Jenis Pertumbuhan Tanaman PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh
Kelompok 4/ Golongan G
1. Triya Sri Lestari (141510601008)
2. Muhammad Rosyid (141510601030)
3. Lelani Ega Nandita (141510601112)
4. Vera Rizky Ananda (141510601060)
5. Siti Fatimah (141510601116)
6. Inas Margi Ali Ridho (141510601120)
7. Ani Domiah (141510601167)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai
jenis tanaman tersebar luas di negara yang mempunyai julukan negara agraris
tersebut. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk
bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian merupakan sektor utama
perekonomian negara Indonesia. Para petani mampu menanam berbagai
komoditas tanaman mulai dari tanaman pangan, serat, minuman, hingga tanaman
untuk bahan bakar. Kondisi iklim tropis di Indonesia sangat mendukung atas
berlangsungnya kehidupan berbagai jenis tanaman tersebut.
Keanekaragaman jenis tanaman merupakan aset yang harus dijaga oleh
seluruh negara di dunia. Hal tersebut harus dilakukan karena banyak sekali
manfaat yang dapat diambil manusia dari tumbuhan. Manusia memperoleh
oksigen untuk bernafas dari proses fotosintesis yang dilakukan tanaman, makanan
yang diperoleh manusia dalam kehidupan sehari-hari juga berasal dari tanaman.
Oleh karena begitu banyak manfaat yang dapat diambil dari tanaman, diperlukan
keseriusan dalam perawatan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai proses bertambahnya volume
yang bersifat irreversible (tidak dapat balik). Perkembangan merupakan proses
terspesialisasinya sel tanaman menjadi struktur dan fungsi tertentu. Tanaman
dapat dikatakan sehat apabila pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
bersamaan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan menjadi tiga
tahap yaitu tahap vegetatif, reproduktif, dan penuaan. Dari ketiga tahap tersebut,
yang perlu menjadi perhatian utama adalah fase vegetatif karena pada tahap
tersebut tanaman memerlukan perlakuan khusus untuk bisa melanjutkan
kehidupannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman dimulai dengan
perkecambahan biji. Kemudian, kecambah berkembang menjadi tanaman kecil
yang sempurna, yang kemudian tumbuh membesar. Setelah mencapai masa
tertentu, tanaman akan berbunga dan menghasilkan biji.
Perkecambahan tanaman melibatkan proses fisika yakni biji menyerap air
melalui proses imbibisi akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering.
Perkecambahan dimulai apabila proses imbibisi sudah berjalan secara optimal.
Perkecambahan terjadi jika syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu air
yang cukup, suhu yang sesuai, udara yang cukup, dan cahaya matahari yang
optimal. Jika salah satu syarat tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka
dapat dipastikan biji akan tetap dalam keadaan tidur atau mengalami dormansi.
Waktu dormansi biji bertahan hidup dan mampu berkecambah sangat bervariasi
bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan.
Ditinjau dari aspek letak kotiledon, perkecambahan biji dapat dibedakan
menjadi dua yaitu perkecambahan hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal
adalah apabila epikotil tanaman memanjang sehingga daun lembaga ikut tertarik
ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di dalam tanah. Perkecambahan epigeal adalah
apabila hipokotil memanjang sehingga daun lembaga dan kotiledon terangkat ke
atas tanah. Contoh tanaman dengan perkecambahan hipogeal adalah jagung dan
kacang polong, sedangkan contoh perkecambahan epigeal adalah kacang tanah
dan kedelai.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa memahami dan mengerti tentang jenis-jenis pertumbuhan
tanaman dan dapat membedakan jenis-jenis pertumbuhan tanaman berdasarkan
morfologi dan fungsinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel


tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volum, tapi juga dalam
bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Semua ciri
pertumbuhan tersebut dapat diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim
digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Pertambahan
volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran panjang, diameter,
dan luas. Pertambahan massa sering ditentukan dengan cara memanen seluruh
tumbuhan atau bagian yang diinginkan, dan menimbangnya dengan cepat sebelum
air terlalu banyak menguap (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman yang sehat, pertumbuhan diatur; bagian-bagian yang berlainan
menunjukkan pertumbuhan dari waktu ke waktu yang berbeda dalam siklus hidup
dan dengan laju yang berlainan, akar dan batang dapat bercabang atau tidak, dan
struktur yang terbentuk pada ujung batang dapat diarahkan menjadi daun atau
bunga. Perubahan kualitatif ini yang lebih banyak mengubah keadaan (bentuk)
tanaman daripada ukurannya, dibedakan dari pertumbuhan dan disebut
perkembangan. Tanaman yang sehat , pertumbuhan dan perkembangan terjadi
secara bersamaan dan laju yang satu sering kali hampir sama dengan laju yang
lain tetapi, sekalipun demikian, para pakar fisiologi menganggap bermanfaat
untuk memisahkan kedua aspek tersebut (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor
abiotik yang mempengaruhi terdiri dari cahaya matahari, angin, suhu, serta bahan
kimia yang digunakan untuk mengatur tumbuh kembang tanaman. Faktor biotik
terdiri dari manusia yang berperan dalam pengolahan tanaman dan serangga yang
membantu penyerbukan saat terjadi persilangan (Saharan dan Nehra, 2011).
Biji adalah materi genetik yang membawa sifat-sifat yang dapat
diwariskan melintasi batas-batas generasi. Biji mengandung materi genetik yang
sama dengan tanaman induk. Oleh karena itu, perkecambahan yang terjadi pasti
sama dengan tanaman induknya (Alaba E., 2013).
Biji memiliki ukuran yang bervariasi mulai mikroskopis dari gulma
parasitik hingga yang sebesar kelapa. Biji dilindungi kulit biji yang terdiri atas
jaringan-jaringan yang identik dengan tanaman induknya dan berkembang dari
integumen bakal biji. Biji tanaman terdiri dari 2 tipe yaitu monoktil dan dikotil.
Biji monokotil terdiri dari radikula dan keping biji, sedangkan biji dikotil terdiri
dari endosperma dan skutelum (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Biji tanaman mengalami perkembangan yang bertahap untuk mewujudkan
fungsinya. Biji memiliki dua fungsi utama yaitu penyebaran propagul dalam
ruang dan pemeliharaan spesies selama periode-periode yang tak sesuai untuk
pertumbuhan serta menghasilkan suatu individu baru setelah suatu periode
cekaman seperti musim kering yang secara normal tidak akan dapat diatasi oleh
tanaman induk. Manusia mengatur proses tersebut dengan memanen biji
pertanamannya, menyimpannya selama periode cekaman dan kemudian
menyebarkannya bila lengas tanah dan suhu sesuai unuk perkecambahan
(Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Menurut Kartasapoetra (2003) dalam Lesilolo dkk (2013), benih
merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan
usahatani serta memiliki fungsi agronomis. Benih yang berkualitas tinggi
memiliki viabilitas lebih dari 90%. Benih dengan perlakuan viabilitas 90-100%
mampu menghasilkan daya tumbuh di lapangan yang tinggi sebesar 86,67%.
Menurut Sutopo (1988) dalam Narussintani dkk (2013), bobot benih
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Bobot benih berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi. Hal ini disebabkan karena bobot
benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan bobot tanaman
pada saat di panen.
Untuk kebanyakan tanaman budidaya semusim yang dibiakkan dengan
biji, perkecambahan biji memberikan titik permulaan yang logis, untuk
memberikan proses pertumbuhan dan perkembangan. Bagi seorang pengusaha
benih, perkecambahan biji terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji dalam
kondisi baku suatu uji perkecambahan. Bagi seorang petani, perkecambahan
terjadi ketika bibit muncul dari tanah. Tetapi, pakar fisiologi memandang
perkecambahan sebagai proses yang menyebabkan suatu biji yang tak aktif
mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga akan memunculkan suatu
semai. Proses yang terjadi meliputi pengambilan air, yang disebut imbibisi,
mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalam biji dan berlangsungnya
kembali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk membentuk struktur tunas
dan akar semai (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Menurut Copeland (1980) dalam Marthen dkk (2013), pada proses
perkecambahan terjadi proses imbibisi, aktivasi enzim, insiasi pertumbuhan
embrio, retaknya kulit biji dan munculnya kecambah. Faktor genetik yang
berpengaruh adalah komposisi kimia, enzim dalam benih, dan susunan
kimia/fisik dari kulit biji. Faktor lingkungan yang berpengaruh terdiri dari air, gas,
suhu, dan cahaya.
Menurut Sutopo (1988) dalam Prihastanti (2010), faktor lain yang
mempengaruhi perkecambahan biji adalah tingkat kemasakan, ukuran, dan bobot
biji. Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologis tercapai tidak
mempunyai viabilitas tinggi, bahkan tidak berkecambah. Penyebabnya adalah biji
belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna.
Dua syarat utama ekologi perkecambahan biji adalah suhu yang sesuai dan
lengas yang cukup. Suhu dapat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk
berkecambah (kondisi lebih hangat menyokong partumbuhan untuk lebih cepat).
Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa biji tetap mampu bertahan hidup dan
bahkan dapat diperkuat oleh pengeringan kembali sampai kandungan lengas yang
aman setelah imbibisi air tetapi sebelum radikula muncul. Faktor ekologi lain
yang penting dan berpengaruh terhadap perkecambahan biji meliputi cahaya,
kualitas cahaya, serta susunan gas udara tanah (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Menurut ISTA (1987) dalam Hossain dkk (2013), standar uji
perkecambahan yang mana dianggap sebagai uji universal untuk kualitas benih
adalah dengan mengevaluasi potensi maksimum dari banyak benih tertentu di
bawah kondisi yang menguntungkan. Penggunaan Benih akan menentukan
keberlangsungan pertumbuhan tanaman. Pemilihan benih yang berkualitas akan
membawa hasil yang optimal pada pertumbuhan tanaman.
Menurut Duke (1965) dalam Mundhra dan Paria (2009), Setelah
perkecambahan. Mayoritas kotiledon mengikuti tipe phanerocotylar atau
cryptocotylar dalam tipe perkecambahan. Berdasarkan posisi kotiledon dalam
tanah, perkecambahan dibagi menjadi 2 yaitu epigeal dan hpogeal. Epigeal adalah
perkecambahan dimana posisi kotiledon muncul ke atas permukaan tanah,
sedangkan hipogeal adalah perkecambahan dengan posisi kotiledon tertinggal
didalam tanah.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum acara “ Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman “ dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 19 Oktober 2014 pukul 13.00-14.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah)
2. Benih tanaman monokotil hipogeal (jagung)
3. Benih tanaman dikotil epigeal (kedelai)
4. Benih tanaman dikotil hipogeal (kacang polong)
5. Media tanama (pasir)

3.2.2 Alat
1. Bak pengecambah
2. Beaker glass
3. Kertas label
4. Handsprayer
5. Cetok

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi
bak pengecambah.
3. Membuat lajur secara berurutan dengan ditandai menggunakan kertas label
pada setiap jenis benih dan pengulangannya.
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak pengecambah.
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari serta pengamatan akhir.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Jenis Tanaman Monokotil
No Jenis Tanaman UL Panjang Panjang Panjang
. Hipokotil Epikotil Kecambah
1. Jagung 1 9,5 cm 11 cm 21 cm
2 7 cm 3,5 cm 11 cm
3 8,5 cm 1,5 cm 10,5 cm
4 6 cm 4,5 cm 10,7 cm
5 6 cm 10 cm 16,2 cm
kotiledon
6 6,4 cm 5,3 cm 12 cm
7 5,1 cm 5,8 cm 11,4 cm
8 14,5 cm 9 cm 23,7 cm
9 12,5 cm 6,5 cm 18,5 cm
10 8,3 cm 10,1 cm 18,2 cm

Tabel 2. Jenis Tanaman Dikotil


No. Jenis Tanaman UL Panjang Panjang Panjang
Hipokotil Epikotil Kecambah
1. Kacang Tanah 1 6,5 cm 1,5 cm 8 cm
2 2,2 cm 1,3 cm 3,5 cm
3 0,5 cm 1,4 cm 1,9 cm
4 0,4 cm 1,4 cm 1,8 cm
5 1,6 cm 1,2 cm 2,8 cm
kotiledon
6 1 cm 1,3 cm 2,3 cm
7 0 cm 1,2 cm 1,2 cm
8 2 cm 0,9 cm 2,9 cm
9 0,4 cm 1 cm 1,4 cm
10 0,3 cm 1,1 cm 1,4 cm
2. Kedelai 1 5,5 cm 3,5 cm 9 cm
2 2,5 cm 2,5 cm 5 cm
3 3,4 cm 1,3 cm 4,7 cm
4 4 cm 6,3 cm 10,3 cm
kotiledon 5 0 cm 1,3 cm 1,3 cm
6 0 cm 0 cm 0 cm
7 0 cm 2 cm 2 cm
8 0 cm 0 cm 0 cm
9 0 cm 0 cm 0 cm
10 0 cm 1,4 cm 1,4 cm

3. Kacang Merah 1 9,5 cm 2 cm 19,5 cm


2 8,5 cm 1 cm 9,5 cm
3 0 cm 7,5 cm 7,5 cm
4 6 cm 1,5 cm 7,5 cm
5 2 cm 0,5 cm 2,5 cm
kotiledon
6 1,5 cm 2 cm 3,5 cm
7 1 cm 1 cm 2 cm
8 0,5 cm 1,5 cm 2 cm
9 0 cm 0 cm 0 cm
10 0 cm 0 cm 0 cm

4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
terjadi pada proses perkecambahan jagung, kacang tanah, kacang merah dan
kedelai. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis pertumbuhan pada masing-masing
tanaman. Jenis pertumbuhan tanaman terdiri dari dua macam yaitu
perkecambahan hipogeal dan epigeal.
Perkecambahan merupakan rangkaian kompleks perubahan morfologi,
fisiologi, dan biokimia tanaman. Tahap pertama proses perkecambahan dimulai
dengan penyerapan air oleh benih tanaman lalu dilanjutkan dengan meningkatnya
proses respirasi benih. Pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 2002).
Tabel pengamatan tersebut menunjukkan bahwa jagung merupakan
tanaman monokotil hipogeal karena kotiledon jagung tertinggal di dalam tanah.
Pertumbuhan jagung paling pesat terjadi pada jagung nomor 8 sedangkan paling
lamban terjadi pada jagung nomor 3. Jagung nomor 8 memiliki panjang hipokotil
sebesar 14,5 cm, panjang epikotil 9 cm, sedangkan untuk panjang kecambah
keseluruhan sebesar 23,7 cm. Panjang hipokotil jagung nomor 3 adalah 8,5 c,
panjang epikotil 1,5 cm, dan panjang kecambah keseluruhan sebesar 10,5 cm.
Praktikum kali ini menggunakan 3 jenis biji dikotil yaitu biji kacang tanah,
kedelai, dan kacang merah. Berdasarkan gambar pada tabel tersebut kacang tanah
dan kedelai merupakan dikotil epigeal karena kotiledon terangkat ke permukaan
tanah, sedangkan kacang merah merupakan dikotil hipogeal. Pertumbuhan kacang
tanah paling pesat terjadi pada nomor 1 (hipokotil 6,5 cm; epikotil 1,5 cm;
kecambah 8 cm) sedangkan paling lambat terdapat pada nomor 7 (hipokotil belum
tumbuh; epikotil 1,2 cm; kecambah 1,2 cm). Pertumbuhan kedelai paling cepat
terjadi pada nomor 4 (hipokotil 4 cm; epikotil 6,3 cm; kecambah 10,3 cm) dan
yang lambat pada nomor 6, 8, 9 dimana pada ketiga nomor tersebut kedelai belum
tumbuh sama sekali atau mengalami dormansi. Kacang merah yang mengalami
pertumbuhan paling cepat adalah nomor 1 dengan panjang hipokotil 9,5 cm,
epikotil 2 cm, dan kecambah 19,5 cm. sedangkan paling lambat adalah nomor 9
dan 10 dimana biji masih dalam keadaan dormansi. Perbedaan kecepatan tumbuh
tersebut dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor
dalam terutama ditentukan oleh genetik tanaman yang menentukan cepat
lambatnya perkecambahan, persediaan cadangan makanan, serta hormon yang ada
dalam tanaman. Faktor luar yang berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman
antara lain temperature, kelembapan, dan intensitas sinar matahari (Ashari, 1995).
Berdasarkan tabel pengamatan dapat pula diketahui bahwa perkecambahan
tidak bergantung pada jenis biji dikotil ataupun monokotil. Jenis perkecambahan
tersebut ditinjau berdasarkan letak kotiledon tanaman itu sendiri. Apabila
kotiledon terangkat ke permukaan tanah dan berperan dalam proses fotosintesis
sebelum terbentuknya daun maka tipe perkecambahan tersebut adalah tipe
perkecambahan epigeal. Sedangkan untuk tipe perkecambahan hipogeal, kotiledon
tertinggal di dalam tanah. Hal tersebut yang menyebabkan adanya tanaman
monokotil hipogeal, monokotil epigeal, dikotil hipogeal, dan dikotil epigeal.
Ditinjau dari aspek keping biji, tanaman dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
tanaman berkeping satu atau monokotil dan tanaman berkeping dua atau dikotil.
Saat proses perkecambahan berlangsung, baik tanaman monokotil maupun dikotil
memiliki dua jenis perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal. Umumnya,
perkecambahan hipogeal adalah dari golongan monokotil sedangkan
perkecambahan epigeal umumnya dari golongan dikotil.
Contoh tanaman perkebunan yang mengalami perkecambahan monokotil
hipogeal adalah kelapa. Tanaman tersebut merupakan monokotil hipogeal karena
kotiledon tertinggal di dalam tanah saat proses perkecambahan berlangsung.
Selain itu, pisang dan salak juga termasuk dalam monokotil hipogeal
(Rachmawati, 2012).
Selain monokotil hipogeal, terdapat pula jenis tanaman monokotil epigeal.
Contoh dari tanaman ini adalah dari golongan bawang-bawangan yaitu bawang
merah. Kemudian bunga matahari dan cabai (cabe). Kotiledon ketiga tanaman
tersebut ikut terangkat ke permukaan tanah sehingga tipe perkecambahannya
monokotil hipogeal (Ependi, 2014).
Sama halnya dengan tanaman monokotil, tanaman dikotil juga terdiri dari
dikotil hipogeal dan epigeal. Contoh tanaman dikotil epigeal antara lain mahoni,
pete, dan jambu. Ketiga tanaman tersebut termasuk dalam jenis tanaman
monokotil epigeal karena pada saat perkecambahan berlangsung, kotiledon
terangkat ke permukaan tanah (Rachmawati, 2012).
Selain dikotil epigeal, terdapat pula tanaman dikotil hypogeal. Tanaman
dikotil hipogeal antara lain terdiri dari tanaman asam jawa, durian, dan terong.
Ketiga tanaman tersebut merupakan dikotil hipogeal karena saat proses
perkecambahan, kotiledon tertinggal didalam tanah sedangkan daun lembaga
terangkat ke atas (Ependi, 2014).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Perkecambahan merupakan proses awal yang dilalui oleh biji setelah
mengalami masa dormansi. Biji akan memulai aktivitas perkecambahan setelah
terjadi proses imbibisi atau penyerapan air oleh biji. Apabila kendungan air saat
proses imbibisi minimum, maka dapat dipastikan perkecambahan akan terganggu.
Jenis perkecambahan biji tanaman ada dua macam yaitu perkecambahan hipogeal
dan epigeal. Jenis perkecambahan ditinjau berdasarkan letak kotiledonnya. Pada
perkecambahan hipogeal, kotiledon tertinggal di dalam tanah. Sedangkan
perkecambahan epigeal ditandai dengan letak kotiledon yang terangkat ke
permukaan tanah dan berperan dalam fotosintesis sebelum terbentuknya daun.
Jagung dan kacang merah berturut-turut merupakan jenis perkecambahan
monokotil dan dikotil hipogeal karena kotiledon kedua tanaman tersebut tertinggal
di dalam tanah sementara daun lembaga tertarik ke atas. Sedangkan kacang tanah
dan kedelai merupakan contoh dikotil epigeal karena kotiledon terangkat ke atas
permukaan tanah. Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat dilihat bahwa
perkecambahan tidak tergantung pada jenis tanaman monokotil atau dikotil
melainkan letak kotiledon sehingga timbul jenis tanaman monokotil hipogeal dan
epigeal serta dikotil hipogeal dan epigeal. Kecepatan perkecambahan biji
dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam. Faktor dalam meliputi genetik biji,
persediaan cadangan makan, dan hormone. Sedangkan untuk faktor luar meliputi
temperature, kelembapan dan intensitas sinar matahari.

5.2 Saran
Jenis pertumbuhan tanaman sangat penting untuk dipelajari. Pengetahuan
jenis pertumbuhan tanaman dapat membantu untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dengan memperkirakan kedalaman tanah yang akan digunakan dalam
usaha budidaya tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan penyuluhan
kepada para petani agar dapat memperkirakan kedalaman tanah yang akan
digunakan dalam usaha tani di lahan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

E, Gbadamosi Alaban. 2011. Germination Biology of Picralima Nitida (Stapf)


Under Pretreatments. Biological Science, 3(1): 13-20.

Goldsworthy, Peter R., dan Fisher, N.M. 1984. Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropic. Terjemahan oleh Ir. Tohari, MSc. Phd. 1992. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Hossain, M.M., M.A.A. Khan, Md. T. Hosain, A.S.M.F. Bari, dan M.


Hasanuzzaman. 2013. Germination and Electrical Conductivity of Two
Species of Jute Seed as Affected by Different Sowing and Production
Methods. Agriculture and Crop Science, 6(12): 861-865.

Lesilolo, M.K., J. Riry, dan E.E. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Berada di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia, 2(1): 1-9.

Marthen, E. Kaya., dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan


Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes
falcataria L.). Agrologia, 2(1): 1-85.

Mundhra, A., dan N.D. Paria. 2009. Epigeal Cryptocotyly in Madhuca incica J.F.
Gmel. (Sapotaceae). Botany, 5(2): 200-202.

Narussintani, widya., damanhuri, dan S.L. Purnamaningsih. 2013. Perlakuan


Pematahan Dormansi Terhadap Daya Tumbuh Benih 3 Varietas Kacang
Tanah (Arachis hypogeae). Produksi Tanaman, 1 (1): 86-93.

Prihastanti, Erma. 2010. Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Semai Tanaman


Jarak Pagar (Jatropa curcas L.). Anatomi dan Fisiologi, 18(1): 49-56.

Saharan, BS., dan V Nehra. 2011. Plant Growth Promoting Rhizobacteria: A


Critical Review. Life Science and Medicine Research: 1-29.

Salisbury, Frank B., dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid 3. Terjemahan
oleh R. lukman dan Sumaryono. 1995. Bandung: penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai