Anda di halaman 1dari 36

DIABETES MELITUS GESTASIONAL DAN

KEHAMILAN PADA WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS


Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Obstetri
Dosen Pengampu: Riana Pascawati, S.ST., M.Keb.

Disusun oleh :
Kelompok 1 Tingkat II-A
Annisa Fathulluluu P17324118017
Gita Mustika Fitri P17324118040
Katrina Sifa Nurahmah P17324118042
Mutiara Putri Horison P17324118016
Nur Syifa Yudhiani P17324118029
Rr. Berlianni Salsa Nur Illahi P17324118041
Salsabila Nur Syahbani P17324118003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Dokumentasi Kebidanan
dengan judul “Diabetes Melitus Gestasional dan Kehamilan pada Wanita Penderita
Diabetes Melitus” untuk memenuhi tugas mata kuliah Obstetri.
Dalam penulisan makalah ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta
mendukung kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Yulinda, SST., M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Bandung Poltekkes
Kemenkes Bandung.
2. Ibu Kurniaty Ulfah, M.Keb selaku koordinator mata kuliah Obstetri.
3. Ibu Riana Pascawati, SST., M.Keb selaku Dosen Pengampu yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini.
4. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moril maupun materil.
5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak dukungan.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kami menyadari dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk hasil penyusunan makalah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

1.1. LATAR BELAKANG .............................................................................. 5

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 5

1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 6

BAB II ISI .............................................................................................................. 7

2.1. DIABETES MELITUS GESTASIONAL ................................................ 7

2.1.1. Definisi .............................................................................................. 7

2.1.2. Etiologi dan Faktor Presdiposisi ....................................................... 7

2.1.3. Patofisiologi .......................................................................................... 8

2.1.4. Pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional ...................................... 9

2.1.5. Diagnosa Diabetese Melitus Gestasional ........................................ 11

2.1.6. Klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional........................................ 16

2.1.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus Gestasional .................................. 18

2.1.8. Dampak Diabetes Melitus Gestasional ........................................... 21

2.2. KEHAMILAN PADA WANITA PENDERITA DM ............................ 21

2.2.1. Definisi Diabetes Melitus................................................................ 21

2.2.2. Dampak Diabetes Melitus ............................................................... 22

2.2.3. Diagnosis ......................................................................................... 23

2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional .............................. 23

2.2.5. Perawatan Prakonsepsi .................................................................... 31

2.2.6. Penatalaksanaan Persalinan ............................................................. 32

2.2.7. Penatalaksanaan Post partum dan Laktasi....................................... 32

3
2.2.8. Kontrasepsi ...................................................................................... 32

2.2.9. Asuhan Bidan Dalam Menangani DMG ......................................... 33

2.2.10. Prognosis ..................................................................................... 33

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 35

3.1. KESIMPULAN ...................................................................................... 35

3.2. SARAN .................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang
berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon
plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut
bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai
faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat sehingga
terjadi gangguan toleransi glukosa.
Pada diabetes dalam kehamilan ada 2 kemungkinan yang dapat dialami
seorang ibu yaitu pertama, ibu tersebut memang telah menderita diabetes
sebelum hamil, biasanya disebut diabetes dengan kehamilan atau kedua, si
ibu mengalami diabetes atau munculnya diabetes pada saat hamil, keadaan
yang kedua ini lazimnya disebut Diabetes Gestasional.
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu
keadaan intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi
yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.
Dengan definisi ini tidak lagi dipersoalkan apakah penderita mendapat
pengobatan insulin atau dengan diet saja, demikian pula apakah gangguan
toleransi glukosa kembali normal atau tidak setelah persalinan. Prevalensi
diabetes mellitus gestasional di indonesia sebesar 1,9%- 3,6% pada kehamilan
umumnya. Tidak terhitung besar namun dampaknya dapat meningkatkan AKI
dan AKB di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Diabetes Melitus Gestasional?
2. Bagaimana patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional?
3. Apa saja klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional?
4. Bagaimana Diagnosa Diabetes Melitus Gestasional?
5. Apa saja dampak Diabetes Melitus Gestasional?
6. Bagaimana penatalakasanaan Diabetes Melitus Gestasional?

5
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui peran bidan dalam menagani Diabetes Gestasional
yang derita oleh ibu hamil.
2. Untuk mengetahui pastofisiologis Diabetes Melitus Gestasional.
3. Untuk mengetahui klasifikasi Diabetes Melitus Gestasioanl.
4. Untuk mengetahui diagnosa dari Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui penatalaksaan Diabetes Melitus Gestasional.
6. Untuk mengetahui dampak Diabetes Melitus Gestasional.

6
BAB II
ISI
2.1. DIABETES MELITUS GESTASIONAL
2.1.1. Definisi
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah Gangguan
toleransi karbohidrat yang mengakibatkan kadar gula darah
meningkat, dan pertama kali di ketahui pada saat hamil. Diabetes
mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama
kehamilan. (WHO-World Health Organisation 2011). 1-14% dari
semua kehamilan (data di indonesia :1,9-3,6%). Frekuensi DM pada
kehamilan atau DMG yang tidak terdiagnosis 10-25%.
2.1.2. Etiologi dan Faktor Presdiposisi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu
dibuat dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali
pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin.
Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu
mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya
intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi).
Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat
insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi
memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih
(sekitar tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon
kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak
dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari
peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan GDM.
Faktor predisposisi dari diabetes melitu gestasional ini,
antara lain obesitas, riwayat glukosa, riwayat diabetes melitus
gestasional sebelumnya, dan riwayat diabetes pada keluarga.

7
2.1.3. Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin
yang menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk
menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta
kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin,
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat
lambatnya reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam kehamilan.
Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia yang menjadi masalah ialah bila seorang ibu tidak
mampu meningkatkan produksi insulin sehingga ia relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan adanya hormon
estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen.
Kadar kortisol plasma wanita hamil meningkat dan
mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan
kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan
human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang
mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat
diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur
kehamilan. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada
sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut
diperhitungkan dalam pengendalian diabetes.
Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal
adalah sangat kompleks. Kitzmiller (dikutip oleh Moore) telah
mempublikasikan suatu pengamatan menyeluruh mekanisme
endokrin pada pankreas dan metabolisme maternal selama

8
kehamilan yakni plasenta mempunyai peranan yang khas dengan
mensintesis dan mensekresi peptida dan hormon steroid yang
menurunkan sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai dkk (dikutip
oleh Williams) melaporkan bahwa resistensi insulin selama
kehamilan terjadi karena rusaknya reseptor insulin bagian distal
yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh Moore) melaporkan
terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida (GIP)
pada tes glukosa oral dengan tes glukosa oral pada kehamilan
normal dan DMG. Mereka meyakini bahwa kerusakan respon GIP
ini yang mungkin berperanan menjadi sebab terjadinya DMG.
Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain
menunjukkan bahwa kehamilan merupakan suatu keadaan yang
mengakibatkan resistensi terhadap insulin meningkat. Pada sebagian
besar wanita hamil keadaan resistensi terhadap insulin dapat diatasi
dengan meninggikan kemampuan sekresi insulin oleh sel beta. Pada
sebagian kecil wanita hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak
mencukupi untuk melawan resistensi insulin, dengan demikian
terjadilah intoleransi terhadap glukosa atau DMG.
2.1.4. Pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk
semua wanita hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes
pada kehamilan (diabetes gestasional). Banyak di antara ibu-ibu
yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita
gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
a. Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral
(TTGO)
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus
mengkonsumsi sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari.
Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium
harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis
obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen,

9
anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda;
kebanyakan pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1
dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam ke-3,
sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam
dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan
di sini adalah pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam,
1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa
selama 12 jam. Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai
berikut :
1) Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-
5 ml untuk uji glukosa darah puasa. Penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan
sampel urinenya.
2) Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang
dilarutkan dalam segelas air (250ml). Lebih baik jika
dibumbui dengan perasa, misalnya dengan limun.
3) Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita
diambil darah untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1
jam dan 2 jam penderita mengosongkan kandung
kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya secara
terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh
minum kopi, teh, makan permen, merokok, berjalan-jalan,
atau melakukan aktifitas fisik yang berat.
b. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
1) Penggunaan obat-obatan tertentu
2) Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah
baring, obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

10
3) Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar
glukosa darah.
4) Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih
tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
c. Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM
• Puasa: 95 mg / dL atau lebih tinggi
• Jam Pertma: 180 mg / dL atau lebih tinggi
• Jam Kedua: 155 mg / dL atau lebih tinggi
• Jam Ketiga: 140 mg / dL atau lebih tinggi
2.1.5. Diagnosa Diabetese Melitus Gestasional
Gejala dan tanda-tanda yang biasa dikeluhkan oleh pasien,
antara lain :
1. Sering BAK
2. Sering haus
3. Mudah lapar
4. Mudah lelah
5. BB turun
6. Mata buram
7. Mual
8. Luka sulit sembuh
9. Kesemutan
Diabetes Melitus pada kehamilan, didiagnosis bila
memenuhi satu atau lebih kriteria di bawah ini :
Tes Kadar glukosa (mmol/l) Kadar glukosa (mg/dl)
Glukosa darah puasa ≥ 7.0 126
Glukosa 2 jam pasca ≥ 11.1 200
pembebanan 75 gram
glukosa
Glukosa darah sewaktu ≥ 11.1 200
(dengan gejala yang khas)

11
Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional di tegakan
berdasarkan kriteria satu dari nilai kadar glukosa darah di bawah ini
pada saat dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tes
Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100.
Menurut kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American
Diabetes Association (ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma
dua atau lebih glukosa memenuhi atau melebihi ambang batas
berikut: konsentrasi glukosa puasa 95 mg / dl, kadar glukosa 1-jam
180 mg / dl , 2-jam glukosa konsentrasi 155 mg / dl, atau 3 jam
konsentrasi glukosa 140 mg / dl. Tetapi nilai-nilai ini lebih rendah
daripada batas yang direkomendasikan oleh National Diabetes Data
Group dan didasarkan pada Carpenter dan modifikasi Coustan.
Rekomendasi ADA juga mencakup penggunaan-g OGTT-jam 75 2
dengan batas glukosa yang sama terdaftar untuk berpuasa, 1-jam,
dan jam nilai 2.

Tes Kadar glukosa (mmol/l) Adar glukosa (mg/dl)


Glukosa darah puasa 5.1-6.9 92-125
Glukosa 1 jam pasca ≥ 10 180
pembebanan 75 gram
glukosa
Glukosa darah 2 jam pasca 8.5-11 153-199
pembebanan glukosa 75
gram

Tes toleransi Glukosa Oral


1. Minta ibu untuk makan makanan yang cukup karbohidrat selama 3
hari, kemudian berpuasa selama 8-12jam sebelum dilakukan
pemeriksaan

12
2. Periksa kadar glukosa darah puasa dari darah vena di pagi hari,
kemudian diikuti pemberian beban glukosa 75 gram yang dilarutkan
dalam 200ml air diminum dlam waktu paling lama 5 menit
3. Dilanjutkan pemeriksaan kadar glukosa darah 1jam lalu 2jam
kemudian.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang
digunakan hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada
TTGO 75-g 2-jam. GDM didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik
glukosa puasa> 126 mg / dl atau glukosa 2 jam adalah> 140 mg / dl.
Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan
prenatal pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten
dengan risiko tinggi GDM (obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM,
glikosuria, atau riwayat keluarga yang kuat diabetes) harus
menjalani pengujian secepat mungkin. Jika mereka ternyata tidak
memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus diuji ulang antara
minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko sedang
harus memiliki pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24
hingga ke 28.
Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak
memerlukan pengujian glukosa, tapi kategori ini terbatas pada
wanita-wanita yang memenuhi seluruh karakteristik berikut:
1) Usia <25 tahun.
2) Berat badan normal sebelum hamil.
3) Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.
4) Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.
5) Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.
6) Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.

Tabel Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)

Kriteria 1964 & Mahan 1979 1999 2000 ADA 2001 ADA

13
O’Sullivan NDDG WHO

Medium dan Darah Plasma Plasma Plasma Plasma Plasma


Waktu lengkap 100g-3j 100g-3j 75g-2j 100g-3j 72g-2j
100g-3j (mmol/L (mmol/L (mmol/L (mmol/L (mmol/L
(mmol/l, (mg/dL))† (mg/dL))† (mg/dL))‡ (mg/dL))† (mg/dL))†
(mg.dL))†

Puasa ≥5.0 (90) ≥5.8 (105) ≥5.8 (105) <7.0 (126) ≥5.3 (95) ≥5.3 (95)

Jam ≥9.2 (165) ≥10.6 (190) ≥10.6 (190) ≥10.0 (180) ≥10.0 (180)
Pertama

Jam Kedua ≥8.1 (145) ≥9.2 (165) ≥9.2 (165) >7.8 (140), ≥8.6 (155) ≥8.6 (155)
≤11.1 (200)

Jam ≥6.9 (125) ≥8.1 (145) ≥8.1 (145) ≥7.8 (140)


Ketiga
(Sumber : David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010. A Practical
Manual of Diabetes in Pregnancy)
DMG membawa risiko bagi ibu, janin, dan neonatus. Tidak
semua hasil yang merugikan sama pentingnya secara klinis. Studi
Hyperglycemia dan Kehamilan Hasil (HAPO), sebuah studi kohort
multinasional skala besar yang diselesaikan oleh lebih dari 23.000
wanita hamil, menunjukkan bahwa risiko hasil ibu, janin, dan
neonatal yang merugikan terus meningkat sebagai fungsi glikemia
ibu di 24–28 minggu kehamilan, bahkan dalam kisaran yang
sebelumnya dianggap normal untuk kehamilan. Untuk sebagian
besar komplikasi, tidak ada ambang batas untuk risiko. Hasil ini
telah mengarah pada pertimbangan ulang kriteria diagnostik untuk
DMG.
Diagnosis DMG dapat diselesaikan dengan salah satu dari dua
strategi ini:

14
1. "Satu langkah" 75-g OGTT atau
2. Pendekatan "dua langkah" dengan layar 50-g (non-cepat) diikuti
oleh OGTT 100-g untuk mereka yang menyaring positif
Kriteria diagnostik yang berbeda akan mengidentifikasi
berbagai tingkat hiperglikemia ibu dan risiko ibu / janin, membuat
beberapa ahli berdebat, dan tidak setuju tentang, strategi optimal
untuk diagnosis GDM.
Diabetes yang terjadi di bawah usia 6 bulan disebut diabetes
"neonatal" atau "bawaan", dan sekitar 80-85% kasus ditemukan
memiliki penyebab monogenik yang mendasarinya (120). Diabetes
neonatal terjadi jauh lebih jarang setelah usia 6 bulan, sedangkan
diabetes tipe 1 autoimun jarang terjadi sebelum usia 6 bulan.
Diabetes neonatal dapat bersifat sementara atau permanen. Diabetes
transien paling sering disebabkan oleh ekspresi gen yang berlebihan
pada kromosom 6q24, berulang pada sekitar setengah kasus, dan
mungkin dapat diobati dengan obat selain insulin. Diabetes neonatal
permanen paling sering disebabkan oleh mutasi dominan autosomal
pada gen yang mengkode subunit Kir6.2 (KCNJ11) dan subunit
SUR1 (ABCC8) dari saluran KATP sel-b. Diagnosis yang benar
memiliki implikasi kritis karena sebagian besar pasien dengan
diabetes neonatal terkait KATP akan menunjukkan peningkatan
kontrol glikemik ketika diobati dengan sulfonilurea oral dosis tinggi
daripada insulin. Mutasi gen insulin (INS) adalah penyebab kedua
paling umum dari diabetes neonatal permanen, dan, sementara
manajemen insulin intensif saat ini merupakan strategi perawatan
yang disukai, ada pertimbangan genetik yang penting, karena
sebagian besar mutasi yang menyebabkan diabetes secara dominan
diwariskan.

15
Algoritme Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional

2.1.6. Klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional


Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada
konsensus diabetes melitus di Indonesia. Tahun 2011 membuat
klasifikasi etiologis DM sebagai berikut:

Tipe 1 ● Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolut
- Autoimun

16
- Idiopatik
Tipe 2 ● Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain ● Defek genetik fungsi sel beta
● Defek genetik kerja insulin
● Penyakit eksokrin pankreas
● Endokrinopati
● Karena obat atau zat kimia
● Infeksi
● Sebab imunologi yang jarang
● Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes Melitus Gestasional

Catatan : Diabetes melitus pada sirosis hati belum bisa di kelompokkan ke dalam
klasifikasi diatas karena mekanismenya belum dapat ditentukan dengan
pasti.
Keadaan ibu dan anak pada wanita DM hamil tergantung pada
berat dan lamanya perlangsungan penyakit. Priscilla White pada tahun
1959 memperkenalkan klasifikasi White yang sangat terkenal sampai
saat ini. Klasifikasi ini terutama menitikberatkan pada umur saat
diketahuinya DM, lamanya mengidap DM dan adanya komplikasi
vaskuler khususnya retino-renal.
Klasifikasi ini awalnya digunakan untuk meramalkan prognosis
perinatal dan untuk menentukan penanganan obstetrinya. Karena
mortalitas perinatal menurun secara tajam pada semua klasifikasi, maka
sistem ini digunakan sampai sekarang terutama untuk menggambarkan
dan membandingkan populasi DM hamil.
Klasifikasi White menekankan bahwa kerusakan target organ
khususnya mata, ginjal, jantung mempunyai akibat yang sangat berarti
pada anak. Klasifikasi DMG yang direkomendasikan oleh “American

17
College of Obstetricians and Gynecologists” pada tahun 1994 adalah
klasifikasi sebagai berikut :

Klasifikasi DM hamil menurut White (perubahan)

Class Onset Fasting 2-hour Therapy


Plasma postprandial
Glucose Glucose
A1 Gestational < 105 mg/dL < 120 mg/dL Diet
A2 Gestational > 105 mg/dL > 120 mg/dL Insullin
Class Age of Onset Duration (yr) Vascular Disease Therapy
(yr)
B Over 20 < 10 None Insulin
C 10 - 19 10 -19 None Insulin
D Before 10 > 20 Benign Insulin
F Any Any Retinopathy Insulin
R Any Any Nephropathy* Insulin
Proliperative
H Any Any retinopathy Insulin
Heart

2.1.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus Gestasional


Semua ibu hamil dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
untuk melihat adanya diabetes melitus gestasional, namun waktu
dan jenis pemeriksaannya bergantung pada faktor resiko yang
dimiliki ibu.
a. Faktor risiko DMG :
1. Kegemukan
Dengan IMT > 25
2. Kenaikan berat badan yang berlebihan pada saat hamil
Ibu yang memiliki riwayat over weight beresiko 1,53 kali
memderita DMG sedangkan ibu yang memiliki resiko
obesitas beresiko 2,59 kali untuk menderita DMG, di

18
bandingkan dengan ibu yang idak memiliki riwayat over
weight.
3. Riwayat dm di keluarga
Riwayat kelurga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang
menderita diabetes melitus sebesar 15% dan intoleleransi
glukosa yaitu ketidakmampuan dalam metabolisme
karbohidrat secara normal sebesar 30%. Faktor genetik
langsung mempengaruhi sel bea dan mengubah
kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang
sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan
individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkngan yang dapat
mrubah intregritas dan fungsi sel beta pancreas
4. Riwayat DMG sebelumnya
5. Riwayat stillbirth (kematian bayi dalam kandungan) / IUFD
Kematian janin yang mendadak di dalam kandungan ini
penyebab pastinya beum dikethui.
6. Abortus
Diabetes melitus meningkatkan resiko terjadinya keguguran
berhubungan dengan ketidak adekuatan control glikemik
selama fae embrionik (usia kehamilan 7 minggu pertama ).
Wanita hamil yang diabetes dengan kontrol yang buruk
mempunyai resiko 30%-60% abortus spontan.
7. Riwayat melahirkan dengan kelainan kongenital
8. Glukosuria ( kadar gula berlebihan dalam urin ) saat hamil
9. Riwayat melahirkan bayi besar ( >4000 gram)
Didukung teori irmansyah dan maryunani 2013, yang
menyebutkan peningkatan kadar glukosa ibu akan
menigktkan kadar glukosa janin, hal ini menstimulasi
produksi insulin pankreas janin, yang menyebabkan
hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia meningkatkan
pertumbuhan dan penyimpanan lemak, yang di sebut sebagai
makrosomia.

19
10. Pre Eklampsia (14%)
Pre eklamsia dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah kondisi gangguan pada vascular dan ginjal.
Pada penderita yang mengalami kenaikan kadar glukosa
dalam darahyang tidak terkontrol mengakibatkan
peningkatan viskosistasdarah sehingga renal blood flow juga
akan mengalami penurunan. Mekanisme umpan balik ini
menimbulkan oeningkatan tekanan darah.
b. Pasien dengan faktor resiko tersebut perlu diperiksa lebih lanjut
sesuai standar diagnosis diabetes melitus di kunjungan antenal
pertama. Diagnosis diabetes melitus ditegakkan bila kadar
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (disertai gejala klasik
hiperglikemia) atau kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl atau
kadar glukosa 2 jam setelah TTGO >200 mg/dl atau kadah
HbA1C >6,5%. Hasil yang lebih rendah perlu dikonfirmasi
dengan melakukan pemeriksaan TTGO di usia kehamilan anatar
24-28 minggu.
c. Pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk ibu hamil tanpa
faktor resiko dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu
dengan cara sebagai berikut :
1. Minta ibu untuk makan makanan yang cukup karbohidrat
selama 3 hari, kemudian berpuasa selama 8-12 jam sbelum
dilakukan pemeriksaan
2. Periksa kadar glukosa darah puasa dari darah vena di pagi
hari, kemudian diikuti pemberian beban glukosa 75 gr dalam
200 ml air, dan pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam lalu
2 jam kemudian
3. Diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan apabila
ditemukan :
- Kadar gula darah puasa .92 mg/dl, atau
- Kadar gula darah setelah 1 jam >180 mg/dl, atau
- Kadar gula darah setelah 2 jam >153 mg/dl

20
2.1.8. Dampak Diabetes Melitus Gestasional
a. Dampak dalam kehamilan, antara lain :
1. Abortus dan partus prematurus
2. Preeklampsi
3. Hidramnion
4. Kelainan letak janin
5. Infusiensi plasenta
b. Dampak dalam persalinan, antara lain :
4. Inersia uteri dan atonia uteri
5. Distosia bahu karena anak besar
6. Lebih sering terminasi kehamilan
7. Lebih mudah terjadi infeksi
c. Dampak dalam nifas, antara lain :
1. Infeksi dan sepsis
2. Menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinium
maupun luka episiotomi
2.2. KEHAMILAN PADA WANITA PENDERITA DM
2.2.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan satu dari tiga (anemia dan
saluran kemih) komplikasi medis pada kehamilan yang paling
sering. Terdapat dua tipe diabetes mellitus. Tipe 1 (bergantung
insulin) adalah diabetes yang diperantarai oleh sistem imun dan
timbul pada orang genetik rentan. Tipe 2 (tidak bergantung insulin)
adalah mulai terjadi lebih lambat dengan peningkatan kadar insulin
serum, mempunyai kmponen pewarisan yang kuat, biasa terjadi
pada orang dewasa yang kegemukan atau hamil.

Kelas Ciri Khas


A Diabetes hanya didasarkan pada uji toleransi glukosa yang
abnormal
B Onset diabetes diatas 20 tahun, lama diabetes 10-19 tahun, tidak
ada penyakit vaskular

21
C Onset diabetes antara 10-19 tahun, lama diabetes 10-19 tahun,
tidak ada penyakit vaskuler
D Onset diabetes <10 tahun, lama diabetes >20 tahun, terdapat
penyakit vaskuler
E Sama dengan kelas D, ditambah dengan pengapuran pembuluh
darah
F Sama dengan kelas E, ditambah dengan nefropati
H Penyakit arteri coroner
R Retinopati proliferasi meligna
Klasifikasi Diabetes pada Kehamilan
2.2.2. Dampak Diabetes Melitus
Secara umum, risiko spesifik dari diabetes yang tidak
terkontrol dalam kehamilan termasuk aborsi spontan,
anomali janin, preeklamsia, kematian janin, makrosomia,
hipoglikemia neonatal, dan hiperbilirubinemia neonatal,
antara lain. Selain itu, diabetes dalam kehamilan dapat
meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2 pada anak
di kemudian hari.
1. Infertilitas dan abortus meningkat pada pasien diabetes
yang tidak terkontrol.
Mengontrol ketat glukosa akan menghindari resiko ini,
keseimbangan cairan dan elektrolit ibu terganggu
sehingga ibu dan bayi dapat edema. Insiden
polihidramnion, peningkatan kelainan kongenital.
2. Kelainan
Kelainan yang paling umum adalah jantung dan
sindrom regresi kaudal. Persalinan dan kelahiran
premature dan kemungkinan janin besar (giant baby)
>4000 gr. Resiko kematian janin meningkat karean
ketidak stabilan glukosa ibu.

22
2.2.3. Diagnosis
Secara klinis diagnosis DM dapat dilakukan oleh adanya
gejala yang khas, yaitu : polidipsi, poliuri, berat badan turun tanpa
sebab yang jelas. Dengan adanya hiperglikemia pada satu kali
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu sesuai dengan “study group”
WHO 1985. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) diperlukan apabila
glukosa sewaktu tidak jelas menunjukkan diagnosis DM.
Menurut ADA 2011 Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penderita diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini :
a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva
pada wanita.
Kriteria Diagnosis DM :
a. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L)
b. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
(7 mmol/L) (puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam)
Kadar glukosa plasma2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang
dilarutkan ke dalam air.
2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional
1. Tata Laksana Umum
a. Penatalaksanaan DMG dilaksanakan secara terpadu oleh
dokter penyakit spesialis dalam, dokter spesialis obstetri
dan ginekologi, ahli gizi dan dokter spesialis anak.
b. Sedapat mungkin rujuk ibu ke rumah sakit untuk
mendapatkan penatalaksanaan yang adekuat.

23
c. Jelaskan kepada pasien bahwa penatalaksanaan DMG
dapat mengurangi resiko memiliki bayi besar,
mengurangi kemungkinan terjadinya hipoglikemia
neonatal, dan mengurani kemungkinan bayi mengidap
diabetes di usia dewasa kelak.
2. Tatalaksana Khusus
a. Tujuan penatalaksaan adalah mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah puasa <95mg/dl
dan kadar glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dl
b. Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien :
1) Tentukan berat badan ideal : BB ideal = 90% x (TB-
100)
2) Kebutuhan kalori = (BB ideal x25) + 10-30%
tergantung aktivitas fisik +300kkal untuk kehamilan
3) Bila kegemukan, kalori di kurangi 20-30%
tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus, di tamba
sekitar 20-30% tergantung tigkat kegemukan.Bila
kurus, ditambah sekitar 20-3-% sesuai kebutuhan
untuk meningkatan BB
4) Asupan protein yang di anjurkan adalah 1-1,5
g/kgBB
c. Pemberian insulin di lakukan di rumah sakit dan di
pertimbangkan bila pengaturan diet selama 2minggu
tidak mencapaitarget kadar glukosa darah
d. Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-
1,5 unit/kgBB /hari
e. Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan
pemeriksaan TFU, USG, dan Kardiotokografi.
f. Penilaian fungsi dinamik janin plasenta (FDJP)
dilakukan tiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu
1) Skor <5 merupakan tanda gawat janin dan indikasi
untuk melakukan SC. Lakukan amniosentesis

24
dahulu sebelum terminasi kehamilan bila usia
kehamilan <38minggu untuk memeriksa
kematangan janin
2) Skor > 6 menandakan janin sehat dan dapat di
lahirkan pada umur kehamilan aterm dengan
persalinan normal
g. Bila usia kehamilan telah mencapai 38 minggu dan
janin tumbuh normal, tawarkan persalinan efektif
dengan induksi maupun SC untuk mencegah distosia
bahu
h. Lakukan skining diabetes kembali 6-12 minggu setelah
bersalin. Ibu dengan riwayat DMG perlu di skrining
diabetes setiap 3tahun seumur hidup.
Sasaran Glukosa Darah untuk DMG dan wanita hamil dengan
DMT1 dan DMT2
Waktu Pemeriksaan Sasaran Glukosa Darah
DM Gestasional Puasa < 95 mg/dL
1 jam setelah makan <140 mg/dL
2 jam setelah makan <120 mg/dL
DMT 1 dan DMT 2 Sebelum makan, Waktu 60-99 mg/dL
tidur, dan sepanjang
malam (overnight
glucuse)
Puncak setelah makan 100-129 mg/dL
antara (peak post
prandial glucose)
A1C (dengan catatan <6%
tidak terjadi hipoglikemi)

3. Pengaturan Diet
Tujuan dari pengaturan diet pada ibu dengan DM
gestasional adalah :

25
a. Untuk memberikan zat gizi yang diperlukan bagi ibu dan
janinnya
b. Untuk mengendalikan kadar glukosa
c. Mencegah ketosis akibat kelaparan
Asupan Kalori Harian dan Pertambahan Berat Selama Hamil yang Dianjurkan pada
Wanita dengan Diabetes Gestasional dengan dan Tanpa Terapi Insulin
Berat saat ini dalam Asupan Pertambahan berat
kaitannya dengan Kalori yang dianjurkan selama
berat tubuh ideal Harian kehamilan
(kkal/Kg) (pon)
< 80 – 90 % 36 – 40 28 – 40
80 – 120 % (ideal) 30 25 – 35
120 – 150 % 24 15 – 25
>150 % 12 – 18 15 - 25

Perlu selalu diingat bahwa menyusun diet pada DMG


tidak semata-mata untuk mencapai normoglikemia, tetapi
pengaturan diet baik jumlah kalori maupun komposisi
makanan harus diperhitungkan untuk pertumbuhan janin
agar menghasilkan bayi yang sehat.
a. Jumlah kalori dan komposisi makanan
Jumlah kalori yang dibutuhkan antara 30-35 kcal/kg
berat badan ideal
b. Pemantauan kadar gula darah
Di klinik yang maju, semua pasien DMG diberi edukasi
untuk memantau glukosa darah sendiri dirumah.
Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM)
memberikan hasil lebih baik. PGDM dianjurkan bagi
pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi
insulin. Hal ini mempermudah mencapai normoglikemia
dan bagi mereka yang mendapat tambahan insulin akan

26
memberikan keuntungan untuk mencegah reaksi
hipoglikemia berat.
4. Olah Raga
Pasien bebas melakukan program olahraga apapun. suatu
program yang berguna untuk memperbaiki kontrol glikemi
apabila dibandingkan dengan diet saja. olahraga yang sesuai
adalah olahraga yang menggunakan otot tubuh bagian atas
sehingga tidak menimbulkan stres mekanik. Dianjurkan untuk
latihan ringan teratur 1/1,5 jam setelah makan, termasuk
penderita yang dirawat dirumah sakit (bed exercise).
5. Insulin
Peningkatan Human Placenta Lactogen dan
Maternal Cortisol akan meningkatkan kebutuhan insulin,
kebutuhan insulin pada masa sebelum konsepsi 0,8 unit/
KGBB ibu. Pada trimester pertama kebutuhannya 0,7
unit/KGBB. Pada trimester ke dua 0,8 unit/KGBB.
Menjelang masa kelahiran kebutuhan menjadi 0,9 – 1
unit/KGBB.
Umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, dan
meningkat dengan meningkatnya usia kehamilan. Insulin
yang dipakai adalah human insulin. DMG dengan
hiperglikemia hanya pada pagi hari, cukup diberikan
suntikan insulin kerja menengah sebelum tidur malam.
Pasien dengan hiperglikemia pada keadaan puasa maupun
sesudah makan diberikan insulin kombinasi kerja menengah
dan kerja cepat, pagi dan sore hari. Dosis insulin
diperkirakan antara 0,5-1 U/kg berat Badan, 2/3 diberikan
pagi hari dan 1/3 pada malam hari. Hanya pada keadaan
tertentu dimana belum terkendali dengan pemberian 2 kali
perlu diberikan 4 kali sehari yaitu 3 kali insulin kerja cepat
½ jam sebelum makan dan insulin kerja menengah pada
malam hari sebelum tidur.

27
Cara Pemberian Insulin Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Setelah Gagal
dengan Diet

Kadar glukosa darah Pemberian insulin

7.00 13.00 19.00 22.00


GDP tinggi, 2 jam sesudah makan - - - M
normal

GDP dan 2 jam sesudah makan


tinggi C–M - C–M -
atau
C C C M

Catatan : C : Insulin kerja cepat


M : Insulin kerja menengah
Kombinasi insulin kerja cepat dan menengah biasanya diberikan 2/3 dosis
pagi dan 1/3 dosis sore hari
Puasa dan self-monitor glukosa darah postprandial
direkomendasikan pada diabetes mellitus gestasional dan
diabetes yang sudah ada sebelumnya pada kehamilan untuk
mencapai kontrol glikemik. Beberapa wanita dengan
diabetes yang sudah ada sebelumnya juga harus menguji
glukosa darah sebelum waktunya.
Karena peningkatan pergantian sel darah merah, A1C
sedikit lebih rendah pada kehamilan normal dibandingkan
pada wanita tidak hamil normal. Idealnya, target A1C dalam
kehamilan adalah, 6% (42 mmol / mol) jika hal ini dapat
dicapai tanpa hipoglikemia yang signifikan, tetapi target
tersebut dapat dikurangi menjadi, 7% (53 mmol / mol) jika
perlu untuk mencegah hipoglikemia. B
a. Fisiologi Insulin

28
Kehamilan dini adalah masa peningkatan
sensitivitas insulin, kadar glukosa yang lebih rendah,
dan kebutuhan insulin yang lebih rendah pada wanita
dengan diabetes tipe 1. Situasi ini dengan cepat
berbalik ketika resistensi insulin meningkat secara
eksponensial selama trimester ketiga dan awal ketiga
dan turun menuju akhir trimester ketiga. Pada wanita
dengan fungsi pankreas normal, produksi insulin
cukup untuk memenuhi tantangan resistensi insulin
fisiologis ini dan untuk mempertahankan kadar
glukosa normal. Namun, pada wanita dengan GDM
atau diabetes yang sudah ada sebelumnya,
hiperglikemia terjadi jika pengobatan tidak
disesuaikan dengan tepat.
b. Penggunaan Insulin
Insulin adalah agen yang disukai untuk
penatalaksanaan diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2
pada kehamilan karena tidak melewati plasenta dan
karena agen oral biasanya tidak cukup untuk
mengatasi resistensi insulin pada diabetes tipe 2 dan
tidak efektif pada diabetes tipe 1.
Pada pasien hamil dengan diabetes dan
hipertensi kronis, target tekanan darah 120-160 / 80-
105 mmHg disarankan untuk kepentingan
mengoptimalkan kesehatan ibu jangka panjang dan
meminimalkan gangguan pertumbuhan janin. Obat-
obatan yang berpotensi teratogenik harus dihindari
pada wanita yang aktif secara seksual pada usia subur
yang bukan kita.

29
6. Pemantauan Janin dan Ibu
a. Pemantauan Glukosa
Mirip dengan target yang direkomendasikan oleh
American College of Obstetricians dan Gynaecologists
(sama seperti untuk GDM; dijelaskan di bawah) (22),
target ADA yang direkomendasikan untuk wanita
dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 adalah sebagai berikut:
1) Puasa, 95 mg / dL (5,3 mmol / L) dan keduanya
2) Satu jam postprandial, 140 mg / dL (7,8 mmol / L)
atau
3) Pascaprandial dua jam, 120 mg / dL (6,7 mmol / L)
b. Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
1) Pengukuran tinggi fundus uteri.
2) Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus
memakai ultrasonografi (USG) dan
kardiotopografis (KTG).
3) Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor
fungsi dinamik janin plasenta (FDJP). Skor < 5
merupakan tanda gawat janin. Penilaian ini
dilakukan setiap minggu sejak umur kehamilan 36
minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin

30
terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan
indikasi untuk malakukan persalinan secara seksio
sesarea.
4) Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG
dikerjakan seperti yang lazim pada pasien DM
dengan pembedahan
5) Janin yang sehat (skor FDJP > 6 ) dapat dilahirkan
pada umur kehamilan 38 minggu dengan persalinan
biasa. Memperpanjang umur kehamilan akan
meningkatkan insiden fetal makrosomia dan seksio
sesarea sehingga dianjurkan persalinan pada umur
kehamilan 38 minggu. Ibu hamil DMG tidak perlu
dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik,
namun harus selalu diperhatikan gerak janin
(normal > 12 kali/12 jam).
6) Bayi dari ibu yang DMG memerlukan perawatan
khusus.
7) Bila diperlukan terminasi kehamilan harus
dilakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan
kematangan paru janin (bila umur kehamilan < 38
minggu).
8) Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi
(hipertensi, preeklampsia, kelainan vaskuler infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis, moniliasis) harus
dirawat sejak umur kehamilan 34 minggu. Pasien
DMG yang berkomplikasi biasanya memerlukan
insulin. Umumnya kadar gula darahnya mudah
terkendali, kecuali jika ada komplikasi.
2.2.5. Perawatan Prakonsepsi
Wanita dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang sudah ada
sebelumnya yang merencanakan kehamilan atau yang telah hamil
harus dinasihati tentang risiko pengembangan dan / atau

31
perkembangan retinopati diabetik. Pemeriksaan mata yang melebar
harus dilakukan secara ideal sebelum kehamilan atau pada trimester
pertama, dan kemudian pasien harus dipantau setiap trimester dan
untuk 1 tahun postpartum seperti yang ditunjukkan oleh tingkat
retinopati dan seperti yang direkomendasikan oleh penyedia
perawatan mata.
Wanita dengan diabetes yang sudah ada sebelumnya
idealnya harus dikelola di klinik multidisiplin termasuk ahli
endokrin, spesialis kedokteran ibu-janin, ahli diet, dan pendidik
diabetes, jika tersedia.
2.2.6. Penatalaksanaan Persalinan
a. Pertimbangkan kelahiran elektif
Hampir semuanya dapat melahirkan per vaginam jika presentasi
vertex dan keadaan lainnya memungkinkan.
b. Dosis insulin biasanya tidak diberikan saat persalinan dan
digunakan infus insulin untuk mengatasi glukosa darah yang
dipantau setiap jam.
2.2.7. Penatalaksanaan Post partum dan Laktasi
Nilai status diabetes ibu selama nifas, karena dapat terjadi
perubahan yang luar biasa selam nifas ini. Misalnya, dosis insulin
setelah melahirkan hanya memerlukan sepertiga dosis insulin pada
kehamilan lanjut.
Perawatan postpartum harus mencakup penilaian psikososial
dan dukungan untuk perawatan diri. Mengingat manfaat gizi dan
imunologis segera dari menyusui untuk bayi, semua wanita
termasuk mereka yang menderita diabetes harus didukung dalam
upaya untuk menyusui. Menyusui juga dapat memberi manfaat
metabolisme jangka panjang untuk ibu dan anak.
2.2.8. Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang cocok untuk
wanita dengan diabetes. Diabetes membawa resiko penyakit
vascular dan esterogen dalam kontrasepsi oral secara statistic

32
meningkatkan tromboembolisme, stroke dan infark miokardium.
Disarankan untyk tidak menggunakan kontrasepsi oral. Para dokter
pun juga tidak menganjurkan pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim pada wanita diabetic, karena kemungkinan meningkatnya
resiko infeksi panggul. Dengan alasan tersebut banyak wanita atau
ibu dengan diabetes terutama diabetes overt memilih sterilisasi.
2.2.9. Asuhan Bidan Dalam Menangani DMG
a. Kesadaran sebagai tenaga kesehatan untuk menangani pasien
DMG dengan baik
b. Kesadaran dan kepedulian kepada pasien
c. Mendiagnosa jika kadar gula sebesar 2+ dalam pengecekan
pertama atau 1+ dalam pengecekan kedua/seterusnya
d. Menganjurkan ibu diet, pemantauan berat badan, dan anjuran
untuk ibu berolahraga atau beraktivitas
e. Memberikan support kepada ibu yang didiagnosa DMG
f. Melakukan persiapan dan penganganan segera pada bayi baru
lahir dari ibu DMG dengan perawatan intensif untuk
menghindari hipoglikemia.
g. Melakukan test ulang kadar gula darah ibu 6-13 minggu
setelah persalinan. Untuk mengetahui apakah diabetes
berlanjut atau tidak. Jika kadar gula darah masih tinggi itu
berarti ibu menderita diabetes tipe 2.
2.2.10. Prognosis
Penanganan bersama ahli penyakit dalam, kebidanan dan ahli
kesehatan anak akan menurunkan kesakitan dan kematian .
Penanganan dan pengobatan yang tidak tepat merupakan faktor
utama penyebab kematian ibu yang sebenarnya. Peningkatan
retinopati dan nefropati diabetika terjadi pada sebagian besar pasien
atau wanita selama kehamilan.
Faktor-faktor yang memepengaruhi kelangsungan hidup janin
adalah beratnya diabetes, pengendalian diabetes selama kehamilan,
fungsi plasenta, perdarahan plasenta, preeklampsia-eklampsia,

33
polihidroamnion dan penghentian kehamilan. Penghentian
kehamilan dapat dibenarkan pada keadaan-keadaan tertentu seperti
retinopati diabetic, retinitis proliferans, dan penyakit vascular berat
(serebral atau koroner).

34
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Diabetes melitus yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka
ini dinamakan dengan diabetes melitus gestasional, sedangkan bila
diabetes melitus telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
diabetes melitus pregestasi. diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil
dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca
persalinan, maka ini dinamakan diabetes melitus gestasional, namun
apabila setelah 6 minggu persalinan diabetes melitus belum juga
sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi diabetes
melitus.
Diabetes melitus gstasional perlu penanganan yang serius,
karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat
mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan
asuhan keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan
diabetes melitus, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan
3.2. SARAN
Penyusun berharap agar mahasiswa dapat lebih mengetahui
tentang penyakit yang terjadi pada ibu pra-kontrasepsi, hamil, dan
persalinan seperti diabetes gestasional dan diabetes melitus seperti yang
sudah dipaparkan di makalah, dan diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan deteksi dini beserta penangannya saat praktek di lapangan.

35
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2019. Standards of Medical Care In


Diabetes-2019. The Journal of Clinical and Applied Research and Education.
Diabetes Care
American Diabetic Association. Classification and diagnosis of diabetes
mellitus. Diabetes Care. 2015;38(Suppl 1):S8–S16. https://doi.org/10.2337/dc15-
S005
Auger, N., Tang, T., Healy-Profitós, J., & Paradis, G. (2017). Gestational
diabetes and the long-term risk of cataract surgery: A longitudinal cohort study.
Journal of Diabetes and Its Complications, 31(11), 1565–1570.
https://doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2017.08.003
Committee on Obstetric Practice ACOG committee opinion Exercise
during pregnancy and the postpartum period. Number 267, January 2002.
American College of Obstetricians and Gynecologists. Int J Gynaecol
Obstet. 2002;77:79–81. [PubMed] [Google Scholar]
Holly Ernst, 2018. Pregestational Diabetes. Healthline.
https://www.healthline.com/health/diabetes/class-c-diabetes
David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010. (A Practical
Manual of Diabetes in Pregnancy)
Katrien, B. 2013. Screening for pregestational and gestational diabetes in
pregnancy. NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3833269/
Pramanda, H. 2016. DM Gestational. [pdf].
Mufdillah. 2019. Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus
dalam Kehamilan.Yogyakarta : Nuha Medika

36

Anda mungkin juga menyukai