Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTEK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG JIMBARAN RS SUMBER KASIH CIREBON

Disusun Oleh :
1. Yayah Ropiyawati ( Npm : 419.J.0020 )
2. Nurpaijah ( Npm : 419.J.0021 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul ’’Laporan Praktek Klinik Manajemen Keperawatan di Ruang Jimbaran
RS Sumber Kasih Cirebon Tahun 2019’’.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Mahardika Cirebon.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Hj. Yani Kamasturyani, SKM, MH.Kes, selaku Ketua STIKes Mahardika Cirebon.
2. dr. Lucia Dewi Puspitasari, M.M selaku Direktur Rumah sakit Sumber Kasih
Cirebon.
3. H. Muadi selaku Ketua Program Studi Peofesi Ners STIKes Mahardika Cirebon
4. Dewi Komalasari, S Kep Ners selaku CI ruang Jimbaran Rumah Sakit Sumber
Kasih Cirebon.
5. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.
Amin...

Cirebon, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ 0
Daftar Isi......................................................................................................... 0
Daftar Tabel.................................................................................................... 0
Daftar Gambar................................................................................................ 0
Daftar Lampiran.............................................................................................. 0

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 0


1.1 Latar Belakang........................................................................ 0
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................... 0
1.3 Manfaat Penulisan................................................................... 0
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................. 0

BAB II PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN


2.1 Konsep Manajemen Keperawatan........................................... 0
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan Di Ruang Perawatan Bedah. 0

BAB III KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMAN KEPERAWATAN.. 0


3.1 Analisa Situasi Ruangan.......................................................... 0
3.2 Analisa SWOT........................................................................ 0
3.3 Rumusan dan Prioritas Masalah.............................................. 0

BAB IV PLANNING OF ACTION ............................................................ 0

BAB V PEMBAHASAN............................................................................ 0

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 0

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. (Wiwiek, 2008)
Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang
professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif
klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum
merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada
manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999).
Sedangkan menurut Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu
proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan
antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global
bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik. (Arwani, 2002)
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan,
asuhan keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan
asuhan keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan
merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesional yang menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberihan
asuhan keperawatan dan akuntabilitas. (Nursalam, 2002)
Ruang Jimbaran RS Sumber Kasih dalam pengelolaan asuhan
keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan keperawatan
dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi dan kooperatif
dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh lengkap
terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan
keterampilan manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi
kepemimpinan dan manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung
di lapangan. Mahasiswa Program Profesi Ners, Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika
Cirebon melakukan praktek Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
di Ruang Jimbaran RS Sumber Kasih dengan arahan pembimbing klinik dan
pembimbing akademik.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman
keperawatan di Ruang Jimbaran RS Sumber Kasih mahasiswa mampu
melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar
secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
profesional.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman
keperawatan selama 2 minggu di Ruang Jimbaran RS Sumber Kasih
Cirebon mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsur input, unsur proses dan unsur output.
2. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur pada unsur input,
unsur proses dan unsur output.
3. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
4. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang
sudah disusun.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program
profesi ners dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen
keperawatan secara langsung.
1.3.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Jimbaran
RS Sumber Kasih untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan yang mangacu kepada model praktek keperawatan
profesional (MPKP).

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN
BAB III KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Situasi Ruangan
3.2 Analisa SWOT
3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah
BAB IV PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


A. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi. (Grant & Massey, 1999)
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas. (Fayol
dalam bukunya Russel, 2000)
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1985)

B. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan
keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan
keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang
berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang
sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng
jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun
non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria:
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap
dalam proses keperawatan, yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan
mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas
masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien
stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk
mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas
masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang
mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena
suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat
dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
 Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
 Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada
dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian
yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi Pada Sumber
(Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam
menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya
masing-masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian
sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit
dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada pada format
yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,
masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang
tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,
dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka
atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil
berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral
proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
2. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat
diperluakan oleh seorang perawat.
C. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai
dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan
kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT HASIL/OUTPUT
PROSES

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perenca Pengatur Pengelolaan Kepemimpin Pengawas Pengemba


Peralatan
Data naan an Pegawai an an ngan Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
 Pasien  Standar Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pegawai  Kebijakan  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Sumber-  Budget jabatan / pegawai  Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
 Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan kerja
pekerjaan  Pengurangan konflik  Komputer
 Kerja Tim / absen  Komunikasi dan sistem
kelompok  Pengurangan sistem analisis
pindah transaksional
 Pengembangan
pegawai
Sumber : Gillies, 1985
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi

Pengkajian Evaluasi

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber : Gillies, 1985


D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum
yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara
efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.
Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak
direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas
kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan
lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi,
manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur
formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode
penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke
II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis
intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan
pada beberapa alasan yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim,
2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu :
kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang
baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus
motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di
dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai
angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori
pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah
dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di
dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta
memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori.
Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi
mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing sistem
membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien
yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga,
yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan


Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Σ Minimal care Partial care Total care


klien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-
tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan
untuk melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah
penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam
sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau
divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu
pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan
berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah
kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /
libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua
hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-
masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru
bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir
sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa
kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini
dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai
dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
(Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur
kerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau penyimpangan
diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap
staf
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan
sesuai yang diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling
tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan di Ruang Penyakit dalam


A. Pengertian
Ruang rawat inap penyakit dalam adalah merupakan ruangan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik
laki-laki maupun perempuan yang berhubungan dengan berbagai penyakit
dan masalah kesehatan yang memengaruhi organ-organ bagian dalam.

B. Tujuan dan Prinsip Keperawatan


1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional
2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan
tenaga kesehatan lain.
C. Lingkup Garapan
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Maka lingkup garapan keperawatan penyakit dalam
meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
yang terjadi akibat berbagai penyakit dan masalah kesehatan yang
memengaruhi organ-organ bagian dalam.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara
status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.

D. Perencanaan Pasien Pulang


Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari pelayanan
klien dan keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini
merupakan suatu bentuk kerjasama antara tim kesehatan, klien maupun
orang yang penting bagi klien yang dimulai pada tahap pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Carpenito, 1993)
Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di masyarakat
setelah pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta keluarga
tentang penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan perawatan sehari-
hari, pemberian nutrisi yang tepat, semua bertujuan untuk
mempertahankan status kesehatan klien setelah di rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun
psikologis bila terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)
Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
a. Perawat mengkaji keadaan umum klien
b. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
c. Perawat mengkaji status sosial klien
d. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
e. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
f. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit klien terutama perawatan luka di rumah.
2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai
dengan kondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian
penyakit, tanda dan gejala, cara penanganan, obat-obatan, diet.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan
gejala penyakit dan penanganan penyakit.
b. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi
serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.
c. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.
E. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam secara keseluruhan
mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan kamar
mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse station berada di
tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan, kamar mandi, ruang
peralatan, kamar mandi perawat.
b. Letak
Berada di lantai 3 Jauh dari tempat keramaian seperti kantin.
suasana aman dan nyaman.
c. Posisi
Dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan,
sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai
dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu
pleksibel dan dapat dilalui brankar, bersih, letak terjangkau oleh
pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side rails,
fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling, perlak,
stik laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas kaki, handuk,
sarung buli-buli dan O2, sarung gorden.
b. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop, termometer.
c. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight,
midline.
d. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
e. Emergency trollY
f. O2 dan manometer
g. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon, H2O2,
Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa,
plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-
obatan.
h. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari, lampu, alat makan, gayung, tempat sampah, kapstok
pakaian, keset, telephone, white board.
i. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku tulis,
lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian,
implementasi, resume pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu
nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).
F. Lingkungan Non Fisik
1. Hubungan perawat – klien
a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat dan
klien.
2. Hubungan perawat – perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku
ronde dan white board.
g. Mempunyai protap timbang terima
3. Hubungan perawat – profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah
tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut
penyesuaian diri yang positif sehat dari para karyawan terhadap kondisi
dan situasi kerja termasuk didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik
dan kondisi psikologis. (Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Anoraga
(2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan jenis
kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan,
rekreasi dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan,
atasan, maupun antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya,
sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya pekerjaan, pengaturan
waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu,
penerangan, kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran gaji,
jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,
promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam
sebuah organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir
dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai
kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas yang tinggi.
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN

3.1 Analisa Situasi Ruangan


A. Man
1. Pasien
Ruang Jimbaran adalah ruang rawat inap untuk pasien dengan kasus
penyakit dalam yang terdiri dari ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan ruang
VIP dengan kapasitas ----------------------------- tempat tidur.
a. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Nusa Indah

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruang Jimbaran


Periode Bulan September, Oktober dan Nopember Tahun
2019

Bulan
No Uraian Total
Sept Okt Nop
1 Total dirawat
2 Hari rawat
3 Lama rawat
4 Pasien keluar
Hidup
Mati
5 Pasien out

Sumber : Data sekunder

b. Efisiensi pelayanan di Ruang Jimbaran


1) BOR (Bed Occupancy Rate)

Gambar 3.1 BOR Ruang Jimbaran Periode Bulan September,


Oktober dan Nopember Tahun 2019
65 61.95
60 55.72

Persen
53.33 51.80
55
50
45
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat disampaikan bahwa rata-


rata persentase pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang Nusa Indah
(55,72%) berada di bawah standar nasional (75%-85%).
2) LOS (Length Of Stay)

Gambar 3.2 LOS Ruang Jimbaran Periode Bulan Setember, Oktober


dan NopemberTahun 2019

6 4.9
3.5 3.6
4 2.6
Hari

2
0
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.2 di atas dapat disampaikan bahwa rata-


rata lamanya perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Nusa Indah
(3,6 hari) berada di bawah standar nasional (6-9 hari).
3) TOI (Turn Over Interval)

Gambar 3.3 TOI Ruang Jimbaran Periode Bulan Setember, Oktober


dan NopemberTahun 2019
4 3.3 3.1
2.7
3 2.1

Hari
2
1
0
Mei Juni Juli Total
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.3 di atas dapat disampaikan bahwa rata-


rata tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang Nusa Indah (2,7 hari)
telah sesuai dengan standar nasional (1-3 hari).

4) BTO (Bed Turn Over)

Gambar 3.4 BTO Ruang Jimbaran Periode Bulan Setember, Oktober


dan NopemberTahun 2019

6 5.3
5 4.6
4.1
4
Kali

3
2
1
0
Mei Juni Juli
Bulan

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.4 di atas dapat disampaikan bahwa rata-


rata frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang Nusa Indah
telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali).

2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di


Ruang Jimbaran Tahun 2019
No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 16 81,25
2 Klining Servis 1 6,25
3 Administrasi 1 6,25

4 Inventarisasi 1 6,25

Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagian besar (81,25%) ketenegaan


di Ruang Jimbaran adalah tenaga keperawatan.

b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Ruang Jimbaran Tahun 2019

No Pendidikan Jumlah Persen


1 S Kep Ners 8 50%
2 Diploma III 8 50%
Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (68,75%) ketenagaan


di Ruang Nusa Indah berpendidikan Diploma III.
c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Ruang Jimbaran Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 S Kep Ners 8 50%
2 Diploma III 8 50%
Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagian besar (84,62%) tenaga


keperawatan di Ruang Nusa Indah berpendidikan Diploma III (perawat
terampil).
d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel 3.5 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja


di Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun 2 12,5%
2 < 5 tahun 14 87,5%
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagian besar (87,5%) tenaga


keperawatan di Ruang Jimbaran memiliki pengalaman kerja < 5 tahun.
e. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh

Tabel 3.6 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat yang


Diperoleh di Ruang Jimbaran Tahun 2019

No Diklat Jumlah %
1 Pernah diklat 16 100%
2 Tidak pernah diklat 0 0%
Jumlah 16 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, seluruhnya (100%) tenaga


keperawatan di Ruang jimbaran pernah memperoleh pendidikan atau
pelatihan tambahan (seperti :PPGD, BTCLS, dan lain-lain).
f. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Jimbaran
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Jimbaran berdasarkan
Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
 Waktu perawatan langsung
No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari
1 Minimal Care 4 2 8
2 Partial Care 11 3 33
3 Total Care 2 4 8
Jumlah 17 49

 Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 17 = 10,7 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 17 = 4,25 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 49 + 10,7 + 4,25 = 63.95
 Jumlah kebutuhan tenaga perawat adalah
63.95 X365 23.323,5
= = 11,6
365 – (52+12+14) X 7 2009
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 2,9
 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 11,6 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,5
= 17 orang
 Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang Jimbaran sudah
memenuhi kebutuhan tenaga perawat.
3. Struktur Organisasi Ruang Jimbaran

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Ruang Jimbaran Tahun 2019

Koordinator Ruangan

Dewi Komalasari, S Kep Ners

Ketua Tim I Ketua Tim II


Firlly Fauziyah, Amd. Kep Sisnurbayani, S Kep Ners

Anggota :
Anggota :
1. Sukardi, Amd.Kep
1. Dian Ekasari,S.Kep Ners
2. Faulla alfah, Amd.Kep
2. Leni Kristiyani, S.Kep Ners
3. Inne Septia, Amd Kep
3. Reni Nuryanti Dewi, Amd Kep
4. Tri Gusti, Amd Kep
4. Hilman Arif, S Kep Ners
5. Niko Salsa, S Kep Ners
5. Dodo Pujakarenda P, S Kep Ners
6. Reni Laela R, AM.Kep
6. Nurbaeti, S Kep Ners
7. Dira martadillalova, Amd Kep
7. Nabilla Putri, Amd Kep

Pasien

 Struktur organisasi sesuai dengan model MPKP yang diterapkan di


Ruang Jimbaran yaitu metode Tim.
B. Material
1. Denah Ruang Jimbaran

Gambar 3.6 Denah Ruang Jimbaran


Kamar
Mandi

Ruang Nurse
11 12 14 15 1
Utility Station

10 2

Ruang
9 8 7 6 3
Koordina
tor

Tangga
Lift
Nurse
Station

16

17

18

19

20
21

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang


Jimbaran dapat disampaikan bahwa :
 Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cahaya
lampu terang.
 Ventilasi : Segar, terdapat AC di setiap ruangan
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
 Sarana air bersih : Tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

2. Kapasitas Ruang Jimbaran


Ruang Jimbaran memiliki kapasitas --------------- tempat tidur dengan
klasifikasi :
 8 tempat tidur kelas 1
 8 tempat tidur kelas 2
 8 tempat tidur kelas 3A
 8 tempat tidur kelas 3B
 2 tempat tidur ruang isolasi
3. Fasilitas Untuk Petugas
 Ruang nurse station
 Kamar mandi dan WC
 Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
 Ruang kepala ruangan

4. Fasilitas Alat Tenun

Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Nusa Indah Tahun 2019

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sprai 192 Baik
2 Stik laken 36 Baik
3 Perlak 11 Baik
4 Sarung bantal 20 Baik
5 Kasur 38 Baik
6 Kain skern 2 Baik
7 Bantal 38 Baik

Sumber : Data Sekunder

5. Fasilitas Alat Medis


Tabel 3.8 Daftar Inventaris Alat Medis Jimbaran Indah Tahun 2019

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
3 Kursi roda 2 Baik
4 Torniquet 2 Baik
5 Tensi meter 4 Baik
6 Manometer O2 15 Baik
7 Stetoskop dewasa 3 Baik
8 Stetoskop anak 2 Baik
9 Pinset anatomis 2 Baik
10 Pinset sirurgis 2 Baik
11 Gunting verban 2 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
13 Tong spatel 4 Baik
14 Bak instrumen 4 Baik
15 Kom kecil 2 Baik
16 Kom besar 2 Baik
17 Gunting jaringan 4 Baik
18 Tromol kasa besar 2 Baik
19 Pot urinal 19 Baik
20 Pispot 19 Baik
21 Standar infus 32 Baik
22 Termometer digital 4 Baik
23 Timbangan Bayi 1 Baik
24 Timbangan Dewasa 1 Baik
25 Bak spuit kecil 2 Baik
26 Dorongan instumen 4 Baik
27 Tensi duduk 4 Baik

Sumber : Data Sekunder

 Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang dirawat di


Ruang Jimbaran.

C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RS Sumber Kasih
Visi Menjadi Rumah Sakit pilihan utama keluarga
Misi Kami bersama pasien dan keluarga mencintai dan
melindungi kehidupan melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang lebih baik yang mengutamakan kebaikan
kesehatan pasien kami dengan sentuhan kasih.

Komitmen :
Kita berkomitmen memberikan yang terbaik kepada
masyarakat, perusahaan dan mencapai pelayanan prima.
Akuntabilitas :
Kami mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab
terhadap semua tindakan kami.
Servic Dengan Hati :
- Kami memberikan perhatian kepada semua pasien,
dokter dan rekan kami
- Kami membahagiakan pelanggan kami dengan
melampuai harapan mereka dan tanggapan kami yang
sepenuh hati.
Core Value
- Kita memperlakukan pelangga kami dengan penuh
( Nilai Utama )
hormat dan menghargai.
Integritas :
Kami akan berusaha keras untuk mencapai standar
tertinggi dalam pekerjaan kami, dalam memberikan
pelayanan yang layak dan biaya yang efektif kepada
pasien kami.
Hargai dan Hormati :
- Kami menghormati satu sama lain
- Kami menciptakan lingkungan yang akan dapat
membuat kami bekerja dengan bangga
- Kami bekerja sama lintas departemen dan keilmuan
untuk mencapai misi kami

b. Visi dan Misi Keperawatan Ruang Jimbaran

Visi Menjadi pelayanan keperawatan pilihan utama keluarga


1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai standar
2. Memberikan pelayanan keperawatan dengan fokus
pada pelayanan kesehatan keluarga
Misi 3. Memberikan pelayanan keperawatan dengan
berpedoman pada ilmu dan kiat keperawatan, etika
profesi dan nilai KASIH

Tujuan Perawatan cepat tanpa infeksi nosokomial

2. MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional )


a. Penerapan MPKP
Ruang Jimbaran melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
 Dalam daftar dinas Ruang Jimbaran terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 7 orang, dan Tim 2 terdiri
dari Katim 1 orang dan anggota tim 6 orang.
 Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk Ruang
jimbaran lama Kamar 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15 dan Tim 2
bertanggung jawab untuk Ruang Jimbaran Baru Kamar
16,17,18,19,20. Tersedia buku laporan pasien untuk 2 Tim yang diisi
lengkap tiap shift yang berisi keadaan umum, pemenuhan KDM,
terafi tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift berikutnya.
Juga tersedia buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2 tim.
 Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift,
yaitu shift pagi dari jam 07.30 WIB – 15.00 WIB, shift sore dari jam
15.00 WIB -22.00 WIB dan shift malam dari jam 22.00 WIB – 08.00
WIB.
 Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim sudah optimal
karena kurangnya tenaga keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 19 pasien, 84,21 % pasien
menyatakan bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah
pasien diperbolehkan pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan
Jimbaran dalam MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di


Ruang Jimbaran Tahun 2019

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)

1 Perencanaan 85%

2 Pengorganisasian 85%

3 Pengarahan 87%
4 Pengendalian 90%

5 Compensasi Reward 90%

6 Hubungan Kerja 95%

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, aspek pengendalian memiliki nilai


yang paling rendah (30%), penilaian dalam aspek ini meliputi indikator
mutu (BOR, TOI, ALOS, NDR, GDR, ILO), audit dokumentasi
keperawatan, survei kepuasan pasien dan survei kepuasan perawat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada saat Kepala
Ruangan berhalangan hadir, Kepala Ruangan mendelegasikan tugas
kepada Kepala Tim. Namun pendelegasian tugas dilakukan tanpa
dokumen tertulis.

d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
terhadap 10 sampel status pasien, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang


Jimbaran Tahun 2019

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)


1 Pengkajian 72
2 Diagnosa Keperawatan 47,5
3 Perencanaan 77,14
4 Implementasi 30
5 Evaluasi 45

Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan


pada status pasien tidak lengkap.

3. Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Jimbaran Tahun


2019

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 15 93,75
2 Tidak Puas 1 6,25
Jumlah 16 100
Berdasakan tabel 3.11 di atas, 100% tenaga perawat di Ruang
Jimbaran merasa puas dengan kinerjanya.
4. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien
a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
1 SLTP 11 73,68
2 SLTA 2 10,53
3 Perguruan Tinggi 3 15,79
Jumlah 19 100

Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, sebagian besar responden (73,68 %)


berpendidikan SLTP.
b. Karakteristik responden berdasarkan lama hari rawat

Tabel 3.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hari rawat

No Lama Hari Rawat Jumlah Persen


1 3-4 hari 15 78,95
2 >4 hari 4 21,05
Jumlah 19 100

Berdasarkan Tabel 3.13 di atas, sebagian besar responden (78,95 %) telah


di rawat di Ruang Jimbaran 3-4 hari.
c. Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan keperawatan
di Ruang Jimbaran

Tabel 3.14 Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Jimbaran Tahun 2019

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 15 78,94
2 Tidak Puas 4 21,05
Jumlah 19 100

Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (78,94%) responden


merasa puas terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Jimbaran.

D. Money
 Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung
diperoleh melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
 Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.

E. Marketing
 Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti BPJS dan umum.
 Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan
Rumah Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
3.2 Analisa SWOT

Strengths Weaknesses Opportunities


Threats (Ancaman)
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan)

 Adanya Visi dan  Jumlah tenaga  Adanya kerja  Meningkatnya


Misi Rumah keperawatan jika sama yang baik sikap kritis
Sakit untuk dibandingkan antara institusi masyarakat
meningkatkan dengan hasil pendidikan terhadap mutu
kualitas perhitungan kesehatan dan pelayanan
pelayanan. menurut rumus rumah sakit kesehatan atau
Gillies masih dalam kegiatan keperawatan.
 Tenaga pelaksana kurang. praktek klinik
keperawatan di mahasiswa.
Ruang Jimbaran  87,5% tenaga
terdiri dari S Kep keperawatan di  Adanya
Ners (50%) dan Jimbaran memiliki kebijakan rumah
Diploma III pengalaman kerja sakit
keperawatan < 5 tahun. memberikan
(50%). kesempatan bagi
perawat untuk
 Ruangan bersih,  BOR (55,72%) meningkatkan
nyaman, ventilasi masih di bawah pendidikan.
cukup dengan standar nasional
sarana dan (75-85%)
prasara cukup
memadai.

 93,75% perawat  Kurang efektifnya


di Ruang peran kepala
Jimbaran merasa ruangan dalam
puas dengan fungsi
kinerjanya pengendalian
(kontroling) (nilai
angket 30%).

 78,94% pasien  Pendokumentasian


merasa puas asuhan
dengan mutu keperawatan
pelayanan kurang efektif dan
keperawatan di efisien
Ruang Jimbaran.
 Dilaksanakanya
MPKP dengan
metode Tim

3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1 Man
 Kurangnya pendidikan dan
pelatihan tambahan bagi 4 3 1 1 1 10 VII
tenaga perawat
 Kurangnya jumlah tenaga 4 4 1 1 1 11 VI
pelaksana perawatan
 Struktur organisasi belum
disesuaikan dengan MPKP 3 2 5 3 5 18 I
metode Tim
2 Material
 Tidak ada daftar pasien
yang dirawat inap di Ruang 3 2 5 3 4 17 II
Nusa Indah
3 Methods
 Visi dan Misi ruangan 3 3 3 3 3 15 V
belum tersosialisasikan
 Belum adanya
pendelegasian secara
tertulis dari Kepala 4 3 3 3 3 16 III
Ruangan kepada kepala
Tim, pada saat kepala
ruangan berhalangan.
 Pendokumentasian asuhan 5 3 2 4 2 16 IV
keperawatan belum optimal

Keterangan :
 Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
 Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
 Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
 Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
 Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.
BAB IV
PLANNING OF ACTION (POA)

No Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ


1 Membuat daftar pasien Akses informasi bagi Ruang Nusa Pembuatan daftar Papan Mahasiswa Sabtu, 21 Iis Indra Y
rawat inap di Ruang Nusa pengunjung pasien Indah pasien informasi September Jaja Sutarja
Indah 2013 Sujana
2 Mengupayakan adanya Pendelegasian tugas Kepala Diskusi & Brosur Mahasiswa Sabtu, 21 Sri Hastuti
pendelegasian tugas secara dari Kepala Ruangan Ruangan Konsultasi September Andi Kurniawan
tertulis dari kepala ruangan kepada Katim 2013
kepada Katim terdokumentasikan
3 Meningkatkan dokumentasi Dokumentasi asuhan Katim Diskusi Status Pasien Mahasiswa Aan Nurhasanah
asuhan keperawatan keperawatan Sabtu, 21 Deasy Andiyanti
meningkat September Ade Sudarsono
2013
4 Meningkatkan sosialisasi Visi dan Misi Kepala Diskusi & Print out Mahasiswa Sabtu, 21 Jajang Suteja
Visi dan Misi ruangan tersosialisasikan Ruangan Konsultasi September Dewi Nurmaya
2013 Rini Abriyani
5 Mengajukan permohonan Kebutuhan tenaga Manajemen Rekomendasi Berkas Usulan Manajemen Kepala Ruangan
kebutuhan tenaga perawat perawat terpenuhi Rumah Sakit Rumah Sakit Ditentukan
kemudian
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

Profil RSUD Majalengka Tahun 2012

Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu


Pelayanan Kesehatan. Surakarta

Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Praktis. Bandung: Balatin Pratama
LAMPIRAN

OUT PUT SPSS 16


Statistics

Nilai Kuesioner Kepuasan Kerja


Perawat

N Valid 16

Missing 0

Mean 55.19

Median 58.00

Mode 47a

a. Multiple modes exist. The


smallest value is shown

Nilai Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36 1 6.2 6.2 6.2

45 2 12.5 12.5 18.8

47 3 18.8 18.8 37.5

54 1 6.2 6.2 43.8

58 2 12.5 12.5 56.2

61 1 6.2 6.2 62.5

62 3 18.8 18.8 81.2

65 1 6.2 6.2 87.5

66 1 6.2 6.2 93.8

68 1 6.2 6.2 100.0

Total 16 100.0 100.0


REKAPITULASI KUESIONER KEPUASAN KERJA PERAWAT
DI RUANG JIMBARAN RS SUMBER KASIH
TAHUN 2019

Kriteri
No Nama Responden Skor Keterangan
Puas Tidak Puas
1 A 66 √  Median :
2 B 62 √ 58
3 C 65 √  Puas : jika
4 D 62 √ skor ≥ 58
5 E 62 √  Tidak
6 F 61 √ Puas : jika
7 G 65 √ skor < 58
8 H 62 √
9 I 62 √
10 J 61 √
11 K 60 √
12 L 61 √
13 M 65 √
14 N 68 √
15 O 63 √
16 P 47 √
Jumlah 15 1
Statistics

Nilai Kuesioner Kepuasan


Pasien

N Valid 19

Missing 0

Mean 19.11

Median 20.00

Mode 19

Nilai Kuesioner Kepuasan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 1 5.3 5.3 5.3

11 1 5.3 5.3 10.5

13 1 5.3 5.3 15.8

15 1 5.3 5.3 21.1

19 5 26.3 26.3 47.4

20 2 10.5 10.5 57.9

21 3 15.8 15.8 73.7

22 2 10.5 10.5 84.2

23 1 5.3 5.3 89.5

24 1 5.3 5.3 94.7

25 1 5.3 5.3 100.0

Total 19 100.0 100.0


REKAPITULASI KUESIONER KEPUASAN PASIEN
DI RUANG JIMBARAN RS SUMBER KASIH
TAHUN 2019

Kriteri
No Nama Responden Skor Keterangan
Puas Tidak Puas
1 A 19 √  Median :
2 B 21 √ 20
3 C 24 √  Puas : jika
4 D 25 √ skor ≥ 20
5 E 22 √  Tidak
6 F 19 √ Puas : jika
7 G 15 √ skor < 20
8 H 19 √
9 I 21 √
10 J 13 √
11 K 19 √
12 L 19 √
13 M 23 √
14 N 22 √
15 O 20 √
16 P 20 √
17 Q 11 √
18 R 21 √
19 S 10 √
Jumlah 10 9

Anda mungkin juga menyukai