1
Penulis peneliti pada Yayasan Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia/Indonesian Center
for Environmental Law (ICEL).
2
“Lesten Tidak Lagi Terisolir”, Serambinews.com, 4 September 2016, https://aceh.tribunnews.
com/2016/09/04/lesten-tidak-lagi-terisolir , diakses 25 Oktober 2019.
3
Junaidi Hanafiah, “Desa Lesten Akan Ditenggelamkan Demi Alasan PLTA Tampur”, Mongabay,
21 Agustus 2019, https://www.mongabay.co.id/2019/08/21/desa-lesten-akan-ditenggelamkan-
demi-alasan-plta-tampur/, diakses 25 Oktober 2019.
4
“Dampak Pembangunan PLTA, Seluruh Warga Lesten Direlokasi”, Teropong Aceh, 7 Oktober
2016, http://teropongaceh.com/dampak-pembangunan-plta-seluruh-warga-lesten-direlokasi/ , diak-
ses 25 Oktober 2019.
126
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
isolasi hanyalah kedok bagi Pemerintah dan pemenuhan kebutuhan listrik6, yaitu
Aceh untuk menyediakan akses bagi ma- agar setiap pembangunan pembangkit
suknya pembangunan PLTA di Kawasan tenaga listrik tetap memperhatikan ke-
Ekosistem Leuser. tentuan atas perizinan sebagai instrumen
Atas latar belakang tersebut, putus- pencegahan kerusakan lingkungan hi-
an Majelis Hakim PTUN Banda Aceh dup7 sebagaimana diatur dalam peratur-
dianggap mampu mengembalikan rasa an perundang-undangan yang berlaku.
keadilan baik terhadap masyarakat Desa II. Kasus Posisi
Lesten maupun terhadap kelestarian
Berikut merupakan kasus posisi
Kawasan Ekosistem Leuser. Adapun
yang disusun berdasarkan peristiwa hu-
Majelis Hakim mengabulkan gugatan
kum yang dicantumkan dalam Putusan,
Penggugat untuk seluruhnya atas dasar
yaitu dimulai dari proses penerbitan Ob-
pertimbangan bahwa Gubernur Aceh in
jek Sengketa, upaya administrasi yang
casu Tergugat tidak berwenang untuk
telah ditempuh oleh Penggugat, masuk-
menerbitkan Objek Sengketa, sehing-
nya gugatan terhadap Objek Sengketa,
ga penerbitan Objek Sengketa tersebut
dan proses persidangan hingga putusan
telah bertentangan dengan asas kepas-
Majelis Hakim:
tian hukum dan asas tidak menyalah-
1. Tanggal 9 Juni 2017, Gubernur
gunakan kewenangan. Maka perdebat-
Aceh menerbitkan Keputusan
an yang tersorot dalam putusan adalah
Gubernur No. 522.51/DPMPTS-
terkait dengan kewenangan penerbitan P/1499/IPPKH/2017 tentang
Objek Sengketa antara pemerintah pu- Pemberian Izin Pinjam Pakai Ka-
sat dengan pemerintah daerah otonomi wasan Hutan Dalam Rangka
khusus Aceh, dan pertimbangan Majelis Pembangunan Pembangkit Lis-
Hakim belum menyentuh substansi po- trik Tenaga Air Tampur-I (443
kok sengketa yang lain. Walau demikian, MW) Seluas ±4.407 Ha atas nama
PT KAMIRZU di Kabupaten Gayo
putusan ini menjadi pembelajaran yang
Lues, Kabupaten Aceh Tamiang,
baik terutama di tengah upaya pemerin-
dan Kabupaten Aceh Timur Pro-
tah mengejar target rasio elektrifikasi5 vinsi Aceh (“Objek Sengketa”).
5
Ghani Nurcahyadi, “Mengejar Rasio Elektrifikasi 96%”, Media Indonesia, 27 Oktober 2017, htt-
ps://mediaindonesia.com/read/detail/129230-mengejar-rasio-elektrifikasi-96.html, diakses 30 Okto-
ber 2019.
6
Gemal A.N. Panggabean, “Hingga 2026, Aceh Butuh Tambahan Pembangkit Listrik 2.837
MW”, Bisnis.com, 9 November 2017, https://ekonomi.bisnis.com/read/20171109/44/707692/hingga-
2026-aceh-butuh-tambahan-pembangkit-listrik-2.837-mw, diakses 30 Oktober 2019.
7
Henri Subagiyo et. al., Anotasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pe-
ngelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Cano Digital Copy and Printing, 2014), hlm. 135.
127
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
128
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
129
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
130
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
131
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
132
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
133
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
134
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
ngan ketentuan peraturan perundang- 156 dan Pasal 16 5UU No. 11 Tahun 2006
undangan yang berlaku karena Guber- tentang Pemerintah Aceh yang pada in-
nur Aceh selaku penerbit Objek Seng- tinya mengatur bahwa Pemerintah Aceh
keta melampaui wewenangnya untuk mengelola sumber daya alam di Aceh,
menerbitkan Objek Sengketa. Penggugat termasuk bidang kehutanan, dan berhak
mendalilkan bahwa kewenangan pem- memberikan izin yang berkaitan dengan
berian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan pengelolaan dan pengusahaan hutan se-
(“IPPKH”) yang dilimpahkan dari Men- suai dengan kewenangannya dan ber-
teri kepada Gubernur sifatnya terbatas dasarkan norma, standar, dan prosedur
(limited authority) yaitu hanya bagi pem- yang berlaku nasional. Sebagai ketentu-
bangunan fasilitas umum non komersi- an pelaksana dari kewenangan pengelo-
al dengan luasan paling banyak 5 (lima) laan bidang kehutanan tersebut adalah
hektare sebagaimana diatur dalam Pa- Qanun Aceh No. 7 Tahun 2016 tentang
sal 2 Perdirjen Planologi Kehutanan No. Kehutanan Aceh, yang pada Pasal 54 di-
P.5/VII-PKH/2014 tentang Petunjuk Pe- atur bahwa pemberian izin penggunaan
laksana Pemberian Izin Pinjam Pakai Ka- Kawasan Hutan untuk kepentingan pem-
wasan Hutan yang dilimpahkan Menteri bangunan di luar kegiatan kehutanan,
Kehutanan kepada Gubernur jo. Pasal 8 termasuk kegiatan instalasi pembang-
Permen LHK No. P.50/Menlhk/Setjen/ kit, transmisi dan distribusi listrik, serta
Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pinjam teknologi energi baru atau terbarukan,
Pakai Kawasan Hutan. Atas peraturan dilakukan melalui izin pinjam kawasan
tersebut, apabila dihubungkan dengan hutan yang dikeluarkan oleh Gubernur
Objek Sengketa, Gubernur Aceh yang setelah mendapat rekomendasi dari Di-
telah menerbitkan IPPKH kepada PT nas dan dilaporkan kepada DPRA.
Kamirzu untuk pembangunan fasilitas Adapun Tergugat II Intervensi juga
umum non-komersial yaitu Pembangkit turut memberikan jawaban terkait de-
Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan luas ngan kewenangan Gubernur Aceh seba-
4.407 Ha telah jelas-jelas bertentangan gai Tergugat dalam menerbitkan Objek
dengan ketentuan peraturan perundang- Sengketa. Tergugat II Intervensi menda-
undangan yang berlaku. lilkan bahwa IPPKH yang diatur dalam
Terhadap gugatan tersebut, Tergu- PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggu-
gat dalam jawabannya membantah dalil naan Kawasan Hutan terdapat 2 (dua)
Penggugat dengan menyatakan bahwa tipe, yaitu non-komersial dan komersial,
penerbitan Objek Sengketa merupakan sehingga bila dihubungkan dengan Ob-
kewenangan dari Tergugat. Tergugat jek Sengketa yang berdasarkan Pasal 4
mendasarkan argumennya pada Pasal ayat (2) huruf c PP No. 105 Tahun 2015
135
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
maka IPPKH untuk instalasi pembang- menyatakan bahwa IPPKH adalah untuk
kit, transmisi dan distribusi listrik serta kegiatan komersial sehingga dalil Peng-
teknologi energi baru dan terbarukan gugat tidak tepat. Argumentasi Majelis
tidak masuk dalam kategori sebagai Hakim adalah sebagai berikut:
penggunaan yang non-komersial, mela- 1. Berdasarkan Pasal 156 ayat (1)
inkan penggunaan komersial. Atas hal dan ayat (3) UU No. 11 Tahun
tersebut, Tergugat II Intervensi menya- 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
takan bahwa dalil Penggugat tidak tepat Pemerintah Aceh mempunyai
kewenangan untuk mengelola
dan keliru sehingga harus ditolak. Selain
sumber daya alam di Aceh, ter-
tipe IPPKH, Tergugat II Intervensi juga
masuk bidang kehutanan. Pasal
mendalilkan bahwa luas pemberian IP- 165 ayat (3) huruf b dan ayat (5)
PKH yang terdapat dalam Objek Seng- UU No. 11 Tahun 2006 tentang
keta sangat kecil bila dibandingkan de- Pemerintahan Aceh kemudian
ngan luasan hutan yang ada di Provinsi menyatakan bahwa Pemerintah
Aceh, yaitu jika di persentasekan sebesar Aceh sesuai dengan kewenang-
0.17%, dan tidak masuk dalam pengecu- annya dan berdasarkan norma,
standar, dan prosedur yang ber-
alian atas pemberian izin pinjam pakai
laku nasional berhak memberi-
kawasan hutan dengan luas maksimal 10
kan izin konversi kawasan hutan
% sebagaimana ditentukan Pasal 10 ayat dengan ketentuan yang lebih lan-
(8) Permen LHK No. P.50/Menlhk/Set- jut diatur dengan Qanun.
jen/Kum.1/6/2016. 2. Majelis Hakim kemudian mem-
Pada akhirnya, Majelis Hakim ber- pertimbangkan Pasal 270 ayat (1)
pendapat bahwa tindakan Tergugat da- dan (2) UU No. 11 Tahun 2006
lam menerbitkan Objek Sengketa telah tentang Pemerintahan Aceh,
yang mengatur bahwa kewe-
melewati batas kewenangan yang dibe-
nangan Pemerintah yang bersifat
rikan dari aspek cakupan bidang atau
nasional dan pelaksanaan UU ini
materi wewenang dengan menerbitkan yang menyangkut kewenangan
izin diluar kewenangan yang diberikan. Pemerintah diatur dengan pera-
Walau demikian, pendapat Majelis Ha- turan perundang-undangan, se-
kim tersebut disusun atas pertimbangan mentara kewenangan Pemerin-
sendiri dan terlepas dari dalil Penggugat tah Aceh tentang pelaksanaan
yang menyatakan bahwa Tergugat tidak UU ini diatur dengan Qanun.
berwenang menerbitkan Objek Sengketa 3. Atas dasar Pasal 270 UU No. 11
Tahun 2006 tentang Pemerintah-
sebagai IPPKH non komersial karena lu-
an Aceh tersebut diterbitkan PP
asannya melampaui 5 (lima) ha, maupun
No. 3 Tahun 2015 tentang Kewe-
jawaban dari Tergugat II Intervensi yang
136
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
137
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
lam Qanun Aceh No. 7 Tahun yah Aceh; dan Pemerintah, Pemerintah
2016 tentang Kehutanan Aceh, Aceh, dan pemerintah kabupaten/kota
Majelis Hakim mempertimbang- dilarang mengeluarkan izin pengusaha-
kan bahwa pada Bagian Umum an hutan dalam kawasan ekosistem Le-
Penjelasan atas Qanun Aceh No.
user. Dalam persidangan diketahui seba-
7 Tahun 2016 tentang Kehutanan
gai berikut:
Aceh, terdapat penjelasan bahwa
selain urusan pemerintahan yang 1. fakta bahwa Area Reservoir (ge-
menjadi kewenangan Pemerintah nangan) terletak pada area Hu-
yang bersifat nasional di Aceh se- tan Lindung, Hutan Produksi
bagaimana diatur dalam PP No. 3 dan Areal Penggunaan Lain
Tahun 2015, selebihnya adalah (APL), sedangkan Work Area Plan
urusan Pemerintah Aceh. Maka sepenuhnya berada pada Hutan
Qanun merupakan aturan pelak- Lindung, dan akses jalan baru
sanaan dari urusan pemerintahan terletak pada Hutan Lindung dan
di bidang Kehutanan yang men- Hutan Produksi, dan
jadi kewenangan Pemerintah 2. dari hasil Pemeriksaan Setempat
Aceh, dan atas hal tersebut, Maje- yang dilakukan oleh Majelis Ha-
lis Hakim berpendapat bahwa ke- kim, diketahui bahwa bendung-
wenangan Gubernur Aceh selaku an direncanakan akan dibangun
Tergugat dalam menerbitkan Izin pada area Hutan Lindung yang
Penggunaan Kawasan Hutan ha- terletak dalam Kawasan Ekosis-
nya terbatas pada pelimpahan tem Leuser, sedangkan waduk
wewenang yang diberikan kepa- atau area genangan sebagian ma-
da Gubernur, yaitu fasilitas suk dalam Hutan Lindung Ka-
umum yang bersifat non komer- wasan Ekosistem Leuser dan se-
sial dengan luas paling banyak 5 bagian lagi akan menggenangi
(lima) hektare. Desa Lesten yang merupakan
Selain pertimbangan terkait kewe- Areal Penggunaan Lain (APL).
nangan Tergugat untuk menerbitkan IP- Majelis Hakim kemudian menya-
PKH, Majelis Hakim juga memberikan takan bahwa penerbitan IPPKH harus
catatan terkait pemberian IPPKH pada memperhatikan pula ketentuan dalam
Kawasan Ekosistem Leuser. Sebagaima- Pasal 150 UU No. 11 Tahun 2006 tentang
na turut didalilkan oleh Penggugat, Pa- Pemerintahan Aceh yang mengama-
sal 150 UU No. 11 Tahun 2006 mengatur natkan kepada Pemerintah, Pemerintah
bahwa Pemerintah menugaskan Peme- Aceh, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
rintah Aceh untuk melakukan pengelo- untuk tidak mengeluarkan izin pengu-
laan kawasan ekosistem Leuser di wila- sahaan hutan dalam Kawasan Ekosistem
Leuser.
138
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
8
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Aceh, UU No. 11 Tahun 2006 Pasal 270 ayat (1)
dan (2) jo. Pasal 4 huruf bb jo. Peraturan Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah yang Bersifat Nasional
di Aceh, PP No. 3 Tahun 2015 Pasal 6.
9
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan Kawasan Hutan, PP No. 105 Tahun 2015 Pasal
4, Pasal 6 ayat (1), dan Pasal 7 jo. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman
Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Permen LHK No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Pasal 8 ayat (1) dan
ayat (2).
139
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
140
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
Power Pur-
chase Agree- Pengurusan Konstruksi -
Perencanaan Pengadaan Pendanaan
ment - Periz- Perizinan Operasi
inan
Feasibility Stu- Proses penga- PPA untuk Setelah PPA Proses pen- Setelah per-
dy, yaitu untuk daan ditandai memastikan ditandata- carian lender izinan yang
memeriksa dengan pe- bahwa listrik ngani, perusa- sampai financi- dibutuhkan
kebutuhan nyelenggaraan yang dihasil- haan pengem- al closing. terpenuhi,
pembangunan pemilihan kan akan di- bang akan maka perusa-
10
Hasil wawancara dengan Grita Anindarini, S.H., LL.M., peneliti bidang Energi pada Yayasan
Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), di Kantor ICEL, Jakarta Selatan, tanggal 30 Oktober
2019.
11
Ibid.
141
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
instalasi langsung oleh beli oleh PLN. mulai mengu- haan penyedia
pembangkit PT. PLN (Per- Pada proses rus perizinan tenaga listrik
tenaga listrik sero), Untuk ini, PPA ter- yang dibu- akan memulai
berdasarkan kemudian di- sebut akan di- tuhkan untuk proses kon-
kebutuhan ambil 1 (satu) tandatangani pembangunan struksi hinga
listrik, jaring- pengembang oleh kedua pembangkit. instalasi pem-
an, potensi yang akan ber- belah pihak Dalam proses bangkit tenaga
yang ada, serta tindak sebagai dan paling ini, pengem- listrik selesai
kemana saja operator atau sedikit memu- bang mengu- dibangun dan
tenaga listrik Independent at: a) jangka rus izin-izin siap operasi.
yang diha- Power Producer waktu; b) hak seperti Izin
silkan akan dan kewajiban Lingkungan
dialirkan (ba- penjual dan (“IL”) sampai
lancing supply pembeli; c) dengan Izin
and demand). alokasi risiko; Usaha Penye-
d) jaminan diaan Tenaga
pelaksanaan Listrik (IUP-
proyek; e) TL).
komisioning
dan COD; Untuk pengu-
f) pasokan rusan izin
bahan bakar; yang dibutuh-
g) transaksi; h) kan tersebut,
pengendalian ESDM (seka-
operasi sistem; rang dialihkan
i) penalti ter- kepada OSS)
hadap kinerja akan mener-
pembangkit; j_ bitkan IUPTLS
pengakhiran sebagai bentuk
perjanjian; k_ kepastian akan
pengalihan dilaksanakan-
hak; l) persya- nya proyek
ratan penyesu- yang dibutuh-
aian harga; m) kan perusa-
penyelesaian haan untuk
perselisihan; mengurus
dan n) keada- perizinan yang
an kahar (Pa- lain sampai
sal 3 Permen dengan men-
ESDM No. 10 cari pendana-
Tahun 2017) an.
142
Antonius Aditantyo Nugroho
Analisis Putusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.BNA antara Walhi Melawan Gubernur Aceh
atas Penerbitan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan PLTA Tampur
yang diterbitkan PT PLN (Persero) be- wilayah tersebut. Bagaimana nasib dan
lum dapat dipastikan kejelasannya. Dari pertanggungjawaban terhadap kawa-
RUPTL PT. PLN (Persero) 2019-2028, ter- san hutan tersebut hingga IPPKH terkait
lihat bahwa status PLTA Tampur masih dibatalkan karena tidak sesuai dengan
dalam tahap potensi, yang sebenarnya alasan penerbitannya?
dapat terlihat diarahkan untuk mengisi Dari pernyataan diatas, terdapat
Hidro Sumatera Tersebar, yang akan di- dua kemungkinan kejanggalan terhadap
targetkan beroperasi pada 2025.12 pembangunan PLTA Tampur. Pertama
Adapun berdasarkan RUPTL terse- kemungkinan penerbitan IPPKH untuk
but, status proyek ini masih dalam tahap PLTA Tampur seakan-akan tergesa-gesa,
perencanaan, yang mana seharusnya dan tidak sesuai prosedur. Atau kedua,
masih dilakukan feasibility study untuk kemungkinan RUPTL PT. PLN (Perse-
melihat kebutuhan sistem, sehingga ma- ro) tidak memberikan informasi yang
sih terbuka kemungkinan untuk lokasi akurat terkait dengan perencanaan pe-
pembangunan berpindah apabila dari ngembangan pembangkit tenaga listrik.
hasil feasibility study tersebut ternyata Pasalnya, adanya IPPKH yang telah ter-
terdapat sistem yang lain yang membu- bit tidak sesuai dengan alur perencanaan
tuhkan. Jika dibandingkan antara proses ketenagalistrikan dan seharusnya peran
pembangunan pembangkit tenaga listrik Pemerintah Pusat, dalam hal ini adalah
dalam tabel di atas dengan posisi peren- Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
canaan PLTA Tampur yang ada di dalam Kementerian ESDM, sebagai pihak yang
RUPTL sekarang, patut dipertanyakan berwenang untuk melakukan pengawas-
dasar pertimbangan IPPKH telah diberi- an terhadap penyusunan RUPTL untuk
kan. Hal ini dikarenakan secara sistem, dapat menemukan kejanggalan ini dan
masih dimungkinkan pembangunan di- menindaklanjutinya.
pindahkan pada lokasi lain apabila di-
IV. Penutup
butuhkan. Berkaca pada proses pemba-
ngunan PLTA Tampur yang belum jelas, Dari hasil pengulasan terhadap Pu-
perlu ada pertimbangan atas dampak tusan PTUN NO. 7/G/LH/2019/PTUN.
diterbitkannya IPPKH saat kebutuhan BNA tanggal 19 Agustus 2019 beserta
sistem kemudian menyatakan bahwa ti- pertimbangan Majelis Hakim yang ter-
dak diperlukan pengembangan PLTA di dapat di dalamnya, dapat ditarik kesim-
pulan sebagai berikut:
12
RUPTL PT. PLN (Persero) 2019-2028, hlm. A7-A8.
143
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 1, 2019: Halaman 126 - 144
144