Anda di halaman 1dari 12

2.

ANP untuk kasus

a. Assessment (penilaian)

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB)
atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai
acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk
anak lebih dari 5 tahun. Pada kasus ini, Anak berusia 7 bulan dengan Berat Badan 7,5 kg,
Panjang Badan 67 cm menggunakan kurva WHO 2006, didapatkan hasil Berat Badan
menurut Usia adalah normal, Panjang Badan terhadap usia adalah normal, Berat Badan
terhadap Panjang Badan adalah normal.

b. Penentuan Kebutuhan

Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung pada kondisi klinis tertentu. Pada anak
degan kondisi sakit krinis, kebutuhan energi adalah REE x faktor aktivitas x faktor stess.
Pada kondisi tidak sakit kritis, pada gizi baik/kurang, kebutuhan kalori ditentukan
berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi (height age). Usia-tinggi
ialah usia bila tinggi badan anak tersebut merupakan P50 pada grafik. Kebutuhan nutrien ter-
tentu secara khusus dihitung pada kondisi klinis tertentu. Berat badan ideal adalah berat
badan menurut tinggi badan pada P50 pertumbuhan. Pada obesitas, target pemberian kalori
adalah BB ideal x RDA menurut usia tinggi.

c. Penentuan cara pemberian

Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral merupakan pilihan utama. Jalur parenteral hanya
digunakan pada situasi tertentu saja. Kontra indikasi pemberian makan melalui saluran cerna
ialah obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran cerna serta tidak berfungsinya saluran cerna.
Pemberian nutrisi enteral untuk jangka pendek dapat dilakukan melalui pipa nasogastrik atau
nasoduodenal atau nasojejunal. Untuk jangka panjang, nutrisi enteral dapat dilakukan melalui
gastrostomi atau jejunostomi.

d. Penentuan jenis makanan

Pada pemberian makan melalui oral bentuk makanan disesuaikan dengan usia dan
kemampuan oromotor pasien, misalnya 0-6 bulan ASI dan/formula, 6 bulan-1 tahun ASI
dan/atau formula di-tambah makanan pendamping, 1-2 tahun makanan keluarga ditambah
ASI dan/atau susu sapi segar, dan di atas 2 tahun makanan keluarga.
e. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau penerimaan


makanan, dan toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang dapat terjadi pada
pemberian enteral antara lain adalah mual/muntah, konstipasi dan diare.

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta: IDAI; 2011.

3e. kompikasi diare pada anak

Diare dapat menimbulkan komplikasi yang serus seperti dehidrasi, khususnya pada
anak malnutrisi atau keadaan imunosupresi. Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan
berat. Dehidrasi ringan terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat
normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi sedang
keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin
minum banyak dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan
umumnya terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor kulitnya
kembali sangat lambat > 2 detik.

Depkes. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Depkes RI; 2008

3g. Pemfis diare pada anak

Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai keadaan umum, kesadaran, berat badan,
temperatur, frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, serta
mukosa lidah. Selain itu, perlu dicari tanda-tanda dehidrasi dan kontraksi volume
ekstraseluler, seperti denyut nadi >90 kali/menit dan lemah, hipotensi postural/ortostatik,
lidah kering, kelopak mata cekung, serta tanda-tanda tambahan lainnya seperti ubun-ubun
besar cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, mukosa mulut, serta kulit yang dingin
dan lembab. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bolaterdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi
dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Eppy. Aspek Terjadinya Diare akut. Medicinus. 2009. Vol. 22 No.3. pp. 91-100
4d. Diagnosis Gastroenteritis

Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir,
purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi, termasuk
kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih
sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri.
Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus,
dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk
mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti
jompo, penyicip makanan, dan pasien yang baru dirawat di rumah sakit berada pada
risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan
risiko listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging beku, keju lunak, dan
susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik dan obat lain harus
dicatat pada pasien dengan diare akut.

2. Pemeriksaan Fisik

Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi
pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu pengisian
kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain yang
abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat
membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare
dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri dan
proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai adanya darah,
nyeri dubur, dan konsistensi feses.

a. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang,
suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-
8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi
cepat, napas cepat dan dalam.
b. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.3 2.6.3
Pemeriksaan Penunjang Darah: - Darah perifer lengkap - Serum elektrolit: Na+,
K+, Cl-, Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull) - Immunoassay: toksin bakteri
(C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica).
Feses: - Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur) -
Biakan dan resistensi feses (colok dubur)

3. Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi,


karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009

5e. tx farmako dan non farmako Intoleransi laktosa

non farmakologi

1. Nutrisi

a. Prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah menghindari (complete
avoidance) segala bentuk produk susu sapi tetapi harus memberikan nutrisi yang
seimbang dan sesuai untuk tumbuh kembang bayi/anak.

b. Bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu dapat melanjutkan
pemberian ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk turunannya pada
makanan sehari-hari. ASI tetap merupakan pilihan terbaik pada bayi dengan alergi
susu sapi. Suplementasi kalsium perlu dipertimbangkan pada ibu menyusui yang
membatasi protein susu sapi dan produk turunannya

c. Bayi yang mengonsumsi susu formula:

Pilihan utama susu formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah susu
hipoalergenik. Susu hipoalergenik adalah susu yang tidak menimbulkan reaksi
alergi pada 90% bayi/ anak dengan diagnosis alergi susu sapi bila dilakukan uji
klinis tersamar ganda dengan interval kepercayaan 95%. Susu tersebut
mempunyai peptida dengan berat molekul < 1500 kDa. Susu yang memenuhi
kriteria tersebut ialah susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino.
Sedangkan susu terhidrolisat parsial tidak termasuk dalam kelompok ini dan
bukan merupakan pilihan untuk terapi alergi susu sapi.

Formula susu terhidrolisat ekstensif merupakan susu yang dianjurkan pada


alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang. Apabila anak dengan
alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang tidak mengalami
perbaikan dengan susu terhidrolisat ekstensif, maka dapat diganti menjadi formula
asam amino. Pada anak dengan alergi susu sapi dengan gejala klinis berat
dianjurkan untuk mengonsum formula asam amino.

Eliminasi diet menggunakan formula susu terhidrolisat ekstensif atau formula


asam amino diberikan sampai usia bayi 9 atau 12 bulan, atau paling tidak selama 6
bulan. Setelah itu uji provokasi diulang kembali, bila gejala tidak timbul kembali
berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat dicoba diberikan kembali. Bila
gejala timbul kembali maka eliminasi diet dilanjutkan kembali selama 6 bulan dan
seterusnya.

Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat


kendala biaya, maka sebagai alternatif bayi dapat diberikan susu formula yang
mengandung isolat protein kedelai dengan penjelasan kepada orang tua
kemungkinan adanya reaksi silang alergi terhadap protein kedelai pada bayi.
Secara keseluruhan angka kejadian alergi protein kedelai pada bayi berkisar 10-
20% dengan proporsi 25% pada bayi dibawah 6 bulan dan 5% pada bayi diatas 6
bulan. Mengenai efek samping, dari beberapa kajian ilmiah terkini menyatakan
bahwa tidak terdapat bukti yang kuat bahwa susu formula dengan isolate protein
kedelai memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan,
metabolisme tulang, sistem reproduksi, sistem imun, maupun fungsi neurologi
pada anak

4. Pada bayi dengan alergi susu sapi, pemberian makanan padat perlu menghindari
adanya protein susu sapi dalam bubur susu atau biskuit bayi. 1.6. Susu mamalia lain
selain sapi bukan merupakan alternatif karena berisiko terjadinya reaksi silang. Selain
itu, susu kambing, susu domba dan sebagainya tidak boleh diberikan pada bayi di
bawah usia 1 tahun kecuali telah dibuat menjadi susu formula bayi. Saat ini belum
tersedia susu formula berbahan dasar susu mamalia selain sapi di Indonesia. Selain itu
perlu diingat pula adanya risiko terjadinya reaksi silang

Medikamentosa

1. Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi diobati sesuai gejala yang terjadi.

2. Antagonis reseptor H1 (antihistamin) generasi satu dan generasi kedua dapat


digunakan dalam penanganan alergi.

3. Jika didapatkan riwayat reaksi alergi cepat, anafilaksis, asma, atau dengan alergi
makanan yang berhubungan dengan reaksi alergi yang berat, epinefrin harus
dipersiapkan.

Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi. Rekomedasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2014.

8b. Interpretasi data tambahan pemfis setelah kkd

Pemeriksaan fisik

Bayi laki-laki, usia 7 bulan.

Hasil Nilai Normal Interpretasi


Keadaan Umum Tampak aktif, Normal
Compos Mentis
Tanda Vital HR: 115x/menit, 80-150x/menit Normal
kuat angkat, reguler
RR: 35x/menit, 30-60x/menit Normal
regular
T: 37,9 oC 36,5-37,5oC Demam
Berat Badan 7.5 kg BB/U: 2 hingga Normal BB/PB: 0
-2 SD hingga -1
Panjang Badan 67 cm PB/U: 2 hingga Normal SD
-2 SD (Normal)
Lingkar Kepala 43 cm +2 SD hinnga Normocephal
–2 SD
Ubun-Ubun datar, terbuka, Rata, menutup Normal
Besar diamaeter 2.5 cm usia 19 bulan,
diameter rata-
rata 2.5 cm
Mata Tidak cekung, Normal Tidak
konjungtiva anemis Dehidrasi
(-/-), sklera normal
Hidung Normal Normal
Mulut Mukosa lembab Normal
Thorax Jantung dan paru Normal
normal
Abdomen Inspeksi: abdomen Normal
datar, kulit normal
Auskultasi: Bising Suara Meningkat
Usus Meningkat peristaltik
Tidak
intensitas
Dehidrasi
rendah,
terdengar tiap
10-30 detik
Palpasi: Turgor <2 detik Normal
kulit kembali <2
detik
Perkusi: Timpani Normal
Ekstremitas CRT <2 detik, akral CRT< 2 detik Normal
hangat
Lingkar Kepala menggunakan kurva Nellhauss

Hasil: berada di +2SD hingga -2SD (Normocephal)


Panjang Badan menurut Usia (menggunakan kurva WHO)
Hasil: berada di 2 hingga -2 SD (Normal)

Berat Badan menurut Usia (menggunakan kurva WHO)


Hasil: berada di 2 hingga -2 SD (Normal)

Berat Badan terhadap Panjang Badan (menggunakan kurva WHO)


Hasil: berada pada 0 hingga -1 SD (Normal)

Anda mungkin juga menyukai