Abstract
Rohingya community has experienced various forms of human rights violations that include
genocide crimes, especially since 1978. The right to freedom of movement for the spirits is tightly
restricted and the issuance of the Citizenship Law Act which resulted in Myanmar freely discriminating
against people who are not has a citizenship status. The issues raised in this study are the actions
undertaken by Myanmar is a crime of genocide, as well as efforts to resolve disputes between
Myanmar and ethnic spirits. This type of research uses the type of normative legal research that is by
literature studies and literature related to genocide, and using historical approaches, statutory
approaches, concept approaches and case approaches. The results of this study indicate that the
actions taken by Myanmar to the spirits of the Muslim community are indeed a genocide crime, based
on some elements in accordance with Article 6 of the Rome Statute 1998. The Dispute Resolution is
litigated, as non-litigation settlements can not find the bright spot of the dispute, and who handles the
case is the International Criminal Court with the ICC tribunal. The conclusion is that Myanmar has
committed genocide crimes against its ethnic spirits and discrimination against minorities.
Furthermore, the efforts of dispute settlement are conducted by litigation or through legal mechanism
and handled by ICC (International Criminal Court).
ICTY, Statuta ICTR, Statuta Tokyo dan kejahatan terhadap kemanusiaan (Effendi,
Statuta Nurnberg. Sumber Hukum 2014 : 111).
Sekunder: yaitu semua publikasi tentang Istilah ini tercatat pertama kali
hukum yang bukan merupakan dokumen- dipopulerkan oleh Raphael Lemkin pada
dokumen resmi, Sumber bahan hukum tahun 1944 untuk menunjuk pada peristiwa
tersier yaitu bahan yang memberikan pembantaian secara sistematis dan luas
petunjuk atau penjelasan tambahan terhadap kaum Yahudi di Eropa. Oleh
terhadap bahan hukum primer dan karena itu, sangat tepat sekali apa yang
sekunder yang terdapat dalam penelitian. dikemukakan oleh sosiolog Leo Kuper
Teknik pengumpulan bahan hukum bahwa meskipun genosida adalah sebuah
yang dilakukan adalah dengan cara istilah yang baru, namun apa yang
menggali kerangka normatif menggunakan terkandung didalam istilah tersebut
bahan hukum yang membahas tentang sesungguhnya merupakan sebuah konsep
teori-teori hukum, perlindungan hak asasi yang lama (Siswanto, 2015 : 27).
manusia terhadap kaum muslim Rohingya. Faktor-faktor penyebab terjadinya
Baik bahan hukum primer maupun bahan Genosida antara lain disebabkan oleh :
hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan a) Faktor Ras
topik permasalahan yang telah dirumuskan Faktor yang petama tentang perbedaan
berdasarkan sistem kartu dan diklasifikasi ras oleh beberapa kelompok di dunia
menurut sumber dan hierarkinya untuk mengakibatkan penyebab terjadinya
dikaji secara kompeherensif. kejahatan genosida seperti yang pernah
terjadi di Afrika Selatan pada abad ke-17,
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu bermula dari kasus mengenai
Tindakan yang dilakukan oleh Myanmar Apartheid. Peristiwa ini muncul karena
terhadap etnis rohingnya merupakan setelah kemerdekaan bangsa Afrika
kejahatan Genosida Selatan dari penjajahan oleh Inggris dan
Genosida menurut pasal 6 Statuta Belanda, pada saat itu telah terbentuk dua
Roma 1998 merupakan kejahatan yang kelompok yang akan menguasai Afrika
dilakukan secara sistematis dengan tujuan Selatan. Diantara kelompok-kelompok
untuk menghancurkan seluruh atau yang ingin menguasai Negara Afrika
sebagian etnis, ras, suku, dan agama Selatan maka salah satu Partai Nasionalis
seperti : yang telah memenangkan dan
(a). Membunuh suatu kelompok; menguasainya. Taktik dan strategi Partai
(b). Menyebabkan luka parah atau merusak Nasionalis dalam menjalankan
mental suatu kelompok; kekuasaannya salah satunya menciptakan
(c). Dengansengaja mengancam jiwa suatu konflik Apartheid sebagai suatu cara untuk
kelompok yang menyebabkan luka fisik mempererat control mereka atas bentuk
baik sebagian maupun keseluruhan; sistem ekonomi dan sosial (Widyawati,
(d). Melakukan tindakan yang dimaksudkan 2014 : 64).
untuk mencegah kelahiran dalam b) Faktor Suku
kelompok; Penyebab yang dapat menimbulkan
(e). Memindahkan anak-anak secara paksa terjadinya kejahatan genosida selanjutnya
dari satu kelompok-ke kelompok lain. ialah karena latar belakang suku dari suatu
Secara etimologis, istilah genosida kelompok. Permasalahan yang timbul
berasal dari bahasa Yunani, „Geno’, yang karena diskriminasi suku (etnis),
berarti „ras‟ dan kata Latin „cidium‟ yang pelanggaran-pelanggaran hak yang
berarti „membunuh‟. Dengan demikian dilakukan kepada kelompok minoritas.
secara harfiah, genosida diartikan sebagai Menurut Colier, menyatakan bahwasannya
pembunuhan terhadap rasa atau konflik etnis bukan hanya disebabkan
pemusnahan ras. Genosida yang diartikan karena perbedaan etnis secara umum,
sebagai pembunuhan dengan sengaja, agama, politik, dan perkembangan
penghancuran atau pemusnahan rasa atau ekonomi, tetapi melainkan juga karena
anggota kelompok tersebut, pertama kali dapat disebabkan oleh masyarakat sipil di
dipertimbangkan sebagai subkatagori dari
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
suatu tempat itu sendiri (Widyawati, 2014 : menetapdi wilayah Chitaggong. Banyak
65). anggapan mengatakan bahwa Muslim
c) Faktor Agama Bengali di Arakan saat ini datang
Faktor yang dapat menyebabkan bersamaan dengan kolonial Inggris abad
kejahatan genosida selanjutnya adalah ke-19 dan ke-20. Rohingnya sering
agama, seperti dengan faktor-faktor pemicu dikaitkan dengan imigran gelap akibat
sebelumnya bahwa latar belakang agama perang kemerdekaan dan bencana topan
sangat mendasar timbulnya perpecahan pada tahun 1978 dan 1991. Ada juga
antar satu kelompok dengan kelompok penilaian bahwa mereka ingin
lainnya. Dimana agama yang minoritas mengukuhkan statuts kewarganegaraan
akan selalu ditindas oleh agama yang sebagaimana etnis pribumi lainnya,
tergolong mayoritas di suatu tempat yang diantaranya seperti Shan, Karen, Kachin,
terdapat kekerasan terhadap kemanusiaan. dan Chin (Bustamam, 2013 : 312)
Konflik yang ditimbulkan karena faktor Secara umum, baik versi pemerintahan,
agama memang lebih ekstrim untuk sejarawan, maupun akademisi lebih
terjadinya kekerasan bahkan penyerangan cendrung mempublikasikan bahwa di
terhadap masyarakat yang beragama lain Burma terdapat 135 suku, yang terbesar
(Widyawati, 2014 : 66). Perpecahan yang antara lain suku Burman, Chin, Kachin,
timbul karena faktor agama akan terus Shan, Arakan, Kayah, Karen, dan Mon.
berkelanjutan terjadi apabila dalam suatu Meskipun pemerintah mengklaim terdapat
kelompok tidak mempunyai inisiatif 135 etnis, tidak ditemukan data resmi
melakukan penyelesaian masalah yang terkait jumlah etnis minoritas di Burma.
menjadi penyebab dari konflik itu sendiri. Kachin, Karen, Kareni, Shan, Chin, Mon
Peran utama terletak pada para pemuka dan Arakan merupakan etnis yang dapat
agama, sesepuh dan tokoh pada suatu dilacak garis keturunannya dan
agama yang mempunyai otoritas dan menegosiasikan batas-batas wilayahnya
kepercayaan dalam membina dan dengan pemerintah.
mengarahkan kelompoknya untuk tidak Populasi etnis di Burma terdiri dari etnis
melakukan kekerasan terhadap sesame Burman yang merupakan mayoritas
manusia (Widyawati, 2014 : 66). sebanyak 50 juta orang (50-75%).
Myanmar merupakan salah satu Negara Kelompok minoritas terbesar berikutnya
di Asia Tenggara, jadi penulisan sejarah adalah Shan (9%) dan Karen (7%).
lengkap tentang Burma (sekarang Sedangkan etnis Mon, Arakan, Chin,
Myanmar), khususnya di wilayah Arakan Kachin, Karen, Rohingnya, Kayan, Cina,
belum mampu diperjelas oleh para India, Danu, Akha, Kokang, Lahu, Naga,
sejarawan secara objektif. Sejauh ini telah Palaung, Pao, Tavoyan, dan Wa
terbit berbagai tulisan sejarawan modern populasinya hanya sekitar 5% atau dibawah
tentang peristiwa yang relevan dengan angka itu (Bustamam, 2013 : 317).
sejarah di Arakan. Sumber lama tentang Rohingnya merupakan oaring-orang
sejarah Arakan juga telah tersedia, baik muslim yang tinggal di kawasan Arakan di
berupa kronik, buku sejarah, maupun artikel barat Myanmar. Menurut Persatuan
yang ditulis dalam bahasa Burma oleh Bangsa-Bangsa, rohingnya merupakan
beberapa peneliti, namun masih salah satu minoritas yang paling dianiaya di
memunculkan kontroversi dan distorsi dunia. Banyak masyarakat Rohingnya telah
karena adanya bias kepentingan kelompok melarikan diri ke tempat aman dan kam-
yang kuat (Bustamam, 2013 : 311) kam pelarian di Bangladesh jiran, dan
Beberapa bulan terakhir, Burma telah kawasan di sepanjang sepadan Thai-
menjadi berita utama terkait pelanggaran Myanmar. Sudah kita ketahui bersama
Hak Asasi Manusia, khususnya kasus bahwasannya kejahatan genosida
diskriminasi terhadap etnis minoritas merupakan kejahatan yang paling serius
muslim. Istilah Rohingnya kemudian yang dibicarakan oleh dunia pada saat ini,
menjadi sangat kontroversial. Etnis dikarenakan genosida merupakan suatu
Rohingnya juga sering dikaitkan dengan kejahatan yang berniat untuk
etnis, bahasa, dan agama dari Bengali yang
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
memusnahkan etnis, ras dan agama pada Keadaan semakin memburuk dan
kelompok tertentu. menyedihkan ketika wanita muslim
Kejahatan genosida yang dilakukan rohingnya dilarang untuk mengenakan
oleh pemerintah Myanmar terhadap etnis hijab, banyak diantara mereka yang
rohingnya adalah suatu tindakan yang ditindas, mengalami diskriminasi, dan
sudah melanggar Hak Asasi Manusia kekerasan-kekerasan lainnya. Masyarakat
masyarakat rohingnya. Pelanggaran HAM rohingnya juga mendapat diskriminasi pada
yang cukup berat terjadi, terdapat dua bidang kesehatan, masyarakat rohingnya
reaksi umum yang timbul dari masyarakat tidak mendapat perlakuan sama di rumah
rohingnya, yakni tetap tinggal di Myanmar sakit maupun klinik-klinik di Myanmar.
atau memilih menjadi pengungsi di negara Masyarakat rohingnya dipaksa untuk
lain (Soetjipto, 2015 : 132). Masyarakat membayar harga pengobatan dan biaya
rohingnya yang bertahan mengalami rumah sakit sangat mahal dibandingkan
perlakuan yang tidak manusiawi dan dengan masyarakat Myanmar (Karuniawan,
semakin tertindas dengan tidak diakuinya 2012 : 11).
mereka sebagai warga negara Myanmar, Tindakan genosida yang dialami etnis
tidak diakuinya rohingnya sebagai warga rohingnya terjadi dalam berbagai bentuk
negara Myanmar menyebabkan seperti pemerkosan, pembunuhan
masyarakat rohingnya menjadi stateless penindasan terhadap anak-anak,
person. Konflik besar yang mempengaruhi perampasan rumah, tanah, pemusnahan
pihak-pihak yang terlibat, dalam hal ini dan dilarang untuk memperbaiki masjid,
pemerintah Myanmar dengan etnis muslim penggantian masjid dengan pagoda
rohingnya (Soetjipto, 2015 : 132). Buddha, pergerakan dan perkawinan
Genosida di Myanmar ditandai dengan mereka dibatasi, penangkapan dan
pembunuhan muslim rohingnya oleh penyiksaan tanpa bicara, serta pemaksaan
penduduk Myanmar penganut Buddha pada keluar dari islam dan menganut Buddha
tahun 1938, penangkapan besar-besaran (Karuniawan, 2012 : 12).
tahun 1970, dan pemberlakuan undang- Tindakan genosida yang dilakukan
undang kewarganegaraan tahun 1982 yang Myanmar terhadap etnis rohingnya
secara structural membuat eksistensi merupakan tindakan yang sangat kejam
masyarakat rohingnya illegal di mata hukum karena sudah menghilangkan Hak Asasi
(Soetjipto, 2015 : 133). Manusia masyarakat etnis rohingnya.
Tindakan diskriminasi yang diterima Tindakan yang dilakukan seperti
oleh masyarakat rohingnya telah terjadi membunuh, memperkosa, memusnahkan,
semenjak tahun 1938 dan sebanyak 30.000 membakar, tidak memberikan untuk
muslim rohingnya telah dibunuh pada 26 menganut agamanya masing-masing,
Juli 1938. Kejadian yang sama telah terjadi berencana untuk memusnahkan etnis
berulang pada tahun 1942, 1968, 1992, dan rohingnya merupakan kejahatan genosida
memuncak pada tahun 2012 (Froyoplus, yang sangat serius. Di harapkan
2012). Pada tahun 1982 pemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa harus
Myanmar dengan resmi menerbitkan bertindak dalam hal ini agar kasus ini
undang-undang “Burma Citizenship Law secepatnya selesai serta tidak
1982” yang bersifat diskriminasi kepada ditemukannya lagi kasus serupa yang
etnis rohingnya (Karuniawan, 2012 : 11). terjadi di Negara lain.
Sejak diterbitkannya undang-undang Dari pemaparan di atas, peneliti dapat
tersebut anak-anak etnis rohingnya tidak menarik hasil terkait dengan tindakan yang
mendapatkan hak pelajaran mereka dan dilakukan oleh Pemerintah Myanmar
mengakibatkan anak-anak tersebut tidak terhadap etnis rohingnya sudah memenuhi
menyambung pelajarannya serta mendapat unsur bahwa tindakan tersebut dapat
berbagai tekanan seperti ekonomi, dikatagorikan sebagai tindakan kejahatan
penangkapan, penyiksaan, dan jenis genosida. Syarat dari sebuah tindakan
diskriminasi lainnya (Karuniawan, 2012 : tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan
11). genosida, apabila sudah memenuhi unsur-
unsur seperti pembunuhan masal,
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
2015 : 357). Pada tahun 1994 naskah korban tindak pidana internasional berat,
diserahkan untuk ditindaklanjuti dan bahwa para pelaku tindak pidana tidak bisa
dibahas oleh Majelis Umum yang sudah lepas dari pertanggungjawaban pidana atas
membentuk Komisi Persiapan untuk perbuatannya (Effendi, 2014 : 239).
membahasnya secara lebih mendalam dari Upaya penyelesaian sengketa
tahun 1995-1997 dan pada bulan April merupakan cara untuk suatu pengadilan
tahun 1998 Komisi Persiapan berhasil dalam rangka menyelesaiakan suatu
merampungkan tugasnya yang kemudian sengketa yang terjadi di suatu Negara.
menghasilkan naskah final dan autentik Dalam hal ini yaitu upaya penyelesaian
tentang Statuta Mahkamah Pidana sengketa yang terjadi di Negara Myanmar
Internasional. Naskah final ini kemudian antara pemerintah Myanmar dengan etnis
dibawa dan dibahas pada Konfrensi pada muslim rohingnya. Dalam rangka
tanggal 15-17 Juli 1998 di Roma kemudian menyelesaiakan sengketa yang terjadi
naskah tersebut ditandatangani oleh para antara pemerintah Myanmar dan etnis
wakil Negara-negara, dan semua wakil muslim rohingnya, sesuai dengan Pasal 33
undangan yang hadir pada saat Konfrensi Piagam PBB terlebih dahulu sebaiknya
Diplomatik tersebut (Parthiana, 2015 : 357). menggunakan cara diplomasi, apabila tidak
Semenjak naskah yang sudah menemukan titik terang dalam
diautentikasi serta ditandatangani oleh permasalahan ini maka baru beralih dengan
semua perwakilan yang hadir pada menggunakan cara hukum yakni melalui
Konfrensi tersebut, maka pada saat itu pula peradilan (Susanti, 2014 : 16).
tanggal 17 Juli 1998 Mahkamah Pidana Dalam Pasal 31 Piagam Perserikatan
Internasional telah sah dibentuk sebagai Bangsa-Bangsa dijelaskan dalam dua ayat
suatu badan pengadilan pidana yakni;
internasional yang bersifat permanen ayat (1) : Pihak-pihak yang termasuk dalam
namun baru sah berdiri pada tahun 2002 pertikaian yang jika berlangsung secara
setelah syarat 60 negara meratifikasi terus menerus mungkin akan
Statuta Roma 1998 tersebut terpenuhi. membahayakan perdamaian dan
Berkedudukan di Den Haag Belanda, keamanan nasional, pertama-tama harus
Statuta secara keseluruhan terdiri dari 13 mencari penyelesaian sengketa dengan
bagian dan terdiri dari 128 Pasal jalan perundingan, penyelidikan, mediasi,
(Parthiana, 2015 : 358). konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian sengketa
Kejahatan-kejahatan yang terjadi dalam menurut hukum melalui badan-badan atau
lingkup internasional harus diselesaikan peraturan-peraturan regional, atau dengan
melalui badan peradilan apabila secara cara damai lainnya yang dipilih kedua belah
perdamaian tidak bisa menyelesaikannya. pihak.
Kejahatan-kejahatan seperti genosida, ayat (2) : Bila dianggap perlu, Dewan
kejahatan perang, kejahatan terhadap Keamanan PBB meminta kepada pihak-
kemanusiaan, dan kejahatan agresi yang pihak bersangkutan untuk menyelesaikan
menyangkut maslah internasional secara pertikaiannya dengan cara-cara yang
keseluruhan, dapat dihukum. Dengan serupa itu.
demikian pendirian Mahkamah Pidana Kejahatan yang dilakukan oleh
Internasional yang permanen dinilai penting pemerintah Myanmar terhadap etnis muslim
bagi penuntutan kejahatan internasional di rohingnya merupakan kasus kejahatan
masa yang akan datang (Iswadi, 2014 : 2). genosida, karena sesuai dengan pengertian
Pengaturan Mahkamah Pidana genosida Pasal 6 Statuta Roma genosida
Internasional di dalam Statuta Roma yaitu merupakan kejahatan yang bertujuan untuk
tertuang pada Pasal 125 ayat 2 dan 3, menghapuskan etnis, ras, dan agama baik
Pasal 126 ayat 1, Pasal 4 ayat 1, Pasal 4 secara menyeluruh atau sebagian. Untuk
ayat 2, Pasal 3 ayat 2 (Siswanto, 2015 : menyikapi kasus tersebut yang terjadi di
358). Statuta Roma 1998 merupakan dasar Myanmar terhadap etnis muslim rohingnya,
bagi terbentuknya Mahkamah Pidana PBB memang telah mengecam keras
Internasional yang bertujuan untuk dapat kepada pemerintah Myanmar untuk segera
memberikan sebuah kepastian bagi para mengakhiri kekerasan yang terjadi dan
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)
Internasional dalam dasar ad hoc, ketiga, dapat menambah ilmu dibidang hukum
Dewan Keamanan PBB menyampaikan khususnya yang terkait dengan kejahatan
sengketa ini ke Mahkamah Pidana yang bersifat internasional serta peradilan-
Internasional, sehingga kasus ini dapat peradilan yang ada di dunia.
diadili menggunakan Mahkamah Pidana
Internasional (Susanti, 2014 : 19). DAFTAR PUSTAKA
Bustamam Ridwan, 2013. Jejak Komunitas
SIMPULAN DAN SARAN Muslim di Burma (Fakta Sejarah Yang
Simpulan Terabaikan), Badan Litbang dan Diklat
Tindak kejahatan yang dilakukan oleh Kementrian Agama
pemerintah Myanmar terhadap etnis muslim Effendi, Tolib. 2014. Hukum Pidana
rohingnya dapat dikatakan sebagai tindak Internasional. Yogyakarta : Penerbit
kejahatan internasional genosida, karena Pustaka Yustisia
sudah memenuhi beberapa unsur pokok Geraldi Aldo Rico. 2013. Penyiksaan Falun
yaitu pembunuhan masal, diskriminasi Gong Oleh Pemerintah Republik
terhadap agama yang minoritas, dilakukan Rakyat China Terkait Konvensi Anti
secara sitematis, dan bertujuan untuk Penyiksaan Tahun 1984. Skripsi.
melenyapkan suatu etnis dan golongan Jurusan Ilmu Hukum, Universitas
tertentu, maka dari hal tersebut peneliti Udayana.
menganalisis bahwa kejahatan tersebut Kurniawan Indra Yogie, Penegakan Hukum
dikatagorikan sebagai kejahatan Terhadap Pelaku Pelanggaran HAM
internasional genosida. Berat Dalam Konflik Bersenjata
Terkait dengan penyelesaian sengketa Antara Serbia Dengan Bosnia-
yang terjadi tersebut maka peneliti Herzegovina Tahun 1992-1995.
memberikan analisis terkait dengan Fakultas Hukum Universitas Sebelas
penyelesaian sengketa yang terjadi di Maret Surakarta, 2017
Myanmar, sengketa tersebut dapat Kewarganegaraan: Study Kasus Etnis
diselesaikan dengan cara di luar pengadilan Rohingnya, Myanmar. 2012
dan di dalam pengadilan. Apabila di luar Kurniawan Indra Yogie, Penegakan Hukum
pengadilan penyelesaian sengketa dapat Terhadap Pelaku Pelanggaran HAM
dilakukan dengan cara mediasi dan Berat Dalam Konflik Bersenjata
negosiasi, tetapi apabila dilakukan di dalam Antara Serbia Dengan Bosnia-
pengadilan yang dalam hal ini adalah Herzegovina Tahun 1992-1995.
berlaku pengadilan internasional maka Fakultas Hukum Universitas Sebelas
sengketa tersebut dapat ditangani oleh Maret Surakarta, 2017.
Mahkamah Pidana Internasional. Karena Parthiana, Wayan. 2015. Hukum Pidana
semua warga Negara berada dibawah Internasional. Bandung : CV. Yrama
yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional. Widya
Winarwati, Indien. 2017. Hukum Pidana
Saran Internasional. Malang : Setara Pres
Diharapkan dengan adanya penelitian Susanti Aviantina. 2014. Penyelesaian
ini dapat memberikan gambaran khususnya Kasus Pelanggaran HAM Berat
terhadap pemerintah Myanmar, Terhadap Etnis Rohingnya Di
bahwasannya tindakan yang dilakukan Myanmar Berdasarkan Hukum
tersebut merupakan tindak kejahatan Internasional
internasional genosida yang sudah Siswanto, Arie. 2015. Hukum Pidana
menyebabkan penderitaan terhadap Internasional. Yogyakarta : C.V Andi
masyarakat etnis rohingnya. Diharapkan Offset
dengan adanya penelitian ini khususnya Tamia Dian Ayu Faniati, Tinjauan Hukum
terhadap masyarakat muslim rohingnya Internasional Terhadap Etnis Yang
agar selalu melakukan upaya damai agar Tidak Memiliki
kekerasan yang terjadi bisa segera Widyawati, Anis. 2014. Hukum Pidana
terselesaikan. Diharapkan dengan adanya Internasional. Jakarta : Sinar Grafika
penelitian ini khususnya terhadap pembaca
e-Journal Komunitas Yustitia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 1 No. 1 Tahun 2018)