Anda di halaman 1dari 5

ECT

A. Definisi ECT
ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia
Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta
orang didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas
antara 2-3 kali seminggu. Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan
untuk menimbulkan kejang gran mal secara artificial dengan
melewatkanaliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau
dua temples.
Terapi Kejang Listrik adalah suatu terapi dalam ilmu psikiatri yang
dilakukan dengan cara mengalirkan listrik melalui suatu elekktroda yang
ditempelkan di kepala penerita sehingga menimbulkan serangan kejang
umum.
Sampai saat ini mekanisme TKL belum diketahui, hanya konvulsi
umum yang dapat menimbulkan hasil pengobatan yang diinginkan.
Berbagai teori menjelaskan tentang efek atas sintesis protein dan
permeabilitas membrane otak. Nilai ambang konvulsi beralianan pada
berbagai penderita, lebih tinggi pada wanita dan pada usia yang lebih
lanjut. Nila ambang konvulsi juga menjadi lebih tinggi sesudah konvulsi
pertama. Aktivitas lambat EEG meningkat setelah TKL dan paling kurang
menetap selama 2 bulan setelah itu. Beberapa kali TKL dalam tikus
menyebabkan perubahan sensitivitas reseptor pasca sinap terhadap
monoamine, sehingga TKL bisa mempotensiasi kerja 5-HT dan transmiter
noradrenalin.

B. Tujuan
1. Mengembalikan fungsi mental klien
2. Meningkatkan ADLs klien secara periodik

C. Indikasi
1. Depresi mayor
a. Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham
somatic, waham bersalah, tidak ada perhatian lagi terhadap
dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang
berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap
b. Klien depresi ringan adanya riwayat responsif /
memberikan respon membaik pada ECT
c. KLien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan
2. Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi yang lain berbahaya bagi klien
3. Skizofrenia
a. Terutama yang akut. gejala positif yang nyata, katatania,
atau denga gejala afektif
b. ECT tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada episode skizofrenia yang terpisah dan
sudah lama tak kambuh
4. Lain-lain
a. Psikosis episodic
b. Psikosis atipikal
c. Gangguan obsesif kompulsif
d. Delirium
e. Beberapa gangguan medik, seperti neuroleptic malignant
syndrome, kipopituarisme, gangguan epilepsy yang tidak
responsif dengan terapi lain.

D. Kontra Indikasi
Hampir semua kontraindikasi tidaklah terhadap aliran listrik itu
sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Komvulsi itu berat buat
sistema kardiovaskuler dan tulang belulang. Jadi dekompensasi jantung
dan anerisma aorta serta penyakit tulang dengan bahaya fraktura
merupakan kontraindikasi untuk ECT, tetapi boleh diberi saja bila dipakai
suntikan obat pelemas otot sehingga tidak terjadi konvulsi. Konvulsi
mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk mempertinggi
premeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sidikit. Hal dapat
menjadi fatal pada tumor otak yang memang sudah menyebabkan edema
serebri dan tekanan intra karanial yang meninggi karena terjadinya
inkarserasio(terjepitnya batang otsk atau bagian otak lain). Umur dan
kehamilan bukan merupakan kontraindikasi akan tetapi harus diingat
bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya anak didalam
rahim dapat saja terganggu bila ibu itu mengalami hipoksia karena apnea
sesudah konvulsi. Sebaiknya bila dapat pasien itu disuruh menarik nafas
panjang (hiperfentilasi) selama 1 – 2 menit sebelum ECT agar terkumpul
O2 sehingga hipoksia tidak menjadi berat. Suatu hal yang lain ialah bahwa
biarpun dengan ECT terjadinya abortus atau partus sebelum waktunya
tidak lebih banyak dari pada tanpa ECT, bila hal itu terjadi sesudah ECT
kita dapat saja di persalahkan oleh pasien atau keluarganya. Bila ada
tuberkulosis pulmonum, thrombosa koroner, hipertensi atau gangguan
yang lain pada sisitema kardiovaskuler kita harus mempertimbamgkan
keadaan setiap penderita masing – masing dengan mengingat beratnya
penyakit badan itu, tapi juga kerasnya penyakit jiwa yang dapat
memberatkan penyakit badan bila penderita terus gelisah saja.

E. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja elektro convulsive therapy (ECT) yang
sebenarnya tidak diketahui, tapi diperkiarakan bahwa ECT menghasilkan
perubahan-perubahan kimia dan faal di dalam otak. Jadi bukan kejang
yang ditampilkan secara motorik melainkan respon bangkitan listrik di
otak.
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke
tubuh sehingga penderita menerima aliran yang terputus – putus. Alatnya
dinamakan konvulsator, di dalamnya ada pengatur voltase (tekanan listrik)
dan pengatur waktu yang secara otomatis memutuskan aliran listrik yag
keluar sesudah waktu yang ditetapkan. Setelah aliran listrik yang masuk
dikepalanya, pasien menjadi tidak sadar seketika. Konvulsi terjadi mirip
epilepsy, diikuti fase kloni, kemudian relaksasi otot dengan pernapasan
dalam dan keras. Kemudian tidak sadar (kurang lebih 5 menit) dan setelah
bangun kemudian timbul rasa kantuk, kemudian pasien tertidur.

F. Efek Samping
Adapun efek samping yang terjadi pada klien yang dilakukan terapi ECT
adalah :
1. Efek mortalitas
Angka kematian dengan ECT kira-kira 1/1000 sampai 1/10.000 .
Biasanya akibat komplikasi kardiovaskuler dan sering terjadi pada
klien yang memang sebelumnya sudah mempunyai kelainan
kardiovaskuler.
2. Efek Susunan Saraf Pusat (SSP)
Berupa kebingungan akut dan kehilangan memori, biasanya daya
ingat akan kembali normal dalam waktu 1 sampai dengan 6 bulan
3. Efek sistemik
a. Kadang terjadi aritmia jantung ringan, biasanya merupakan
produk sampingan dari bradikardi pasca kejang dan
karenanya dapat dicegah dengan menambahkan dosis
premedikasi antikolinergik, dapat juga sekuneder terhadap
takikardi yang muncul pada saat kejang.
b. Apnea berkepanjangan
c. Resiko toksik atau alergi terhadap obat-obatan yang
digunakan dalam prosedur ECT

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta : Trans Info Media
Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama
www.google.com/.../anonim/ECT/

Anda mungkin juga menyukai