PENDAHULUAN
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting
karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk
dapat menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang tidak
membahayakan (Depkes RI. 1993).
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami tentang pengertian dan semua teori gangguan citra tubuh.
b. Mampu memahami tentang proses keperawatan pada klien dengan
kecemasan dan gangguan citra tubuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang struktur, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Citra Tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang
membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra
tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik
dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
2.2 Etiologi
Depresi
Skizofrenia
3
11. Penyalahgunaan bahan kimia
12. Nyeri
13. Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
Rasa sedih dan duka cita ( rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa
bersalah atau penerimaan )
↑
Gangguan citra tubuh
↑
4
2.5 Negatif dan Positif Citra Tubuh
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh
dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya.
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu
menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan
fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai
dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang
unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan
kalori.
Menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka lari atau menghindar secara emosional, menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
4. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
5. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
6. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
7. Persepsi negatif terhadap tubuh.
5
2.7 Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati
serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan
dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
2. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
a. Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran,
kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
6
b. Respon mal-adaptip
a. Respon penyesuaian
a. Respon penyesuaian
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KONSEP DIRI ( CITRA TUBUH )
3.1 Pengkajian
2. Subjektif :
Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi.
Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
Menolak berinteraksi dengan orang lain.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
3. Konsep diri :
Ideal diri ; tidak realistis, ambisius
4. Sosial budaya :
8
Nilai budaya yang ada di masyarakat.
Nilai budaya yang dianut individu
NO
DIAGNOSA NOC NIC
9
3. Skala target outcome kepuasan
dengan fungsi tubuh
ditingkatkan ke sering positif (4)
3.5 Evaluasi
2. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi
karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien
menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga
jika ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah
dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya
sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan
manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan malah
memburuk tetapi berharap lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri:
Mosby Elsevier
12