Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN PALIATIF

MANAJEMEN KEBUTUHAN CAIRAN PADA KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh Kelompok 9

1. Abul Fayd Dzun Nun M. P1337420317063


2. Devi Rahmawati H. P1337420317072
3. Atik Ma’rufah P1337420317067
Kelas:
3 Reguler B

PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang


mengandungkonsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk
mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan
internal yangnkonstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk
mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa
cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi
seperti penyakit atau trauma. Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif
konstan dan komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem
pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan
elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan
intraseluler. Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di
sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan
minum lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan ( air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah
umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Secara umum orang yang
lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan
orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan
tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan
yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh


2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit
4. Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

C. Tujuan Penulis

1. Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan variable apa saja yang mempengaruhi
keseimbangan normal cairan dan elektroli
4. Mahasiswa dapat melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi Perawatan Paliatif


Perawatan Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
meyeluruh, dengan pendekatan-pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
Perawatan paliatif untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala-gejala suatu
penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan. Suatu pendekatan untuk
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan
masalah-masalah fisik lain, juga masalah psikologis dan spiritual lainnya.

B. Prinsip Perawatan Paliatif


1. Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain
2. Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal
3. Tidak bermaksud mempercepat atau menunda kematian
4. Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial,
budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung.
5. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap
aktif sampai kematiannya.
6. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit
pasien, dan sewaktu masa perkabungan

A. Karakteristik Perawatan Paliatif


1. Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
2. Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit.
3. Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
4. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial
5. Pendekatan multi-disipliner medis non-medis keluarga

B. Manfaat Perawatan Paliatif


1. Meningkatkan kualitas hidup Pasien GGK dan keluarganya.
2. Mengurangi penderitaan pasien
3. Mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit
4. Meningkatkan kepatuhan pengobatan

C. Syarat Perawatan Paliatif Yang Baik


1. Menghargai otonomi dan pilihan pasien
2. Memberi akses sumber informasi yang adekuat
3. Ciptakan hubungan saling menghargai dan mempercayai antara pasien dengan
pemberi perawatan
4. Berikan dukungan bagi keluarga, anak, petugas sosial yang memberikan
perawatan.
5. Hormati dan terapkan nilai-nilai budaya setempat, kepercayaan / agama, dan
adat istiadat.

D. Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
E. Cairan Cairan elektrolit tubuh dibagi dalam dua kelompok
1. intraseluler (CIS)
Adalah cairan yang berada didalam sel diseluruh tubuh.
2. Cairan ekstraseluler (CES)
Adalah cairan yang berada diluar sel.
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan
asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu
liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10%
nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian
mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan
dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat
dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara
sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian
saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah
air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan
kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan
hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan
cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
a) ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh
hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b) Aldosteron
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal
di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
c) Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta
mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d) Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e) Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin
II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

G. Jenis dan jumlah cairan tubuh


1. Cairan tubuh: 60%
a) Cairan intraseluler: 40%
b) Cairan ekstraseluler: 20%
2. Cairan intertisial:
a) 15% Plasma darah: 5%

H. Cara perpindahan cairan tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan
membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi
mereka.Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran
tersebut.Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut
permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran
tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable
(permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak
dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif
atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.
a) Difusi
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain
terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan
temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses
difusi berjalan lebih cepat.
b) Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang
pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang
solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solute.
Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan
isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan
yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding
larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan
bertambah volumenya.
c) Transport aktif
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1) Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan
kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut
koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat
bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan
garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan
plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel
permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam
proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan
dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena
bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding
konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan
interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud
membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2) Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat
lain tidak berpindah ke jaringan.

I. Fungsi cairan tubuh


1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Membentuk dalam metabolism sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempermudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormone, enzim, SDP, SDM)
J. Komposisi cairan tubuh
1. Air
Adalah senyawa utma dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya.
2. Solute (terlalut)
Cairan tubuh mengandung dua jenis substrat terlalut (zat terlalut) elektrolit dan
non elektrolit.
a. Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolot berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif
b. Non elektrolit
Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan.
Larutan non elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin
dan bilirubun.

K. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia
secara fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh, sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan,
persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75%
dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 %
dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan tubuh
berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika
lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan
Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 - 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

L. Pengaturan volume cairan tubuh


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen
kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit,
ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-kira1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml
per harisehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan,
dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan
yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah :
Berat Badan Kebutuhan Cairan
No. Umur
(kg) (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
18
7 54,0 2200 – 2700
tahun(adult)

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2. Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine:
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi
normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml
per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi
urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi.Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon iniberasal dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

M. Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.


1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh
pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.
N. Jenis cairan
1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori
setiap harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori
ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk
metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter.
Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert
sugar ( ½ dextrose dan ½ levulose).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah
sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
O. Jenis-jenis cairan infuse
1. Cairan hipotonik
Adalah osmolaritasnya lebih redang dibandungkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih randah dibandingkan serum. Cairan ini digunakan apda keadaan
sel mengalami dehidrasi misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi
diuretik, juga pada pasien hiperglkemia (pada gula dara tinggi) dengan
ketoaksidosis diabetic.
2. Isotonic
Adalah osmoaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada dipembuluh darah.
Bermanfaat bagi pasien yang mengalami hipervolemi (kekurangan cairan tubuh
sehingga tekanan darah terus terus menurun). Memiliki resiko overload
contohnya RL dan NaCL 0.9%.
3. Cairan hipertonik
Adalah osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan dararh menstabilkan, meningkatkan produksi urin,
dan menguru edema (bengkaak).

P. Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit


Masalah-masalah kebutuhan cairan:
1. Asidosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa
pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26
mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L,
mual, muntah dan diare.
2. Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan
adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3. Hipokalemia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami
diare berkepanjangan.
4. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik.
Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan,
dll.
5. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia
ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi
pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin
D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3
mEq/L.
7. Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8. Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9. Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa
dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH
cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.

Q. Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit


1. Pemberian cairan melalui per-oral atau intravena (infus)
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini
memerlukan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh
darah.
2. Pemberian melalui infus dengan memasukan kedalam vena (pembuluh darah
pasien)
Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
juga dapat dilakukan pada pasien schock, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah,
sebelum tranfusi darah atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.

B. Saran

Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun


petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan
keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://nurseviliansyah.blogspot.com/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
https://www.scribd.com/document/84108362/MANAJEMEN-CAIRANa\

Anda mungkin juga menyukai