PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis usaha dan model pertanian dari sistem usaha tani
campuran ?
2. Bagaimana analisis usaha dan model dari sistem produksi tanaman –
ternak?
3. Bagaimana analisis usaha dan model dari sistem pertanian tekno-ekologis
(di Ekosistem Lahan Sawah) ?
4. Bagaimana analisis usaha dan model dari sitem pertanian tekno-ekologis
(di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak) ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan analisa tentang model sistem usaha tani campuran.
2. Menjelaskan analisa tentang model sistem usaha produksi tanaman –
ternak .
3. Menjelaskan analisa tentang model sistem usaha pertanian tekno-
ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah).
4. Menjelaskan analisa tentang model model sistem pertanian tekno-
ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak).
1.4 Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan pembaca lebih memahami tentang sistem
pertanian terpadu sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan dan
dapat menganalisis usaha pertanian yang diintegrasikan dengan ternak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
perawatan yang mudah, meminimalkan risiko kegagalan panen, penghematan
dalam penggunaan fasilitas produksi dan mampu meningkatkan efisiensi
penggunaan lahan, tenaga kerja, maupun penyerapan sinar matahari (Swan,2014).
4
Disamping keuntungan ada juga kerugiannya. Pada umumnya, kerugian
yang dihadapi petani yang menerapkan sistem usahatani tanaman-ternak adalah
berkurangnya alokasi waktu untuk ternak sebagai akibat dari semakin intensifnya
pengelolaan tanaman pangan, sehingga kualitas pemeliharaan ternak berkurang.
Dalam tahap lebih lanjut, petani memandang ternak hanya sekedar tabungan,
bukan aset produksi. (Prawiradiptra, 2009)
Sistem tanam padi yang biasa diterapkan petani adalah sistem tanam tegel
dengan jarak 20 X 20 cm atau lebih rapat lagi. Namun, saat ini telah
dikembangkan sistem penanaman yang baru yaitu sistem jajar legowo. Jajar
legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan
dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo
diambil dari Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti
luas dan dowo berarti memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah
pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh
sebagai tanaman pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih
tinggi daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar
barisan dapat dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa
kelebihan yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses
fotosintesis, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam
padi sistem legowo juga meningkatkan populasi tanaman. ( Anggraeni dkk.,
2013).
5
Metode emergy diterapkan untuk mengevaluasi empat sistem pertanian di
daerah Weishan yaitu perkebunan jagung, pemeliharaan bebek, dan budidaya
jamur umum dan budidaya ikan tambak semi-alami ekstensif, untuk menjelaskan
pada manfaat potensial dari penggunaan dan saran sumber daya yang efektif di
masa depan strategi pengembangan yang tepat berkaitan dengan keberlanjutan
diversifikasi pertanian. Selain itu, indikator ekonomi tradisional juga disajikan
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang ekonomi kinerja dari empat
sistem pertanian. Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah: (1) untuk
membandingkan produksi pertanian yang berbeda sistem di wilayah Weishan
berkaitan dengan penggunaan sumber daya mereka, produktivitas, dampak
lingkungan, serta kinerja ekonomi; (2) untuk memahami faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi lokal pilihan petani terkait dengan diversifikasi pertanian; (3)
untuk memeriksa implikasi kebijakan untuk mencapai pertanian yang sukses
pengembangan diversifikasi. (Zhang et al., 2012).
6
Penyusunan tekno-ekologis yang sistematis dimulai dengan gambaran
situasi iklim yang semakin memprihatinkan akibat pemanasan global yang di
akibatkan oleh tangan manusia. Maka dari itu model pertanian tekno-ekologi
bertujuan membentuk pertanian yang lebih produktif, efisien, dan berkualitas
dengan risiko yang lebih kecil sekaligus ramah lingkungan. (Fatemi, M. And
Kurosh, R.M. 2019)
Ada beberapa penerapan model pertanian tekno-ekologis yang bisa
diterapkan di Indonesia, yaitu model pertanian tekno-ekologis di lahan kering
beriklim kering, tekno-ekologis di ekosistem kawasan sawah, tekno-ekologis di
ekosistem kawasan urban, tekno-ekologis di sistem pantai, tekno-ekologis di
sitem perkebunan. Model pertanian ini semakin relevan ketika pembangunan
pertanian dihadapkan pada persoalan besar, yakni adanya perubahan iklim yang
radikal akibat kerusakan lingkungan dan luas lahan garapan petani yang makin
sempit sebagai efek pertumbuhan penduduk dan konversi tahan pertanian. (Fortes,
P. And Sara, P. 2018)
Model pertanian ini semakin relevan ketika dilakukan inovasi dan studi
kasus aplikasinya, misalnya pemanfaatan perkebunan sebagai sumber pakan
murah. Selain itu, diharapkan setiap pelaku pertanian dan semua lapisan
masyarakat memiliki kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam
secara ramah melalui pendekatan sistem tekno-ekologis. Pasalnya, disinyalir
kegiatan pertanian dituding berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah
kaca. (Mayulu, H., dkk. 2010)
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
memanfaatkan lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu
rapat akan mengakibatkan kompetisi antar tanaman dalam hal memperoleh
cahaya matahari, air dan unsur hara . Akibatnya, pertumbuhan tanaman
terhambat dan hasil rendah. Hal ini sebanding dengan (Lorina 2015) yang
menyatakan bahwa Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan
masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk
memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi.
9
3.1.3 Analisis Usaha
Kesimpulan :
10
Mak Liatin, alamat dari Mak Liatin terletak di Desa Petung Sewu RT/RW
006/002 Kecamatan Dau. Mak Liatin memiliki lahan seluas 900 m² yang
berada kurang lebih 4 kilo meter dari rumahnya tepatnya di dekat peewek.
Dalam lahan tersebut terdapat tanaman Rumput gajah dan Tanaman jagung
yang ditanam secara berdampingan dalam satu lahan tersebut. Mak Liatin
juga memelihara 6 ekor sapi perah, dimana kandangnya terletak di belakang
rumahnya.
3.2.2 Pembahasan
11
padat penduduk dan terancam erosi, dengan kunci menemukan pakan ternak
dari beragam limbah pertanian dan sumberdaya tanaman tahunan, tentunya
bukan untuk mengganti pakan konvensional, melainkan untuk memperkuat
ketahanan pangan dalam ekosistem lahan kering.
12
3.2.3 Analisis Usaha
Kesimpulan :
13
Tabel 5. Biaya Pengeluaran Pengeluaran Peternakan Sapi Perah
Kesimpulan :
14
Gambar 3. Lahan Pertanian Tekno-Ekologis milik Bapak Hari Slamet
15
varietas yang memiliki jumlah anakan relative lebih banyak atau lahan yang
subur dapat digunakan jarak tanam yang lebih longgar dan pada jarak tanam
ini total populasi per satuan lebih luas. Hal tersebut sesuai dengan (
Anggraeni dkk. 2013) yang menyatakan bahwa sistem tanam padi yang biasa
diterapkan petani adalah sistem tanam tegel dengan jarak 20 X 20 cm atau
lebih rapat lagi. Namun, saat ini telah dikembangkan sistem penanaman yang
baru yaitu sistem jajar legowo. Jajar legowo merupakan perubahan teknologi
jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah
berkembang di masyarakat. Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa,
Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti
memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi
pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman
pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi
daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar
barisan dapat dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki
beberapa kelebihan yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak
untuk proses fotosintesis, pemupukan dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong.
Selain itu, cara tanam padi sistem legowo juga meningkatkan populasi
tanaman.
16
unsur dari tanah yang digunakan untuk menanam padi. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Aryanti dkk., 2014) yang menyatakan bahwa konsep sistem padi
terintegrasi bidang perikanan dan peternakan merupakan konsep yang
mengoptimalkan fungsi ekosistem lahan dalam upaya perbaikan kualitas
tanah dan penganggulangan OPT tanpa menggunakan bahan kimia.
Harga
Nama Satuan Penjualan Dalam
NO Jumlah Panen Jumlah (Rp)
Komoditas Pembelian 1 Tahun (Rp)
(Rp)
1 Padi 1 ton 3.600 3.600.000 10.800.000
Total Penjualan (Rp) 10.800.000
17
Keuntungan 1 tahun = Total Penjualan dalam 1 tahun – Total Pengeluaran
dalam 1 tahun
= Rp. 8.976.000
Nama
No Harga Beli (Rp) Kuantitas Jumlah
Komoditas
Nama
No Harga Beli (Rp) Kuantitas Jumlah
Komoditas
18
1 Domba 1.700.000 10 ekor 17.000.000
Pakan
2 - 4 ikat -
Ternak
3 Konsentrat 4.300/kg 50 kg 215.000
19
3.4.2 Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil survei di lapangan pekerjaan bertani dan
bertenak merupakan sumber penghasilan keluarga. Lahan perkebunan mulai
berkembang sedikit demi sedikit dari model tradisional menuju model
modern. Hal ini di dukung oleh Anugrah, I.S., dkk. (2014) menyatakan,
selain menjadi sumber pendapatan keluarga, pola ini dipandang dapat
memberikan berbagai dampak pada program pengembangan usaha lainnya
yang lebih luas.
Berdasarkan hasil survei di lapangan selain bertani pemilik lahan
juga berkerja sebagai peternak, dimana pemilik lahan ingin memanfaatkan
lahan yang ada untuk berternak juga guna menambah ekonomi keluaga.
Lahan Ibu Junik juga mulai menerapkan model teknologi modern untuk
lahan perkebunannya maupun alat untuk pakan ternaknya. Hal ini didukung
oleh Fauzan, M.F. dan Akhmad, A.H. (2013) menyatakan, penambahan
fasilitas peternakan dalam perancangan Kebun Percobaan Sindang Barang
dilakukan untuk mewujudkan konsep pertanian tekno-ekologis. Pertanian
tekno-ekologis merupakan perpaduan antara pertanian berbasis ekologis dan
pertanian berbasis teknologi.
Berdasarkan hasil survei di lapangan menurut pemilik lahan Ibu
Junik model tekno-ekologis ini lebih baik digunakan pada lahan saat ini,
karena memiliki tingkat produktifitas tinggi serta efisien bagi yang
menerapkannya. Hal ini didukung oleh Fatemi, M. And Kurosh, R.M.
(2019) menyatakan, model pertanian tekno-ekologi membentuk pertanian
yang lebih produktif, efisien, dan berkualitas dengan risiko yang lebih kecil
sekaligus ramah lingkungan.
Berdasarkan hasil survei di lapangan dengan adanya teknologi
modern maka meodel pertanian ini sangat di rekomendasikan melihat dari
perubahan iklim saat ini yang tidak menentu dan banyak lahan pertanian
serta perkebunan yang semakin sempit akibat pembangunan yang tidak
tertata dengan benar. Hal ini di dukung oleh Fortes, P. And Sara, P. (2018)
menyatakan, model pertanian ini semakin relevan ketika pembangunan
pertanian dihadapkan pada persoalan besar, yakni adanya perubahan iklim
20
yang radikal akibat kerusakan lingkungan dan luas lahan garapan petani
yang makin sempit sebagai efek pertumbuhan penduduk dan konversi tahan
pertanian
Berdasarkan hasil survei di lapangan pengaplikasian model ini akan
berjalan baik apabila dilaksanakan dengan baik dan menggunakan teknologi
yang mendukung agar menghasilkan lahan yang mendukung pakan ternak
serta untuk nilai ekonomis yang lainnya. Hal ini di dukung oleh Mayulu, H.,
dkk. (2010) menyatakan, model pertanian ini semakin relevan ketika
dilakukan inovasi dan studi kasus aplikasinya, misalnya pemanfaatan
perkebunan sebagai sumber pakan murah.
3.4.3 Analisis Usaha
Tabel 12. Biaya Pengeluaran Pertanian
2 Kolonjono - - - -
21
1 Jeruk 250 10.000/kg Rp. Rp. 5.000.000
kg/panen 2.500.000
2 Kolonjono 300 kg - - -
Kesimpulan :
Jadi, dengan biaya pengeluaran sebesar Rp. 470.000 dan pendapatan sebesar
Rp. 5.000.000 diperoleh laba sebesar Rp. 4.530.000
22
Keuntungan dalam 1 Tahun = Total Penjualan dalam 1 Tahun – Total
Pengeluaran dalam 1 Tahun
Kesimpulan :
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ibu Junik Ati menerapkan pola pertanian campuran dengan
membudidayakan tanaman jagung dan kacang tanah dalam satu lahan dengan
lahan seluas 300 m2 membutuhkan biaya produksi Rp. 850.000 ,dan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2.010.000
Ibu Mak Liatin menerapkan pola pertanian integrasi tanaman dan ternak
dengan membudidayakan tebu dan rumput gajah dalam satu lahan, dan
memelihara 6 ekor sapi perah, dengan lahan seluas 900 m2 membutuhkan biaya
produksi sebesar Rp. 882.000 dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
19.000.000per tahun.
4.2 Saran
Untuk petani lebih untuk menggunakan teknologi yang lebih modern yang
dapat meningkatkan kualitas dan hasil produksi. Serta petani diharapkan dapat
menerapkan system mix farming guna untuk meningkatkan hasil produksi dengan
memaksimalkan lahan tanpa adanya perluasan lahan yang membutuhkan
dana/biaya yang besar. Dengan memankanfaat sistem pertanian terpadu dan
teknologi modern akan lebih membantu petani untuk lebih memaksimalkan
pendapatannya juga.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013. Sistem Tanaman dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Vol. 1(2)
: 52 – 60.
25
Pembangunan Peternakan Masa Depan Melalui Pendekatan ECO-
FARMING. ISPI : Sulawesi Selatan.
Siswati, Latifa. 2010. Pola Pertanian Ternak dan Tanaman Hortikultura di kota
Pekanbaru. Jurnal Peternakan. Vol. 1(1): 1-7.
Supartha, I.N.Y., G. Wijaya, dan G.M. Adnyana. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk
Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. Vol. 1(2) : 98 – 106.
Swan,A.D.,Peoples,M.B.,Hayes,R.C.,Li,G.D.,Casburn,G.R,,McCormick,J.I, and
Dear,B.S.2014. Farmer experience with perennial pastures in the mixed
farming areas of southern New South Wales: on-farm participatory
research investigating pasture establishment with cover-cropping. Crop &
Pasture Science. Vol 65: 973–987
Thornton.P and Mario Herrero.2015. Adapting to climate change in the mixed
crop and livestock farming systems in sub-Saharan Africa. NATURE
CLIMATE CHANGE VOL 5:830-836
Wahyuni.P,Nunun.B,Titiek.I. 2017 .Respon Pertumbuhan Dan Hasil Jagung
Manis (Zea mays L.saccharata) Dalam Sistem tumpangsari Dengan Kacang
Hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Produksi Tanaman.Vol 5(8):1308-1315
Zhang, L.X., B. Song, and B. Chen. 2012. Emergy-based analysis of four farming
systems: Insight into agricultural diversification in rural China. Journal of
Cleaner Production. Vol. 28(1) : 33 – 34.
26
LAMPIRAN
27