Anda di halaman 1dari 1

Ini Jurus Pemerintah agar Pengangguran Turun Pada 2019

Angka pengangguran menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk diberi perhatian. Dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) 2018, target pengangguran sekitar 5-5,3 persen. Di tahun mendatang,
diharapkan tingkat pengangguran turun di kisaran 4,8-5,2 persen. Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, sebuah survei pada Februari 2018 menunjukkan adanya
perbaikan kesempatan bekerja dengan makin terbukanya lapangan pekerjaan. "Tahun 2018 lapangan
kerja meningkat 2,5 juta dibandingkan 2017," ujar Bambang di kompleks DPR RI, Jakarta, Senin
(10/9/2018). Sementara itu, jumlah pengangguran turun sekitar 135.000 sehingga angka pengangguran
terbuka menjadi 5,13 persen. Namun, melihat pergerakan pada Agustus 2018, ada kemungkinan tingkat
pengangguran terbuka akan meningkat. Hal ini disebabkan kondisi musiman karena bukan musim panen
dan dampak pelemahan rupiah. Sementara untuk tahun depan, dengan target pertumbuhan ekonomi
5,3 persen, maka tingkat pengangguran terbuka diproyeksikan turun di rentang 4,8-5,2 persen. Oleh
karena iitu, perlu adanya penciptaan kesempatan bekerja lebih luas lagi ke depan. "Tahun depan itu
antara 2,6 sampai 2,9 juta orang, baik di sektor formal maupun informal," kata Bambang. Bambang
mengatakan, ada beberapa langkah strategis yang didorong pemerintah untuk penciptaan kesempatan
kerja. Pertama, pentingnya mendorong investasi dan ekspor untuk menciptakan lapangan kerja. Ia
berharap program-program yang dicanangkan pemerintah seperti Padat Karya dapat menciptakan
lapangan kerja baru. Selain itu juga dengan meningkatkan kesempatan berusaha. Dari sisi supply-nya
yakni mempercepat peningkatan keahlian tenaga kerja. Dengan demikian, kata Bambang, siapapun yang
sudah mengikuti pelatihan atau pendidikan khusus dapat segera diterima di lapangan kerja. "Terutama
yang terkait dengan pengembangan pendidikan vokasi yang berbasis kompetensi," kata Bambang. Hal
lain yang perlu diperbaiki adalah mengurangi hambatan di pasar kerja. Bambang mengatakan, saat ini
mulai dipikirkan bagaimana caranya terjadi hubungan industrial yang harmonis antara pemberi kerja
dan pekerja itu sendiri. Terkait dengan itu, kata Bambang, maka dalam RAPBN 2019, pendidikan dan
pelatihan vokasi akan menjadi salah satu prioritas utama. Pemerintah mendorong program Diklat
berbasis kompetensi untuk lebih dari satu juta orang. "Harapannya nanti akan muncul sertifikasi
kompetensi untuk satu juta orang yang nantinya akan mempermudah para pencari kerja untuk bisa
diterima di pemberi kerja," kata Bambang. Pertumbuhan ekonomi ke depan diharapkan lebih inklusif
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Dilihat sejak 2011, elastisitas kesempatan kerja hanya
di kisaran 350.000-780.000 per 1 persen pertumbuhan ekonomi. "Kalau kita bisa di 2019 mencapai
pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, elastisitas itu 550.000, maka tingkat pengangguran terbuka bisa
turun ke 5 persen," kata Bambang.

Anda mungkin juga menyukai