“APPENDICITIS”
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Referat : Appendicitis
Pembimbing Mahasiswa
Apendicitis akut
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Pada awalnya anak
hanya sering menunjukkan gejala rewel dan tidak mau makan. Anak sering
tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Beberapa jam kemudian anak akan
muntah sehingga menjadi lemah, dan letargik. Karena gejala yg tidak khas
tadi, appendicitis sering baru diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi, 80-
90% appendicitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.4
Appendicitis rekurens
Diagnosis appendicitis rekurens baru dapat dipikirkan jika ada riwayat
serangan nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong di lakukannya
apendiktomi, dan hasil patologi menunjukkan peradangan akut. Kelainan ini
terjadi bila serangan appendicitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
appendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan
jaringan parut. Resiko terjadinya serangan berulang adalah sekitar 50%.
Insidens appendicitis rekurens adalah 10% daei spesimen apendiktomi yg
diperiksa secara patologik.
Pada appendicitis rekurens, biasanya dilakukan apendiktomi karena
penderita seringkali datang dalam serangan akut.4
Appendicitis kronik
Diagnosis appencitis kronik baru dapat ditegakkan jika semua syarat
berikut terpenuhi : riwayat nyeri perut kanan bawah yang lebih dari dua
minggu, terbukti terjadi radang kronik appendiks baik secara makroskopik
maupun mikroskopik, dan keluhan menghilang pasca apendiktomi.
Kriteria mikroskopik appendicitis kronik meliputi adanya fibrosis
menyeluruh pada dinding appendiks, sumbatan parsial, atau total pada lumen
appendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel
inflamasi kronik. Insidens appendicitis kronik adalah sekitar 1-5%.4
Mukokel appendiks
Mukokel apendiks merupakan dilatasi kistik dari apendiks yg berisi
musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, biasanya berupa
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.
Walaupun jarang, mukokel dapat disebabkan oleh kistadenoma yg dicurigai
dapat berubah menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak
diperut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di region iliaka kanan.
Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda appendicitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.4
Tumor apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendiktomi atas indikasi appendicitis akut. Karena bisa bermetastasis ke
limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi
harapan hidup yang jauh lebih baik di bandingkan dengan hanya
apendiktomi.4
Karsinoid apendiks
Karsinoid apendiks merupakan tumor sel argentafin apendiks.
Kelainan ini jarang di diagnosis prabedah, tetapi ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan patologi terhadap spesimen apendiks
dengan diagnosis prabedah appendicitis akut. Sindrom karsinoid
berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas
karena spasme bronkus dan diare yang hanya ditemukan pada sekitar
6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin
yang menyebabkan gejala teresebut diatas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata dapat
berulang dan bermetastasis sehingga diperlukan operasi radikal. Bila
spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal
tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan.4
Perjalanan dari mulai timbulnya gejala menuju perforasi terjadi begitu cepat,
sebanyak 20% kasus perforasi apendiks terjadi 48 jam, bahkan dapat 36 jam
setelah timbulnya gejala. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya perforasi sangat
cepat sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serta penanganan yang
tepat dari para dokter.6
Pada apendisitis, nyeri perut yang klasik adalah nyeri yang dimulai dari ulu
hati, kemudian setelah 4-6 jam akan dirasakan berpindah ke daerah perut kanan
bawah (sesuai lokasi apendiks).7 Saat inflamasi berlanjut dalam 6-36 jam maka
akan terjadi perangsangan peritoneum terutama pada daerah letak apendiks
sejajar dengan titik McBurney yang menimbulkan nyeri somatic.7
Pada kurang dari 24 jam pertama sejak sakit jarang ditemukan terjadinya
perforasi, tetapi setelah lebih dari 24 jam keluhan semakin meningkat.1,9 Jika
telah didapatkan diagnosis yang jelas sebagai apendisitis, penundaan
apendektomi dengan tetap memberikan terapi antibiotik dapat mengakibatkan
terjadinya perforasi dalam waktu <24 jam setelah mulainya appendicitis.7
o Massa periapendikuler
o Appendicitis perforata
Adanya fekalit didalam lumen, usia (orang tua atau anak kecil), dan
keterlambatan diagnosis, merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks. Insiden perforasi pada penderita diatas usia 60 tahun
dilaporkan sekitar 60%. Faktor yang mempengaruhi tingginya insiden
perforasi pada orang tua adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat,
adanya perubahan anatomi apendiks berupa penyempitan lumen, dan
arteriosclerosis. Insiden tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks
yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang waktu
diagnosis, dan proses pendinginan kurang sempurna akibat perforasi yang
berlangsung cepat dan omentum anak belum berkembang.4
Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis pirulenta yang
ditandai dengan demam tinggi, nyeri hebat yang meliputi seluruh perut, dan
perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi
di seluruh perut, mungkin disertai pungtum maksimum di region iliaka kanan.
Peristaltik usus dapat menurun sampai hilang akibat adanya ileus paralitik.
Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terbatas di
suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan subdiagfrgma. Adanya massa
intraabdomen yg nyeri disertai demam harus dicurigai sebagai abses.
Ultrasonografi dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses
subdiagfragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau
efusi pleura. Ultrasonografi dan foto rontgen dada akan membantu
membedakannya.4
Perlu dilakukan laparatomi dengan insisi yg panjang agar mudah
melakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin,
serta membersihkan kantong nanah.
Karena terdapat kemungkinan terjadi infeksi luka operasi, sebaiknya
dilakukan pemasangan drain subfasia, kulit dibiarkan terbuka dan nantinya
akan dijahit bila sudah dipastikan tidak ada infeksi. Pemasangan drain
intraperitoneal tidak perlu dilakukan pada anak justru lebih sering
menyebabkan komplikasi infeksi.4
BAB III
KESIMPULAN
6. Annisa Avit Saputra. 2018. Hubungan jumlah leukosit pre operasi dengan
kejadian komplikasi pasca operasi apendiktomi pada pasien appendicitis
perforasi di RSUP Dr.M.Djamil padang. http://journal .fk.unand.ac .id
7. Heru Ardilap. 2015. Hubungan mulai nyeri perut dengan tingkat keparahan
appendicitis akut anak berdasarkan klasifikasi cloud di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Jom Fk.Volume 1.No.2. Oktober. 2015