Optimasi Edm Sinking
Optimasi Edm Sinking
DOSEN PEMBIMBING :
Bayu Wiro Karuniawan, S.T., M.T.
Farizi Rachman, S.Si., M.Si.
i
TUGAS AKHIR (606404A)
DOSEN PEMBIMBING:
Bayu Wiro Karuniawan, S.T., M.T.
Farizi Rachman, S.Si., M.Si.
ii
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia, dan kemudahan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Rasa syukur alhamdulillah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul :
“OPTIMASI SETTING PARAMETER ELECTRICAL DISCHARGE
MACHINING (EDM) SINKING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN
DAN WAKTU PENGERJAAN MATERIAL SKD-11 DENGAN METODE
TAGUCHI GREY RELATIONAL ANALYSIS”
Penyelesaian tugas akhir ini tentunya tidak terlepas dari serta berbagai pihak
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat
waktu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini khususnya kepada :
1. Ibunda tercinta Sumarti dan Ayahanda Gito tersayang atas doa, nasehat dan
dukungan serta kasih sayang yang sangat besar dan luar biasa yang telah
diberikan untuk penulis sehingga dapat menjadi motivasi dan penyemangat
bagi penulis disaat menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
3. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc., Eng. selaku Ketua Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Ibu Anda Iviana Juniani, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Desain dan Manufaktur, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
v
pembimbing 2 yang selalu memberikan arahan dan memberikan masukan
yang positif dalam penulisan tugas akhir ini.
9. Teman teman DM 2015 , lebih dari sekedar teman dan mitra yang telah
memberikan motivasi tiada henti, selalu berbagi canda, tawa, suka, duka dan
kegembiraan selama empat tahun kuliah.
10. Serta kepada semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu oleh
penulis yang senantiasa membantu baik secara moril dan materil selama
pengerjaan tugas akhir ini.
Penulis
vi
OPTIMASI SETTING PARAMETER ELECTRICAL
DISCHARGE MACHINING (EDM) SINKING TERHADAP
KEKASARAN PERMUKAAN DAN WAKTU PENGERJAAN
MATERIAL SKD-11 DENGAN METODE
TAGUCHI-GREY RELATIONAL ANALYSIS
Risma Aris Maya
ABSTRAK
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
PARAMETER OPTIMIZATION OF ELECTRICAL DISCHARGE
MACHINING (EDM) SINKING TOWARD SURFACE
ROUGHNESS AND PROCESSING TIME ON SKD-11 WITH
TAGUCHI-GREY RELATIONAL ANALYSIS
Risma Aris Maya
ABSTRACT
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT…………………………………………….iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
xi
2.8.2 Tahap Pelaksanaan Eksperimen ........................................................... 31
xii
3.13 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 52
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR TABEL
xv
Tabel 4. 21 Interval Kepercayaan Kedua Eksperimen .......................................... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
Gambar 4. 6 Grafik Level Optimal Respon Gabungan ......................................... 77
Gambar 4. 7 Grafik Perbandingan Interval Kepercayaan ...................................... 85
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
diperlukan pengetahuan yang baik mengenai parameter yang mempengaruhi
kekasaran permukaan pada dies selama proses permesinan Electrical
Discharge Machining (EDM). Pada proses permesinan Electrical Discharge
Machining (EDM) Sinking, laju pelepasan material berpengaruh terhadap
mengurangi waktu pengerjaan atau efisiensi waktu proses. Untuk
meningkatkan laju pelepasan material yaitu dengan cara meminimalkan tingkat
kekasaran permukaan, laju keausan elektroda dan overcut pemakanan. Sebuah
penelitian mengenai pengaruh besar arus dan arc on time terhadap kekasaran
permukaan dan keausan elektroda menggunakan metode respon surface
disimpulkan bahwa arus listrik merupakan parameter yang paling berpengaruh
baik terhadap kekasaran permukaan maupun laju keausan elektroda kemudian
diikuti oleh arc on time dan arc off time (Alimin, Anggono, & Hamdrik, 2016).
Selain tingkat kekasaran permukaan, untuk menghasilkan kualitas permukaan
yang baik terdapat variabel proses lain yang mempengaruhi integritas
permukaan yaitu waktu lamanya pengerjaan. Hal ini dikarenakan lamanya
pengerjaan mempengaruhi tingkat efisiensi waktu dan biaya produksi.
Sehingga ketika waktu pengerjaan semakin lama maka tingkat efisiensi waktu
menjadi berkurang. Hal ini mempengaruhi biaya produksi juga semakin tinggi.
Sehingga harga jual produk juga semakin mahal.
Metode Taguchi merupakan salah satu desain eksperimen yang dapat
digunakan untuk mengendalikan kualitas produk. Metode Taguchi digunakan
untuk menentukan pengaruh signifikan dan kondisi optimal dari pengoperasian
mesin EDM Sinking. Sebuah penelitian mengenai parameter mesin EDM
Sinking untuk mengoptimalkan respon material AISI H13 menggunakan
metode Taguchi-Fuzzy dengan kesimpulan bahwa kombinasi level parameter
proses yang tepat pada EDM sinking secara signifikan terhadap KPA (final
cutting depth), LKE (elekctrode wear rate), LPM (material erosion rate), dan
KP (surface roughness) secara serentak adalah parameter proses current 15A,
energy on time 300µs, energy off time 5µs dan gap voltage 12V (Yudo &
Pratiwi, 2017). Penelitian lain yang menggunakan Metode Taguchi mengenai
laju pelepasan material, keausan elektroda dan overcut material Baja AISI 422
pada EDM Sinking dengan kesimpulan MRR maksimum terjadi pada
2
parameter LA (current pulse) 10A Level 3, PON (on time) 100µs level 3, GAP
(Gap Voltage) 4V level 1, laju keausan elektroda minimum terjadi pada
parameter LA 4A level 1, PON 100µs level 3 dan GAP 4V level 1 dan overcut
minimum terjadi pada parameter LA 7A level 2, PON 50µs level 1 dan GAP
6V level 1 (Syahbuddin & Imam Sofi’i, 2018). Penelitian lain yang
menggunakan metode Taguchi-Grey Relational Analysis mengenai optimasi
proses mesin mikro EDM Die Sinking untuk karakteristik respon ganda dengan
kesimpulan bahwa orthogonal array dengan metode Taguchi-Grey Relational
Analysis dapat digunakan untuk mengoptimalkan karakteristik respon
berganda dan karakteristik respon seperti material removal rate, keausan
elektroda dan kekasaran permukaan dapat ditingkatkan. Atas dasar tes
konfirmasi, peningkatan dalam karakteristik kinerja adalah MRR 3,86 %, TWR
4,20 %, dan SR 3,51 % (Kadirvel & Hariharan, 2014)
Dengan melakukan desain eksperimen Taguchi ini, diharapkan dapat
mengetahui parameter yang tepat untuk mendapatkan hasil produk dengan
tingkat kekasaran dan waktu pengerjaaan yang optimal dengan karakteristik
Smaller The Better (STB).
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Optimasi Setting Parameter Electrical Discharge
Machining (EDM) Sinking Terhadap Kekasaran Permukaan dan Waktu
Pengerjaan Material SKD 11 dengan Metode Taguchi-Grey Relational
Analysis. “
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Taguchi-Grey
Relational Analysis. Penggunaan metode taguchi untuk mengoptimalkan
respon kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan dikombinasikan dengan
Grey Relational Analysis agar mendapatkan hasil multirespon yang optimal
terhadap kualitas minimum kekasaran dan waktu pengerjaan. Mesin EDM ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu
kualitas yang dihasilkan adalah hasil kekasaran permukaan minimum yang
diimbangi dengan waktu pengerjaan yang cepat dan efisien.
3
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tugas akhir ini ada beberapa permasalahan yang akan diselesaikan,
diantaranya :
1. Bagaimana setting kombinasi optimum parameter gap voltage , on time dan
off time pada mesin EDM Sinking untuk meminimalkan kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan ?
2. Bagaimana kontribusi parameter gap voltage , on time dan off time pada
mesin EDM Sinking dalam mempengaruhi kekasaran permukaan dan
waktu pengerjaan ?
4
2. Manfaat bagi industri manufaktur
a. Sebagai acuan untuk proses manufaktur menggunakan mesin
EDM Sinking agar didapat produk berkualitas tinggi dengan tingkat
kekasaran rendah dan waktu pengerjaan yang seefisien mungkin.
5
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Proses Electrical Discharge Machining (EDM) adalah proses pengerjaan
material yang dikerjakan oleh sejumlah loncatan bunga api listrik (spark) yang
terjadi pada celah di antara elektroda sebagai katoda dengan benda kerja
sebagai anoda. Loncatan bunga api listrik tersebut tidak terjadi secara kontinu
tetapi berjalan secara periodik terhadap waktu.
Asal mula Electrical Discharge Machining (EDM) adalah ketika ilmuwan
Inggris Joseph Priestly pada tahun 1770 menemukan efek erosi dari percikan
arus listrik. Pada tahun 1943, ilmuwan Rusia B. Lazarenko dan N. Lazarenko
memiliki sebuah ide untuk memanfaatkan efek merusak dari percikan arus
listrik untuk membuat proses yang terkontrol untuk permesinan secara elektrik
pada bahan konduktif. Akhirnya karena ide tersebut, lahirlah mesin EDM.
Selanjutnya disempurnakan oleh Lazarenko bersaudara di prosesnya dengan
cara menempatkan cairan tidak konduktif dimana percikan listrik yang terjadi
di antara dua konduktor (benda kerja dengan elektroda). Cairan tersebut
dinamakan cairan dielektrik (dielectric). Hingga saat ini telah banyak unit
EDM yang digunakan lebih maju daripada milik Lazarenko.
Electrical Discharge Machining (EDM) memiliki beberapa keunggulan
yang tidak dimiliki oleh proses lain, diantaranya :
1. Dapat mengerjakan benda kerja yang sangat keras.
2. Dapat mengerjakan bentuk-bentuk benda kerja yang kompleks.
3. Tidak terjadi kontak langsung antara benda kerja dengan elekroda sehingga
sangat memungkinkan pengerjaan benda kerja yang tipis.
4. Meskipun pengerjaannya berdasarkan panas, akan tetapi panas yang
ditimbulkan tidak merambat ke seluruh benda kerja sehingga struktur mikro
dan sifat mekanis benda kerja tidak berubah.
Selain itu, Electrical Discharge Machining (EDM) juga memiliki
keterbatasan sebagai berikut :
1. Hanya mampu diterapkan pada benda kerja yang bersifat konduktor.
2. Proses yang berlangsung berpengaruh terhadap kekasaran benda kerja pada
permukaan.
8
3. Laju keausan elektroda yang relatif rendah bila dibandingkan dengan proses
non konvensional yang lain sehingga membutuhkan waktu pengerjaan yang
lebih lama.
9
tegangan listrik melewatinya dari elektrode ke benda kerja. Daerah yang
memiliki tegangan listrik paling kuat adalah pada titik di mana jarak antara
elektrode dan benda kerja paling dekat.
Terdapat 9 tahapan proses pembentukan bunga api listrik hingga terjadinya
pengikisan benda kerja dan elektroda pada proses EDM Sinking (Bisono, 2015)
antara lain :
1. Pada proses awal EDM, elektroda (bermuatan positif) yang berisi tegangan
listrik turun mendekati benda kerja (bermuatan negatif). Elektroda dan
benda kerja terendam di dalam suatu cairan dielektrik.
10
Gambar 2. 4 Proses EDM Tahap 2
3. Jumlah ion partikel yang meningkat menyebabkan sifat isolasi dari cairan
dielektrik mulai berkurang dan membentuk saluran ion yang terpusat. Pada
tahapan ini, tegangan mulai menurun dan arus mulai naik.
11
4. Saluran ion yang telah terbentuk menyebabkan listrik pada saluran tersebut
menjadi rendah sehingga terjadi pelepasan energi listrik dalam waktu yang
singkat yaitu berupa loncatan bunga api. Loncatan bunga api ini
menyebabkan terjadinya pemusatan aliran elektron yang bergerak dengan
kecepatan tinggi dan menumbuk permukaan benda kerja. Pada tahapan ini
disebut dengan istilah discharge phase. Temperatur meningkat diiringi
dengan meningkatnya tegangan dan arus. Panas yang dihasilkan
menguapkan sebagian cairan dielektrik, benda kerja, dan elektroda. Saluran
pembuangan sudah mulai terbentuk antara elektroda dan benda kerja.
12
Gambar 2. 10 Proses EDM Tahap 5
6. Menjelang waktu on time berakhir, arus dan tegangan telah kembali stabil.
Temperatur dan tekanan di dalam selubung uap telah mencapai kondisi
maksimum. Pada tahap ini, sebagian material telah berhasil di erosi.
7. Pada awal kondisi off time, arus dan tegangan turun sampai nilainya nol.
Terhentinya loncatan bunga api menyebabkan suhu juga menurun dengan
13
cepat, sehingga selubung gas akan mengkerut dengan cepat dan menjadi
vakum.
14
Gambar 2. 17 Grafik Tegangan dan Arus Tahap 8
15
Parameter-parameter yang termasuk kelompok ini antara lain tegangan
buang (Discharge Voltage), Arus Puncak (Peak Current), Arus Rata-Rata
(Average Current), Tepat waktu (On Time), Waktu mati (Off Time), Polaritas
(Polarity), Frekuensi Pulsa (Pulse Frequency), Faktor Tugas (Duty Factor),
Elektrode Gap, Tegangan Gap (Gap Voltage), dan Intensitas ( Intensity).
a. Tegangan buang ( Discharge Voltage)
Tegangan buang adalah tegangan yang dihasilkan di antara benda
kerja dengan alat saat sumber daya DC diberikan ke sirkuit.
b. Arus puncak ( Peak Current)
Arus puncak merupakan parameter yang paling berpengaruh di mesin
EDM Sinking dengan istilah lain adalah jumlah kekuatan yang digunakan
oleh mesin. Semakin besar nilai ampere, maka produk yang dihasilkan
akan semakin kasar.
c. Arus Rata- Rata (Average Current)
Arus rata-rata adalah arus maksimum yang tersedia di masing-masing
pulsa dari sumber daya listrik
Average Current (A) = Duty Factor(%) x Peak Current
d. On Time
On time adalah durasi waktu saat arus diizinkan mengalir per siklus.
Parameter ini menunjukkan waktu terjadinya loncatan bunga listrik akibat
arus listrik yang mengalir sebelum berhenti sesaat (pause). Pengikisan
benda kerja pada EDM terjadi selama on time. Semakin lama on time,
produk yang dihasilkan akan memiliki kekasaran yang tinggi.
e. Off Time
Off time adalah durasi waktu diantara setiap percikan. Off time
diartikan sebagai periode waktu yang satu percikan digantikan oleh
percikan yang lain. Pada saat off time inilah material yang terkikis akan
memadat dan dibawa keluar oleh cairan dielektrik. Off time yang panjang
memungkinkan dielektrik disiram cairan melalui nozzle untuk
membersihkan puing-puing terkikis sehingga menghindari hubungan
pendek. Sedangkan off time yang terlalu singkat dapat menyebabkan
loncatan bunga api yang tidak stabil.
16
f. Polaritas
Polaritas merupakan tegangan yang dihasilkan karena adanya
perbedaan potensial. Polaritas bisa bersifat positif dan negatif. Polaritas
bersifat positif jika kekurangan elektron sedangkan polaritas bersifat
negatif jika kelebihan elektron.
g. Frekuensi Pulsa (Pulse Frequency)
Frekuensi pulsa diartikan sebagai sebagai jumlah siklus diproduksi di
celah dalam satu detik.
Frekuensi Pulsa (KHz) = 1000 / Total Waktu Siklus (µs)
Frekuensi Pulsa (KHz) = 1000/ (Pulse on + Pulse Off)
h. Faktor Tugas ( Duty Factor)
Duty Factor merupakan prosentase rasio antara durasi pulsa on time
dan waktu siklus total dimana waktu siklus total adalah on time ditambah
off time.
Duty Factor (%) = [On Time (µs)/Total waktu siklus (µs)] x 100
i. Elektroda Gap (Celah elektroda)
Elektroda gap adalah jarak antara alat dengan benda kerja selama
proses EDM. Terdapat servo mekanisme yang digunakan untuk
memberikan jeda konstan di antara celah. Nilai gap menunjukkan jarak
antara elektroda dan benda kerja saat terjadi loncatan bunga api. Semakin
besar nilai gap, maka voltase yang dibutuhkan juga semakin besar
sehingga nilai kekasaran pun juga meningkat.
j. Tegangan Gap ( Gap Voltage)
Tegangan gap dikelompokkan menjadi 2 yaitu celah terbuka dan kerja
tegangan gap. Celah terbuka (open voltage) dapat diukur pada celah
sebelum percikan debit mulai mengalir. Sedangkan kerja tegangan gap
diukur pada celah selama percikan debit.
k. Intensitas (Intensity)
Intensitas adalah tingkat daya yang berbeda yang dihasilkan oleh
generator.
17
2. Parameter Non Listrik
Selain parameter listrik, terdapat paramater-parameter non listrik yang
juga mempengaruhi hasil output kinerja mesin. Yang termasuk parameter non
listrik yaitu material benda kerja, material elektroda, bentuk elektroda, rotasi
alat elektroda, jenis dielektrik, dan sistem pembilasan dan tekanan.
a. Material benda kerja
Jenis material benda kerja merupakan parameter non listrik yang
mempengaruhi kinerja EDM. Ada banyak bahan benda kerja yaitu material
die, bahan paduan, bahan super paduan, dan paduan titanium yang sangat
keras untuk memotong.
b. Material Elektroda
Pada umumnya material alat diklasifikasikan menjadi metalik, non
logam, dan kombinasi bahan logam dan non logam. Material elektroda
yang biasanya digunakan untuk mesin EDM yaitu tembaga, kuningan,
grafit, tembaga tungsten, perak tungsten, tembaga grafit, dan tungsten
carbide. Hal ini dikarenakan material-material tersebut memiliki
konduktivitas yang baik, dan resistensi bagus.
c. Bentuk Elektroda
Terdapat banyak bentuk elektroda yang dapat digunakan di mesin
EDM Sinking yaitu rectangular, square, silinder, hexagonal dan lingkaran.
d. Rotasi alat elekroda
Gerakan rotasi ini digunakan untuk meningkatkan MRR di EDM
karena gaya sentrifugal pada benda kerja.
e. Jenis Dielektrik
Dielektrik bertindak sebagai media isolator yang tidak menghantarkan
listrik dan membasuh partikel yang terkikis serta mendinginkan wilayah,
alat dan materi kerja. Terdapat banyak jenis dielektrik yang bisa digunakan
untuk mesin sinker EDM yaitu parafin, minyak tanah, air deionisasi, dan
cairan hidrokarbon.
f. Sistem pembilasan dan tekanan
18
Cairan dielektrik harus disebarkan secara bebas antara alat dengan
benda kerja. Ada banyak metode pembilasan yaitu pembilasan tekanan,
pembilasan penghisapan, dan pembilasan sisi.
19
Relational Analysis. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui
parameter optimum dengan MRR terbesar, TWR terkecil, dan kekasaran
permukaan yang minimum pada mesin mikro EDM Die Sinking (Kadirvel &
Hariharan, 2014).
Penelitian yang dilakukan Rahayu Mekar Bisono pada tahun 2015 dengan
judul Optimasi Multirespon Pada Proses Electrical Discharge Machining
(EDM) Sinking Material Baja Perkakas DAC Dengan Menggunakan Metode
Taguchi-Grey-Fuzzy. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kontribusi proses polaritas elektroda, gap voltage, duty factor, dan pulse
current dalam mengurangi variasi dari respon KP,LR,LPB,RKE secara
serentak (Bisono, 2015).
20
No. Nama Peneliti Judul Parameter Hasil
Terhadap Nilai dikarenakan parameter
Kekasaran current pulse berbanding
Permuka lurus dengan on time pulse
an Benda Kerja dimana semakin lama on
Baja AISI H-13 time pulse maka semakin
besar arus yang akan
memperbesar energi listrik
yang dilepaskan sehingga
daerah yang dilelehkan
akan semakin luas dan
permukaan benda kerja
menjadi lebih kasar.
2. Nilai kekasaran
permukaan yang paling
kecil terjadi pada parameter
arus 4,5 A , On Time 60 ,
dan Off Time 10s dengan
nilai kekasaran permukaan
3,58 m
3. Eko Yudo, Parameter EDM 1. Current : 1. Kombinasi level
Diah Kusuma Sinking Untuk 10A,15A, parameter proses yang
Pratiwi, pada Mengoptimalka 20A,25A tepat pada EDM sinking
tahun 2017 n Respon Pada 2. On Time : secara signifikan terhadap
Material AISI 100, 150, 200, KPA, LKE, LPM, dan KP
H13 Mengguna- 300 secara serentak adalah
kan Metode 3. Off Time : 5, parameter proses : current
Taguchi-Fuzzy 10, 15, 20 15 A, energy on time 300,
4. Machining energy off time 5, dan
voltage : 6, 8, machining voltage (gap
10, 12 voltage) 12 V
2. Kontribusi dari
parameter proses yang
berpengaruh secara
signifikan untuk
memaksimalkan target
KPA, memaksimalkan
LPM dan meminimalkan
21
No. Nama Peneliti Judul Parameter Hasil
LKE serta KP secara
serentak adalah :
- Current memiliki
kontribusi sebesar 41,35%.
- Energy on time memiliki
kontribusi sebesar 37,90%.
- Energy off time memiliki
kontribusi sebesar 10,11%
-Machining voltage (gap
voltage) memiliki
kontribusi hanya sebesar
5%.
4. Arumugam Optimasi 1.Gap Voltage 1.Parameter pemesinan
Kardivel dan Proses Mesin (V) : yang signifikan untuk
Pillai Mikro EDM 80,100,120,140. kinerja pemesinan
Hariharan Die Sinking 2.Capacitan keseluruhan adalah
pada tahun Untuk ce (nF) : 0.1, 1, tegangan celah
2014 Karakteris 10, 100. 80 V, kapasitansi 0,1 nF,
tik Respon 3. Feed Rate laju umpan 4 μm / s
Ganda Dengan (µm/s) : 2, 4,6,8 dan ambang batas 20%.
Menggunakan 2.Atas dasar tes konfirmasi,
Taguchi-Grey peningkatan
Relational dalam karakteristik kinerja
Analysis. ditemukan
sebagai berikut: MRR
3,86%, TWR 4,20% dan
SR 3,51%.
5. Rahayu Mekar Optimasi 1.Gap Voltage Kontribusi variabel-
Bisono pada Multirespon (V) : 30,40,50. variabel proses dalam
tahun 2015 Pada Proses 2.Duty Factor : mengurangi variansi total
Electrical 0.3 ,0.5, 0.7 dari
Discharge 3.Pulse Current respon laju pengerjaan
Machining (A) : 6 , 9 , 12 bahan, rasio keausan
(EDM) Sinking elektroda, kekasaran
Material Baja permukaan
Perkakas DAC dan tebal lapisan recast
22
No. Nama Peneliti Judul Parameter Hasil
Dengan secara serentak adalah
Menggunakan sebagai berikut:
Metode ⦁ Polaritas elektroda
Taguchi-Grey- sebesar 46,41%
Fuzzy ⦁ Gap voltage sebesar
27,39%
⦁ Duty factor sebesar
5,90%
⦁ Pulse current sebesar
5,48%
23
Perbandingan Parameter Respon Metode
Taguchi-Fuzzy rate, surface
roughness
Optimasi Proses Mesin Gap Voltage, MRR (Material Metode Taguchi
Mikro EDM Die Sinking Capacitance, Feed Removal Rate) , Grey Relational
Untuk Karakteristik Respon Rate Tool Wear Rate Analysis.
Ganda Dengan
Menggunakan Taguchi-Grey
Relational Analysis.
Optimasi Multirespon Pada Gap Voltage, Duty Laju pengerjaan Metode Taguchi
Proses Electrical Discharge Factor, Pulse bahan, rasio Grey Fuzzy
Machining (EDM) Sinking Current, Polaritas keausan
Material Baja Perkakas DAC Elektroda elektroda,
Dengan Menggunakan kekasaran
Metode Taguchi-Grey-Fuzzy permukaan,
tebal lapisan
recast
24
Gambar 2. 20 Komposisi Material SKD 11 (usbcosteels.com)
)
2.7 Kekasaran Permukaan
Menurut ISO 1302 - 1978 yang dimaksud dengan kekasaran permukaan
adalah penyimpangan rata-rata aritmatik dari garis rata-rata profil. Posisi Ra
dan parameter kekasaran yang lain, bentuk profil, panjang sampel, dan panjang
pengukuran yang dibaca oleh alat ukur kekasaran permukaan dapat dilihat
seperti Gambar 2.21.
25
Gambar 2. 21 Parameter dalam Profil Permukaan (Rochim dalam Kurniawan,2018)
26
Gambar 2. 22 Penyimpangan Rata-Rata Aritmatika (Sato & Sugiarto,H. dalam
Rakasita,Karuniawan,&Juniani,2016)
Dimana :
Ra : Nilai kekasaran aritmatika
yn : tinggi atau dalam bagian-bagian profil hasil pengukuran jarum peraba
n : frekuensi pengukuran
Tabel 2. 3 Korelasi Antara Beberapa Parameter Permukaan
50 N12
8 Sangat kasar
25 N11
12,5 N10
2,5 Kasar
6,3 N9
3,2 N8
1,6 N7
0,8 Normal
0,8 N6
0,4 N5
0,2 N4
0,1 N3 0,25 Halus
0,05 N2
27
Dimana :
N = Tingkat kekasaran
Ra = kekasaran rata-rata aritmatik (µm)
Rz = kekasaran total rata-rata (µm)
Rt = kekasaran total yaitu jarak antara profil referensi ke profil dasar (µm)
Panjang sampel pengukuran disesuaikan dengan angka kekasaran yang dimiliki
oleh suatu permukaan. Apabila panjang sampel tidak dicantumkan didalam
penulisan simbol berarti panjang sampel 0,8 mm (bila diperkirakan proses
permesinannya halus sampai sedang) dan 2,5 mm (bila diperkirakan proses
pemesinannya kasar). Beberapa nilai contoh kekasaran yang dapat dicapai oleh
beberapa cara pengerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2. 4 Nilai Kekasaran yang Dicapai oleh Beberapa Pengerjaan
28
2.8 Metode Taguchi
Menurut Soejanto (2009) Metode Taguchi merupakan metodologi baru
dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan
proses dalam waktu yang bersamaan menekan biaya dan sumber daya
seminimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, metode taguchi berupaya
mencapai sasaran itu dengan menjadikan produk atau proses “tidak sensitif”
terhadap berbagai parameter seperti material, perlengkapan
manufaktur,kondisi operasional.
Pada penelitian ini menggunakan metode Taguchi karena memiliki
keunggulan seperti :
1. Metode Taguchi menghasilkan kesimpulan mengenai respon faktor-faktor
dan level dari faktor-faktor kontrol yang menghasilkan respon optimum.
2. Desain eksperimen Taguchi lebih efisien karena memungkinkan untuk
melaksanakan penelitian yang melibatkan banyak faktor dan jumlah.
3. Desain eksperimen Taguchi memungkinkan diperolehnya suatu proses yang
menghasilkan produk yang konsisten dan kokoh terhadap faktor yang tidak
dapat dikontrol (faktor gangguan).
Metode Taguchi menggunakan seperangkat matriks khusus yang disebut
dengan matriks orthogonal. Matriks Orthogonal merupakan langkah untuk
menentukan jumlah eksperimen minimal yang dapat memberikan informasi
sebanyak mungkin semua faktor yang mempengaruhi parameter. Terdapat
bagian terpenting dari metode ini adalah terletak pada pemilihan kombinasi
level variabel-variabel input untuk tiap eksperimen (Soejanto,2009).
Pada umumnya desain eksperimen Taguchi dibagi menjadi lima tahap
utama yang mencakup pendekatan eksperimen, tahap-tahap tersebut meliputi :
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Analisa
4. Interpretasi Hasil Eksperimen
5. Eksperimen Konfirmasi
29
2.8.1 Tahap Perencanaan Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan eksperimen dengan metode
Taguchi adalah (Soejanto,2009) sebagai berikut :
a. Perumusan masalah
Mendefinisikan permasalahan yang akan diteliti dan alasan
melakukan eksperimen. Dijelaskan secara jelas dan rinci terkait dengan
manfaat hingga batasan-batasan saat pelaksanaan eksperiment.
b. Tujuan
Menjabarkan sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun.
c. Menentukan variabel respon
Variabel ini yang akan diukur hasilnya dan pengukuran dilakukan
dengan alat ukur yang sesuai dengan respon yang diteliti.
d. Menemukan faktor yang mempengaruhi dari variabel respon
Tidak semua faktor perlu diperhatikan, yang terlihat penting dan
pengaruhnya cukup terlihat terhadap variabel respon bisa diteliti lebih
lanjut.
e. Pemilihan faktor
Ada beberapa faktor-faktor yang tidak dapat terkontrol atau tidak
dapat diukur. Hal ini sangat penting diperhatikan dan jika sudah ditemukan
dipisahkan.
f. Menentukan level dari faktor
Setiap faktor terkontrol diberikan rentang nilai untuk diteliti yang
terbagi menjadi beberapa level dan dapat dinyatakan secara kualitatif
maupun kuantitatif.
g. Menghitung derajat kebebasan (Degree of Freedom)
Menghitung DF digunakan untuk mengetahui batas minimum
pengujian yang harus dilakukan.
h. Memilih orthogonal array
Orthogonal array atau matriks ortogonal digunakan untuk mendesain
rancangan eksperimen dengan keluaran dapat mengetahui berapa jumlah
minimal eksperimen yang harus dilakukan namun mendapatkan informasi
yang cukup. Formula dari matriks ortogonal seperti pada persamaan 2.1 :
30
La (bc) (2.1)
Dimana :
L = rancangan bujur sangkar latin
a = jumlah eksperimen
b = jumlah level
c = jumlah faktor
i. Penempatan kolom untuk faktor dan interaksi ke dalam matriks
ortogonal Taguchi menggunakan grafik linier dan tabel triangular untuk
memudahkan di kolom mana saja peletakkan faktor.
31
3. Menyamaratakan pengaruh dari faktor-faktor tidak terkendali pada
semua eksperimen.
Apabila ditarik kesimpulan, pengulangan bertujuan untuk
memungkinkannya dilakukan uji signifikan, sedangkan pengacakan
menjadikan unit uji valid dan menghilangkan sifat bias.
Dimana :
n = jumlah pengulangan dari suatu trial
32
2. Nominal is The Best
Pengukuran karateristik dengan nilai target yang spesifik yang
ditentukan oleh pengguna (user-defined).
ȳ2
S/N = 10 log (𝑠2 ) (2.3)
Dimana :
S/N = Signal to Noise
y2 = rata-rata respon
s2 = varians sampel
Dimana :
S/N = Signal to Noise
Dengan
𝑋𝐼0 (𝑘) = Nilai S/N pada eksperimen ke-i
max 𝑋𝐼0 (𝑘) = Nilai terbesar dari rasio S/N
min 𝑋𝐼0 (𝑘) = Nilai terkecil dari rasio S/N
33
2.9.3 Simpangan Deviasi
Simpangan deviasi merupakan nilai dari selisih antara satu dengan lain
yang telah dinormalisasi (Rakasita,Karuniawan,&Juniani,2016). Dapat
ditentukan dengan persamaan 2.6 berikut :
∆𝑂𝑖(𝑘) = |𝑋𝑜 ∗ (𝑘) − 𝑋𝑖 ∗ (𝑘)| (2.6)
Dengan
𝑋𝑜 ∗ (𝑘) = Nilai rasio S/N normalisasi yang terbesar
𝑋𝑖 ∗ (𝑘) = Nilai rasio S/N normalisasi pada eksperimen ke-i
Dengan :
Δmin = nilai terendah dari rangkaian deviasi
Δmax = nilai tertinggi dari rangkaian deviasi
𝜁 = koefisien pembeda, besarnya antara 0 dan 1. Nilai
distinguishing coefficient yang digunakan pada
umumnya adalah 0,5
∆𝑂𝑖(𝑘) = angka deviasi
γ (Xo, Xi) = ∑𝑚
𝐼=1 𝐺𝑅𝐶 * pembobotan (2.8)
34
Dimana simbol m merupakan banyak jumlah respon yang diteliti.
Nilai angka pembobotan ditentukan oleh peneliti sendiri, tergantung respon
yang paling berpengaruh.
𝐾𝐴
𝐴2 𝑇2
𝑆𝑆𝐴 =[∑ (𝑛 𝑖 ) ] − (2.11)
𝑖=1 𝐴𝑖 𝑁
35
𝑁
𝑆𝑆𝑇 = ∑𝑖=1 𝑦 2 (2.13)
SS (mean) = n x 𝑦̅ 2 (2.14)
SS (error) = SS (total) - SS(mean) - SS (faktor) (2.15)
Dimana :
KA = jumlah level faktor A
Ai = level ke I faktor A
nAi = jumlah percobaan level ke I faktor A
T = jumlah seluruh nilai data
N = banyak data keseluruhan
SSA = sum square faktor A
SSB = sum square faktor B
SSn = sum square faktor ke n
y2 = rata-rata kuadrat setiap eksperimen
berikut :
Perhitungan dari Mean Square (MS) pada faktor dan error sesuai
e. F Value
36
F Value = MS (faktor) / MS (error) (2.19)
Hipotesa pengujian dalam suatu percobaan adalah :
Ho : tidak ada pengaruh perlakuan terhadap respon
Hi : ada pengaruh perlakuan terhadap respon
Apabila nilai F hitung lebih kecil nilai F tabel (F hitung < Fα,df1,df2),
maka hipotesa (Ho) diterima atau berarti tidak ada perbedaan perlakuan.
Namun jika nilai dari F hitung lebih besar dari nilai F tabel (F hitung >
Fα,df1,df2), maka hipotesa (Ho) ditolak dan berarti ada perbedaan
perlakuan.
Dimana :
df1 = jumlah parameter – 1
df2 = n eksperimen – jumlah parameter
2. Parameter 2
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.1+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.4+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 7)
Parameter 2 Level 1 = (2.23)
𝑛
37
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.2+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.5+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 8)
Parameter 2 Level 2 = (2.24)
𝑛
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.3+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.6+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 9)
Parameter 2 Level 3 = (2.25)
𝑛
3. Parameter 3
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.1+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.6+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 8)
Parameter 3 Level 1 = (2.26)
𝑛
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.2+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.4+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 9)
Parameter 3 Level 2 = (2.27)
𝑛
(𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.3+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠.5+𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑁 𝑒𝑘𝑠 7)
Parameter 3 Level 3 = (2.28)
𝑛
Dengan :
Y = nilai rata -rata keseluruhan Rasio S/N GRG
A/B/C = nilai GRG yang optimal pada faktor A/B/C
38
Persen kontribusi merupakan porsi masing-masing faktor atau
interaksi faktor yang signifikan terhadap total variansi yang diamati.
Persen kontribusi merupakan fungsi dari jumlah kuadrat (SS) dari masing-
masing faktor yang signifikan. Yang merupakan indikasi kekuatan relative
dalam mereduksi variansi. Pada analisis variansi nilai MS untuk suatu
faktor (misalnya faktor A) sebenarnya adalah :
MSA = SSA / VA (2.30)
Maka :
SS’A = SSA - (VA).(MSe) (2.31)
Persen Kontribusi adalah
SS′A
ρ = x 100 % (2.32)
SS𝑇
Dengan:
SS’A = Jumlah kuadrat murni dari faktor A
SSA = Jumlah kuadrat faktor A
MSe = Mean of square error
VA = Derajat kebebasan faktor A
SST = Sum of square total
ρ = Persen kontribusi
Pada persen kontribusi akan dihitung persen kontribusi faktor maupun
interaksi faktor yang signifikan dan error. Jika persen kontribusi error ≤
15% maka berarti tidak ada faktor yang berpengaruh terabaikan. Tetapi
jika persen kontribusi error ≥ 50% artinya bahwa terdapat faktor yang
berpengaruh terabaikan dan error yang hadir terlalu besar.
2. Interval kepercayaan
Interval kepercayaan (Convidence Interval ; Cl) dalam analisa hasil
eksperimen metoda Taguchi dihitung dalam 3 kondisi,yaitu :
a. Interval kepercayaan untuk level faktor (Cli)
Fα;V1;Ve MSe
CI1 =√ (2.33)
𝑛
Dimana :
39
Fα;v1;ve = rasio F
ɑ = level signifikan
V1 =1
Ve = Derajat kebebasan error
MSe = Mean of square error
n = Jumlah yang diuji pada kondisi tersebut
Fα;1;Ve MSe
CI2 = √ (2.34)
𝑛𝑒𝑓𝑓
Dengan:
𝑁
neff = 1+Jumlah df perkiraan rata − rata
Dimana :
r = jumlah eksperimen konfirmasi
40
2. Merancang parameter yang optimum hasil analisis dari hasil
percobaan pada performasi yang diharapkan.
Langkah-langkah eksperimen konfirmasi adalah sebagai berikut :
1. Merancang kondisi optimum untuk parameter dan level signifikan.
2. Membandingkan rata-rata dan variasi dan hasil percobaan konfirmasi
dengan rata-rata dan variansi yang diharapkan.
Eksperimen konfirmasi dikatakan berhasil jika hasil dari nilai
kepercayaan eksperimen konfirmasi dekat dan beririsan dengan nilai
kepercayaan pada eksperimen prediksi.
41
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian pada tugas akhir berdasarkan pada diagram alir (flow
chart) seperti pada gambar 3.1 di bawah ini :
Mulai
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Penentuan Variabel
Penentuan Matriks
Orthogonal
Rancangan Eksperimen
Pengolahan Data
TIDAK
Eksperimen
Konfirmasi
YA
Selesai
43
Berdasarkan diagram alir penelitian, penjelasan masing-masing tahap adalah
sebagai berikut :
3.1 Latar Belakang
Landasan terbentuknya tugas akhir ini adalah kualitas produk yang
dapat mempengaruhi pada nilai jual dan kelayakan produk tersebut. Faktor
yang menjadi pendukung berkualitasnya suatu produk salah satunya adalah
berdasarkan kehalusan permukaan. Faktor lain dalam mendapatkan kualitas
produk yang baik dengan nilai jual yang rendah adalah waktu pengerjaan
sebuah produk. Sehingga ketika waktu pengerjaan semakin lama maka tingkat
efisiensi waktu menjadi berkurang. Hal ini mempengaruhi biaya produksi juga
semakin tinggi. Sehingga harga jual produk juga semakin mahal. Untuk
menghasilkan kekasaran permukaan yang kecil dan waktu pengerjaan yang
efisien dibutuhkan parameter-parameter yang tepat pada pengerjaan sebuah
material dengan jenis dan ketebalan tertentu. Dengan didapatkan nya
kombinasi parameter yang tepat, hal ini dapat membantu proeses pembuatan
produk dengan waktu pengerjaan yang lebih efisien dan mendapatkan hasil
yang optimal.
3.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah disusun mengacu pada latar belakang yaitu
bagaimana setting kombinasi optimum parameter gap voltage , on time dan off
time pada mesin EDM Sinking untuk meminimalkan kekasaran permukaan dan
waktu pengerjaan dan kontribusi parameter gap voltage , on time dan off time
pada mesin EDM Sinking dalam mempengaruhi kekasaran permukaan dan
waktu pengerjaan
3.3 Studi Literatur
Pentingnya studi literatur adalah untuk memberikan dasar, acuan,
ataupun wacana bagi peneliti dalam penyelesaian masalah sehingga tercapai
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Studi literatur dilakukan untuk
mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan tugas akhir terutama
yang membahas terkait electrical discharge machining , desain of experiment
dan metode Taguchi Grey Relational Analysis. .
44
3.4 Penentuan Variabel
Untuk mendapatkan data eksperimen pada mesin EDM Sinking, variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat dikendalikan dan nilainya dapat
ditentukan. Ada 3 variabel proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
a. Gap Voltage
Gap voltage menunjukan nilai potensial yang dapat diukur dengan satuan
volt. Pada penelitian ini pengaturan gap voltage dilakukan pada nilai 35 V,
45 V, dan 55 V. Pemilihan level ini sesuai dengan pengaturan yang mampu
disediakan oleh mesin EDM Sinking Aristech LS 550. Penggunaan
variabel ini karena memiliki pengaruh terhadap respon kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan. Semakin besar nilai voltage maka
material removal rate semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan
kekasaran permukaan menurun dan meningkatkan waktu efisiensi
pengerjaan.
b. On Time
On time menunjukkan waktu terjadinya loncatan bunga api listrik akibat
arus listrik yang mengalir. Pada penelitian ini pengaturan on time
dilakukan pada nilai 80 µs , 120 µs, 160 µs. Pemilihan level ini dilakukan
dengan menaikturunkan level yang terdapat pada referensi penelitian yang
telah dilakukan dosen di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan
type EDM Sinking Aristech LS 550. Penggunaan variabel ini karena
meningkatnya nilai on time menyebabkan frekuensi spark pada celah
antara elektroda dan benda kerja semakin bertambah. Hal ini
mengakibatkan kecepatan potong akan bertambah menyebabkan
kekasaran permukaan benda kerja semakin naik. Pengaruhnya terhadap
waktu pengerjaan adalah semakin besar nilai on time maka semakin lama
loncatan bunga api listrik yang dilepaskan ke permukaan benda kerja
sehingga waktu pengerjaan juga akan semakin lama.
45
b. Off Time
Off time menunjukkan periode dimana arus listrik berhenti untuk sesaat
sebelum loncatan loncatan bunga api listrik (spark) terjadi kembali. Pada
penelitian pengaturan off time dilakukan pada nilai 10 µs, 20 µs, 30 µs.
Pemilihan level ini dilakukan dengan menaikturunkan level yang terdapat
pada referensi penelitian yang telah dilakukan dosen di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya dengan type EDM Sinking Aristech LS 550.
Penggunaan variabel ini karena meningkatnya nilai off time menyebabkan
frekuensi loncatan bunga api listrik pada celah antara elektroda dan benda
kerja akan berkurang sehingga kekasaran permukaan benda kerja semakin
kecil. Pengaruhnya terhadap waktu pengerjaan adalah semakin besar nilai
off time maka semakin lama waktu pengerjaan.
2. Variabel Respon
Variabel respon adalah variabel yang besarnya tidak dapat ditentukan dan
nilainya dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan serta hasilnya diketahui setelah
melaksanakan percobaan. Variabel respon yang digunakan untuk penelitian ini
adalah kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan.
3.5 Penentuan Matriks Orthogonal
Pada penelitian ini, matriks orthogonal yang sesuai dengan eksperimen
yaitu sesuai dengan persamaan 3.1 berikut :
L9 (34) (3.1)
Dimana :
L = rancangan bujur sangkar latin
9 = jumlah eksperimen
3 = jumlah level
4 = jumlah faktor
Hal tersebut diperoleh dari penentuan derajat kebebasan sebagai berikut :
= (banyaknya parameter) x (banyaknya level-1)
= (3) x (3-1)
=6
Perhitungan untuk L9(34).
Derajat kebebasan = (banyaknya parameter) x (banyaklah level-1)
46
= 4 x (3-1)
= 8 derajat kebebasan.
Karena pada perhitungan derajat kebebasan matriks orthogonal standar
nilainya lebih besar atau sama dengan perhitungan derajat kebebasan pada
eksperimen maka dinyatakan layak. Di bawah ini merupakan tabel dari
matriks orthogonal L9(34). Kemudian matriks orthogonal dijadikan kedalam
bentuk tabel sesuai Tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3. 1 Orthogonal Array L9(34)
47
c. Arah pergerakan : Z - 400 mm
d. Fluida dielektrik : Lector-35
e. Arus maksimum : 75 A
f. Daya maksimum : 6 KVA
2. Media flushing adalah air
3. Alat uji kekerasan (surface roughness tester Mitutoyo SJ 310)
4. Jangka Sorong
5. Software AUTOCAD 2007
b. Bahan
1. Baja SKD 11
Material yang digunakan adalah baja SKD-11 dengan dimensi 175 mm x
125 mm x 13 mm. Direncanakan pemakanan benda kerja setebal 0,5 mm
karena jika pemakanan dengan ketebalan lebih dari 0,5 mm, maka akan sulit
untuk dilakukan uji kekasaran. Dimensi pemakanan direncanakan adalah 12
mm x 12 mm. Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk ukuran lubang adalah
apakah cukup untuk dilakukan pengukuran kekasaran yang valid. Pengukuran
kekasaran dikatakan valid apabila panjang goresan minimum adalah kurang
lebih 10 mm. Sedangkan, pada ujung jarum penggores pada surface roughness
tester tidak meruncing atau rata namun terjadi pelebaran. Sehingga lebar
pengukuran kekasaran harus lebih dari 10 mm. Gambar rancangan
pembentukan benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini :
Gambar 3. 3 Elektroda
49
Tabel 3. 2 Parameter dan Level yang Digunakan Saat Pengujian
Tabel 3.3 dibawah ini adalah desain eksperimen yang disesuaikan dengan
matriks orthogonal pada Tabel 3.1 dan nilai level pada tiap parameter pada Tabel
3.2. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa eksperimen 1 menggunakan kombinasi
parameter gap voltage level 1 yaitu 30 volt, on time level 1 yaitu 80 µs dan off time
level 1 yaitu 20 µs
Tabel 3. 3 Desain Eksperimen
50
3.9 Pengolahan Data
Pada penelitian ini digunakan analisis dengan pendekatan metode Taguchi
Grey Relational Analysis karena memiliki lebih dari satu variabel repson. Berikut
perhitungan yang akan dilakukan :
a. Rasio S/N
b. Normalisasi nilai S/N rasio
c. Grey Relational Coefficient
d. Grey Relational Grade
e. Analysis of Varians (ANOVA)
Berikut hipotesa yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Parameter Gap Voltage
Ho : Tidak ada pengaruh parameter gap voltage terhadap
kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan.
H1 : Ada pengaruh parameter gap voltage terhadap kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan.
2. Parameter On Time
Ho : Tidak ada pengaruh parameter on time terhadap kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan.
H1 : Ada pengaruh parameter on time terhadap kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan.
3. Parameter Off Time
Ho : Tidak ada pengaruh parameter off time terhadap kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan.
H1 : Ada pengaruh parameter off time terhadap kekasaran
permukaan dan waktu pengerjaan.
3.10 Interpretasi Hasil Pengujian
Proses interpretasi hasil pengujian adalah dengan melakukan analisis faktor-
faktor parameter mesin yang memiliki pengaruh terhadap kekasaran permukaan dan
waktu pengerjaan. Selain itu, dilakukan perhitungan interval kepercayaan hasil
pengujian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi rata-rata dari sebuah
sampel dimana nilai tersebut telah mencakup dari nilai rata-rata suatu populasi.
51
3.11 Eksperimen Konfirmasi
Eksperimen konfirmasi dilakukan berdasarkan hasil dari eksperimen
sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan dilakukan 3 kali replikasi untuk
membuktikan hasil pengolahan data sebelumnya. Nilai dari parameter - parameter
tersebut berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dengan karakteristik semkain
kecil semakin baik (Smaller the Better).
Eksperimen konfirmasi dikatakan berhasil apabila terjadi perbaikan dari hasil
proses yang ada (setelah eksperimen Taguchi dilakukan) dan hasil dari ekperimen
konfirmasi dekat dengan nilai yang diprediksikan. Jika belum berhasil dilakukan
kembali mulai dari tahap pengujian menggunakan Degree of Freedoom (DF).
3.12 Hasil dan Kesimpulan
Setelah analisis dengan menggunakna metode Taguchi selesai dilakukan,
didapatkan jawaban dari rumusan masalah seperti pengaruh parameter terhadap
kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan,setting parameter mesin Electrical
Discharge Machining (EDM) untuk meminimalkan kekasaran permukaan dan
waktu pengerjaan.
3.13 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Adanya jadwal penelitian tugas akhir agar segala kegiatan dapat dilaksanakan
tepat waktu dan selesai tepat waktu sesuai dengan Tabel 3.3.
Tabel 3. 4 Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Proposal tugas akhir
Penyelesaian bab 1, bab 2, dan
bab 3
Pengujian dan analisis
penelitian
Penyelesaian bab 4 dan 5
Penyelesaian tugas akhir
52
BAB IV
Gambar 4. 1 Material Baja SKD 11 Sebelum Facing (Kiri) dan Sesudah Facing (Kanan)
Gambar 4. 2 Material Tembaga Sebelum Proses Machining (Kiri) dan Sesudah Proses
Machining (Kanan)
53
4.1.1 Pengukuran Waktu Pengerjaan
Pengukuran waktu pengerjaan dilakukan dengan melihat langsung di
layar mesin EDM Sinking pada keterangan Total Time. Untuk mereset agar
waktu bisa memulai perhitungan dari nol maka dipilih T-Zero sebelum
melakukan proses EDM selanjutnya.
Replikasi
Eksperimen
1 2 3
1 568 1045 1551
2 1358 1518 2184
3 1183 1561 964
4 665 1401 2534
5 1398 1309 1948
6 1256 1129 2680
7 4208 2479 458
8 1628 2924 2007
9 923 521 2764
54
Tabel 4.1 merupakan hasil pengukuran waktu pengerjaan 9
eksperimen dengan tiap eksperimen dilakukan 3 kali replikasi sehingga
terdapat 27 eksperimen. Waktu pengerjaan untuk eksperimen 5 replikasi 1
adalah 1398 detik, eksperimen 8 replikasi 1 adalah 1628 detik, dan
eksperimen 3 replikasi 1 adalah 1183 detik. Pengambilan data waktu
pengerjaan dilakukan di Laboratorium CNC Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
55
Nilai Kekasaran Permukaan Ra dalam µm
Eksperimen Rata-Rata
Ra(1) Ra(2) Ra(3)
1.3 2,069 1,702 1,729 1,833
2.1 1,759 1,847 1,513 1,706
2.2 1,521 1,801 1,943 1,755
2.3 1,794 1,791 1,841 1,809
3.1 1,450 1,568 1,703 1,574
3.2 1,949 1,695 1,868 1,837
3.3 1,972 1,631 1,814 1,806
4.1 1,949 2,133 2,097 2,060
4.2 2,143 1,944 1,799 1,962
4.3 1,893 1,994 2,062 1,983
5.1 1,984 2,063 1,824 1,957
5.2 1,943 1,726 1,816 1,828
5.3 2,135 1,754 2,063 1,984
6.1 2,042 1,779 1,776 1,866
6.2 1,636 1,482 1,556 1,558
6.3 1,526 1,639 1,454 1,540
7.1 1,936 1,839 2,052 1,942
7.2 1.939 1,569 1,982 1,830
7.3 1,841 1,844 1,948 1,878
8.1 1,999 1,748 1,549 1,765
8.2 1,690 1,755 1,902 1,782
8.3 1,734 1,930 1,794 1,819
9.1 1,810 2,124 1,957 1,964
9.2 1,853 1,499 1,286 1,546
9.3 1,995 1,716 1,843 1,851
56
respon waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan, kemudian dapat diketahui
kombinasi dari parameter gap voltage (GV), on time (TON), off time (TOFF)
beserta nilainya untuk mendapatkan waktu pengerjaan dan kekasaran permakanan
yang minimum. Untuk mempermudah dalam melakukan analisa data, hasil rata-
rata replikasi masing-masing respon yaitu waktu pengerjaan dan kekasaran
permukaan dirangkum dalam Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4. 3 Hasil Rata-Rata Nilai Waktu Pengerjaan dan Kekasaran Permukaan
Untuk menentukan kombinasi level dan parameter pada Tabel 4.3 mengacu
pada matriks orthogonal pada Tabel 3.1. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3
di atas, eksperimen 1 dengan replikasi sebanyak 3 kali menggunakan parameter gap
voltage level 1 sebesar 30 volt, on time level 1 sebesar 80 µs dan off time level 1
sebesar 20 µs menghasilkan rata rata waktu pengerjaan sebesar 1054,67 detik dan
kekasaran permukaan sebesar 1,906 µm.
57
1. Rasio S/N dari Waktu Pengerjaan
Data yang digunakan untuk perhitungan Rasio S/N waktu
pengerjaan adalah data waktu pengerjaan pada Tabel 4.3.
Persamaan untuk perhitungan Smaller is Better dapat dilihat
pada persamaan 2.2. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Eksperimen 1
= - 61,05
b. Eksperimen 2
= - 64,73
c. Eksperimen 3
= - 62,01
1,9642 + 1,921+1,8332
S/N1 = - 10 log 3
10,907
= - 10 log 3
= - 5,606
58
b. Eksperimen 2
= - 4,896
c. Eksperimen 3
= - 4,825
Hasil perhitungan rasio S/N waktu pengerjaan (X1) dan rasio S/N
kekasaran permukaan (X2) akan digunakan untuk melakukan perhitungan
normalisasi rasio S/N. Nilai dari hasil perhitungan rasio S/N kedua respon
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4. 4 Rasio S/N dari Waktu Pengerjaan dan Kekasaran Permukaan
Eksperimen X1 X2
1 - 61,05 - 5,606
2 - 64,73 - 4,896
3 - 62,01 -4,825
4 - 64,69 -6,029
5 - 63,96 - 5,686
6 - 65,24 - 4,408
7 - 69,04 - 5,501
8 - 67,06 - 5,503
9 - 64,66 - 5,085
59
4.2.2 Perhitungan Normalisasi Rasio S/N
Perhitungan ini bertujuan merubah nilai dari rasio S/N menjadi nilai
antara 0 sampai dengan 1 atau lebih tepatnya mengubah menjadi bentuk grey.
Perhitungan ini menggunakan persamaan normalisasi pada umumnya yaitu
sesuai dengan persamaan 2.5.
1. Normalisasi Rasio S/N Waktu Pengerjaan
Menghitung normalisasi rasio S/N dari waktu pengerjaan dengan
menggunakan data pada Tabel 4.4. Berdasarkan tabel tersebut diketahui
nilai rasio S/N terbesar terdapat pada eksperimen ke-1 dengan nilai -
61,05 sedangkan untuk nilai rasio S/N terkecil terdapat pada
eksperimen ke-7 dengan nilai -69,04. Berikut adalah perhitungan
normalisasi rasio S/N waktu pengerjaan :
a. Eksperimen 1
(−61,05)−(−69,04)
Xi 1 = (−61,05)−(−69,04) = 1,000
b. Eksperimen 2
(−64,73)−(−69,04)
Xi 2 = (−61,05)−(−69,04) = 0,539
c. Eksperimen 3
(−62,01)−(−69,04)
Xi 3 = (−61,05)−(−69,04) = 0,880
a. Eksperimen 1
(−5,606)−(−6,029)
Xii 1 = (−4,408)−(−6,029) = 0,261
60
b. Eksperimen 2
(−4,896)−(−6,029)
Xii 2 = (−4,408)−(−6,029) = 0,699
c. Eksperimen 3
(−4,825)−(−6,029)
Xii 3 = (−4,408)−(−6,029) = 0,743
Eksperimen Xi Xii
1 1 0,261
2 0,539 0,699
3 0,880 0,743
4 0,545 0
5 0,636 0,212
6 0,475 1
7 0 0,326
8 0,249 0,602
9 0,549 0,583
61
persamaan 2.6 serta menggunakan data berdasarkan Tabel 4.5 yang
merupakan hasil normalisasi rasio S/N. Berikut perhitungan nilai delta.
1. Nilai Delta dari Waktu Pengerjaan (Δ𝑂1)
a. Eksperimen 1
Δ𝑂11 = |1 − 1,000| = 0,000
b. Eksperimen 2
Δ𝑂12 = |1 − 0,539| = 0,461
c. Eksperimen 3
Δ𝑂13 = |1 − 0,880| = 0,120
62
Tabel 4. 6 Nilai Simpangan Deviasi dari Waktu Pengerjaan dan Kekasaran Permukaan
b. Eksperimen 2
63
0 +(0,5 𝑥 1)
γ1 2 = = 0,520
0,461+(0,5 𝑥 1)
c. Eksperimen 3
0 +(0,5 𝑥 1)
γ1 3 = = 0,806
0,120 +(0,5 𝑥 1)
b. Eksperimen 2
0 +(0,5 𝑥 1)
γ2 2 = = 0,624
0,301+(0,5 𝑥 1)
c. Eksperimen 3
0 +(0,5 𝑥 1)
γ2 3 = = 0,660
0,257+(0,5 𝑥 1)
Eksperimen γ1 γ2
1 1 0,404
2 0,520 0,624
3 0,806 0,660
4 0,524 0,333
5 0,579 0,388
6 0,488 1,000
7 0,333 0,426
8 0,400 0,557
9 0,526 0,545
64
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil dari perhitungan nilai GRC waktu pengerjaan
pada eksperimen pertama adalah 1, eksperimen ke-5 bernilai 0,579 dan eksperimen
ke-9 bernilai 0,526. Sedangkan untuk hasil perhitungan nilai GRC kekasaran
permukaan pada eksperimen pertama adalah 0,404, eksperimen ke-5 bernilai 0,388
dan eksperimen ke-9 bernilai 0,545.
65
Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan GRG
Seperti yang tertera pada Tabel 4.8 peringkat teratas terdapat pada
eksperimen ke-6 dengan nilai GRG yaitu 0,744. Untuk peringkat terakhir dari
perhitungan GRG eksperimen ini terdapat pada eksperimen ke-7 dengan nilai GRG
yaitu 0,380.
66
Tabel 4. 9 Rasio S/N data GRG
Dalam perhitungan Rasio S/N pada Tabel 4.9 menggunakan persamaan 2.4
Diambil contoh perhitungan Rasio S/N pada eksperimen 1 adalah sebagai barikut.
1
𝑦2
S/N (1) = -10 Log ( )
𝑁
1
2
= -10 Log ( 0,702 )
1
2,029
= -10 Log 1
= -3,073
Setelah menghitung Rasio S/N, dilanjutkan dengan menghitung DF, SS
faktor, SS error, SS Total, MS dan F-Value. Diambil contoh perhitungan DF faktor
gap voltage menggunakan persamaan 2.9 dan DF error menggunakan persamaan
2.10 sebagai berikut :
DF gap voltage =n–1
=3–1
=2
DF error = DF total – DF gap voltage – DF on time – DF off time
= ( 9-1) – 2 – 2 – 2
= 8 -2 -2 -2
67
=2
Perhitungan SS gap voltage menggunakan persamaan 2.11 sebagai berikut.
𝐴𝑖 2 𝑇2
SS gap voltage = [∑𝐾𝐴
𝑖=1 (𝑛𝐴𝑖 )] − 𝑛
𝐴12 𝐴22 𝐴32 𝑇2
= [(𝑛𝐴1) + (𝑛𝐴2) + (𝑛𝐴3)] − 𝑛
((−3,073)+(−4,852)+(−2,698)2
=[( )+
3
((−7,361)+(−6,312)+(−2,569)2
( )+
3
((−8,416)+(−6,402)+(−5,425)2 (−47,108)2
( )] -
3 9
(−10,623)2 (−16,242)2 (−20,243)2 (−47,108)2
= [( )+ ( )+ ( )] −
3 3 3 9
= 15,5683
Perhitungan SS Total menggunakan persamaan 2.13 sebagai berikut.
SS total = ∑ 𝑦𝑖 2
=𝑦1 2 + 𝑦2 2 + 𝑦3 2 + 𝑦4 2 + 𝑦5 2 + 𝑦6 2 + 𝑦7 2 + 𝑦8 2 +
𝑦9 2
=(−3,073)2 + (−4,852)2 + (−2,698)2 + (−7,361)2 +
(−6,312)2 + (−2,569)2 + (−8,416)2 + (−6,402)2 +
(−5,425)2
= 282,1340
Perhitungan SS Mean menggunakan persamaan 2.14 sebagai berikut.
SS mean = n x 𝑦̅ 2
(−47,108 2
= 9 x (( ) )
9
= 246,5715
Perhitungan SS Error menggunakan persamaan 2.15 sebagai berikut.
SS error = SS total – SS mean – SS faktor
= 282,1340 – 246,5715 – ( 15,5683 + 12, 8312 + 6,6996)
= 0, 4633
Untuk perhitungan MS diambil contoh MS faktor gap voltage dengan
menggunakan persamaan 2.17 dan MS error dengan menggunakan persamaan 2.18
sebagai berikut :
68
𝑆𝑆 𝑔𝑎𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒
MS gap voltage = 𝐷𝑓 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒
15,5683
= 2
= 7,7841
𝑆𝑆 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
MS error = 𝐷𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
0,4633
= 2
= 0,2317
Perhitungan F-Value gap voltage menggunakan persamaan 2.19 sebagai berikut.
𝑀𝑆 𝑔𝑎𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒
F-Value = 𝑀𝑆 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
7,7841
= 0,2317
= 33,60
Untuk memudahkan pembacaan nilai ANOVA, dapat dilihat pada tabel 4.10 yang
merupakan hasil perhitungan secara manual dan menggunakan software Minitab
16.0. Untuk ANOVA eksperimen ini hasil perhitungannya sudah sama dengan
perhitungan di software Minitab 16.0.
Tabel 4. 10 ANOVA
69
untuk F-Value dari Off Time adalah 14,46. Dilanjutkan dengan pengujian hipotesa
dengan membandingkan nilai F-Value dengan F tabel.
Jika F-Value lebih besar dari F tabel maka hipotesa awal (Ho) ditolak.
Namun apabila F-Value lebih kecil dari F tabel maka hipotesa awal (Ho) diterima.
F tabel yang dipilih adalah F tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Pengujian hipotesa parameter-parameter eksperimen adalah sebagai berikut.
a. Parameter Gap Voltage
H0 : Tidak ada pengaruh parameter gap voltage terhadap
waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan.
H1 : Ada pengaruh parameter gap voltage terhadap
waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan.
Statistik Uji : F-Value = 33,60 > F(0.05,2,6) = 5,14
Kesimpulan : Ho ditolak, yaitu adanya pengaruh parameter gap
voltage terhadap waktu pengerjaan dan kekasaran
permukaan.
b. Parameter On Time
H0 : Tidak ada pengaruh parameter On Time terhadap
waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan.
H1 : Ada pengaruh parameter On Time terhadap waktu
pengerjaan dan kekasaran permukaan.
Statistik Uji : F-Value = 27,69 > F(0.05,2,6) = 5,14
Kesimpulan : Ho ditolak, yaitu adanya pengaruh parameter on
time terhadap waktu pengerjaan dan kekasaran
permukaan.
70
Statistik Uji : F-Value = 14,46 > F(0.05,2,6) = 5,14
Kesimpulan : Ho ditolak, yaitu adanya pengaruh parameter off
time terhadap waktu pengerjaan dan kekasaran
permukaan.
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.11, hasil dari pengujiam F
menghasilkan untuk parameter gap voltage, on time, dan off time memiliki
pengaruh terhadap waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan.
71
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter gap voltage level 3
menggunakan persamaan 2.22.
((−69,04)+(−67,06)+(−64,66))
GV3 = = -66,918
3
72
Tabel 4. 12 Parameter Optimum Waktu Pengerjaan
GV TON TOFF
1 -62,597 -64,926 -64,450
2 -64,629 -65,248 -64,691
3 -66,918 -63,970 -65,003
Selisih 4,321 1,279 0,554
Ranking 1 2 3
Keterangan :
: Nilai tertinggi
Semakin besar nilai rata-rata S/N Ratio maka semakin besar pula
kontribusinya terhadap waktu pengerjaan.Seperti pada Tabel 4.12 parameter gap
voltage paling berpengaruh pada level 1 yaitu 30 volt, parameter on time paling
berpengaruh pada level 3 yaitu 120 µs dan parameter off time paling berpengaruh
pada level 1 yaitu 20 µs. Berikut Gambar 4.4 grafik level faktor respon kekasaran
permukaan.
73
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter gap voltage level 2
menggunakan persamaan 2.21.
((−6,029)+(−5,686)+(−4,408))
GV2 = = - 5,374
3
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter off time level 2 menggunakan
persamaan 2.27.
((−4,896)+(−6,029)+(−5,085))
TOFF2 = = - 5,337
3
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter off time level 3 menggunakan
persamaan 2.28.
((−4,825)+(−5,686)+(−5,501))
TOFF3 = = - 5,337
3
74
Diketahuinya nilai untuk setiap parameter dan pada levelnya masing-masing.
Selanjutnya nilai tersebut dilakukan pembobotan untuk mengetahui level berapa
dan parameter apa saja yang memiliki pengaruh terhadap waktu pengerjaan. Data
tersebut dirangkum pada Tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4. 13 Parameter Optimum Kekasaran Permukaan
GV TON TOFF
1 -5,109 -5,712 -5,022
2 -5,374 -5,212 -5,337
3 -5,213 -4,773 -5,337
Selisih 0,265 0,939 0,315
Ranking 3 1 2
Keterangan :
: Nilai tertinggi
75
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter gap voltage level 1
menggunakan persamaan 2.20.
((−3,073)+(−4,852)+(−2,698)
GV1 = = -3,541
3
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter off time level 2 menggunakan
persamaan 2.27.
((−0,081)+(−2,590)+(−0,654))
TOFF2 = = -5,879
3
Untuk perhitungan rata-rata Rasio S/N parameter off time level 3 menggunakan
persamaan 2.28.
76
(2,073+(−1,541)+(−3,645)
TOFF3 = = -5,809
3
GV TON TOFF
1 -3,541 -6,283 -4,015
2 -5,414 -5,856 -5,879
3 -6,748 -3,564 -5,809
Selisih 3,207 2,720 1,865
Ranking 1 2 3
Keterangan :
: Nilai tertinggi
Seperti pada Tabel 4.14 parameter gap voltage paling berpengaruh pada
level 1 yaitu 30 volt, parameter on time paling berpengaruh pada level 3 yaitu 120
µs dan parameter off time paling berpengaruh pada level 1 yaitu 20 µs. Berikut
Gambar 4.6 grafik level faktor respon gabungan.
Berdasarkan Gambar 4.6, pada faktor gap voltage nilai yang optimal
terdapat pada level 1. Untuk faktor on time yang optimal terdapat pada level 3
dan untuk off time yang optimal terdapat pada level 1.
77
4.2.8 Prediksi GRG Optimal
Perhitungan GRG optimal digunakan untuk acuan pada saat
membandingkan nilai hasil dari eksperimen konfirmasi. Dengan perbandingan ini
dapat membuat sebuah kesimpulan terhadap parameter dan level yang digunakan
berpengaruh terhadap kualitas produk. Perhitungan GRG optimal menggunakan
data berdasarkan Tabel 4.13. Berikut perhitungan GRG optimal sesuai dengan
persamaan 2.29.
µ prediksi = Y + (GV1 – Y ) + ( TON3 – Y ) + ( TOFF1 – Y )
= (-5,234)+ ( (-3,541)– (-5,234)) + ( (-3,564) – (-5,234) ) +
((-4,015) – (-5,234))
= -0,651
Nilai Y merupakan nilai rata-rata keseluruhan data GRG ( Grey Relational
Grade). Data yang digunakan hanya gap voltage pada level 1, on time level 3 dan
off time pada level 1. Nilai prediksi GRG ini fungsinya sebagai konstanta pengurang
dan penjumlah pada penentuan batas bawah dan atas interval kepercayaan.
78
c. SS’TOFF = SSTOFF – VTOFF x MSe
= 6,6996 – (2 x 0,2317)
= 6,2363
d. SS’error = SStotal – SS’GV – SS’TON – SS’TOFF
= 35,5624 - 15,10498- 12,36792 - 6,23626
= 1,8533
Perhitungan persen kontribusi adalah perhitungan prosentase setiap
parameter. Perhitungan ini menggunakan data hasil perhitungan SS’ sebelumnya.
Perhitungan presentase parameter sesuai dengan persamaan 2.32.
𝑆𝑆′𝐺𝑉
a. ρ GV = 𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥100%
15,1050
= 35,5624 𝑥 100%
= 42,475 %
𝑆𝑆′𝑇𝑂𝑁
b. ρ TON = 𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥100%
12,3679
= 35,5624 𝑥 100%
= 34,778%
𝑆𝑆′𝑇𝑂𝐹𝐹
c. ρ TOFF = 𝑥100%
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
6,2363
= 35,5624 𝑥 100%
= 17,536 %
𝑆𝑆′𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
d. ρ error = 𝑥100%
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
1,8533
= 𝑥 100%
35,5624
= 5,211 %
Setelah perhitungan SS’ pada setiap faktor dan kemudian setiap nilai SS’
faktor dipresentasekan untuk mengetahui presentase kontribusinya terhadap respon
waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan. Untuk memudahkan pembacaan, hasil
tersebut dirangkum dalam Tabel 4.15 sebagai berikut :
79
Tabel 4. 15 Persen Kontribusi
2.Interval Kepercayaan
Perhitungan interval kepercayaan merupakan acuan hasil oada saat
eksperimen konfirmasi. Hasil dari interval kepercayaan digunakan sebagai acuan
nilai dari hasil eksperimen konfirmasi. Nilai MSe sesuai dengan tabel 4.10 adalah
0,2317. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95%, jika dilihat pada F tabel
dengan bentuk F(0,05,1,2) adalah 18,51 Perhitungan interval kepercayaan
menggunakan persamaan 2.34.
9𝑥3
neff =1+(2+2+2)
= 3,857
1
Cl = ± √𝐹(0.05,1,2)𝑥 𝑀𝑆𝑒 𝑥 𝑛𝑒𝑓𝑓
1
= ± √18,51 𝑥 0,2317 𝑥 3,857
= ± 1,054317
µ prediksi – Cl ≤ µ ≤ µ prediksi + Cl
-0,651 – 1,054317 ≤ µ ≤ -0,651 + 1,054317
-1,706 ≤ µ ≤ 0,403
80
Kesimpulan dari perhitungan interval kepercayaan ini adalah didapatkan
hasil untuk nilai minimum kepercayaan yaitu -1,706. Dengan nilai maksimum
kepercayaan sampai pada rentang nilai 0,403. Hasil dari perhitungan eksperimen
konfirmasi minimal beririsan dengan perhitungan tersebut agar dapat dikatakan
eksperimen berhasil.
81
Tabel 4. 17 Rasio S/N dan Normalisasi Rasio S/N Konfirmasi
Tabel 4.17 menunjukkan nilai Rasio S/N respon waktu pengerjaan dan
kekasaran permukaan replikasi 1 adalah -63,92 dan -5,149. Nilai tertinggi rasio S/N
pada respon waktu pengerjaan terdapat pada replikasi ke-5 dengan nilai -61,01,
sedangkan nilai terendah terdapat pada replikasi ke-1 dengan nilai -63,92. Nilai
tertinggi rasio S/N pada respon kekasaran permukaan terdapat pada replikasi ke-3
dengan nilai -5,041, sedangkan nilai terendah terdapat pada replikasi ke-2 dengan
nilai -6,268.
Pada Tabel 4.17 dapat dilihat pula hasil perhitungan normalisasi rasio S/N
yang diperoleh dari data rasio S/N. Hasil perhitungan normalisasi rasio S/N untuk
respon waktu pengerjaan dan kekasaran permukaan replikasi ke-3 adalah 0,984 dan
1.
Data normalisasi rasio S/N pada Tabel 4.17 digunakan untuk menghitung
simpangan deviasi (nilai delta). Selanjutnya akan dilakukan perhitungan kepada
perhitungan nilai grey relational coefficient (GRC) atau nilai gamma. Hasil
perhitungan dari simpangan deviasi dan nilai GRC dirangkum pada Tabel 4.18.
82
Tabel 4. 18 Simpangan Deviasi dan GRC Konfirmasi
GRC
50% 50% GRG
Waktu Pengerjaan Kekasaran Permukaan
1 0,333 0.850 0,592
2 0,690 0,333 0,512
3 0,969 1 0,985
4 0,391 0,992 0,692
5 1 0,648 0,824
Total 3,604
Rata-Rata 0,721
83
mengingat kedua respon sama-sama berperan penting dalam kualitas hasil produk.
Nilai GRG pada replikasi ketiga adalah 0,985. Hasil dari kelima GRG tersebut
kemudian dijumlahkan dan dirata-rata. Nilai rata-rata GRG tersebut yang
digunakan sebagai pengurang dan penjumlah dari interval kepercayaan. Dapat
dilihat bahwa nilai rata rata Rasio S/N GRG adalah -3,079. Nilai tersebut disebut
dengan µ konfirmasi.
Perhitungan interval kepercayaan merupakan sebagai nilai pembanding dari
hasil perhitungan dengan eksperimen prediksi sebelumnya. Nilai MSe sesuai denga
Tabel 4.10 adalah 0,2317. Interval kepercayaan yang digunakan 95%, jika dilihat
pada F tabel dengan bentuk (F0,05,1,2) adalah 18,54. Nilai neff adalah 3,857.
Perhitungan interval kepercayaan eksperimen konfirmasi sesuai dengan persamaan
2.35.
1 1
Cl = ± √𝐹 (0.05,1,2)𝑥 𝑀𝑆𝑒 𝑥 [𝑛𝑒𝑓𝑓 + 𝑟 ]
1 1
= ± √18,51 𝑥 0,2317 𝑥 [3,857 + 5]
= ± 1,403338
µ konfirmasi – Cl ≤ µ ≤ µ konfirmasi + Cl
0,721 – 1,403338 ≤ µ ≤ 0,721 + 1,403338
-0,683 ≤ µ ≤ 2,124
84
Gambar 4. 7 Grafik Perbandingan Interval Kepercayaan
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Variabel yang Signifikan Terhadap Respon Individu
Pengaruh dari variabel-variabel proses yang meliputi gap voltage, on
time dan off time terhadap respon individu waktu pengerjaan dan kekasaran
permukaan dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
percobaan dan dasar teori mengenai pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap
85
respon. Pembahasan mengenai variabel proses terhadap respon individu adalah
sebagai berikut :
a. Variabel gap voltage
Pada proses permesinan EDM, variabel gap voltage digunakan
untuk mengatur jarak elektroda dan benda kerja. Nilai gap voltage yang
tinggi akan menyebabkan jarak antara elektroda dan benda kerja yang ikut
melebar. Hal ini menyebabkan percikan bunga api yang lebih stabil. Hal ini
dikarenakan adanya sirkulasi cairan dielektrik yang baik yang dapat
mengakibatkan kemampuan membilas material yang tererosi semakin baik
pula sehingga nilai kekasaran permukaan menjadi lebih kecil. Gap voltage
yang tinggi juga akan meningkatkan laju pengerjaan bahan sehingga waktu
pengerjaan menjadi lebih sedikit.
Hasil level proses gap voltage terhadap waktu pengerjaan dan
kekasaran permukaan pada eksperimen ini terjadi pada level 1 yang
merupakan nilai paling kecil yaitu 30 Volt. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang sudah dijelaskan di atas. Terdapat beberapa hal yang bisa menjadi
penyebab ketidaksinkronan antara teori dengan hasil data statistik antara
lain pemasangan elektroda pada mesin EDM yang kurang lurus sehingga
pemakanan yang dihasilkan kurang sempurna dan kurang tepatnya dalam
pengukuran kekasaran permukaan dari segi posisi detector alat uji
kekasaran yang permukaan lengan yang satu set dengan detector tidak
sempurna lurus horizontal dengan hasil pemakanan EDM.
b. Variabel on time
Semakin besar nilai on time maka semakin lama loncatan bunga api
listrik yang dilepaskan ke permukaan benda kerja sehingga membuat luas
daerah dari benda kerja yang dilelehkan luas dan kawah – kawah yang
terbentuk juga akan semakin curam yang menyebabkan permukaan benda
kerja menjadi semakin kasar. Ketika memasuki fase on time terjadi
penumbukan bunga api terhadap benda kerja. Sehingga nilai on time yang
tinggi juga menyebabkan cycle time yang semakin kecil sehingga
mengakibatkan waktu permesinan yang cepat.
86
Hasil proses level on time terhadap kekasaran permukaan pada
eksperimen ini terjadi pada level 3 yang merupakan level terbesar yaitu 120
µs. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar
nilai on time semakin besar pula nilai kekasaran permukaan. Hal yang bisa
menjadi penyebab adanya ketidaksinkronan adalah kurang tepatnya dalam
pengukuran kekasaran permukaan dari segi posisi detector alat uji kekasaran
yang permukaan lengan yang satu set dengan detector tidak sempurna lurus
horizontal dengan hasil pemakanan EDM.
c. Variabel off time
Semakin besar nilai off time akan menurunkan machining speed di
dalam meraut benda kerja dan kekasaran permukaan yang dihasilkan
semakin kecil atau permukaan benda kerja menjadi lebih halus. Ketika
memasuki fase off time tidak terjadi penumbukan percikan bunga api
sehingga nilai off time yang tinggi akan menyebabkan cycle time yang
semakin besar pula. Hal ini mengakibatkan waktu permesinan yang lama.
Hasil proses level off time terhadap kekasaran permukaan pada
eksperimen ini terjadi pada level 1 yang merupakan level terkecil yaitu 20
µs. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar
nilai off time semakin kecil pula nilai kekasaran permukaan. Hal yang bisa
menjadi penyebab adanya ketidaksinkronan adalah kurang tepatnya dalam
pengukuran kekasaran permukaan dari segi posisi detector alat uji
kekasaran yang permukaan lengan yang satu set dengan detector tidak
sempurna lurus horizontal dengan hasil pemakanan EDM.
87
Tabel 4. 20 Setting Kombinasi Parameter Optimum
88
4.4 Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi untuk industri manufaktur terutama industri
pembuatan cetakan/dies dalam setting parameter mesin EDM Sinking untuk
mendapatkan kualitas produk yang baik dalam kekasaran permukaan dengan
tingkat efisiensi waktu pengerjaan yang baik, antara lain :
a. Operator mesin EDM Sinking dalam setting parameter dapat menggunakan
kombinasi parameter gap voltage 30 Volt, on time 120 µs dan off time 20
µs untuk meminimalkan kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan.
Sehingga kualitas permukaan produk dies yang dihasilkan menjadi lebih
baik dan halus dengan tingkat efisiensi waktu pengerjaan yang tinggi.
b. Untuk meminimalkan waktu pengerjaan dalam mesin EDM Sinking perlu
dilakukan setting elektroda yang baik dan benar. Setting elektroda yang baik
dan benar adalah dengan menggunakan dial indicator agar posisi elektroda
bisa lurus sehingga pemakanan benda kerja juga lebih sempurna.
c. Untuk mencapai hasil produk yang maksimal lebih baik dipastikan
kebersihan benda kerja dan elektroda. Karena hal ini akan mempengaruhi
stabil tidaknya percikan api pada mesin EDM Sinking. Jika salah satu
permukaan baik benda kerja ataupun elektroda kurang bersih maka akan
menimbulkan percikan api yang tidak stabil sehingga mempengaruhi hasil
pemakanan dan kualitas benda kerja.
89
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
90
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah :
1. Setting kombinasi optimum parameter pada mesin EDM Sinking untuk
meminimalkan kekasaran permukaan dan waktu pengerjaan yang
sesuai dengan Baja SKD-11 adalah gap voltage bernilai 30 Volt, on
time bernilai 120 µs dan off time bernilai 20 µs.
2. Kontribusi parameter terhadap kekasaran permukaan dan waktu
pengerjaan adalah gap voltage bernilai 42,475 %, on time bernilai
34,778% dan off time bernilai 17,536 %.
5.2 Saran
Dalam tugas akhir ini ada hal-hal yang dapat ditingkatkan diantaranya :
1. Dalam pemasangan elektroda sebaiknya menggunakan alat dial agar
bisa lurus.
2. Menggunakan parameter lain yang terdapat pada mesin EDM Sinking
seperti duty factor, polaritas elektroda dan jenis elektroda.
3. Menggunakan respon lain seperti keausan elektroda.
91
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
92
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, R., Anggono, J., & Hamdrik, R. (2016). Studi Pengaruh Besar Arus dan
Arc On-Time Pada Electrical Discharge Machining (EDM) Sinking Terhadap
Kekasaran Permukaan Benda Kerja dan Keausan Elektroda. Teknik Mesin
Universitas Kristen Petra.
Jeevamalar, J., & Ramabalan, S. (2015). Die Sinking EDM Process Parameters : A
Review. International Journal of Mechanical Engineering and Robotics
Research, Vol. 4, No. 1, pp.315–326.
93
Syahbuddin, & Imam Sofi’i. (2018). Laju Pelepasan Material , Keausan Elektroda
, Dan Overcut Baja AISI 422 Pada Proses EDM Sinking. Konferensi Ilmiah
Teknologi Texmaco,Vol. 1, pp. 125–133. Texmaco.
Widodo, Ismi, A. A. N., & Darsin, M. (2013). Pengaruh Parameter Proses Current
Pulse , On Time , Dan Off Time Pada Electrical Discharge Machining ( EDM
) Die Sinking Terhadap Nilai Kekasaran Permukaan Benda Kerja Baja AISI
H-13. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam.
Yudo, E., & Pratiwi, D. K. (2017). Parameter Mesin EDM Sinking Untuk
Mengoptimalkan Respon Pada Material AISI H13 Menggunakan Metode
Taguchi – Fuzzy. Prosiding Sentrinov,Vol. 3, pp. 50–61.
94
LAMPIRAN 1
Tabel Distribusi F
95
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
96
LAMPIRAN 2
Proses Permesinan EDM Sinking dan Pengukuran
Dokumentasi Keterangan
97
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
98
Dokumentasi Keterangan
99
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
100
Dokumentasi Keterangan
101
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
102
Dokumentasi Keterangan
103
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
104
LAMPIRAN 3
Hasil Pengambilan Data Waktu Pengerjaan
Replikasi 2
Replikasi 3
105
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
106
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 30 Volt
Eksperimen 2 On Time 100 µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
107
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
108
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 30 Volt
Eksperimen 3 On Time 120 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
109
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
110
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 4 On Time 80 µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
111
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
112
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 5 On Time 100 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
113
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
114
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 6 On Time 120 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 2
Replikasi 3
115
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
116
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50 Volt
Eksperimen 7 On Time 80 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 2
Replikasi 3
117
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
118
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50 Volt
Eksperimen 8 On Time 100 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
119
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
120
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50 Volt
Eksperimen 9 On Time 120 µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
121
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
122
Eksperimen Konfirmasi Gap Voltage 30 Volt
On Time 120 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
123
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
124
LAMPIRAN 4
Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 30 Volt
Eksperimen 1 On Time 80 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
125
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
126
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 30 Volt
Eksperimen 2 On Time 100 µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
127
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
128
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 30 Volt
Eksperimen 3 On Time 120 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
129
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
130
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 4 On Time 80 µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
131
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
132
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 5 On Time 100 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
133
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
134
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 40 Volt
Eksperimen 6 On Time 120 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
135
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
136
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50 Volt
Eksperimen 7 On Time 80 µs
Off Time 60 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
137
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
138
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50 Volt
Eksperimen 8 On Time 100 µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
139
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
140
Eksperimen Prediksi Gap Voltage 50Volt
Eksperimen 9 On Time 120µs
Off Time 40 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
141
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
142
Eksperimen Konfirmasi Gap Voltage 30Volt
On Time 120µs
Off Time 20 µs
Replikasi 1
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 2
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 3
Ra1 Ra2 Ra3
Replikasi 4
Ra1 Ra2 Ra3
143
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
144
Eksperimen Konfirmasi Gap Voltage 30Volt
On Time 120µs
Off Time 20 µs
Replikasi 5
Ra1 Ra2 Ra3
145
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
146
LAMPIRAN 5
147
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
148
LAMPIRAN 6
Sertifikat Material SKD 11
149
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
150
LAMPIRAN 7
Lembar Kemajuan Tugas Akhir
151
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
152
153
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
154
BIODATA PENULIS
155
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
156