Skenario Anemia
Skenario Anemia
Di suatu sore yang cerah, Sumiatin sedang duduk bersama suaminya Yanto di teras depan
rumah mereka. Mereka berdua bercakap-cakap.
“Pak, Aku kayaknya telat datang bulan pak. Sudah 2 bulan ini aku ndak dapet. Gimana kalau aku periksa
aja ya pak ke bu bidan?”
Setelah peristiwa sore itu, Sumiatin pun menuruti pesan suaminya untuk tidak periksa ke bidan. Tiga
bulan pun berlalu akhirnya perut Sumiatin pun mulai membesar yang menandakan Sumiatin memang
benar hamil. Sumiatin yang penasaran dan khawatir tentang kondisi kehamilannya pun akhirnya
sembunyi-sembunyi datang ke bidan desa untuk diperiksa kehamilannya.
Sesampainya di Polindes Desa tersebut, Bu Bidan pun memeriksa Sumiatin dengan seksama dan
menanyakan kepada Sumiatin kenapa baru memeriksakan kehamilannya setelah perutnya membesar.
Sumiatin pun menceritakan tentang suaminya yang merasa pemeriksaan kehamilan tidak perlu untuk
dilakukan. Bu Bidan pun menasehati Sumiatin untuk rutin memeriksakan kehamilanya ke Polindes dan
memberikan 1 sachet tablet tambah darah.
Sumiatin pun pulang ke rumah dengan hati gelisah karena takut kalau Yanto tahu jika dia tidak menuruti
perintah Yanto. Sumiatin sampai ke rumah dan ternyata Yanto menunggu didepan rumah dengan
berkacak pinggang.
“Lha koq bawa buntelan. Buntelan apa itu? (Sambil mengambil tas kresek yang dipegang oleh Sumiatin)
Tablet Tambah Darah ini apa? Kamu Bohong ya? Kamu habis periksa ya?”
“Kamu ini koq bandel to. Sudah dibilang tidak usah periksa malah periksa. Obatnya tidak usah diminum.
(Sambil membuang kresek itu ke tempat sampah)”
Yanto yang masih percaya bahwa ibu hamil tidak perlu periksa dan hanya perlu ke dukun saat sudah
waktunya melahirkan benar-benar melarang Sumiatin untuk minum tablet tambah darah. Sumiatin yang
galau karena merasa takut terjadi sesuatu dengan anak di kandungannya pun akhirnya tetap mengikuti
perintah sang suami
Bahan diskusi:
“Buk, aku kok merasa gampang lemes yo bu. Terutama sejak hamil tua. Badanku lemes semua
terus aku jadi males ngapa-ngapain yo, Bu”
“Iku Jenenge Gowone Bayi, Nduk. Ayo ojok dituruti. Kudu dilawan supaya anakmu ga males
nanti. Sekarang kamu nyapu halaman yo, Nduk”
“Walah Bu, wong hamil koq malah disuruh kerja. Eh bu, kemaren aku dikasi tablet tambah
darah lho sama bu Bidan. Apa iku obat e buat lemes iki yo bu ?”
“Ah nduk, itu cuma akal-akalan bidan aja. Ibu dulu pas hamil kamu juga ga minum gituan,
buktinya kamu yo sehat-sehat saja. Kalau lemes ya istirahat, Nduk bukan malah minum obat”
Karena Tutik adalah anak yang berbakti dan tidak mau melawan orang tua, Tutik pun menuruti
ibu nya dengan berangkat beristirahat ke dalam rumah.
1 bulan kemudian, Lemes nya Tutik bertambah parah. Muka Tutik pucat, Tutik merasa lesu,
lemah dan letih. Seminggu pun berlalu, Keadaan Tutik juga tidak kunjung membaik. Akhirnya
Bu Rumi pun membawa Tutik ke Bidan terdekat.
Sesampainya di Polindes, Bidan pun berkata bahwa Tutik mengalami kurang darah dan juga
darah tinggi. Kondisi ini membuat Bidan pun harus merujuk Tutik ke Rumah Sakit terdekat.
Bahan diskusi: