hutan, IPPKH hanya bisa
dan Kabupaten Aceh Tamiang dikeluarkan oleh Menteri Lingkung-
melalui Surat Bupati Aceh Ta- an Hidup dan Kehutanan berdasar-
miang No. 671/6288 Tanggal kan permohonan”. “Sementara IPP-
10 Oktober 2016 Perihal Du- KH untuk PLTA Tampur
kungan Pembangunan PTLA dikeluarkan oleh Gubernur Aceh de-
Tampur. Sementara itu belum ngan No. 522.51/DPMPTS-
ditemukan dukungan dari Pe- P/1499/IPPKH/2017 tentang Izin
merintah Kabupaten Aceh Ti- Pinjam Pakai Kawasan Hutan guna
mur terkait dengan pemba- pembangunan PLTA Tampur-I se-
ngunan PLTA Tampur-I. luas ± 4.407 hektare di Gayo Lues,
2. Tanggal 11 Oktober 2017, Bupati Aceh Tamiang dan Aceh Timur. Izin
Aceh Timur baru menyampaikan dikeluarkan semasa Gubernur Zaini
dukungan terhadap pembangun- Abdullah pada 9 Juni 2017”.
an PLTA Tampur melalui Surat 4. Tanggal 14 November 2018,
Bupati Aceh Timur No. 503/6457 WALHI Aceh menyampaikan
Tahun 2017 perihal Dukungan kepada Gubernur Aceh cq. Dinas
Pembangunan PLTA Tampur – I Penanaman Modal dan Pelayan-
dan Tampur II. an Terpadu Satu Pintu tentang
Permohonan Informasi Perizinan

128
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

PT KAMIRZU melalui Surat No. Listrik Tenaga Air Tampur-I


131/DE/WALHI-Aceh/XI/2018 (443 MW) seluas ± 4.407 Ha
Perihal Permohonan Dokumen. atas nama PT. KAMIRZU di
5. Tanggal 5 Desember 2018, Peme- Kabupaten Gayo Lues, Kabu-
rintah Aceh menerbitkan Surat paten Aceh Tamiang dan Ka-
Balasan Dinas Penanaman Modal bupaten Aceh Timur Provinsi
dan Pelayanan Terpadu Satu Pin- Aceh;
tu No. 540/DPMPTSP/3878/2018 7. Tanggal 19 Desember 2018, Peng-
Perihal Permintaan Dokumen PT gugat pertama kalinya mengeta-
KAMIRZU sebagai Surat Peng- hui tentang telah diterbitkannya
antar Balasan. Objek Sengketa pada saat diba-
6. Tanggal 17 Desember 2018, Surat lasnya email oleh salah satu Pega-
Pengantar Balasan tertanggal 5 wai DPMPTSP Aceh bernama Ir-
Desember 2018 di atas beserta ham Vahlevi.
lampirannya disampaikan mela- 8. Tanggal 7 Januari 2019, Penggu-
lui email dari irhamvahlevi@ gat menyampaikan keberatannya
gmail.com kepada mrezamaula- terhadap Objek Sengketa kepada
na.sh@gmail.com, yaitu dengan Gubernur Aceh melalui Surat
melampirkan dokumen sebagai No. 19/DE/WALHI
berikut: Aceh/I/2019 Tanggal 07 Januari
a. Surat Gubernur Aceh No. 2019 Perihal Mohon Pembatalan
671.21/BP2T/2523/2015 peri- Objek Sengketa, namun hingga
hal Izin Prinsip Pembangun- gugatan dilayangkan, Gubernur
an Pembangkit Listrik Tenaga Aceh tidak menanggapi dan/
Air Tampur-I dan II; atau memberikan jawaban terka-
b. Keputusan Gubernur Aceh it keberatan yang disampaikan
No. 660/25/2017 tentang Ke- Penggugat.
layakan Lingkungan Hidup 9. Tanggal 29 Januari 2019, Guber-
Rencana Pembangunan Pem- nur Aceh menerbitkan perubah-
bangkit Listrik Tenaga Air an atas Objek Sengketa, yaitu me-
Tampur I Provinsi Aceh de- lalui Keputusan Gubernur Aceh
ngan Pemrakarsa PT KAMIR- No. 522.51/DPMPTSP/240/IPP-
ZU; KH/2019 Tanggal 29 Januari 2019
c. Surat Keputusan Gubernur tentang Perubahan atas Keputus-
Aceh No. 522.51/DPMPTS- an Gubernur Aceh No. 522.51/
P/1499/IPPKH/2017 tentang DPMPTSP/1499/IPPKH/2017
Pemberian Izin Pinjam Pakai tentang Pemberian Izin Pinjam
Kawasan Hutan Dalam Rang- Pakai Kawasan Hutan Dalam
ka Pembangunan Pembangkit Rangka Pembangunan Pembang-
kit Listrik Tenaga Air Tampur-I

129
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

(443 MW) Seluas ±4.407 ha atas teraan Pengadilan Tata Usaha


nama PT KAMIRZU di Kabupa- Negara Banda Aceh.
ten Gayo Lues, Kabupaten Aceh 12. Tanggal 23 April 2019, Majelis
Tamiang, dan Kabupaten Aceh Hakim mengeluarkan Putusan
Timur Provinsi Aceh. Penerbitan Sela No. 7/G/LH/2019/PTUN.
perubahan atas Objek Sengketa BNA/INTV yang mengabulkan
adalah karena pada pokoknya permohonan PT Kamirzu untuk
terdapat penyesuaian 1) luasnya masuk sebagai pihak dalam per-
lahan yang telah ditetapkan da- kara a quo dan mendudukkannya
lam Izin Pinjam Pakai Kawasan sebagai Tergugat II Intervensi;
Hutan Dalam Rangka Pemba- 13. Tanggal 7 Mei 2019, di hadapan
ngunan Pembangkit Listrik Te- persidangan Pihak Tergugat ma-
naga Air Tampur-I (443 MW) upun Tergugat II Intervensi
dari seluas ± 4.407 ha menjadi ± mengajukan jawabannya.
4.130 ha; 2) kompensasi pemba-
14. Tanggal 19 Agustus 2019, setelah
yaran PNBP penggunaan kawa-
melalui proses persidangan, Ma-
san hutan; dan 3) melakukan pe-
jelis Hakim PTUN Banda Aceh
nanaman dalam rangka
memutuskan bahwa Objek Seng-
rehabilitasi Daerah Aliran Sungai
keta tidak sah, dan mewajibkan
dan sarana penunjangnya pada
Tergugat untuk mencabut Objek
Kawasan Hutan Lindung dan
Sengketa.
Kawasan Hutan Produksi
10. Tanggal 13 Februari 2019, Peng- III. Catatan Pembelajaran
gugat menyampaikan Banding
A. Terkait Tenggang Waktu Penga-
Administratif kepada atasan Ter-
juan
gugat melalui Surat No. 31/DE/
WALHI Aceh/II/2019 Tanggal Penggugat mendalilkan bahwa gu-
13 Februari 2019 Perihal Banding gatan yang diajukan masih dalam teng-
Administratif Keberatan terha- gang waktu. Dasar hukum perhitungan
dap Objek Sengketa, namun sam-
tenggang waktu yang didalilkan oleh
pai dengan diajukannya Gugatan
Penggugat adalah Pasal 55 UU No. 5 Ta-
a quo ke Pengadilan Tata Usaha
Negara Banda Aceh, atasan Ter- hun 1986 tentang Pengadilan Tata Usa-
gugat belum juga memberikan ha Negara (PTUN) sebagaimana telah
tanggapan terkait dengan Ban- diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004
ding Administratif yang diaju- dan UU No. 51 Tahun 2009 juncto Pasal
kan Penggugat. 5 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung
11. Tanggal 11 Maret 2019, Penggu- No. 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pe-
gat mendaftarkan Gugatan Tata nyelesaian Sengketa Administratif Pe-
Usaha Negara in-casu di Kepani-
merintahan Setelah Menempuh Upaya

130
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

Administratif yang menentukan sebagai mengetahui adanya Objek Sengketa me-


berikut. lalui salah satu kuasa hukumnya atas
Gugatan dapat diajukan hanya da- nama M. Fahmi yang juga merupakan
lam tenggang waktu sembilan puluh tim legal Yayasan HakA sebagaimana
hari terhitung sejak saat diterimanya pemberitaan media online www.mong-
atau diumumkannya Keputusan Ba- abay.co.id tanggal 5 September 2018, se-
dan atau Pejabat Tata Usaha Negara; hingga pengajuan gugatan telah melam-
Pihak ketiga yang tidak dituju oleh paui waktu 90 (sembilan puluh) hari.
keputusan hasil tindak lanjut upa- Tentang tenggang waktu pengajuan
ya administratif tenggang waktu gugatan tersebut, Majelis Hakim meng-
pengajuan gugatan di pengadilan anggap bahwa gugatan Penggugat ma-
dihitung sejak yang bersangkutan sih masuk dalam tenggang waktu peng-
pertama kali mengetahui keputusan ajuan gugatan dengan argumen sebagai
tata usaha negara yang merugikan berikut:
kepentingannya; 1. karena Penggugat bukan meru-
pakan pihak yang dituju lang-
Karena Penggugat mendalilkan me-
sung oleh Objek Sengketa maka
nerima Objek Sengketa tanggal 19 De-
berlaku ketentuan penghitungan
sember 2018, kemudian mengajukan ke- tenggang waktu pengajuan gu-
beratan kepada Gubernur Aceh tanggal gatan terhadap pihak ketiga se-
07 Januari 2019, dan mengajukan Ban- bagaimana ketentuan dalam per-
ding Administratif kepada atasan Gu- timbangan di atas yakni 90
bernur Aceh sebagai Wakil Pemerintah (sembilan puluh) hari sejak saat
di daerah dan/atau perpanjangtanganan ia merasa kepentingannya diru-
gikan oleh Keputusan Tata Usa-
pusat di daerah tanggal 13 Februari 2019,
ha Negara dan mengetahui ada-
maka Gugatan Tata Usaha Negara yang
nya Keputusan Tata Usaha
didaftarkan Penggugat pada Kepanitera- Negara tersebut;
an Pengadilan Tata Usaha Negara Ban- 2. terdapat ketentuan Pasal 75 sam-
da Aceh pada 11 Maret 2019 dinyatakan pai dengan Pasal 78 UU No. 30
masih dalam tenggang waktu 90 (sembi- Tahun 2014 tentang Administrasi
lan puluh) hari. Pemerintahan yang mengatur
Dalam Eksepsinya, Tergugat men- mengenai Upaya Administratif,
hal mana dipertegas kembali da-
dalilkan bahwa pengajuan gugatan te-
lam Pasal 5 ayat (1) Peraturan
lah melampaui Tenggang Waktu, karena
Mahkamah Agung No. 6 Tahun
Objek Sengketa terbit pada tanggal 9 Juni 2018 tentang Pedoman Penyele-
2017, sedangkan Penggugat telah lama saian Sengketa Administrasi Pe-

131
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

merintahan Setelah Menempuh hui adanya Objek Sengketa sejak


Upaya Administratif yang meng- lama sebagai dasar pertimbang-
atur perhitungan tenggang wak- an, melainkan menghitung teng-
tu pengajuan gugatan di Penga- gang waktu pengajuan gugatan
dilan adalah 90 (sembilan puluh) sejak Penggugat merasa kepen-
hari sejak keputusan atas upaya tingannya dirugikan oleh Objek
administratif diterima atau diu- Sengketa dan mengetahui ada-
mumkan; nya Objek Sengketa tersebut. Pe-
3. karena Penggugat merupakan pi- nulis sependapat dengan pertim-
hak ketiga yang tidak dituju lang- bangan Majelis Hakim tersebut,
sung oleh Objek Sengketa dan karena Kuasa Hukum Penggugat
baru mengetahui adanya Objek dalam dalil Tergugat merupakan
Sengketa setidaknya pada tang- subjek hukum yang berbeda de-
gal 17 Desember 2018, dan telah ngan Penggugat. Maka tenggang
melakukan Upaya Administratif waktu harus diperhitungkan se-
Keberatan dengan surat tanggal jak Penggugat menerima Objek
7 Januari 2019 serta tidak dijawab Sengketa yang karena berkedu-
oleh Tergugat, maka tenggang dukan sebagai pihak ketiga, di-
waktu 90 (sembilan puluh) hari peroleh Penggugat melalui per-
dihitung setelah seluruh Upaya mohonan informasi.
Administratif dilakukan atau 2. Yang dimaksud dengan “kepu-
setidaknya sejak Upaya Admi- tusan tata usaha negara yang me-
nistratif Keberatan telah lewat rugikan kepentingannya” dalam
10 (sepuluh) hari kerja sebagai- Pasal 5 ayat (2) Peraturan Mahka-
mana ketentuan Pasal 77 ayat (4) mah Agung No. 6 Tahun 2018
UU No. 30 Tahun 2014; setidaknya dapat menimbulkan
4. pengajuan gugatan Penggugat dua penafsiran, yaitu 1) Objek
masih dalam tenggang waktu Sengketa; atau 2) keputusan hasil
dan terhadap eksepsi Tergugat tindak lanjut upaya administratif.
yang pertama terkait pengajuan Jika dicermati dalam putusan,
gugatan telah lewat waktu (keke- dalil yang diajukan Penggugat
daluwarsa) beralasan hukum un- maupun Tergugat berdasarkan
tuk dinyatakan tidak diterima. pada penafsiran “keputusan tata
usaha negara” sebagai Objek
Terhadap pertimbangan Majelis Ha-
Sengketa, sehingga perhitungan
kim tersebut, Penulis menarik beberapa
kedaluwarsa pengajuan gugatan
catatan pembelajaran sebagai berikut: dihitung sejak Penggugat me-
1. Majelis Hakim tidak menjadikan ngetahui adanya Objek Sengketa.
dalil Tergugat yang menyatakan Namun dengan dasar hukum
bahwa Penggugat telah mengeta- yang sama, dalam pertimbang-

132
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

annya Majelis Hakim menafsir- B. Terkait Kelengkapan Objek


kan “keputusan tata usaha nega- Sengketa
ra” sebagai keputusan hasil tindak
Tergugat maupun Tergugat II Inter-
lanjut upaya administratif, sehing-
vensi mendalilkan bahwa objek gugatan
ga kemudian perhitungan keda-
luwarsa dimulai setelah seluruh Penggugat Tidak Lengkap (dan tidak
Upaya Administratif dilakukan, sempurna), yaitu bahwa karena telah
atau setidaknya sejak Upaya Ad- dilakukan revisi terhadap Objek Seng-
ministratif Keberatan telah lewat keta dengan terbitnya Surat Keputusan
10 (sepuluh) hari kerja. Gubernur Aceh No. 522.51/DPMPTS-
3. Meskipun pertimbangan Majelis P/240/IPPKH/2019 tertanggal 29 Janu-
Hakim tentang tenggang waktu ari 2019 yang kemudian tidak dimasuk-
berdasarkan pada UU No. 30 Ta-
kan oleh Penggugat sebagai objek seng-
hun 2014 tentang Administrasi
keta.
Pemerintahan, yang mana meng-
hitung kedaluwarsa pengajuan Majelis Hakim dalam pertimbangan-
gugatan sejak Upaya Keberatan nya kemudian menyatakan tidak mene-
telah lewat 10 (sepuluh) hari ker- rima eksepsi Tergugat maupun Tergugat
ja, Pasal 77 ayat (4) s.d. (7) UU II Intervensi bahwa gugatan Penggugat
No. 30 Tahun 2014 mengatur kabur, tidak lengkap, dan tidak sempur-
bahwa dalam hal Tergugat tidak
na (obscuur libel), karena pada dasarnya
menyelesaikan keberatan dalam
Majelis Hakim berpendapat bahwa se-
jangka 10 (sepuluh) hari kerja,
maka keberatan dianggap dika- mua unsur yang harus ada dalam sebu-
bulkan, sehingga dapat diminta- ah gugatan sebagaimana diatur dalam
kan penetapannya. Hal yang Pasal 56 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986
sama juga diatur untuk Upaya telah termuat dalam gugatan Penggu-
Administratif Banding dalam Pa- gat. Adapun argumentasi Majelis Hakim
sal 78 ayat (4) s.d. (6) UU No. 30 adalah sebagai berikut:
Tahun 2014. Namun Penggugat
1. untuk menyatakan suatu gugat-
tidak menggunakan Pasal 77 jun-
an kabur adalah apakah gugatan
cto Pasal 78 UU No. 30 Tahun
Penggugat telah memenuhi ke-
2014 tersebut sebagai dasar gu-
tentuan Pasal 56 ayat (1) UU No.
gatan, dan Majelis Hakim tidak
5 Tahun 1986 atau tidak (untuk
turut menyertakan mekanisme
kemudian didalilkan sebagai obs-
tersebut dalam pertimbangan-
cuur libel) harus melihat unsur
nya.
yang termuat dalam suatu gugat-
an yakni: a. nama, kewarganega-
raan, tempat tinggal, dan peker-

133
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

jaan penggugat, atau kuasanya; ubahan terhadap Objek Sengketa


b. nama jabatan, dan tempat ke- sebagai Objek Sengketa II dan
dudukan tergugat; c. dasar gu- Objek Sengketa selanjutnya dise-
gatan dan hal yang diminta un- but sebagai Objek Sengketa I, ke-
tuk diputuskan oleh Pengadilan; mudian secara bersama-sama
2. Majelis Hakim berpendapat se- Objek Sengketa I dan Objek Seng-
mua unsur yang harus ada da- keta II selanjutnya disebut seba-
lam sebuah gugatan sebagaima- gai Objek Sengketa.
na ketentuan Pasal 56 ayat (1) Terhadap pertimbangan Majelis Ha-
UU No. 5 Tahun 1986, seluruh- kim tersebut, Penulis sependapat terha-
nya telah termuat dalam gugat- dap pertimbangan Majelis Hakim untuk
an Penggugat;
terlebih dahulu menilai lengkap atau
3. Surat Keputusan Gubernur No.
tidaknya gugatan berdasarkan unsur-
522.51/DPMPTSP/240/IPP-
unsur gugatan yang diatur dalam Pasal
KH/2019 tanggal 29 Januari 2019
tersebut tidak mengubah secara 56 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986. Penulis
keseluruhan isi dari Objek juga sependapat atas pertimbangan Ma-
Sengketa, namun hanya pada jelis Hakim yang juga melihat terlebih
Diktum Kesatu dan Kedua saja. dahulu perubahan Objek Sengketa, yang
Hal tersebut juga diperkuat oleh kemudian dibuktikan tidak mengubah
pernyataan Tergugat II Interven- secara keseluruhan isi dari Objek Sengke-
si pada Jawaban dalam Eksepsi-
ta. Sebagai konsekuensi, dalam hal peru-
nya yang menyebutkan bahwa
bahan Objek Sengketa kemudian meng-
Objek Sengketa dan perubahan-
nya merupakan satu kesatuan ubah isi dari Objek Sengketa, sehingga
yang tidak dapat dipisahkan; terdapat perbedaan antar unsur-unsur-
4. perubahan terhadap Objek Seng- nya, maka Penulis berpendapat bahwa
keta tersebut baru diketahui oleh adalah tepat dalil Tergugat dan Tergugat
Penggugat dan Majelis Hakim II Intervensi bahwa gugatan Penggugat
pada tahap persidangan dengan kabur, tidak lengkap, dan tidak sempur-
agenda Jawaban, dan secara fisik na (obscuur libel) karena terdapat perbe-
diperlihatkan pada Persidangan
daan pada dasar gugatannya.
dengan agenda Pembuktian, se-
hingga tidak dimungkinkan un- C. Terkait Kewenangan Penerbit-
tuk ditambahkan pada saat agen- an Izin Pinjam Pakai Kawasan
da Pemeriksaan Persiapan; Hutan
5. atas hal tersebut dan dihubung- Dalam Pokok Perkara Gugatan,
kan dengan fakta hukum yang Penggugat menyatakan bahwa pener-
ada, Majelis Hakim menarik per-
bitan Objek Sengketa bertentangan de-

134
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

ngan ketentuan peraturan perundang- 156 dan Pasal 16 5UU No. 11 Tahun 2006
undangan yang berlaku karena Guber- tentang Pemerintah Aceh yang pada in-
nur Aceh selaku penerbit Objek Seng- tinya mengatur bahwa Pemerintah Aceh
keta melampaui wewenangnya untuk mengelola sumber daya alam di Aceh,
menerbitkan Objek Sengketa. Penggugat termasuk bidang kehutanan, dan berhak
mendalilkan bahwa kewenangan pem- memberikan izin yang berkaitan dengan
berian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan pengelolaan dan pengusahaan hutan se-
(“IPPKH”) yang dilimpahkan dari Men- suai dengan kewenangannya dan ber-
teri kepada Gubernur sifatnya terbatas dasarkan norma, standar, dan prosedur
(limited authority) yaitu hanya bagi pem- yang berlaku nasional. Sebagai ketentu-
bangunan fasilitas umum non komersi- an pelaksana dari kewenangan pengelo-
al dengan luasan paling banyak 5 (lima) laan bidang kehutanan tersebut adalah
hektare sebagaimana diatur dalam Pa- Qanun Aceh No. 7 Tahun 2016 tentang
sal 2 Perdirjen Planologi Kehutanan No. Kehutanan Aceh, yang pada Pasal 54 di-
P.5/VII-PKH/2014 tentang Petunjuk Pe- atur bahwa pemberian izin penggunaan
laksana Pemberian Izin Pinjam Pakai Ka- Kawasan Hutan untuk kepentingan pem-
wasan Hutan yang dilimpahkan Menteri bangunan di luar kegiatan kehutanan,
Kehutanan kepada Gubernur jo. Pasal 8 termasuk kegiatan instalasi pembang-
Permen LHK No. P.50/Menlhk/Setjen/ kit, transmisi dan distribusi listrik, serta
Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pinjam teknologi energi baru atau terbarukan,
Pakai Kawasan Hutan. Atas peraturan dilakukan melalui izin pinjam kawasan
tersebut, apabila dihubungkan dengan hutan yang dikeluarkan oleh Gubernur
Objek Sengketa, Gubernur Aceh yang setelah mendapat rekomendasi dari Di-
telah menerbitkan IPPKH kepada PT nas dan dilaporkan kepada DPRA.
Kamirzu untuk pembangunan fasilitas Adapun Tergugat II Intervensi juga
umum non-komersial yaitu Pembangkit turut memberikan jawaban terkait de-
Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan luas ngan kewenangan Gubernur Aceh seba-
4.407 Ha telah jelas-jelas bertentangan gai Tergugat dalam menerbitkan Objek
dengan ketentuan peraturan perundang- Sengketa. Tergugat II Intervensi menda-
undangan yang berlaku. lilkan bahwa IPPKH yang diatur dalam
Terhadap gugatan tersebut, Tergu- PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggu-
gat dalam jawabannya membantah dalil naan Kawasan Hutan terdapat 2 (dua)
Penggugat dengan menyatakan bahwa tipe, yaitu non-komersial dan komersial,
penerbitan Objek Sengketa merupakan sehingga bila dihubungkan dengan Ob-
kewenangan dari Tergugat. Tergugat jek Sengketa yang berdasarkan Pasal 4
mendasarkan argumennya pada Pasal ayat (2) huruf c PP No. 105 Tahun 2015

135
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

maka IPPKH untuk instalasi pembang- menyatakan bahwa IPPKH adalah untuk
kit, transmisi dan distribusi listrik serta kegiatan komersial sehingga dalil Peng-
teknologi energi baru dan terbarukan gugat tidak tepat. Argumentasi Majelis
tidak masuk dalam kategori sebagai Hakim adalah sebagai berikut:
penggunaan yang non-komersial, mela- 1. Berdasarkan Pasal 156 ayat (1)
inkan penggunaan komersial. Atas hal dan ayat (3) UU No. 11 Tahun
tersebut, Tergugat II Intervensi menya- 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
takan bahwa dalil Penggugat tidak tepat Pemerintah Aceh mempunyai
kewenangan untuk mengelola
dan keliru sehingga harus ditolak. Selain
sumber daya alam di Aceh, ter-
tipe IPPKH, Tergugat II Intervensi juga
masuk bidang kehutanan. Pasal
mendalilkan bahwa luas pemberian IP- 165 ayat (3) huruf b dan ayat (5)
PKH yang terdapat dalam Objek Seng- UU No. 11 Tahun 2006 tentang
keta sangat kecil bila dibandingkan de- Pemerintahan Aceh kemudian
ngan luasan hutan yang ada di Provinsi menyatakan bahwa Pemerintah
Aceh, yaitu jika di persentasekan sebesar Aceh sesuai dengan kewenang-
0.17%, dan tidak masuk dalam pengecu- annya dan berdasarkan norma,
standar, dan prosedur yang ber-
alian atas pemberian izin pinjam pakai
laku nasional berhak memberi-
kawasan hutan dengan luas maksimal 10
kan izin konversi kawasan hutan
% sebagaimana ditentukan Pasal 10 ayat dengan ketentuan yang lebih lan-
(8) Permen LHK No. P.50/Menlhk/Set- jut diatur dengan Qanun.
jen/Kum.1/6/2016. 2. Majelis Hakim kemudian mem-
Pada akhirnya, Majelis Hakim ber- pertimbangkan Pasal 270 ayat (1)
pendapat bahwa tindakan Tergugat da- dan (2) UU No. 11 Tahun 2006
lam menerbitkan Objek Sengketa telah tentang Pemerintahan Aceh,
yang mengatur bahwa kewe-
melewati batas kewenangan yang dibe-
nangan Pemerintah yang bersifat
rikan dari aspek cakupan bidang atau
nasional dan pelaksanaan UU ini
materi wewenang dengan menerbitkan yang menyangkut kewenangan
izin diluar kewenangan yang diberikan. Pemerintah diatur dengan pera-
Walau demikian, pendapat Majelis Ha- turan perundang-undangan, se-
kim tersebut disusun atas pertimbangan mentara kewenangan Pemerin-
sendiri dan terlepas dari dalil Penggugat tah Aceh tentang pelaksanaan
yang menyatakan bahwa Tergugat tidak UU ini diatur dengan Qanun.
berwenang menerbitkan Objek Sengketa 3. Atas dasar Pasal 270 UU No. 11
Tahun 2006 tentang Pemerintah-
sebagai IPPKH non komersial karena lu-
an Aceh tersebut diterbitkan PP
asannya melampaui 5 (lima) ha, maupun
No. 3 Tahun 2015 tentang Kewe-
jawaban dari Tergugat II Intervensi yang

136
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

nangan Pemerintah yang Bersifat mempunyai tujuan strategis yang


Nasional di Aceh, dan Qanun tidak dapat dielakkan, salah sa-
Aceh No. 7 Tahun 2016 tentang tunya adalah instalasi pembang-
Kehutanan Aceh. kit, transisi, dan distribusi listrik,
4. Dalam Pasal 4 huruf bb jo. Pasal 6 serta teknologi energi baru dan
PP No. 3 Tahun 2015 tentang Ke- terbarukan; dan waduk, ben-
wenangan Pemerintah yang Ber- dungan, bendung, irigrasi, salur-
sifat Nasional di Aceh, Pemerin- an air minum, saluran pembu-
tah (pusat) mempunyai angan air dan sanitasi, dan
kewenangan untuk mengatur bangunan perairan lainnya.
dan mengurus urusan pemerin- Penggunaan kawasan hutan un-
tahan di Aceh yang bersifat nasio- tuk kepentingan tersebut dilaku-
nal, salah satunya adalah kehu- kan berdasarkan IPPKH yang di-
tanan. Rincian kewenangan berikan oleh Menteri berdasar
Pemerintah tersebut kemudian permohonan. Adapun Menteri
dicantumkan dalam Lampiran PP dapat melimpahkan wewenang
No. 3 Tahun 2015 Sub Judul BB. pemberian IPPKH dengan luasan
Bidang Kehutanan Sub Bidang tertentu kepada gubernur untuk
Penatagunaan Kawasan Hutan, pembangunan fasilitas umum
yaitu penetapan kebijakan, nor- yang bersifat non komersial.
ma, standar dan prosedur pena- 6. Dengan kemudian menimbang
tagunaan kawasan hutan, dalam Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Per-
pelaksanaan penetapan fungsi, men LHK No. P.50/Menlhk/Set-
perubahan hak dari lahan milik jen/Kum.1/6/2016 serta pera-
menjadi kawasan hutan, peri- turan penggantinya Permen LHK
zinan penggunaan kawasan hu- No. P.27/Menlhk/Setjen/
tan. Maka Majelis Hakim menim- Kum.1/7/2018 tentang Pedoman
bang bahwa terhadap perizinan Pinjam pakai Kawasan Hutan,
penggunaan kawasan hutan, me- serta fakta hukum dalam proses
rupakan wewenang dari peme- persidangan, Majelis Hakim ber-
rintah pusat untuk menetapkan pendapat bahwa yang berwe-
kebijakan, norma, standar, dan nang dalam menerbitkan Objek
prosedurnya. Sengketa seharusnya adalah
5. Bahwa kemudian berdasarkan Menteri Lingkungan Hidup dan
Pasal 4, Pasal 6 ayat (1), dan Pasal Kehutanan, dikarenakan luas
7 PP No. 105 Tahun 2015, peng- areal dalam Objek Sengketa me-
gunaan kawasan hutan untuk ke- lebihi kewenangan yang dilim-
pentingan pembangunan di luar pahkan kepada Gubernur.
kegiatan kehutanan hanya dapat 7. Sementara itu, terkait kewenang-
dilakukan untuk kegiatan yang an Gubernur yang tertuang da-

137
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

lam Qanun Aceh No. 7 Tahun yah Aceh; dan Pemerintah, Pemerintah
2016 tentang Kehutanan Aceh, Aceh, dan pemerintah kabupaten/kota
Majelis Hakim mempertimbang- dilarang mengeluarkan izin pengusaha-
kan bahwa pada Bagian Umum an hutan dalam kawasan ekosistem Le-
Penjelasan atas Qanun Aceh No.
user. Dalam persidangan diketahui seba-
7 Tahun 2016 tentang Kehutanan
gai berikut:
Aceh, terdapat penjelasan bahwa
selain urusan pemerintahan yang 1. fakta bahwa Area Reservoir (ge-
menjadi kewenangan Pemerintah nangan) terletak pada area Hu-
yang bersifat nasional di Aceh se- tan Lindung, Hutan Produksi
bagaimana diatur dalam PP No. 3 dan Areal Penggunaan Lain
Tahun 2015, selebihnya adalah (APL), sedangkan Work Area Plan
urusan Pemerintah Aceh. Maka sepenuhnya berada pada Hutan
Qanun merupakan aturan pelak- Lindung, dan akses jalan baru
sanaan dari urusan pemerintahan terletak pada Hutan Lindung dan
di bidang Kehutanan yang men- Hutan Produksi, dan
jadi kewenangan Pemerintah 2. dari hasil Pemeriksaan Setempat
Aceh, dan atas hal tersebut, Maje- yang dilakukan oleh Majelis Ha-
lis Hakim berpendapat bahwa ke- kim, diketahui bahwa bendung-
wenangan Gubernur Aceh selaku an direncanakan akan dibangun
Tergugat dalam menerbitkan Izin pada area Hutan Lindung yang
Penggunaan Kawasan Hutan ha- terletak dalam Kawasan Ekosis-
nya terbatas pada pelimpahan tem Leuser, sedangkan waduk
wewenang yang diberikan kepa- atau area genangan sebagian ma-
da Gubernur, yaitu fasilitas suk dalam Hutan Lindung Ka-
umum yang bersifat non komer- wasan Ekosistem Leuser dan se-
sial dengan luas paling banyak 5 bagian lagi akan menggenangi
(lima) hektare. Desa Lesten yang merupakan
Selain pertimbangan terkait kewe- Areal Penggunaan Lain (APL).
nangan Tergugat untuk menerbitkan IP- Majelis Hakim kemudian menya-
PKH, Majelis Hakim juga memberikan takan bahwa penerbitan IPPKH harus
catatan terkait pemberian IPPKH pada memperhatikan pula ketentuan dalam
Kawasan Ekosistem Leuser. Sebagaima- Pasal 150 UU No. 11 Tahun 2006 tentang
na turut didalilkan oleh Penggugat, Pa- Pemerintahan Aceh yang mengama-
sal 150 UU No. 11 Tahun 2006 mengatur natkan kepada Pemerintah, Pemerintah
bahwa Pemerintah menugaskan Peme- Aceh, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
rintah Aceh untuk melakukan pengelo- untuk tidak mengeluarkan izin pengu-
laan kawasan ekosistem Leuser di wila- sahaan hutan dalam Kawasan Ekosistem
Leuser.

138
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

Terhadap pertimbangan Majelis Ha- bersifat non komersial; dan 2) de-


kim tersebut, Penulis berpendapat bah- ngan luas paling banyak 5 (lima)
wa Majelis Hakim telah menyusun alur hektare.9 Terkait sifat peruntukan
PLTA Tampur sebagai fasilitas
pertimbangan dengan logis dan baik, ya-
umum yang bersifat komersial
itu dengan catatan pembelajaran sebagai
juga telah didalilkan oleh Tergu-
berikut: gat II Intervensi dalam menjawab
1. Penulis sependapat atas argu- dalil Pokok Perkara yang diaju-
mentasi Majelis Hakim terkait kan Penggugat yang menyatakan
pembagian kewenangan bidang Objek Sengketa sebagai IPPKH
kehutanan antara Pemerintah non komersial dengan luasannya
Pusat dengan Pemerintah Aceh, melampaui 5 (lima) hektare.
yaitu bahwa meskipun Pemerin- 3. dalam proses persidangan, Maje-
tah Aceh memiliki kewenangan lis Hakim PTUN melaksanakan
di bidang kehutanan, penetapan kekuasaan kehakimannya mela-
regulasi (kebijakan, norma, stan- lui Pemeriksaan Setempat pada
dar dan prosedur penatagunaan lokasi Objek Sengketa tanggal 1
kawasan hutan) dalam pelaksa- Agustus 2019. Praktik Pemerik-
naan penetapan fungsi, perubah- saan Setempat jarang ditemui
an hak dari lahan milik menjadi terutama dalam peradilan tata
kawasan hutan, dan perizinan usaha negara, yang lebih umum
penggunaan kawasan hutan te- terpaku pada penerbitan Objek
tap menjadi kewenangan Peme- Sengketa secara formal, serta
rintah Pusat.8 pembuktian materiil yang terba-
2. Atas hal tersebut, Majelis Hakim tas pada yang didalilkan para pi-
telah menyusun argumentasi de- hak bersengketa dalam ruang
ngan tepat dengan menarik ke- persidangan. Lokasi Objek Seng-
simpulan bahwa tindakan keta dapat dibuktikan melalui
Tergugat dalam menerbitkan Peta Pengesahan Batas Kawasan
Objek Sengketa telah melewati Ekosistem yang dilampirkan oleh
batas kewenangan yang diberi- Penggugat, dan pembuktian me-
kan berdasarkan peraturan per- ngenai pelaksanaan kewajiban
undang-undangan, yang terbatas Tergugat II Intervensi terhadap
untuk 1) fasilitas umum yang Masyarakat Desa Lesten sebagai-

8
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Aceh, UU No. 11 Tahun 2006 Pasal 270 ayat (1)
dan (2) jo. Pasal 4 huruf bb jo. Peraturan Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah yang Bersifat Nasional
di Aceh, PP No. 3 Tahun 2015 Pasal 6.
9
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan Kawasan Hutan, PP No. 105 Tahun 2015 Pasal
4, Pasal 6 ayat (1), dan Pasal 7 jo. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman
Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Permen LHK No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Pasal 8 ayat (1) dan
ayat (2).

139
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

mana diperdebatkan dalam Po- kan relokasi Desa Lesten dalam


kok Perkara umumnya terbatas jangka waktu 1 (satu) tahun sete-
pada pembuktian yang didalil- lah IPPKH terbit, sehingga seba-
kan para pihak pada proses per- gaimana diatur dalam Objek
sidangan. Namun dengan pelak- Sengketa, IPPKH menjadi batal
sanaan Pemeriksaan Setempat, dan dinyatakan tidak berlaku;
Majelis Hakim menyiratkan per- 2. Objek Sengketa cacat yuridis, ka-
hatian terhadap subjek yang dia- rena dalam Diktumnya juga dise-
tur oleh Objek Sengketa, yaitu butkan bahwa Objek Sengketa
masyarakat Desa Lesten dan Ka- diterbitkan sebagai Izin Peman-
wasan Ekosistem Leuser. faatan Kayu dan Izin Pemasukan
4. Pada akhirnya, perhatian Majelis dan Penggunaan Peralatan da-
Hakim PTUN Banda Aceh terha- lam satu keputusan;
dap Kawasan Ekosistem Leuser 3. Tentang tidak adanya rekomen-
tampak dari pertimbangan pu- dasi Bupati Kabupaten Aceh Ti-
tusan yang menggarisbawahi mur, meskipun Objek Sengketa
kembali Pasal 150 UU No. 11 Ta- diterbitkan untuk 3 (tiga) Kabu-
hun 2006 tentang Pemerintahan paten termasuk Kabupaten Aceh
Aceh yang pada intinya menga- Timur. Rekomendasi Bupati Ka-
manatkan Tergugat untuk tidak bupaten Aceh Timur baru diberi-
mengeluarkan izin pengusahaan kan setelah Objek Sengketa terbit;
hutan dalam Kawasan Ekosistem 4. Objek Sengketa diterbitkan ber-
Leuser. dasarkan Rekomendasi dari Ke-
D. Catatan terhadap Perizinan Pem- pala Dinas Lingkungan Hidup
bangunan PLTA Tampur dari dan Kehutanan Aceh yang juga
Perspektif Ketenagalistrikan diterbitkan pada tanggal yang
sama, yaitu 9 Juni 2017, sementa-
Selain kewenangan penerbitan IPP- ra menurut nalar pikir rasional
KH yang melebihi kewenangan Tergu- tidak mungkin diterbitkan pada
gat, pada dasarnya terdapat beberapa hari dan tanggal yang sama;
dalil lain yang diajukan Penggugat se- 5. Areal yang diperuntukkan dalam
bagai Pokok Perkara untuk menggugat Objek Sengketa berada dalam
agar Objek Sengketa dinyatakan tidak Kawasan Zona Patahan Aktif;
sah dan dicabut demi hukum, yaitu: 6. Potensial dampak akibat diterbit-
1. PT Karmizu (yang kemudian kannya Objek Sengketa bagi ling-
menjadi Tergugat II Intervensi) kungan hidup Kawasan Ekosistem
belum melaksanakan kewajiban Leuser beserta keanekaragaman
hukumnya untuk menyelesaikan hayati di dalamnya.
tata batas areal dan menyelesai-

140
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

Namun, karena Majelis Hakim mem- zu untuk melaksanakan pembangunan


pertimbangkan bahwa Tergugat tidak PLTA Tampur.10 Pertama, dari proses
berwenang dalam menerbitkan Objek penyediaan jasa ketenagalistrikan, IP-
Sengketa, maka terhadap prosedur dan PKH beserta perizinan terkait yang di-
substansi penerbitan Objek Sengketa butuhkan untuk pembangunan PLTA
menjadi tidak relevan untuk dipertim- seharusnya baru dapat diperoleh setelah
bangkan lagi. perusahaan penyedia tenaga listrik me-
Selain pembuktian atas Pokok Perka- miliki Izin Usaha Pembangkit Tenaga
ra yang terjadi selama proses persidang- Listrik Sementara (IUPTLS), serta Power
an dan dengan memperhatikan proses Purchase Agreement (PPA) antara PT PLN
penerbitan Objek Sengketa yang terke- (Persero) dengan perusahaan penyedia
san cepat (melewati terbitnya Rekomen- tenaga listrik tersebut, dalam hal ini PT
dasi Bupati Kabupaten Aceh Timur dan Karmizu. Ini untuk memastikan bahwa
diterbitkan pada hari yang sama dengan perusahaan penyedia tenaga listrik akan
Rekomendasi Kepala Dinas Lingkungan betul beroperasi, sehingga dengan demi-
Hidup dan Kehutanan Aceh), menarik kian memastikan peruntukan perizinan
untuk melihat urgensi terbitnya Objek (termasuk izin pinjam pakai kawasan)
Sengketa sebagai bagian dari perizinan yang diberikan adalah untuk pemba-
pembangunan PLTA Tampur dari per- ngunan instalasi pembangkit tenaga lis-
spektif perencanaan pembangunan in- trik. Secara umum, proses pembangunan
frastruktur ketenagalistrikan. pembangkit tenaga listrik dapat dibagi
Berikut beberapa catatan terkait IP- menjadi beberapa tahap, yang dijelaskan
PKH yang diterbitkan bagi PT Karmi- melalui tabel berikut:11

Tabel 2. Proses Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik

Power Pur-
chase Agree- Pengurusan Konstruksi -
Perencanaan Pengadaan Pendanaan
ment - Periz- Perizinan Operasi
inan
Feasibility Stu- Proses penga- PPA untuk Setelah PPA Proses pen- Setelah per-
dy, yaitu untuk daan ditandai memastikan ditandata- carian lender izinan yang
memeriksa dengan pe- bahwa listrik ngani, perusa- sampai financi- dibutuhkan
kebutuhan nyelenggaraan yang dihasil- haan pengem- al closing. terpenuhi,
pembangunan pemilihan kan akan di- bang akan maka perusa-

10
Hasil wawancara dengan Grita Anindarini, S.H., LL.M., peneliti bidang Energi pada Yayasan
Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), di Kantor ICEL, Jakarta Selatan, tanggal 30 Oktober
2019.
11
Ibid.

141
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

instalasi langsung oleh beli oleh PLN. mulai mengu- haan penyedia
pembangkit PT. PLN (Per- Pada proses rus perizinan tenaga listrik
tenaga listrik sero), Untuk ini, PPA ter- yang dibu- akan memulai
berdasarkan kemudian di- sebut akan di- tuhkan untuk proses kon-
kebutuhan ambil 1 (satu) tandatangani pembangunan struksi hinga
listrik, jaring- pengembang oleh kedua pembangkit. instalasi pem-
an, potensi yang akan ber- belah pihak Dalam proses bangkit tenaga
yang ada, serta tindak sebagai dan paling ini, pengem- listrik selesai
kemana saja operator atau sedikit memu- bang mengu- dibangun dan
tenaga listrik Independent at: a) jangka rus izin-izin siap operasi.
yang diha- Power Producer waktu; b) hak seperti Izin
silkan akan dan kewajiban Lingkungan
dialirkan (ba- penjual dan (“IL”) sampai
lancing supply pembeli; c) dengan Izin
and demand). alokasi risiko; Usaha Penye-
d) jaminan diaan Tenaga
pelaksanaan Listrik (IUP-
proyek; e) TL).
komisioning
dan COD; Untuk pengu-
f) pasokan rusan izin
bahan bakar; yang dibutuh-
g) transaksi; h) kan tersebut,
pengendalian ESDM (seka-
operasi sistem; rang dialihkan
i) penalti ter- kepada OSS)
hadap kinerja akan mener-
pembangkit; j_ bitkan IUPTLS
pengakhiran sebagai bentuk
perjanjian; k_ kepastian akan
pengalihan dilaksanakan-
hak; l) persya- nya proyek
ratan penyesu- yang dibutuh-
aian harga; m) kan perusa-
penyelesaian haan untuk
perselisihan; mengurus
dan n) keada- perizinan yang
an kahar (Pa- lain sampai
sal 3 Permen dengan men-
ESDM No. 10 cari pendana-
Tahun 2017) an.

Dalam putusan tidak disebutkan IUPTLS menimbulkan risiko bahwa IP-


apakah PT Karmizu telah mendapatkan PKH yang diterbitkan tidak digunakan
IUPTLS sebagai dasar penerbitan IP- untuk pembangunan instalasi pembang-
PKH. Selain itu, tidak ditemukan juga kit tenaga listrik.
informasi apakah PT Karmizu telah me- Kedua, pembangunan PLTA Tampur
nandatangani PPA dengan PT PLN (Per- dalam Rencana Usaha Penyediaan Tena-
sero). Penerbitan IPPKH tanpa adanya ga Listrik Tahun 2019 – 2028 (RUPTL)

142
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur

yang diterbitkan PT PLN (Persero) be- wilayah tersebut. Bagaimana nasib dan
lum dapat dipastikan kejelasannya. Dari pertanggungjawaban terhadap kawa-
RUPTL PT. PLN (Persero) 2019-2028, ter- san hutan tersebut hingga IPPKH terkait
lihat bahwa status PLTA Tampur masih dibatalkan karena tidak sesuai dengan
dalam tahap potensi, yang sebenarnya alasan penerbitannya?
dapat terlihat diarahkan untuk mengisi Dari pernyataan diatas, terdapat
Hidro Sumatera Tersebar, yang akan di- dua kemungkinan kejanggalan terhadap
targetkan beroperasi pada 2025.12 pembangunan PLTA Tampur. Pertama
Adapun berdasarkan RUPTL terse- kemungkinan penerbitan IPPKH untuk
but, status proyek ini masih dalam tahap PLTA Tampur seakan-akan tergesa-gesa,
perencanaan, yang mana seharusnya dan tidak sesuai prosedur. Atau kedua,
masih dilakukan feasibility study untuk kemungkinan RUPTL PT. PLN (Perse-
melihat kebutuhan sistem, sehingga ma- ro) tidak memberikan informasi yang
sih terbuka kemungkinan untuk lokasi akurat terkait dengan perencanaan pe-
pembangunan berpindah apabila dari ngembangan pembangkit tenaga listrik.
hasil feasibility study tersebut ternyata Pasalnya, adanya IPPKH yang telah ter-
terdapat sistem yang lain yang membu- bit tidak sesuai dengan alur perencanaan
tuhkan. Jika dibandingkan antara proses ketenagalistrikan dan seharusnya peran
pembangunan pembangkit tenaga listrik Pemerintah Pusat, dalam hal ini adalah
dalam tabel di atas dengan posisi peren- Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
canaan PLTA Tampur yang ada di dalam Kementerian ESDM, sebagai pihak yang
RUPTL sekarang, patut dipertanyakan berwenang untuk melakukan pengawas-
dasar pertimbangan IPPKH telah diberi- an terhadap penyusunan RUPTL untuk
kan. Hal ini dikarenakan secara sistem, dapat menemukan kejanggalan ini dan
masih dimungkinkan pembangunan di- menindaklanjutinya.
pindahkan pada lokasi lain apabila di-
IV. Penutup
butuhkan. Berkaca pada proses pemba-
ngunan PLTA Tampur yang belum jelas, Dari hasil pengulasan terhadap Pu-
perlu ada pertimbangan atas dampak tusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.
diterbitkannya IPPKH saat kebutuhan BNA tanggal 19 Agustus 2019 beserta
sistem kemudian menyatakan bahwa ti- pertimbangan Majelis Hakim yang ter-
dak diperlukan pengembangan PLTA di dapat di dalamnya, dapat ditarik kesim-
pulan sebagai berikut:

12
RUPTL PT. PLN (Persero) 2019-2028, hlm. A7-A8.

143
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144

1. Majelis Hakim melaksanakan ke- oleh Objek Sengketa dan masya-


kuasaan kehakimannya dengan rakat Desa Lesten, hal yang tidak
menarik alur argumentasi sendi- umum ditemui pada peradilan
ri, tanpa keluar dari dalil Peng- tata usaha negara.
gugat, Tergugat, dan Tergugat II 4. Selain tampak dari pelaksanaan
Intervensi. Misalnya penafsiran Pemeriksaan Setempat, perhati-
Majelis Hakim atas “keputusan an Majelis Hakim terhadap loka-
tata usaha negara” dalam Pasal 5 si Objek Sengketa sebagai Kawa-
ayat (2) Peraturan Mahkamah san Ekosistem Leuser cukup
Agung No. 6 Tahun 2018 sebagai menarik. Hal ini dikarenakan
keputusan hasil tindak lanjut upaya Majelis Hakim tidak semata-mata
administratif. mempertimbangkan persoalan
2. Dalam beberapa pertimbangan, kewenangan penerbitan izin na-
Majelis Hakim bahkan menggu- mun juga memperhatikan kewa-
nakan argumentasi Tergugat dan jiban Gubernur Aceh untuk men-
Tergugat II Intervensi untuk jaga Kawasan Ekosistem Leuser
memperkuat dalil Penggugat. sebagaimana diamanatkan da-
Hal ini tampak pada saat: lam Pasal 150 UU No. 11 Tahun
a. Majelis Hakim menarik Objek 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
Sengketa beserta perubahan- setelah menyatakan Tergugat ti-
nya sebagai satu kesatuan un- dak berwenang menerbitkan Ob-
tuk menyatakan bahwa gu- jek Sengketa.
gatan telah memenuhi Pasal 5. Dalam hal terdapat sengketa tata
56 ayat (1) UU No. 5 Tahun usaha negara terkait perizinan
1986, instalasi pembangkit tenaga lis-
b. Majelis Hakim menyusun trik, baik untuk melihat Objek
pertimbangan bahwa IPPKH Sengketa dan mempelajari perka-
dalam Objek Sengketa adalah ra dari perspektif ketenagalistri-
IPPKH untuk kepentingan kan, yaitu untuk mengetahui ur-
komersial sebagaimana dida- gensi izin yang menjadi Objek
lilkan oleh Tergugat II Inter- Sengketa diterbitkan sebagai ba-
vensi, sehingga diluar kewe- han penyusunan dalil dan juga
nangan Tergugat untuk pertimbangan dalam Putusan.
menerbitkannya.
3. Pelaksanaan kekuasaan keha-
kiman Majelis Hakim pada Pe-
meriksaan Setempat yang dila-
kukan Majelis Hakim untuk
memeriksa lokasi yang diatur

144

Anda mungkin juga menyukai