Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN REMATOID ATRITIS

1. Pengertian
Artritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamannya adalah poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada
umumnya selain gejala artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non
artikular lainnya.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus
yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyababnya. Artritis
reumatoid kira-kira 2 ½ kali lebih sering menyerang perempuan daripada laki-
laki. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan.
Insedens puncak adalah antara usia 40 sampai 60 tahun

2. Etiologi
Penyebab AR sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor di
bawah ini diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis rheumatoid.
a. Faktor genetik dan lingkungan
Terdapat hubungan antara HLA-DW4 dengan AR seropositif yaitu
penderita mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
b. Hormon seks
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan
lebih banyak menderita penyakit ini dan biasanya sembuh sewaktu hamil.
c. Infeksi
Dugaan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara
mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga
bakteri, mikoplasma, atau virus.
d. Heat Shock Protein (HSP)
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk
oleh tubuh sebgai respons terhadap stres.
e. Radikal bebas
Contohnya radikal superokside dan lipid peroksidase yang merangsang
keluarnya prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri, peradangan dan
pembengkakan.
f. Umur
Penyakit ini terjdai pada usia 20-60 tahun, tetapi terbanyak antara umur
35-45 tahun.
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius,
disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut
persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama
pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis
reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan
memiliki hubungan pasti dengan genetik. Terdapat kaitan dengan penanda
genetik seperti HLA-DW4 (Human Leukocyte Antigens) dan HLA-DR5 pada
orang Kaukasia.

3. Patofisiologi
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kogen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.

4. Tanda dan gejala


a. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai dengan kaku dan pergerakan terbatas
 Lambat laun membengkak, panas , merah dan lemah
 Semua sendi bisa terserang , panggul, lutut m pergelangan tangan,
siku rahang dan bahu
b. Tanda dan geala sistemik
Lemah , demam tahcikardi. Berat badan menurun, anemia
5. Pemeriksaan Diagnostic
1) Tes serologi
 Bse positif
 Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rheumatoid factor, terjadi 50-90% penderita
2) Pemeriksaan radiologi
 Periarticuler osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit;ruang sendi menyempit, ub luksasi dan
ankilosis
3) Aspirasi sendi
 Cairan synovial menunjukkan adanya proses radang aseptic,
cairan dari sendi dukultur dan bisa diperiksa secara makroskopik
6. Penatalakanaan
Bila rheumatoid progresif dan menyebabkan kerusakan sendi pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi, pembedahan
dan diindikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah arthritis pada sendi tertetu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian
c. Arhrodesis , sering dilaksanakan pada lutu, tumit dan pergelangan tangan.
7. Diagnose Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh dengan arthritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostic , maka diagnose keperawatan
yang sering muncul, yaitu:
a. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh, sendi benkok,
deformitas
b. Nyeri b/d erubahan patologis oleh arthritis rheumatoid
c. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot , rasa nyeri
d. Gangguan aktifitas sehari-hari b/d terbatasnya gerakan
e. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
8. Gambaran Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer: termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat diserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu berkurang dari satu jam.
4. Artritis erosif; merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tei
tulang.
5. Deformitas; Kerusakan jaringan penunjang sendi meningkatdengan
pejalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metekarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yangsering dijumpai. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metersal yang timbul sekunder dari subluksasi
metetersal. Sendi-sendi yang besar juga dapa teserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
6. Nodul-nodulreumatoid: adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.
Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi dekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat
menyerangorgan-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-
paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat
anti inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
10. ANJURAN BAGI PENDERITA ARTRITIS RHEUMATOID
1. Makan sayuran (bayam, lobak, wortel, daun singkong, daun ubi jalar,
seledri)
2. Mengkonsumsi buah-buahan segar (tomat, kesemek, pepaya, mangga)
3. Tiga hari berturut-turut minumlah susu dan telur ayam kampung
setengah matang.
4. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang dingin.
5. Mandi berendam dengan air hangat.
6. Istirahat yang cukup.
7. Jangan sampai kedingingan
Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi semua penderita
rematik adalah sebagai berikut.
1. Minuman beralkohol, teh, kopi, coklat.
2. Mentega, telur ayam negeri, rempah-rempah yang pedas.
3. Kue-kue dari tepung dan gula putih.
4. Sayur kangkung, melinjo (daun dan buah), rebung dan daging.
 KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang
lain).
4. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi
makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
(keterlibatan TMJ).
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran
mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa
pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada
transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
7. Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
C. Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monsep diri yang positif
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan
keperluan pengobatan.
D. Tujuan Pemulangan
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai
kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
E. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri Akut/ Kronis
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Agen pencedera
2. Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi
3. Destruksi sendi.
b. Dapat dibuktikan oleh:
1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
2. Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus
3. Perilaku distraksi/ respons autonomic
4. Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi
c. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :
1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
4. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program kontrol nyeri.
d. Intervensi dan Rasional :
1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan keefektifan program
2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sendi
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran
pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
6. Berikan masase yang lembut
Rasional : Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping
8. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
9. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut.
6. Mobilitas Fisik, Kerusakan
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Deformitas skeletal
2. Nyeri
3. Ketidaknyamanan
4. Intoleransi aktivitas
5. Kenurunan kekuatan otot.
b. Dapat dibuktikan oleh :
1. Keengganan untuk mencoba bergerak / ketidakmampuan untuk
dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik
2. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi,
penurunan kekuatan otot / kontrol dan massa (tahap lanjut).
c. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:
1. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan
kontraktur.
2. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
3. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas
d. Intervensi dan Rasional:
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi
Rasional : Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika memungkinkan.
Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan
kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,
bebat, brace
Rasional : Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera)
dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional : Mencegah fleksi leher
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat
10. Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah
untuk mengurangi risiko imobilitas
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
7. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
2. Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
b. Dapat dibuktikan oleh :
1. Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
2. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu,
dan penampilan.
3. Perubahan pada gaya hidup / kemapuan fisik untuk melanjutkan
peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat
4. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
5. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
c. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
1. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
2. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

d. Intervensi dan Rasional :


1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
2. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang
terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien
dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
Rasional : Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri.
4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah
dan bermusuhan umum terjadi
5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
9. Berikan bantuan positif bila perlu.
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya
diri
10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Rasional : Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang /
ketidakmampuan
11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
Rasional : Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi
hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang
lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price, McCarty, WilsonLorraine. 2006. PATOFISIOLOGI


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2007. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta:


PENEBAR SWADAYA.

Gunadi, W. Rachmat, Et all. 2006. Diagnosis & Terapi Penyakit Reumatik.


Bandung: SAGUNG SETO.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sudoyo, Aru, Et all. 2006. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. JILID III,
EDISI IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Utomo, Prayogo. 2015. APRESIASI PENYAKIT PENGOBATAN SECARA


TRADISIONAL DAN MODERN. Jakarta: Penerbit RINEKA CIPTA.

Winoto, Pandi. 2003. Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PENERBIT


KANISIUS.

Anda mungkin juga menyukai