Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI GRAF UNTUK OPTIMALISASI PENGATURAN TRAFFIC LIGHT

MENGGUNAKAN ALGORITMA WELSH-POWELL DI PERSIMPANGAN


PATUNG DIPONEGORO TEMBALANG

DISUSUN OLEH :

RISQI KHANSA ZAHRO

2401011612002

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
BAB 1

LANDASAN TEORI

1.1 Definisi Graf


Sebuah graf G berisikan dua himpunan yaitu himpunan berhingga tak kosong V (G)
dari obyek-obyek baru yang disebut simpul dan himpunan berhingga (mungkin kosong)
E(G) yang elemen-elemennya disebut sisi sedemikian hingga setiap elemen e dalam E(G)
merupakan pasangan tak berurutan dari simpul-simpul di V(G). Himpunan V(G) disebut
simpul G dan himpunan E(G) disebut himpunan sisi G (Budayasa, 2007: )
Cara merepresentasikan sebuah graf yang paling umum adalah dengan diagram (gambar).
Dalam diagram tersebut, simpul-simpul dinyatakan sebagai noktah dan tiap sisi
dinyatakan sebagai kurva sederhana (ruas garis) yang menghubungkan tiap dua simpul.

1.2 Jenis-jenis Graf

Graf dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori (jenis) bergantung pada


sudut pandang pengelompokannya. Pengelompokan graf dapat dipandang berdasarkan
ada tidaknya sisi ganda, berdasarkan orientasi arah pada sisi (Munir, 2005: 357).
1. Ada Tidaknya Gelang atau Sisi Ganda
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf maka secara
umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu graf sederhana dan graf tak
sederhana. Di dalam karya tulis ini yang akan digunakan hanya graf sederhana.
a. Graf Sederhana (Simple Graph)
Graf yang tidak mengandung gelang (loop) maupun sisi ganda dinamakan graf
sederhana (Munir, 2005: 357).

Gambar 2.1 Graf Sederhana


2. Orientasi Arah
Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakanatas 2
jenis yaitu graf berarah dan garf tak berarah. Penerapan graf yang akan digunakan
pada kary tulis ini yaitu garf tak berarah.
a. Graf Tak Berarah (Undirect Graph)
Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak
berarah.Pada graf tak berarah, urutan pasangan simpul yang dihubungkan oleh
sisi tidakdiperhatikan. Jadi, (vj, vk) = ( vk,vj )adalah sisi yang sama (Munir,
2005: 358).Derajat suatu simpul pada graf tak berarah adalah jumlah sisi yang
bersisian dengan simpul tersebut.

Gambar 2.2 Graf Tak Berarah

1.3 Terminologi Graf


Dalam pembahasan mengenal graf biasanya sering menggunakan terminology (istilah)
yang berkaitan dengan graf (Munir, 2005: 365). Terminologi yang berkaitan dengan graf
pada pembahasan karya tulis ini salah satunya yaitu bertetanggaan (Adjacent).
Bertetanggaan (Adjacent)Dua buah simpul pada graf tak berarah G dikatakan
bertetangga bila keduanya terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain
vjbertetangga dengan vk jika (vj, vk ) adalah sebuah sisi pada graf .

Gambar 2.3 Graf Bertetangga


Simpul v1bertetanggadengan simpul v4 dan v2 , simpul v1tidak
bertetangga dengan simpul v3.

1.4 Pewarnaan Graf


Di dalam persoalan pewarnaan graf, tidak hanya sekedar mewarnai simpul-
simpuldengan warna berbeda dari warna simpul tetangganya saja, namun juga
menginginkan jumlah macam warna yang digunakan sedikit mungkin.
Menurut Budayasa (2007: 151) ada dua macam pewarnaan graf (graphcolouring),
yaitu pewarnaan simpul (vertex) dan pewarnaan sisi (edge). Misal G sebuah graf. Sebuah
pewarnaan k dari G adalah perwarnaan semua simpul G dengan menggunakan k warna
sedemikian hingga dua simpul G yang berhubungan langsung mendapat warna yang
berbeda. Sebuah pewarnaan sisi pada graf G adalah pewarnaan semua sisi G sedemikian
hingga setiap dua sisi yang terkait pada simpul yang sama mendapatkan warna yang
berbeda. Jumlah warna minimum yang digunakan untuk mewarnai simpul pada sebuah
graf disebut bilangan bilangan kromatik (Munir, 2009: 426).

Gambar 2.4 Pewarnaan Simpul G dengan 3 Warna

1.5 Algoritma Weshl-Powell


Pewarnaan graf adalah metode pewarnaan elemen sebuah graf yang terdiri dari
pewarnaan simpul (vertex) dan pewarnaan sisi (edge) sedangkan pewarnaan simpul
pada graf dengan memberi warna pada simpul-simpul suatu graf sedemikian sehingga
tidak ada dua simpul bertetangga yang memiliki warna yang sama. Algoritma Welsh-
Powell tidak selalu memberikan jumlah warna minimum yang diperlukan untuk
mewarnai graf, tetapi algortima ini cukup praktis untuk digunakan dalam pewarnaan
simpul sebuah graf. Menurut As’ad (2008: 2) pada jurnal Purnamasari, Ilman, dan
Wulandari (2010: 2) yang langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Urutkan simpul-simpul dari graf G dalam derajat yang menurun (urutan seperti ini
mungkin tidak unik karena beberapa simpul mungkin berderajat sama)
2. Gunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama (yang mempunyai derajat
tertinggi) dan simpul-simpul lain (dalam urutan yang berurut) yang tidak
bertetangga dengan simpul pertama ini.
3. Mulai lagi dengan simpul derajat tertinggi berikutnya di dalam daftar terurut yang
belum diwarnai dan ulangi proses pewarnaan simpul dengan menggunakan warna
kedua.
4. Ulangi penambahan warna-warna sampai semua simpul telah terwarnai.
Algoritma Welch-Powell tidak selalu memberikan jumlah warna minimum
dalam pewarnaan graf, tetapi memberikan batas atas jumlah warna yang dapat dipakai
untuk mewarnai suatu graf.
BAB II
APLIKASI GRAF

2.1 Traffic Light di Simpang Empat Patung Diponegoro

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di persimpangan jalan Patung


Diponegoro banyak sekali permasalahan yang terjadi di jalan, salah satunya berkaitan
dengan traffic light. Pengaturan traffic light bisa digunakan mengguakan pewarnaan
simpul dengan menerapkan algoritma Welsh-Powell. Langkah pertama sebelum ke
perhitungan pengoptimalan traffic light maka ada beberapa cara dengan algoritma
Welsh-Powel dalam pewarnaan simpul pada suatu graf. Berikut ilustrasi dari simpang
4 Patung Diponegoro:

UTARA

TIMUR
BARAT

SELATAN
Gambar 4.1 Ilustrasi Simpang 4 Patung Diponegoro

Keterangan:

1. Arah Barat : Dari gang kecil depan patung diponegoro


2. Arah Utara : Dari Jatingaleh
3. Arah Timur : Dari Tembalang
4. Arah Selatan : Dari Banyumanik
5. 𝑣1 : dari arah barat menuju arah utara
6. 𝑣2 : dari arah barat menuju arah timur
7. 𝑣3 : dari arah barat menuju arah selatan
8. 𝑣4 : dari arah selatan menuju arah barat
9. 𝑣5 : dari arah selatan menuju arah utara
10. 𝑣6 : dari arah selatan menuju arah timur
11. 𝑣7 : dari arah timur menuju arah selatan
12. 𝑣8 : dari arah timur menuju arah barat
13. 𝑣9 : dari arah timur menuju arah utara
14. 𝑣10 : dari arah utara menuju arah timur
15. 𝑣11 : dari arah utara menuju arah selatan
16. 𝑣12 : dari arah utara menuju arah barat

Dari gambar 4.1 terdapat beberapa asumsi yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Pergerakan traffic light di Patung Diponegoro terjadi dalam dua fase. Dua fase ini
mengartikan bahwa terdapat empat arah yang masing-masing arahnya akan
berjalan bersamaan dengan salah satu arah yang lain.
2. Meskipun terjadi dua fase, akan tetap digunakan data primer yang akan
merepresentasikan tiga data dengan durasi lampu merah dan hijau yang berbeda
(selisihnya hanya sepuluh detik) (Pada Tabel 4.1).
3. Durasi traffic light tidak dipengaruhi oleh volume kendaraan pada waktu itu.
4. Kepadatan arus lalu lintas sama pada setiap waktu di persimpangan empat Patung
Diponegoro.

2.2 Hasil Pengamatam

Hasil pengamatan yang dilakukan dengan terjun langsung ke persimpangan


empat Patung Diponegoro, diperoleh interpretasi data traffic light di simpang empat
Patung Diponegoro yaitu sebagai berikut: (direpresentasikan data dalam hitungan
detik)

Tabel 4.1. Data Primer traffic light di simpang empat Patung Diponegoro

KAKI BARAT TIMUR UTARA SELATAN TOTAL


SIMPANG (Ngesrep (Tembalang) (Jatingaleh) (Banyumanik)
Barat)
MERAH 59 59 29 39 186
HIJAU 16 16 46 36 114
TOTAL 75 75 75 75

2.3 Perhitungan Data Menggunakan Algoritma Welsh-Powell

Dari gambar 4.1 dengan asumsi yang digunakan, maka terdapat beberap arus
yang tidak boleh bergerak secara bersamaan (uncompatible). Arus tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. 𝑣2 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12 .
2. 𝑣3 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12 .
3. 𝑣5 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9 .
4. 𝑣6 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9 .
5. 𝑣8 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12 .
6. 𝑣9 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12 .
7. 𝑣11 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9 .
8. 𝑣12 tidak boleh bergerak secara bersamaan dengan 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9 .
Untuk 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣7 , dan 𝑣10 dapat bergerak secara bersamaan dengan arus dari arah
manapun, sehingga dapat diartikan bahwa untuk 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣7 , dan 𝑣10 dapat berlaku
lampu hijau untuk waktu kapanpun.
Langkah-langkah penyelesaian simpang empat PatungDiponegoro dengan
menggunakan Algoritma Welsh-Powell yaitu sebagai berikut:
1. Representasikan arus seperti pada gambar 4.1 dalam bentuk suatu graf seperti
berikut:

Gambar 4.2 Representasi arus simpang empat Patung Diponegoro dalam sebuah
graf
2. Mewarnai graf yang terdapat pada gambar 4.1 menggunakan algoritma Welsh-
Powell yaitu dengan cara mengurutkan simpul yang mempunyai derajat paling
tinggi ke deajat paling rendah. Karena setiap simpul mempunyai derajat yang
sama, maka pilih salah satu titik sembarang antara
𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣8 , 𝑣9 , 𝑣11 , dan 𝑣12 yang akan diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan
graf dilakukan dengan tidak melakukan pewarnaan simpun yang saling adjacent
(bertetanggan). Pewarnaan ini akan digunakan untuk menentukan bilangan
kromatik. Dengan menggunakan algoritma Welsh-Powell, pewarnaan graf yaitu
sebagai berikut:

Gambar 4.3 Representasi pewaranaan graf menggunakan algortma Welsh-Powell


dalam arus simpang empat Patung Diponegoro

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa 𝑣1 , 𝑣4 , 𝑣7 , dan 𝑣10 merupakan arus


yang dapat bergerak secara bersamaan dapat dilakukan pewarnaan dengan warna
apapun sehingga dalam representasi pewarnaan grafnya tidak dimasukkan. Dari
pewarnaan graf di atas juga dapat diketahui bahwa bilangan kromatiknya yaitu dua.
Bilangan kromatik ini akan digunakan untuk perhitungan durasi lampu hijau dan
lampu merah yang baru.

Gambar 4.1 juga menunjukkan penyelesaian arus-arus yang dapat dilakukan secara
bersamaan yaitu seperti pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2. Data Primer traffic light di simpang empat Patung Diponegoro

Warna Simpul
ORANGE 𝑣2 , 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9
BIRU 𝑣5 , 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12
Dari Tabel 4.2 diperoleh dua partisi yaitu partisi pertama 𝑣2 dapat berjalan bersamaan
dengan 𝑣3 , 𝑣8 , 𝑣9 dan partisi kedua 𝑣5 dapat berjalan bersamaan dengan 𝑣6 , 𝑣11 , 𝑣12.
3. Menentukan durasi baru lampu merah dan lampu hijau.
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 diperoleh bahwa durasi satu siklusnya yaitu 75
detik, dengan bilangan kromatik yang diketahui yaitu 2. Untuk mencari durasi
lam
Simpul 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4 𝑣5 𝑣6 𝑣7 𝑣8 𝑣9 𝑣10 𝑣11 𝑣12
pu
Merah - 37.5 37.5 - 37.5 37.5 - 37.5 37.5 - 37.5 37.5
hija
Hijau 75 37.5 37.5 75 37.5 37.5 75 37.5 37.5 75 37.5 37.5
u
Total 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 dan
merah yang baru digunakan rumus seperti pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3.Perhitungan untuk menentukan data baru durasi lampu hijau dan lampu
merah pada persimpangan empat Patung Diponegoro

WARNA RUMUS
HIJAU 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 75
= = 37.5
𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘 2
MERAH 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 − 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢
= 75 − 37.5 = 37.5
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.3 maka penyelesaian durasi lampu merah dan
lampu hijau yang akan digunakan sebagai data baru yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4.Penyelesaian traffic light di simpang empat Patung Diponegoro

Tabel 4.5Data baru traffic light di simpang empat Patung Diponegoro


KAKI BARAT TIMUR UTARA SELATAN TOTAL
SIMPANG
MERAH 37.5 37.5 37.5 37.5 150
HIJAU 37.5 37.5 37.5 37.5 150
TOTAL 75 75 75 75

Berikut ini hasil perbandingan dari data pirimer dengan data baru menggunakan
algoritma Welsh-Powell.
Tabel 4.6Perbandingan data primer dan data baru
Kaki Data Primer Data Baru
Simpang Merah Hijau Merah Hijau
Barat 59 16 37.5 37.5
TIMUR 59 16 37.5 37.5
UTARA 41 46 37.5 37.5
SELATAN 29 36 37.5 37.5
Total 186 114 150 150

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa data baru yang dihasilkan dengan menggunakan
algoritma Welsh-Powell lebih efektif dibandingkan dengan data primer hasil
pengamatan. Tingkat keevektifitas dari lampu hijau dan lampu merah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
𝑥14 −𝑥12
1. Lampu Hijau = × 100%
𝑥12
150−114
= × 100% = 31.57%.
114
𝑥11 −𝑥13
2. Lampu Merah = × 100%
𝑥11
186−150
= × 100% = 19.35%.
186

dimana : 𝑥11 = jumlah durasi lampu merah dari data primer

𝑥12 = jumlah durasi lampu hijau dari data primer

𝑥13 = jumlah durasi lampu merah dari data baru

𝑥14 = jumlah durasi lampu hijau dari data baru

Jadi, dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat keevektivitasan dari lampu hijau
dan lampu merah dengan menggunakan algoritma Welsh-Powell di simpang empat Patung
Diponegoro masing-maisng sebesar 31.57% dan 19.35% lebih efektif dibandingkan dengan
data primer hasil pengamatan.
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan graf pada persimpangan empat Patung Diponegoro menggunakan
algoritma Welsh-Powell dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu (1)
mentransformasikan persimpangan jalan di Patung Diponegoro dalam suatu graf,
(2) melakukan pewarnan graf dengan menggunakan algortima Welsh-Powell
sehingga akan didapatkan bilangan kromatik untuk menentukan durasi baru dari
perhitungan tersebut, (3) melakukan perhitungan untuk mendapatkan data baru
dengan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠
Lampu hijau = ,
𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘

Lampu merah = jumlah satu siklus – durasi baru lampu hijau ,


dan (4) dilakukan perhitungan tingkat keevektifitasan dari data primer dengan data
baru yang diperoleh.
2. Hasil perhitungan dengan menggunakan algoritma Welsh-Powell diperoleh data
baru durasi lampu merah dan lampu hijau dengan masing- masing menjadi 37.5
detik dengan tingkat keevektifannya yaitu untuk lampu hijau sebesar 31.57% dan
untuk lampu merah sebesar 19.35%, sehingga menunjukkan bahwa data baru
mempunyai tingkat keevektifan yang lebih tinggi dibandingan dengan data primer
dari hasil pengamatan langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Budayasa, I. K. 2007. Teori Graph dan Aplikasinya. Surabaya: Unesa UniversityPress.


HB, Danang. 2011. Budaya Tertib Lalu Lintas. Jakarta: PT. Sarana Bangun Pustaka
Munir, R. 2005. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika.

Nugroho, A. D. 2008. Analisis Penerapan Belok Kiri Langsung terhadap Tundaan Lalu
Lintas pada Pendekat Persimpangan Bersinyal. Tesis. Semarang: Program Magister Teknik
Sipil Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai