27/06/2006
Stop Selagi Merokok
Remaja Indonesia terungkap kian akrab dengan narkotik dan obat-obatan
terlarang. Mereka merintis jalan perkenalan dengan obat-obatan itu dengan
mengkonsumsi minuman beralkohol. Sebelumnya lagi, mereka terbiasa
mengisap rokok. Cukup sampai pada tahap mengisap rokok saja sebenarnya
sudah sangat merugikan kesehatan. Sebatang rokok tembakau mengandung
lebih dari 4.000 macam zat kimia. Sekali isap, zat-zat itu merasuk jauh ke
dalam tubuh. Sebanyak 200 diantaranya logam berat semacam kadmium
(bahan baku baterai). Lebih sedikit dari itu adalah senyawa penyebab
tumbuhnya kanker (karsinogenik). Lainnya antara lain karbon monoksida
(asap knalpot), formaldehid (pengawet), dan amonia (bahan baku pencuci
hama). Merokok boleh dibilang sama saja dengan menabur pewarna kuku
(aseton) di atas sarapan bubur Anda, menyikat gigi dengan maskara (asam
stearik), atau mencampur krim cukur (etanol) ke dalam adonan kue. Separuh
dari remaja yang saat ini merokok sudah dapat dipastikan akan meninggal
karena penyakit terkait. Kalaupun mereka meninggalkan kebiasaannya, paru-
paru baru akan pulih-seperti orang yang tidak merokok-setelah 15 tahun
kemudian. (Koran Tempo, 27/6/06)
http://www.beritaindonesia.co.id/data/arsip/kesehatan/index.php?page=all
22/06/2006
92% Anak Pengguna Narkoba
Sekitar 92% anak usia dibawah 18 tahun di wilayah Jakarta Pusat dan
Jakarta Barat menjadi pengguna narkoba. Bahkan, mereka terlibat
dalam pengedaran narkoba. Demikian hasil penelitian International
Labour Organization (ILO) yang dilakukan pada 2005, yang
disampaikan Kepala Penasihat Teknis Proyek Penanggulangan
Pekerja Anak ILO Patrick Qiunn di Jakarta. Dalam penelitian itu
disebutkan, keterlibatan anak-anak tersebut dalam pembuatan dan
peredaran barang haram itu dimulai sejak mereka berusia 13 tahun
dan 15 tahun. Jenis obat-obatan yang populer diantara mereka
adalah heroin dan ganja. Menurut Qiunn, dalam penggunaan obat-
obatan terlarang itu, anak-anak umumnya mengawali dengan
merokok, meminum alkohol dan mengisap lem. Kemudian, pada
usia 15-16 tahun, kegiatan mereka meningkat dengan mengisap
ganja, mengonsumsi heroin, pil ekstasi, dan sabu. Ada juga di
antara anak-anak itu yang menggunakan narkoba karena ingin
tahu (72%), tekanan teman sebaya (67%), dan sekedar ingin
mendapatkan teman (66,1%). Besarnya penghasilan tambahan
yang bisa diperoleh dari kegiatan jual beli narkoba itu berkisar
antara Rp40 ribu hingga Rp200 ribu per bulan. Hasil penelitian ILO
juga menunjukan mayoritas pengedar narkoba anak memiliki
keinginan berhenti dan memilih melakukan pekerjaan. Namun,
untuk itu mereka perlu dukungan kuat dari keluarga dan
masyarakat. (Media Indon06/06/2006
31/05/2006
13,2 Persen Anak Indonesia Menghisap Rokok
Saat ini, 13,2 persen anak-anak Indonesia menghisap rokok. Anggota Komisi
IX DPR, Hakim Sorimuda Pohan di sela-sela acara peringatan Hari Tanpa
Tembakau Sedunia (HTTS), mengatakan konsumsi tembakau anak-anak
Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. HTTS kali ini mengusung tema
"Tembakau: Dalam Bentuk Apapun Mematikan." Deputi Menko Kesra Bidang
Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidup, HM Sukawati Abubakar, juga
mengakui tingginya ancaman rokok terhadap anak-anak dan remaja. Menurut
dia, berdasarkan survei, sekitar 34 persen anak usia SMP di Jakarta pernah
merokok. Sekitar 16,6 persen masih aktif merokok. Rokok telah menjadi
pembunuh yang lebih ganas dibanding perang. Sukawati, memaparkan, pada
abad ke-20, 100 juta penduduk dunia meninggal karena rokok. Bila tak
ditanggulangi, angka itu diperkirakan naik menjadi satu miliar orang.
(Republika, 1/06/06)