Nim : 20176523058
Kelas : Reguler B
A. PENGERTIAN
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek 3 pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar
6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua
macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis) (Depkes RI
2012).
Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang
berlebih (mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbeda terjadi
penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). Gangguan bipolar
terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau
hipomania), dan dalam waktu yang berbeda terjadi penurunan mood yang diikuti
dengan penurunan energi maupun penurunan aktivitas (depresi). (Rusdi M, 2003).
Sebagian besar orang yang mengalami manik, setidaknya sekali dalam hidup
mereka di lain waktu akan memiliki gangguan depresi. Kombinasi dari dua episode,
yang berada di kutub yang berlawanan dari suasana hati, disebut gangguan bipolar atau
gangguan afektif bipolar. Jarang terjadi, beberapa orang menunjukkan fitur dari kedua
manik dan depresi pada saat yang sama. Mereka hiperaktif sementara juga mengalami
suasana hati yang depresi. Pasien tersebut dikatakan memiliki gangguan afektif
campuran. (Dell’Osso L, dkk. 2006)
Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi
diperkirakan antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih tinggi di
kalangan wanita dan bahkan dapat mencapai 30 per 100000 . Kondisi ini dapat
mempengaruhi orang dari hampir semua usia, dari anak-anak sampai usia lanjut.
Prevalensi serupa terjadi pada pria maupun wanita. (Ketter, 2010).
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan
adanya episode mania atau hipomania yang terjadi secara bergantian atau bercampur
dengan episode depresi. Gangguan bipolar disebut juga sebagai depresi manik,
gangguan afektif bipolar atau gangguan spektrum bipolar (Vieta, 2013).
C. PENANGANAN / THERAPY
1. Farmakoterapi
Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan kambuhnya gangguan bipolar
didasari oleh pengendalian stabilitas mood jangka panjang serta pencegahan
berlanjutnya episode mania dan depresi (Malhi, et al., 2015).
2. Mood stabilizer
Pilihan pertama yang digunakan dalam mengobati gangguan bipolar ialah mood
stabilizer seperti litium, divalproex, karbamazepin dan lamotrigin. Dosis awal
pemberian litium ialah 600-900 mg/hari dan biasanya diberikan dalam dosis terbagi.
Sedangkan, dosis awal divalproex yang digunakan biasanya 500-1000 mg/hari
(Chisholm-Burns, et al., 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Collins and McFarland (2008) menyebutkan
bahwa litium dapat menurunkan resiko percobaan bunuh diri pada subjek
penelitian. Pada percobaan yang sama, ditemukan bahwa pasien gangguan bipolar
yang menggunakan divalproex memiliki resiko lebih tinggi melakukan percobaan
bunuh diri dibandingkan dengan pasien yang menggunakan litium.
Secara umum penggunaan litium dalam fase pemeliharaan lebih unggul
dibandingkan valproate dan lamotrigin.
Penggunaannya segera setelah muncul episode mania pertama dapat
meningkatkan efek jangka panjang (Kessing, 2015).
Penggunaan asam valproatee, lamotrigine dan antikonvulsan lain sebagai mood
stabilizer perlu diperhatikan sebab pengunaannya dapat meningkatkan risiko bunuh
diri (NIMH, 2012).
3. Antipsikotik
Semua antipsikotik atipikal memiliki beberapa efikasi untuk gangguan bipolar
karena adanya efek antimania. Antipsikotik yang digunakan diantaranya
risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole, lurasidone dan
asenapine (Chisholm-Burns, et al., 2016; Mitchell, et al., 2009).
Monoterapi olanzapine efektif dan relatif aman dalam mengobati pasien yang
tidak merespon serta tidak toleran terhadap litium, asam valproatee dan/atau
karbamazepin, serta dua atau lebih antipsikotik., namun perlu diperhatikan efek
samping dari olanzapine terutama saat dosis yang digunakan lebih dari 20 mg/hari
(Chen, et al., 2011).
Studi yang dilakukan oleh Keck, et al (2009) menyatakan bahwa aripiprazole
efektif digunakan dalam pengobatan pasien dengan bipolar mania akut dan dapat
ditoleransi dengan baik. Dosis yang direkomendasikan untuk terapi gangguan
bipolar adalah 20-30 mg/hari (ChisholmBurns, et al., 2016).