Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: Tn. S


Alamat lengkap : Jl. Mayjen panjaitan XVII/ 144. Lowok waru

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


L/ Umu Pasien
No Nama Kedudukan Pendidikan Pekerjaan Ket
P r klinik
Ca
1 Tn.S KK L 80th SD Swasta ya
Buli
Ibu rumah
2 Ny.M Istri P 75th - Tidak -
tangga
3 Sdr.X Anak L 35th SMA Swasta Tidak -

4 Sdr.M Anak L 32th SMA Swasta Tidak -


Kesimpulan:
Tn.S adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang sakit yaitu
Tn. S umur 80 tahun, beralamat di jl. Mayjen panjaitan XVII/ 144 kecamatan Lowok
waru. Tn. S tinggal bersama istrinya dan kedua anaknya yang belum menikah.
Diagnosa klinis penderita adalah Ca Buli. Penderita adalah seorang wiraswasta.

1
BAB I
STATUS PENDERITA

1.1 PENDAHULUAN

Karsinoma buli-buli merupakan keganasan kedua terbanyak yang


ditemukan pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini lebih
sering menyerang pria daripada wanita yaitu 4:1. Tumor ganas buli-buli sekitar
90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah karsinoma skuamosa dan
jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Ca buli dapat
dapat berupa papiler, noduler, ulseratif atau infiltrative dengan derajat keganasan
ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan
sekitar buli.

1.2 IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan: Sudah Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mayjen.
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 30 september 2011

1.3 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
BAK darah

2
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. S datang ke IGD RSI dengan keluhan BAK darah kehitaman dan
bergumpal sejak sehari sebelumnya, namun keluarga pasien bercerita dahulu
Tn.S pernah sakit dengan keluhan yang sama tetapi tidak sampai di rawat di
rumah sakit. Anak pasien bercerita kalau Tn.S sering periksa ke dokter jika
sakitnya kambuh. BAK darah ini awal dirasakan setahun yang lalu.
TN. S sudah sering kontrol ke dokter spesialis dengan keluhan susah BAK
dan jika BAK bercampur darah, setelah diberi obat diuretik atau obat pelancar
BAK, Tn. S tidak nyaman dengan keadaannya yang sering ke kamar mandi untuk
BAK, sehingga tanpa sepengetahuan keluarga dan anaknya Tn.S pergi ke klinik
dan meminta obat untuk mencegah BAK yang berulang. Hal ini dilakukan Tn.S
berulang-ulang. Sampai pada akhirnya Tn.S tidak bias BAK kembali.
Anak pasien bercerita kalau Tn.S dahulu pernah mengalami infeksi saluran
kencing sebelum mengeluh susah BAK. Namun sudah diobati dan akhirnya
sembuh. Kondisi Tn. S saat datang ke IGD RSI mengeluh nyeri pinggang, pasien
tampak lemas, pucat, muntah semalaman dan sempat mengalami diare 2x sehari
dengan konsistensi cair berwarna kuning. Tn. S merasa tidak bias BAK setelah
beraktifitas berlebihan, dan merasa lebih baik setelah diobati.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat MRS (+) : fraktur karpal beberapa tahun yang lalu (± 5th yang lalu)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat infeksi saluran kencing (+)
4. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat asma (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)

3
Riwayat diabetes (+) : istri
Riwayat alergi (-)
5. Riwayat Gizi
Sebelum sakit: Makan sedikit, tetapi teratur . Namun pasien tidak pernah pilih-
pilih makanan
Selama sakit: makan sedikit kemudian muntah
6. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok (+)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat minum kopi (+)
Riwayat olahraga (+) : bersepeda, jalan kaki
7. Riwayat Sosial Ekonomi :
Tn.S tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang belum menikah. Biaya hidup
dan rumah sakit ditanggung oleh anaknya. Tn.S sebagai anggota masyarakat
biasa tidak memilki jabatan khusus.
Kesan perekonomian: cukup

1.4 ANAMNESIS SISTEM


1. Kulit : kulit gatal (-)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rombut rontok (-), luka (-),
benjolan (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur
(-), ketajaman penglihatan berkurang (-), penglihatan
ganda(-).
4. Hidung : Cairan(-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-),
nyeri(-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (+), lidah kotor (+)
7. Tenggorokan : nyeri menelan (-), suara serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

4
9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), ampeg (-).
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah biasa tidak nyemprot (+) berisi
makanan, diare (+) 2 kali sehari, nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-)
11. Genitourinaria : BAK campur darah sudah lama (+).
12. Neurologik : lumpuh (-),kaki kesemutan(-),kejang (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil (+), mudah marah (-)
14. Muskolokeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan (-),
nyeri kaki (-),nyeri otot (-)
15. Ekstremitas atas : bengkak (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-), kebiruan
(-), luka (-),
16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit (-), telapak kaki pucat (-), kebiruan (-),
luka (-),

1.5 PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis :
1. Keadaan umum : Pasien tampak kesakitan, kesadaran compos mentis (GCS
4-5-6), gizi kesan cukup/ normal
2. Tanda vital : BB : 70 kg
TB : 175 cm= 1,75 m
BMI : BB/TB2=> 72/1,752= 22 kg/m2
Tensi : 170/90 mmHg
Suhu : 36oC
N : 91 x/mnt, regular, isi cukup, simetris
RR : 20 x/mnt
3. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat
(-), spider nevi (-), petechie (-), eritem (-), venektasi (-)
4. Kepala : Bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut (-),
keriput (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-), papul
(-), nodul (-), Makula (-)

5
5. Mata : conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-),warna
kelopak putih, radang (-/-), eksoftalmus (-/-), strabismus
(-/-), isokor (+/+), miosis (+/+)
6. Hidung : nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-),
deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-)
7. Mulut : mukosa bibir pucat (+), sianosis bibir (-), bibir kering
(+), gusi berdarah (-) lidah kotor (+), tepi lidah
hiperemis (-), papil lidah atrofi(-)
8. Telinga : otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan
mastoid (-), cuping teling dbn, serumen (-)
9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-),
10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-), tortikolis (-)
11. Thorax : bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal,
retraksi suprasternal (-),retraksi sela iga (-), sela iga
melebar (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),
nyeri (-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V medial lineo medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
Suara tambahan jantung (-), bising (-)

Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

6
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-),
stridor (-)Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu
nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas normal.
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-),bekas jahitan (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) hypogastrium, turgor baik, , asites (-)
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : peristaltik (+) normal
12. System Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas : palmar eritem (-)
Akral dingin
- -

- -

- -
Oedem
- -

Status lokalis : region hypogastrium abdomen

7
L : (-)
F : (-)
M : (-)
14. Sistem genitalia : nyeri didaerah VU
15. Pemeriksaan neurologic:
kesadaran : composmentis
fungsi luhur : dalam batas normal
fungsi vegetatif : dalam batas normal
fungsi sensorik
N N

N N

fungsi motorik

5 5

5 5

Kekuatan tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

16. Pemeriksaan psikiatri


Penampilan : perawatan diri kurang
Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis
Afek : appopriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren

1.6 DIFERENSIAL DIAGNOSA

8
- kanker kandung kemih/ Ca buli-buli
- Glomerulonefritis
- prostatitis
- serta kanker prostat.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah lengkap ( 30 September 2011)
Hb : 9,4 g/dL (11,0 – 16,5 g/dl)
Leukosit : 12.100 (4.000 – 10.000/ mm3)
LED :- (< 20 mm/jam)
Trombosit : 199.000 (150 rb – 390 rb/ mm3)
PCV/ Hematokrit : 28,7 % (35.0 – 50.0 %)
Eritrosit : 3,08 juta/mm3 (3,8 juta – 5,8 juta/ mm3)
Hitung jenis leukosit : Eosinofil : 1 (1 – 3 %)
Basofil : 1 (0 – 1 %)
Neutrofil Stab : - (2 – 6 %)
Neutrofil Segmen : 91 (50 – 70 %)
Lymphosit : 3 (20 – 40 %)
Monosit : 4 (2 – 8 %)

Pemeriksaan Kimia darah


GDS : 116 mg/dL (< 105 mg/dl)
Kolesterol total : 152 mg/dL (123 - 240 mg/dl)
Trigliserid : 49 mg/dL (30 - 150 mg/dl)
HDL : 40 (35 - 60 mg/dl)
LDL : 86 (< 160 mg/dl)
Urea : 150 (15 - 39 mg/dl)
Kreatinin : 4,69 (< 1,3 mg/dl)
Asam Urat : 5,14 (2,6 – 7,2 mg/dl)
SGOT : 49 (< 40 U/L)

9
SGPT : 14 (< 41 U/L)

Pemeriksaan USG
Ren D/S : ukuran D/10,4 x 6,3cm, S/9,5 x 4,4 cm: echocortex masih baik tampak
pelebaran system pelvicocalyces, Rend dextra/ sinistra relative simetris sampai
ureter D/S proximal. Batu/Krista/nodul (-)
Buli : tampak massa heterogen dominan hiperchoic dengan klasifikasi, tepi
inguler spikulated di basal buli ukuran ± 5,7 x 3,8 x 4,6 cm, melekat dengan
dinding posterobasal buli, sulit dipisahkan dari permukaan prostat tampak pula
massa amorf yang melayang di dalam lumen buli, ukuran ± 5,1 x 1,99 x 4,9 cm
Prostat : ukuran ± 3,2 x 2,3 x 3,2 cm . kista / nodul (-) sulit dipisahkan dari massa
buli.
Kesimpulan : - mengesankan tumor solid buli sugestif malignant dengan
infiltrasi ke luar lapisan serosa melekat prostat
- Clott retensi intra buli
- Hydronefrosis D/S Gr III dan hydrometer D/S e/c postrenal.

1.8 RESUME
Pasien mengeluh BAK darah berwarna kehitaman dan bergumpal, sudah
pernah diobati namun sekarang kambuh lagi, emosi stabil (+). diare (+) 2 kali
sehari sejak hari jumat yang lalu, diare berupa cairan dan berwarna kuning, nafsu
makan menurun (+), nyeri pinggang (+). Pasien Nampak lemas dan pucat.
Pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva anemis (+/+), isokor (+/+), miosis (+/
+)mukosa bibir pucat (+), bibir kering (+), lidah kotor (+), dari hasil pemeriksaan
fisik abdomen didapatkan nyeri tekan abdomen regio hypocondrium (+) dan
terdapat massa dengan ukuran ± 5,7 x 3,8 x 4,6 cm, peristaltik (+) normal. Tn. S
pernah masuk rumah sakit dengan keluhan fraktur karpal beberapa tahun yang lalu
± 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan EKG : HR : 89 bpm, sinus aritmia. Hasil
laboratorium menunjukkan Hb: 9,4 g/dL, Leukosit: 12.100, Neutrofil Segmen :
91, Lymphosit : 3, GDS : 116 mg/dL, Urea : 150, Kreatinin : 4,69, SGOT : 49.

10
Hasil pemeriksaan USG menunjukkan : mengesankan tumor solid buli sugestif
malignant dengan infiltrasi ke luar lapisan serosa melekat prostat, Clott retensi
intra buli, Hydronefrosis D/S gr III dan hydrometer D/S e/c postrenal.

1.9 DIAGNOSIS HOLISTIK


1. Diagnosis dari segi biologis :
Tumor Buli et causa Ca Buli
DDx : Ca Prostat
2. Diagnosis dari segi psikologis
Hubungan Tn.S dengan keluarga baik saling mendukung, dan perhatian.
Namun pasien merasa stress karena penyakit yang dideritanya, pasien ingin
cepat pulang dari rumah sakit.
3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya
Pasien hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya dan tidak
memiliki jabatan khusus di kampungnya, hubungan dengan tetangga baik dan
pasien sering mengikuti kegiatan di kampungnya. Pasien tergolong
masyarakat dengan ekonomi yang cukup.

1.10 PENATALAKSANAAN
A. Non medikamentosa
 Kontrol Berkala
Semua pasien karsinoma buli-buli harus mendapatkan pemeriksaan secara
berkala dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinik, sitologi urine serta
sistoskopi.
Jadwal pemeriksaan berkala itu pada :
- Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali.
- Tahun II dilakukan setiap 4 bulan sekali.
- Tahun III dan seterusnnya dilakukan setiap 6 bulan sekali
 Istirahat total.
 Diet rendah serat.

11
 Harus banyak minum air putih.
 Dilakukan pemeriksaan PA

B. Medikamentosa
IGD (30 September 2011)
 Infus RL 30 tts/mnt
 Diagit 3xII tab
 Inj. Ondancentron 3x8
 Inj. Ceftriaxon 1x1
 Pemasangan Cateter no 16

Follow up
Tanggal 30 September 2011
S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan -
Tanda vital: T: 180/110 mmHg RR: - x/menit
N: 88 x/menit S: 36oC
A : Ca buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

Tanggal 1 Oktober 2011


S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 140/90 mmHg RR: - x/menit
N: 84 x/menit S: 38oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

12
Tanggal 2 Oktober 2011
S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 170/100 mmHg RR: - x/menit
N: 88x/menit S: 38oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

Tanggal 3 Oktober 2011


S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 150/90 mmHg RR: - x/menit
N: 84 x/menit S: 37,5oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

Tanggal 4 Oktober 2011


S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 150/90 mmHg RR: - x/menit
N: 88 x/menit S: 37oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16
Tanggal 5 Oktober 2011
S : muntah (+), lemes (+), pusing (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup

13
Tanda vital: T: 160/90 mmHg RR: - x/menit
N: 80 x/menit S: 37,5oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

Tanggal 6 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual (+) BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 160/90 mmHg RR: - x/menit
N: 88 x/menit S: 37oC
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon, Pemasangan cateter no
16

Tanggal 7 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 150/90 mmHg RR: - x/menit
N: 80x/menit S: 36,8oC
DL : Hb : 4,5
A : Ca Buli
P : inful RL, transfusi darah 4 labu, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon
1x1 , Ratinal 2x1, Pemasangan cateter no 16

Tanggal 8 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual(+), perut mulas (+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup

14
Tanda vital: T: 160/90 mmHg RR: - x/menit
N: 88 x/menit S: 36,4oC
DL : Hb : 8,0
Leukosit : 15.400
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1,
Pemasangan cateter no 16

Tanggal 9 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 160/90 mmHg RR: - x/menit
N: 84 x/menit S: 36,4oC
DL : Hb : 10,5
Leukosit : 8.400
A : Ca Buli
P : inful RL, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1, Pemasangan
cateter no 16

Tanggal 10 Oktober 2011


S : Perut melilit (+), lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 170/100 mmHg RR: - x/menit
N: 80 x/menit S: 36,4oC
DL : Hb : 11,5
Leukosit : 7.000
A : Ca Buli
P : inful RL, diagit, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1,
Nifedipin , Spasmal 2x1, Pemasangan cateter no 16

15
Tanggal 11 Oktober 2011
S : lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 200/110 mmHg RR: - x/menit
N: 80 x/menit S: 36,4oC
DL : Hb : 12
Leukosit : 8.000
A : Ca Buli
P : inful RL, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1, Nifedipin ,
Spasmal 2x1, Pemasangan darm buis(rectal tube), drip Neurobion 500,
Pemasangan cateter no 16

Tanggal 12 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 180/90 mmHg RR: - x/menit
N: 84 x/menit S: 37 oC
A : Ca Buli
P : inful RL, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1, Nifedipin ,
Spasmal 2x1, Pemasangan darm buis(rectal tube), drip Neurobion 500,
Pemasangan cateter no 16

Tanggal 13 Oktober 2011


S : lemas (+), Mual(+), BAK keluar darah sudah lama
O : KU tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: 160/90 mmHg RR: - x/menit
N: 88 x/menit S: 37 oC
A : Ca Buli

16
P : inful RL, inj. Ondancentron, inj. Ceftriaxon 1x1 , Ratinal 2x1, Nifedipin ,
Spasmal 2x1, Pemasangan darm buis(rectal tube), drip Neurobion 500,
Pemasangan cateter no 16

Flow Sheet
Nama : Tn. S
Diagnosis : Ca. Buli

BMI
Status
NO Tanggal Vital Sign BB/TB (kg/m2 Keluhan Rencana
Lokalis
)
1 30/09/11 06.0 T:180/110 genetalia inful RL,
(IGD) 0 N:- Ondancentron
S: 36 , inj.
Rr: - Ceftriaxon,
12.0 T:180/110 pemasangan
BAK
0 N:- cateter no 16
campur
S: 38
darah sudah
Rr: -
lama,
18.0 T:180/90
muntah (+),
0 N: -
pusing (+),
S: 38
lemes (+)
Rr:
24.0 T:180/90
0 N:-
S: 38
Rr: -
06.0 T:110/90 Genetalia
0 N: -
S: 38
Rr: BAK
inful RL,.
12.0 T: 140/90 campur
Ondancentron
0 N: - darah sudah
, inj.
2 01/10/11 S: 37 lama, munta
Ceftriaxon,
Rr: (+), pusing
pemasangan
18.0 T:170/100 (+), lemes
cateter no 16
0 N: - (+)
S: 37
Rr:

3 02/10/11 06.0 T: 160/90 Genetalia BAK inful RL,


0 N: - campur diagit, inj.
S: 37 darah sudah Ondancentron
Rr: lama, munta , inj.
12.0 T: (+), pusing Ceftriaxon,

17
0 170/100 pemasangan
N: - cateter no 16
S: 37,5
Rr:
18.0 T:
0 170/100 (+), lemes
N: - (+)
S: 37,5
Rr:
06.0 T:190/100 Genetalia
0 N:-
S: 37
Rr: - BAK inful RL,
campur diagit, inj.
12.0 T:150/90
darah sudah Ondancentron
0 N:-
4 03/10/11 lama, munta , inj.
S: 37
(+), pusing Ceftriaxon,
Rr: -
(+), lemes pemasangan
18.0 T:170/90
(+) cateter no 16
0 N:-
S: 37,5
Rr: -
06.0 T:150/90 Genetalia
0 N:-
S: 37
BAK inful RL,
Rr: -
campur diagit, inj.
12.0 T:140/80
darah sudah Ondancentron
0 N:-
5 04/10/11 lama, munta , inj.
S: 37
(+), pusing Ceftriaxon,
Rr: -
(+), lemes pemasangan
18.0 T:160/90
(+) cateter no 16
0 N:-
S: 37
Rr: -
6 05/10/11 06.0 T:180/100 Genetalia BAK inful RL,
0 N:90 campur diagit, inj.
x/mnt darah sudah Ondancentron
S: 37 lama, munta , inj.
Rr: - (+), pusing Ceftriaxon,
12.0 T:190/100 (+), lemes pemasangan
0 N:88x/mn (+) cateter no 16
t
S: 37
Rr: -
18.0 T: 170/90
0 N:90x/mn
t
S: 36,4
Rr: -
24.0 T:170/90
0 N:88x/mn
t
S: 37

18
Rr: -

7 06/10/11 06.0 T:170/90 genetalia lemas (+), inful RL,


0 N:80 Mual (+) Ondancentron
S: 37 BAK keluar , inj.
Rr: - darah sudah Ceftriaxon,
12.0 T:160/90 lama pemasangan
0 N:88 cateter no 16
S: 37
Rr: -
18.0 T:160/90
0 N: 88
S: 37
Rr:
24.0 T:170/90
0 N:84
S: 37
Rr: -
06.0 T:150/90 Genetalia
0 N: -
S: 38 inful RL,.
Rr: BAK Ondancentron
12.0 T: 140/90 campur , inj.
0 N: - darah sudah Ceftriaxon,
8 07/10/11 S: 37 lama, lemas tranfusi darah
Rr: (+), mual 4 labu, ratinal
18.0 T:160/90 (+), Pusing 2x1,
0 N: - (+) pemasangan
S: 37 cateter no 16
Rr:

06.0 T: 160/90 Genetalia


0 N: -
S: 36,4
Rr: inful RL,
BAK
12.0 T: Ondancentron
campur
0 170/100 , inj.
darah sudah
N: - Ceftriaxon,
9 08/10/11 lama, mual
S: 36,5 ratnal 2x1,
(+), lemes
Rr: pemasangan
(+), perut
18.0 T: 160/90 cateter no 16
mules (+)
0 N: -
S: 37,5
Rr:

10 09/10/11 06.0 T:160/90 Genetalia BAK inful RL,


0 N:- campur diagit, inj.
S: 36,5 darah sudah Ondancentron
Rr: - lama, munta , inj.

19
12.0 T:150/90
0 N:-
S: 36 Ceftriaxon,
(+), pusing
Rr: - Ratinal 2x1,
(+), lemes
18.0 T:170/90 pemasangan
(+)
0 N:- cateter no 16
S: 37,5
Rr: -
06.0 T:170/100 Genetalia
0 N:- inful RL,
S: 36,4 diagit, inj.
Perut melilit
Rr: - Ondancentron
BAK
12.0 T:170/80 , inj.
campur
0 N:- Ceftriaxon,
11 10/10/11 darah sudah
S: 36 ratinal 2x,
lama, mual
Rr: - nifedipin,
((+), lemes
18.0 T:170/100 spasmal 2x1
(+)
0 N:- pemasangan
S: 37 cateter no 16
Rr: -
06.0 T:200/110 Genetalia
0 N:90
x/mnt
S: 37
Rr: -
inful RL,
12.0 T:190/100
diagit, inj.
0 N:88x/mn Ondancentron
t BAK , inj.
S: 37 campur Ceftriaxon,
Rr: - darah sudah
12 11/10/11 ratinal 2x1,
18.0 T: 180/90 lama, mual nifedipin,
0 N:90x/mn (+), lemes spasmal 2x1,
t (+) pemasangan
S: 36,4 cateter no 16
Rr: -
24.0 T:170/90
0 N:88x/mn
t
S: 37
Rr: -

13 12/10/11 06.0 T:180/90 genetalia lemas (+), inful RL,


0 N:84 Mual (+) Ondancentron,
S: 37 BAK keluar inj. Ceftriaxon,
Rr: - darah sudah nifedipin,
12.0 T:180/90 lama ratinal 2x1,
0 N:88 spasmal 2x1
S: 37 pemasangan
Rr: - cateter no 16
18.0 T:160/90
0 N: 88

20
S: 37
Rr:
24.0 T:180/90
0 N:84
S: 37
Rr: -
06.0 T:160/90 Genetalia
0 N: -
S: 37
Rr:
BAK inful
12.0 T: 160/90 campur RL,.Ondancentron
0 N: - darah sudah
, inj. Ceftriaxon, ,
14 13/10/11 S: 37 ratinal 2x1,
lama, lemas nifedipin , spasmal
Rr: (+), mual 2x1, pemasangan
18.0 T:170/90 (+) cateter no 16
0 N:88x/mn
t
S: 37
Rr: -

21
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Tn.S berumur 80 tahun tinggal bersama istri Ny. M 75 th dan kedua anaknya
yang belum menikah Sdr. X dan Sdr. M. Tn.S menderita Ca.buli-buli
2. Fungsi Psikologis
Tn.S merasa stress karena kondisinya yang sedang sakit . Pasien susah tidur
dan ingin cepat pulang.
3. Fungsi Sosial
Hubungan Tn. S dengan tetangga di lingkungan sekitar baik.
Kesimpulan : Tn.S berumur 80 tahun tinggal bersama istri dan kedua
anaknya yang belum menikah. Biaya hidup dan rumah sakit ditanggung oleh
pasien anaknya. Tn.S bekerja sebagai seorang wiraswasta, namun sekarang
pasien sudah tidak bekerja lagi. Tn.S sebagai anggota masyarakat biasa tidak
memilki jabatan khusus. Hubungan Tn. S dengan keluarga terkesan harmonis.
Hubungan Tn. S dengan tetangga di lingkungan sekitar baik.

Fungsi Fisiologis dengan Alat APGAR Score


Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :
1. Adaptasi

22
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga
yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup dan
8-10 adalah baik.
APGAR score Tn. S= 10
APGAR Tn.S Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/
selalu kadang
Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


23
Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn.S memecahkannya
bersama keluarga .
Score : 2
Partnership : Komunikasi antara penderita dengan keluarga baik
Score : 2
Growth : Keluarga mengetahui kegiatan sehari-hari pasien
Score : 2
Affection : Keluarga sering menunjukkan kasih sayang terhadap Tn.S secara
langsung.
Score : 2
Resolve : Tn.S sering berkumpul dengan keluarga besarnya
Score : 2
APGAR score Ny. M= 10
APGAR Ny.M Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang
selalu kadang
/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny. M APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny.M memecahkannya
bersama keluarga .
Score : 2
Partnership : Komunikasi antara anggota keluarga terjalin dengan baik
Score : 2
Growth : Keluarga saling mengetahui kegiatan anggota keluarganya

24
Score : 2
Affection : Keluarga sering menunjukkan kasih sayang terhadap Ny.M secara
langsung.
Score : 2
Resolve : Ny.M sering berkumpul dengan keluarga besarnya
Score : 2
APGAR score Sdr. X=10
APGAR Sdr X Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/
selalu kadang Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 
membagi waktu bersama-sama

Untuk Sdr X. APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Sdr X
memecahkannya bersama keluarga .
Score : 2
Partnership : Komunikasi antara anggota keluarga terjalin dengan baik
Score : 2
Growth : Keluarga saling mengetahui kegiatan anggota keluarganya
Score : 2
Affection : Keluarga sering menunjukkan kasih sayang terhadap Sdr X secara
langsung.
Score : 2
Resolve : Sdr X sering berkumpul dengan keluarga besarnya
Score : 2

APGAR score Sdr. M=10

25
APGAR Sdr M Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/
selalu kadang Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 
membagi waktu bersama-sama

Untuk Sdr M. APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Sdr. M
memecahkannya bersama keluarga .
Score : 2
Partnership : Komunikasi antara anggota keluarga terjalin dengan baik
Score : 2
Growth : Keluarga saling mengetahui kegiatan anggota keluarganya
Score : 2
Affection : Keluarga sering menunjukkan kasih sayang terhadap Sdr. M secara
langsung.
Score : 2
Resolve : Sdr. M sering berkumpul dengan keluarga besarnya
Score : 2

APGAR score keluarga terhadap Tn.S = (10+10+10+10) : 4 = 10


Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.S cukup baik.

Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM


Fungsi patologis dari keluarga Tn.S dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M
sebagai berikut.

26
Tabel 8. SCREEM keluarga penderita
Sumber Patologis

Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -


Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam -
Religious
ketaatannya dalam beribadah.
Penghasilan keluarga cukup, namun untuk biaya operasi masih +
Economic
kurang
Tingkat pendidikan dan pengetahuan kurang pasien hanya lulusan
Educational SD dan istri tidak bersekolah +
Pengetahuan tentang penyakit cukup baik, namun kepatuhan
Medical minum obat kurang. +
Kesimpulan
Keluarga Tn.S tidak memiliki fungsi patologis

Genogram Keluarga

Keterangan :

: Laki-laki : Penderita

: Perempuan

27
Pola Interaksi Keluarga
Diagram Pola interaksi Tn.S
Tn.S

Sdr. M
Ny. M

Sdr. X

Keterangan :
Hubungan baik

Hubungan tidak baik


Kesimpulan
Hubungan antara Tn.S dengan keluarga baik dan hubungan semua keluarga antara
satu sama lain baik.

28
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


 Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Tn.S dan keluarga mengetahui bahwa kondisi yang dialami oleh Tn.S , mereka
berupaya agar Tn.S segera bisa sembuh dari keadaan yang sekarang. Tn.S dan
keluarga tidak mengetahui bahwa untuk menunjang kesembuhan dari Tn.S
terdapat suatu tindakan kemoterapi. Mereka hanya tau bahwa untuk mencegah
sakitnya Tn. S harus banyak minum air putih.
b. Sikap
Keluarga menganggap keadaan Tn. S adalah serius tetapi keluarga menolak
dirujuk untuk dilakukan tindakan operasi karena keterbatasan biaya.
c. Tindakan
Keluarga segera membawa ke rumah sakit apabila pasien sakit. Keluarga
bersedia mengantarkan pasien untuk kontrol ke dokter.

 Faktor Non Perilaku


a. Gambaran Lingkungan
Rumah yang dihuni oleh keluarga ini terletak tidak terletak dipinggir jalan
raya namun masuk ke pemukiman desa. Rumah ini berdempetan dengan
rumah tetangga namun masih ada tanah yang kosong. Sumber air
menggunakan air PDAM, pencahayaan dan ventilasinya cukup dan penataan
barang-barang cukup rapi. Lantai terlihat bersih dan masing-masing ruangan
dalam rumah terlihat bersih.
b. Pelayanan kesehatan

29
Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan sebagainya
tergolong dekat dengan rumah Tn.S. Jika salah satu anggota keluarga ada
yang sakit biasanya pergi berobat ke dokter praktek. Dan bila dirasa
sakitnya parah mereka membawa ke RS untuk mendapatkan perawatan yang
lebih baik.
c. Ketururnan
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama
Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan Rumah cukup memenuhi syarat kesehatan


Keluaga cukup tentang penyakit pasien

Tidak ada keluarga pernah sakit yang sama


Sikap
Keluarga menolak utk dilakukan operasi Tn.S

Ket:
: Faktor Perilaku
Tindakan Tempat pelayanan kesehatan dekat dgn rumah
: Faktor
Keluarga mengantarkan ke RS dan segera Non-perilaku
dilakukan tindakan medis

2. Identifikasi Lingkungan Rumah


Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah
tetangganya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang
tamu, 4 kamar , satu dapur, 2 kamar mandi dan ada sebuah toko di samping
rumahnya. Pintu masuk dan keluar ada dua, pintu samping yaitu pintu yang
langsung berbatasan dengan pekarangan samping dan pintu utama yang berbatasan
dengan ruang tamu. Tiap kamar hanya memiliki satu jendela. Ventilasi dan
penerangan rumah cukup. Dalam satu kamar hanya satu tempat tidur. Secara
keseluruhan kebersihan dan kerapian rumah cukup baik.

Denah Rumah

30
Kamar mandi
Kamar 2 Kamar 3 mushollah

U
dapur
Ruang tengah

Ruang makan
toko
Ruang tamu
Kamar 1 Kamar mandi
Kamar 4

teras

DAFTAR MASALAH
Masalah medis :
Tumor Buli et causa Ca Buli
Masalah non medis :
1. Tn. S tidak patuh minum obat
2. Keluarga Tn. S menolak rujukan untuk dilakukan operasi
3. Keterbatasan biaya untuk operasi

Tn.S mempunyai riwayat infeksi saluran kencing Tn. S tidak patuh minum obat

Diagram Permasalahan Pasien

Tn. S , 80 th
Ca Buli

31

Keluarga Tn. S menolak rujukan untuk dilakukan operasi karena keterbatasan biaya
Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
No Daftar Masalah I T R Jumlah
.
P S SB Mn Mo Ma IxTxR

1. Tn.S menderita Ca buli-buli 5 5 5 4 5 5 5 62.500

2. Tn. S tidak patuh minum 5 5 5 4 4 3 5 30.000


obat

3. Keluarga Tn. S menolak 5 5 5 4 5 3 5 37.500


rujukan untuk dilakukan
operasi karena keterbatasan
biaya
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)

32
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.S
adalah sebagai berikut :
1. Penyakit Ca. Buli.buli
2. Keluarga Tn. S menolak rujukan untuk dilakukan operasi karena keterbatasan
biaya
3. Tn. S tidak patuh minum obat

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

33
IV.1 Karsinoma Buli-Buli
IV.1.1 Anatomi Buli-Buli

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon


karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

34
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan
mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi
reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi
sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar
dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk
relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapisi
kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih.
Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila
kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang
arteri umbilikalis.

35
IV.1.2 Etiologi Karsinoma Buli-Buli
Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat.
Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Dan
angka kejadiannya meningkat pada daerah industri.
Etiologi dan Faktor resiko
Keganasan buli-buli ini terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak
terdapat disekitar kita. Beberapa faktor resiko yang yang mempengaruhi
seseorang menderita karsinoma buli-buli adalah :
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium,
pabrik korek api,tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur
rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik ( 2-naftilamin, bensidin, 4- aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6
kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung
bahan karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kencing
Telah diketahui bahwa kuman -kuman Echercia .coli dan Proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung
sakarin dan siklamat serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang
diberikan intravesika, fenastin, opium dan obat antituberkulosa INH
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan resiko timbulnya karsinoma
buli-buli.
IV.1.3 Bentuk Karsinoma Buli-Buli
Bentuk Tumor

36
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltrat) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltrat. Perjalanan
Penyakit Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot
dan lemak vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen.
Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka
eksterna dan iliaka komunis ; sedangkan penyebaran hematogen paling sering
ke hepar, paru-paru dan tulang.
Jenis Histopatologi
Sebagian besar (± 90 %) tumor buli-buli adalah karsinoma sel
transisional. Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran
kemih yang epitelnya terdiri dari sel transisional yaitu di pielum, ureter
dan uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel
skuamosa ( ± 10%) dan adenokarsinoma ( ± 2%).

IV.1.4 Patofisiologi Karsinoma Buli-Buli

37
IV.1.5 Gambaran Klinik Karsinoma Buli-Buli
Jika seorang pasien datang dengan keluhan hematuri yang bersifat :
(1) tanpa disertai rasa nyeri (painless),
(2) kambuhan (intermittent), dan terjadi pada seluruh proses miksi (total).

38
Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi
pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas
tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli,antara lain : disuria,
polakisuri, frekwensi dan urgensi. Hematuri dapat menimbulkan keluhan
retensi bekuan darah. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa :
gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau adanya edema tungkai. Edema
tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa
tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
Derajat Invasi Tumor (Stadium)
Penentuan derajat invasi Tumor berdasarkan sistem TNM atau berdasarkan
penentuan stadium dari Marshall.
TNM Marshall Uraian
Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor papilari non invasifT1 A Invasi sub mukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot propunda
T3b C Invasi jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfoudi regioanal
M1 D2 Metastasis hematogen
Palpasi Bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli
relaks) pada sat sebelum dan sesudah tindakan TUR Buli-buli.
Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula :
o Sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urine.
o Cell surface Antigen study
o Flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelium.

39
Pencitraan
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa
filling defect dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang
berada di ureter atau pielum. Didapatkannya hidroureter atau
hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter
atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi
tumor ke organ sekitarnya.
IV.1.6 Penatalaksanaan Karsinoma Buli-Buli
Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-
buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR Buli-buli. Terapi
selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain :
- Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
- Instilasi intra vesika dengan obat : Mitomisin C, BCG, 5-
Fluoro Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin atau dengan Interferon.
- Sistektomi radikal, parsial atau total.
- Radiasi eksterna
- Terapi ajuvan dengan kemoterafi sistemik antara lain regimen
Sisplatinum - Sisklofofamid dan Adriamisin (Cis C A).
Alternatif terapi setelah TUR Buli-buli
Stadium Tindakan
Superfisial TUR Buli/fulgurasi
(stadium 0-A) Instilasi intravesika
Invasif TUR Buli
(stadium B-C-D1) Sistektomi atau radiasi
Metastasis Ajuvativus kemoterapi
(stadium D2) Radiasi paliatif

40
Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya dan
selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi
urine, antara lain :
o Uretrosigmoidostomi : yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
sigmoid.
o Konduit usus : yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai
penampung urine, sedangkan untuk mengeluarkan urine dipasang kateter
menetap melalui sebuah stoma.
o Diversi urine kontinen : yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum
dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada
volume tertentu. Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala.
o Diversi urine Orthotopic : adalah membuat neobladder dari segmen
usus yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Tehnik ini
dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan
tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.
Kontrol Berkala
Semua pasien karsinoma buli-buli harus mendapatkan pemeriksaan secara
berkala dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinik, sitologi urine serta
sistoskopi.
Jadwal pemeriksaan berkala itu pada :
o Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali.
o Tahun II dilakukan setiap 4 bulan sekali.
o Tahun III dan seterusnnya dilakukan setiap 6 bulan sekali.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Segi biologis :
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil bahwa Tn. S (80 tahun) adalah penderita Ca Buli
2. Segi psikologis :
Hubungan Tn.S. S dengan keluarga nampak saling mendukung, saling
memperhatikan
3. Segi sosial, ekonomi, dan budaya :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini mengikuti beberapa kegiatan
dilingkungannya. Hubungan dengan tetangga baik dan rukun.
Saran
1. Promotif :
Edukasi penderita dan keluarga mengenai Ca buli dan mengenai intervensi
farmakologi serta terapi dengan pembedahan serta pentingnya dilakukan
pemeriksaan PA dan prognisis Ca. buli.
2. Preventif :
Penderita disarankan sering minum air putih yang banyak, kurangi merokok,
kurangi aktifitas yang berlebihan, mengatur pola makannya, serta meminta pasien
agar lebih patuh dalam meminum obat dan tidak melakukan hal yang bias
membahayakan kesehatannya.
3. Kuratif
terapi medikamentosa yang diberikan oleh dokter diteruskan
4. Rehabilitatif
Edukasi dan motivasi terhadap pasien bahwa penderita Ca Buli sebaiknya sering
minum air putih, membatasi aktivitas fisik yang berlebihan, tetapi tetap melakukan

42
latihan jasmani ringan secara teratur, dan meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
YME.

43

Anda mungkin juga menyukai