Pengertian Bullying
Istilah bullying sendiri menurut American Psychology Association pada tahun 2013 adalah
“a form of aggressive behavior in which someone intentionally and repeatedly causes another
person injury or discomfort. Bullying can take the form of physical contact, words or more subtle
actions.” yang berarti bullying merupakan bentuk perilaku yang agresif atau termasuk perilaku
agresi karena dilakukan secara berulang kali sehingga membuat orang lain merasakan
ketidaknyamanan. Bentuk bullying termasuk kontak fisik, kata-kata atau tindakan yang lebih
halus.
Perilaku bullying ialah penyalahgunaan kuasa yang dilakukan individu baik dalam konteks
psikologis maupun fisik yang terjadi berulang-ulang terhadap individu yang memiliki daya tahan
atau proses adaptasi yang lemah terhadap suatu kelompok (Yusuf & Fahrudin, 2012). Bullying
erat dikaitkan dengan perilaku agresi. Perilaku agresi sendiri menurut (Baron & Byrne,1994;
Brehm & Kassin,1993; Bringham,1991 dalam Suryanto, Bagus Ani Putra, Herdiana, & Nur Alfian,
2012) adalah perilaku yang dengan sengaja dimasudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara
fisik maupun psikisnya.
Data Objektif
a. Riwayat ditolak Isolasi sosial
b. Tidak ada kontak mata
c. Terlihat sedih
Kematian
2) Penentuan Masalah
Penjajakan Tahap 1
Menurut Zaidin (2009), penjajakan tahap 1 terdiri dari sebagai berikut.
1. Ancaman Kesehatan
Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat menyebabkan tejadinya penyakit, kecelakaan atau
kegagalan dalam pencapaian potensi kesehatan.
2. Kurang/Tidak Sehat
Kurang/tidak sehata dalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang meliputi keadaan sakit
apakah telah tediagnosa atau belum dan kegagalan tumbuh-kembang sesuai dengan kecepatan
yang normal.
3. Krisis
Krisis adalah kondisi yang telalu menuntut individu atau keluarga dalam hal penyusuaian dan
sumber daya luar batas kemampuan mereka. Kondisi krisis antara laian pernikahan, kehamilan,
persalinan, masa nifas, masa menjadi orang tua, penambahan anggota baru seperti bayi baru lahir
dan orang kost, abortus, masa anak masuk sekolah, masa remaja, kondisi kehilangan pekerjaan
kematian anggota keluarga, pindah rumah, kelahiran diluar pernikahan.
Penjajakan Tahap 2
Menurut Zaidin (2009) penjajakan tahap 2 berisi tentang pertanyaan tentang
ketidakmampuan keluarga melaksanakan tugas keluarga seperti berikut ini.
1. Ketidaksanggupan mengenal masalah disebabkan oleh:
a. Ketidaktahuan tentang fakta
b. Rasa takut tehadap akibat jika masalah diketahui
a) Sosial: dibenci oleh masyarakat, hilangnya penghargaan kawan dan tetangga.
b) Ekonomi yang kurang: dianggap orang miskin.
c) Fisik/Psikologis: kurang dipercaya bila ada kelemahan fisik/psikologis
c. Sikap dan falsafah hidup yang betentangan/tidak sesuai.
2. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat karena:
a. Tidak mengerti tentang sifat, berat, dan luasnya masalah
b. Masalah tidak begitu menonjol
c. Rasa takut dan menyerahakibat tidak dapat memecahkan masalah sehingga ditangani sedikit demi
sedikit.
d. Kurang pengetahuan mengenai berbagai jalan keluar yang dapat digunakan.
e. Tidak sanggup memilih tindakan di antara beberapa pilihan.
f. Pertentangan pendapat antar anggota keluarga tentang pemilihan, masalah dan tindakan.
g. Tidka tahu tentang fasilitas kesehtan yang tesedia.
h. Rasa takut akibat tindakan yang bekaitan dengan sosial, ekonomi, fisik, dan psikologis.
i. Sikap negative terhadap masalah kesehatan sehingga tidak sanggu menggunakan akal untuk
mengambil keputusan.
j. Fasilitas kesehatan tidak tejangkau dalam hal fisik (lokasi) dan biaya.
k. Kurang kepercayaan/keyakinan tehadap tenaga/institusi kesehatan.
l. Kesalahan persepsi akibat pemberian informasi yang salah.
3. Ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga karena :
a. Tidak mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis, dan perawatan),
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Tidak mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
d. Kurang pengetahuan dan keteampilan dalam melakukan prosedur perawatan/pengobatan.
e. Ketidakseimbangan sumber-sumber yang ada pada keluarga untuk perawatan dalam hal:
a) Anggota keluarga yang bertanggung jawab
b) Sumbe keuangan/finansial
c) Fasilitas fisik (ruang untuk orang sakit)
f. Sikap negatif kepada yanag sakit
g. Adanya konflik individu
h. Sikap/pandangan hidup.
i. Peilaku mementingkan diri sendiri
4. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah bisa mempengaruhi kesehatan dan
pengembangan pribadi anggota keluarga karena:
a. Sumbe-sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup.
a) Keuangan
b) Tanggungjawab/wewenag anggota keluarga
c) Fisik (isi rumah yang tidak teatur)-sempit
b. Kurang dapat memelihara keuntungan/manfaat memelihara lingkungan di masa yang akan datang.
c. Ketidaktahuan tentang pentingnya higine sanitasi
d. Adanya konflik personal/psikologis
a) Krisis identitas, ketidaktepatan eran
b) Rasa iri
c) Rasa bersalah/tersiksa
e. Ketidak tahuan tentang usaha pengcegahan penyakit
f. Pandangan hidup
g. Ketidak kompakan keluarga
a) Sifat mementingkan diri sendiri
b) Tidak ada kesepakatan
c) Acuh terhadap anggota keluarga yang mengalami krisis
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat untuk memelihara kesehatan, karena:
a. Tidak tahu atau tidak sadar bahwa fasilitas kesehtan tesedia
b. Tidak memahami keuntungan yang dapat dipeoleh dari fasilitas kesehatan
c. Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehtan
d. Pengalaman yang kurang baik tentang petugas kesehatan.
e. Rasa takut tehadap akibat tindakan (tindkan pencegahan, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi)
a) Fisik/psikologis
b) Keuangan
c) Sosial, seperti hilangnya penghargaan dari kawan dan orang lain.
f. Fasilitas yang diperlukan tidak tejangkau dalam hal ongkos dan lokasi.
g. Tidak ada fasilitas yang diperlukan
h. Tidak ada atau kurangnya sumber daya keluarga
a) Tenaga seperti penjaga anak
b) Uang untuk ongkos obat
i. Rasa asing atau adanya sokongan dari tipologi masalah keperawatan.
j. Sikap/falsafah hidup.
4. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
Harga diri rendah NOC 1. Self-Esteem Enhancement
berhubungan Self – Esteem a. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
dengan riwayat Self – Esteem: Chronic Low b. Dukung (melakukan) kontak mata saat
penolakan Setelah dilakukan tindakan berkomunikasi dengan orang lain
keperawatan selama ….x24 jam c. Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan
harga diri pasien meningkat, afirmasi positif melalui pembicaraan pada diri sendiri
dengan kriteria hasil: dan secara verbal terhadap diri setiap hari
1. verbalisasi penerimaan diri d. Berikan pengalaman yang akan meningkatkan
otonomi pasien dengan tepat
2. penerimaan keterbatasan diri e. Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien
3. tingkat percaya diri naik dalam mengatasi situasi
f. Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam
rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi
g. Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan
pasien dalam mencapai tujuan
h. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri
i. Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat
5. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi TTD
1 Harga diri rendah Senin, 6 Nov1. Meningkatan harga diri
2017 pukul
08.00
6. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Harga Diri Rendah S : Klien Mengatakan tidak percaya diri dengan hasil karyanya
O : tidak dapat mau memberikan tauakan hasil karya nya kepada orang
lain (anggota keluarganya)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku bullying ialah penyalahgunaan kuasa yang dilakukan individu baik dalam konteks
psikologis maupun fisik yang terjadi berulang-ulang terhadap individu yang memiliki daya tahan
atau proses adaptasi yang lemah terhadap suatu kelompok (Yusuf & Fahrudin, 2012).
Perilaku atau perbuatan bullying yang terjadi di kalangan remaja memiliki bentuk yang
beragam antara lain bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional dan bullying elektronik.
Bullying fisik adalah perilaku yang dengan sengaja menyakiti atau melukai fisik orang lain,
bullying verbal adalah perilaku yang dilakukan dengan mengucapkan perkataan yang menyakiti
atau menghina orang lain, bullying relasional adalah perilaku yang mengucilkan atau
mengintimidasi orang lain dalam pergaulan, sedangkan bullying elektronik adalah perilaku yang
menyakiti orang lain dengan menggunakan jejaring sosial (Budiarti, 2013).
Berdasarkan analisis asuhan keperawan dapat didiagnosa beberapa alasan seseorang
terkena bullying antara lain :
1) Harga diri rendah berhubungan dengan riwayat penolakan
2) Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental
3) Resiko bunuh diri berhubungan dengan kekerasan psikis
Berdasarkan hal tersebut maka hal-hal yang harus dilakukan antara lain :
1) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
2) Dukung (melakukan) kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
3) Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif melalui pembicaraan pada diri
sendiri dan secara verbal terhadap diri setiap hari
4) Berikan pengalaman yang akan meningkatkan otonomi pasien dengan tepat
5) Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien dalam mengatasi situasi
6) Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi
7) Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan
8) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan harga diri
9) Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat
B. Saran
Dari berbagai kasus yang terjadi maka, diperlukan penanggulangan maupun pencegahan
agar anak tidak menjadi pelaku bullying dengan menghimbau para orang tua atau wali dari anak
untuk mengembangkan kecerdasaan emosional anak sejak kecil. Pendidikan untuk memiliki rasa
empati, menghargai orang lain dan memberikan penyadaran pada anak tentang peran dirinya
sebagai mahluk sosial yang memerlukan orang lain dalam kehidupannya.
Dalam mengatasi dan mencegah bullying diperlukan aturan yang bersifat menyeluruh yang
mengikat antara guru dan muridnya, dari kepala sekolah hingga wali murid/orang tua, kerjasama
antara guru, orang tua dan masyarakat atau pihak yang berwenang seperti polisi, apparat hukum
dan sebagainya sangan dibutuhkan untuk mengatasi persoalan bullying di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA