ENDANG WIJAYANTI
A24070133
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
ENDANG WIJAYANTI
A24070133
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) secara Hidroponik”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW juga kepada
keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa berjuang hingga hari akhir nanti.
Penelitian mengenai pengaruh komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
secara hidroponik bertujuan agar diperoleh varietas yang cocok dibudidayakan di
greenhouse dan komposisi media tanam yang sesuai untuk dibudidayakan secara
hidroponik. Penelitiann dilaksanakan di Grennhouse Unit Lapangan Cikabayan
University Farm IPB.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ;
1. Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, M.Si atas bimbingan dan arahannya
selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi
2. Dr. Dewi Sukma, SP MSi dan Dr. Rahmi Yunianti, SP MSi sebagai dosen
penguji
3. Kedua Orang tua, Kakak, dan Adik atas doa, dukungan dan semangatnya
4. Teman-teman AGH 44 dan Forum Silaturahim Faperta atas doa dan
bantuannya selama penelitian
5. Keluarga besar Wisma Ayu, Sahabat Lolipop , dan Agraris atas doa dan
semangatnya selama penyelesaian skripsi
Penulis berharap penelitian ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan
untuk kemajuan pertanian kedepannya. Saran dan kritik akan selalu kami terima
dan akan membantu kami menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Hipotesis .............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tomat ....................................................................................... 3
Syarat Tumbuh Tomat ......................................................................... 4
Panen ................................................................................................... 5
Sistem Hidroponik ............................................................................... 5
Irigasi Tetes ......................................................................................... 6
Larutan Hara ........................................................................................ 7
Arang Sekam ....................................................................................... 7
Kompos Daun Bambu ......................................................................... 8
Potensi Hasil Tomat Varietas Arthaloka dan Permata ........................ 9
Nomor Halaman
Teks
1 Hasil Analisis Media Tanam dan Kebutuhan Tanaman terhadap
Hara ……………………………………………………………. 14
Lampiran
1 Pemberian Hara pada Tanaman Tomat di dalam Greenhouse ...... 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1 Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Umur 7 MST (Varietas
Permata dan Arthaloka) ............................................................... 16
2 Suhu Harian dalam Greenhouse Bulan April-Juli 2011 pada
Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00, dan 15.00-16.00 WIB ............. 16
Lampiran
1 Greenhouse penelitian ................................................................. 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat adalah salah satu komoditas sayuran yang diusahakan oleh petani di
Indonesia. Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan nilai produksi dan
produktivitas nasional tomat tahun 2006-2010, nilai produksinya tahun 2006
sebesar 629.744 ton, tahun 2007 sebesar 635.474 ton, tahun 2008 sebesar 725.973
ton, tahun 2009 sebesar 853.061 ton, dan tahun 2010 sebesar 891.616 ton.
Sedangkan untuk nilai produktivitas tomat nasional pada tahun 2006 sebesar
11.77 ton/ha, tahun 2007 sebesar 12.33 ton/ha, tahun 2008 sebesar 13.66 ton/ha,
tahun 2009 sebesar 15.27 ton/ha, dan tahun 2010 sebesar 14.58 ton/ha.
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2010) menyatakan bahwa
varietas tomat yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sampai tahun 2006
sebanyak 54 varietas dan pada masa depan varietas yang sudah dilepas tersebut
merupakan varietas anjuran. Varietas tomat yang telah dilepas tersebut
diantaranya adalah Intan, Ratna, Berlian, Mutiara, Kaliurang, Zamrud, Opal,
Arthaloka, dan Permata.
Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada
interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Upaya untuk
menanggulangi menurunnya kualitas dan kuantitas hasil tanaman tomat adalah
dengan perbaikan teknik budidaya secara hidroponik. Harjadi (1989) menyatakan
hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan hara dengan atau
tanpa penambahan media inert seperti pasir, rockwool, atau arang sekam. Menurut
Sundstrom (1982) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya
seperti suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan
dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil.
Pemberian hara dan air pada budidaya hidroponik dapat melalui sistem irigasi
tetes, metode ini mampu memberikan air dalam jumlah dan waktu yang tepat serta
memiliki efisiensi penggunaan air yang paling tinggi.
Drip irigasi atau irigasi tetes yaitu pemberian nutrisi bersama dengan
irigasi pada sistem hidroponik dan merupakan cara pemberian air pada tanaman
secara langsung (Jones, 2008). Pemberian larutan hara dengan irigasi tetes
2
merupakan sistem terbuka, yaitu larutan hara yang dialirkan ke tanaman tidak
disirkulasikan kembali. Hara tersebut berupa larutan AB Mix yang mengandung
larutan unsur hara makro dan mikro.
Pendayagunaan sumberdaya sintesis seperti media tanam untuk hidroponik
membuktikan peningkatan hasil tomat (Duriat, 1997). Media tanam yang baik
bersifat porus dan ringan agar akar tanaman tidak mudah rusak, mampu menjaga
kelembaban dan menyimpan air. Arang sekam (kulit gabah) yang berwarna hitam
menguntungkan sebagai media tanam, karena menghasilkan pertanaman yang
baik, meminimumkan penyakit, dan ekonomis dalam penggunaan air (Zulfitri,
2005). Menurut Sutrisna dan Surdiyanti (2007), penambahan bahan organik pada
pertanaman kentang meningkatkan pori tanah yang mana daya tampung tanah
untuk menyimpan air juga meningkat. Menurut Prahasta (2008), kompos dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang berfungsi untuk membantu tanaman
dalam menyerap unsur hara dari tanah dan membentuk senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Penggunaan bahan organik diharapkan dapat
mengurangi kebutuhan pupuk pada tanaman hidroponik.
Perbaikan sistem budidaya tomat terus dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil. Penggunaan varietas unggul dan bahan organik
diharapkan dapat meningkatkan hasil tomat baik itu dari segi kualitas maupun
kuantitas. Sistem hidroponik melalui irigasi tetes merupakan cara budidaya yang
akan diterapkan pada penelitian ini.
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tomat
kantong yang letaknya menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik.
Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan,
rasa, dan kandungan bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi
kualitas buah tomat. Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging dengan
permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung banyak biji, biji dikelilingi
oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan
berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Tanaman tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi (lebih dari 700 mdpl),
dataran medium (200 s.d. 700 mdpl), dan dataran rendah (kurang dari 200 mdpl)
(Sutarya et al., 1995). Gould (1974) menyatakan bahwa tanaman tomat tumbuh
baik pada iklim yang sejuk dan kering, dengan pH tanah 5-6. Suhu yang tinggi
dan hujan menyebabkan penurunan kualitas tomat dan hasilnya. Pola
pertumbuhan dapat bervariasi mulai tegak hingga merayap, tumbuh secara
horizontal maupun vertikal, dan daerah perakaran dapat mencapai 150 cm
sedangkan akar tunggang dapat mencapai kedalaman 50 cm pada kondisi
lingkungan yang optimum (Duriat, 1997).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman tomat. Penyerapan unsur hara oleh tomat akan dicapai apabila
pencahayaan berlangsung selama 12-14 jam per hari, sedangkan intensitas cahaya
yang dikehendaki adalah 0.25 mj/m2 per jam (Hidayat, 1995).
Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya
agar diperoleh produksi yang tinggi dan mutu yang bagus. Suhu optimal untuk
pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24oC dan suhu malam 18-22oC
(Peet dan Bartholemew, 1986). Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan
transpirasi dan gugur bunga serta buah (Harjadi, 1989). Menurut Opena dan Van
der Vossen (1994) suhu malam diatas 21oC selama 2 hari menjelang dan setelah
antesis akan menurunkan fruit-set. Adams (1986) menyatakan kelembaban yang
relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman tomat
5
yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik, melalui stomata yang
membuka lebih banyak pada kelembaban yang tinggi.
Panen
Mutu buah tomat erat hubungannya dengan jumlah dan jenis zat-zat kimia
yang terkandung di dalamnya pada saat panen. Menurut Direktorat Gizi DepKes
RI (1990), zat-zat kimia yang terkandung di dalam buah tomat pada saat panen
dapat dinilai berdasarkan : (a) sifat fisis : bentuk/kebulatan, warna, kekerasan,
kelicinan kulit, ketebalan daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas
serangan hama dan penyakit; (b) sifat kimia : vitamin C, kadar gula, kadar asam,
kadar air, dan komposisi nilai gizi.
Rich (1997) menyatakan cara menentukan indeks panen adalah dengan
membedakan perubahan fisik-kimia yang terjadi selama proses kemasakan buah
dari tingkat kemasakan muda sampai tua, berturut-turut adalah green mature,
breaker, turning, pink, light red, dan red. Kandungan klorofil, kekerasan, vitamin
C akan menurun selama proses kematangan, sedangkan kandungan Lycopen dan
Ethylen akan meningkat.
Marpaung (1997) menyatakan bahwa buah tomat dapat dipanen dengan
tangan (cara tradisional) bila buah dalam keadaan masak „merah tua‟, buah
tersebut mudah sekali terpisah dari tangkainya. Panen dilakukan secara periodik
satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak.
Sistem Hidroponik
hidroponik adalah biaya investasi yang relatif mahal, juga memerlukan keahlian
dalam sistem operasional (Schwarch, 1995).
Schwarch (1995) menyatakan bahwa syarat media dalam hidroponik harus
terbebas dari zat yang berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, daya pegang air
baik, drainase dan aerasi baik. Media tumbuh yang digunakan sama sekali tidak
berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman, melainkan berfungsi sebagai
penopang akar dan penyangga larutan hara. Oleh sebab itu bahan yang baik
digunakan sebagai media adalah bahan yang tidak mengandung hara dan bersifat
porous. Media yang umumnya digunakan dalam sistem hidroponik adalah arang
sekam, kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, dan bahan organik. Nurtika dan Abidin
(1993) menyatakan campuran arang sekam dan pasir merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan tomat, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar dan
memudahkan terjadinya sirkulasi udara.
Irigasi Tetes
untuk mengangkut air dari sumber untuk selanjutnya dialirkan ke lahan melalui
jaringan, dan 6) komponen penyokong, terdiri atas : katup-katup, pengatur dan
pengatur tekanan, pengatur debit air, sistem pencegahan backflow, filter, dan
peralatan injektor pupuk atau bahan kimia lainnya.
Larutan Hara
Arang sekam
Media arang sekam tidak mudah lapuk dan dapat menyimpan air dengan
baik. Media ini tidak mempengaruhi pH dan struktur larutan hara, juga tidak
mudah ditumbuhi lumut dan jamur. Arang sekam adalah bahan ringan yang
memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta dikarenakan
8
berumur 108 hari setelah semai, dengan nilai produksi 3-4 kg/tanaman dengan 8
tandan per tanaman dan 8 buah per tandan. Tomat varietas Permata termasuk
dalam golongan tomat tipe determinate, yang direkomendasikan ditanam di
dataran rendah. Umur panen tomat varietas Permata ketika tanaman berumur 60-
70 hari setelah tanam. Bobot per buah mencapai 40-60 gram, dengan potensi hasil
40-60 ton/ha.
10
Bahan tanaman yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka dan
Permata. Casting sebagai media persemaian, arang sekam dan kompos daun
bambu sebagai media tanam, furadan, insektisida. Larutan hara menggunakan
pupuk AB Mix yang terdiri atas stock A dan pupuk stock B. Stock A terdiri atas
NH4 14 ppm, Ca 110 ppm, K 253.5 ppm, Mg 21 ppm, NO3 150.5 ppm, SO4 48
ppm dan H2PO4 38.75 ppm. Stock B terdiri atas Fe 0.84 ppm, Mn 0.55 ppm, Zn
0.26 ppm, B 0.22 ppm, Cu 0.048 ppm dan Mo 0.048 ppm. Kebutuhan masing-
masing stock untuk satu musin tanam adalah 30kg. Peralatan yang digunakan
antara lain tray semai, instalasi drip irigation, sprayer (handsprayer) gelas ukur
1000 ml dan 100 ml, kontainer 2000 liter, tangki air 100 liter, EC dan pH meter,
Termo-hygrometer, jangka sorong, ember, benang ajir, kawat ajir, label, alat tulis,
alat ukur, timbangan analitik, polybag ukuran 35x35 cm.
Metode Penelitian
percobaan terdiri dari tiga tanaman maka secara keseluruhan terdapat 120
tanaman.
Model linear percobaan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + αi βj + (αβ)ij + Τk + ijk
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan α ke-i, perlakuan β ke-j, dan ulangan
ke-k
μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan varietas ke-i
βj = Pengaruh perlakuan komposisi media tanam ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-i dan perlakuan komposisi
media tanam ke-j
Τk = Pengaruh ulangan ke-k (k ; 1,2,3,4)
ijk : Galat percobaan
Jarak tanam yang digunakan adalah double rows ukuran 0.5 m x 0.4 m,
polybag ditempatkan secara zig zag. Pengaruh varietas dan komposisi media
tanam terhadap produksi tomat dapat diketahui dengan menggunakan analisis
ragam. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji
lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
Pelaksanaan
Persiapan penelitian dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dan sterilisasi greenhouse. Larutan hara dipersiapkan dengan cara
melarutkan pupuk AB mix di dalam tangki. Tangki A untuk pupuk stock A dan
tangki B untuk pupuk stock B dengan volume masing-masing 90 L. Aplikasi
larutan hara dilakukan dengan mengambil 10 liter larutan A dan 10 liter larutan B.
Kemudian masing-masing larutan hara tersebut diencerkan dalam 2000 liter air.
Kemudian pengecekan pengukuran pH larutan dan EC, yaitu nilai pH 6.5-6.8 dan
nilai EC 2.1-2.5.
Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0,5 cm dengan media casting,
ditanam satu benih per lubang. Penyiraman dilakukan 2 kali/hari pada pagi dan
sore hari. Bibit tomat yang telah berumur ± 3 minggu dan dua daun telah
12
red). Pada saat panen calyx ditinggalkan di buah. Seterusnya panen dilakukan
hingga tanaman berumur ± 14 MST, karena nilai ekonomis buah sudah mulai
menurun.
Pengamatan dilakukan dan mingguan, sedangkan pengukuran dilakukan
secara harian. Pengukuran harian meliputi besarnya suhu dan kelembaban relatif
di dalam greenhouse (pagi, siang, dan sore) serta volume tetes larutan hara yang
diberikan pada tanaman.
Pengamatan
Hasil
Kondisi Umum
Berdasarkan hasil uji media tanam di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan didapatkan hasil analisis media tanam kompos
daun bambu yaitu sebagai berikut (Tabel 1) :
Tabel 1. Hasil Analisis Media Tanam dan Kebutuhan Tanaman terhadap Unsur
Hara Makro dan Mikro
Kompos Daun
Unsur Hara Arang Sekam Kebutuhan Tomat *
Bambu
N (%) 0.82 0.74 2.70-5.00
P (%) 0.08 0.12 0.25-0.70
K (%) 0.18 0.30 2.50-5.00
Ca (%) 0.05 0.13 0.90-3.20
Mg (%) 0.05 0.07 0.30-0.90
Fe (ppm) 421.5 87.3 50-100
Cu (ppm) 1.53 0.49 5-16
Zn (ppm) 4.54 3.46 20-50
Mn (ppm) 46.31 16.13 40-200
*) Jones (2008) dalam Tomato Plant Culture In the Field, Greenhouse, and Home Garden
1% = 10000ppm
Kandungan hara N, Fe, Cu, Zn, dan Mn pada kompos daun bambu lebih
tinggi dibandingkan media tanam arang sekam. Kandungan hara P, K, Ca, dan Mg
pada media kompos daun bambu lebih rendah dibandingkan media tanam arang
sekam.
Serangan hama dan penyakit menjadikan kendala pertumbuhan tanaman
tomat. Pada fase awal penanaman terdapat serangan hama kutu kebul (Bemisia
tabaci Genn). Serangan kutu kebul mengakibatkan kerusakan langsung pada
tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun, muncul
gejala bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun.
Persentase tanaman yang terserang kutu kebul sebesar 2% dari jumlah total
populasi.
Pada saat memasuki fase generatif tanaman tomat terserang penyakit
Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau geminivirus. Gejala yang nampak
yaitu daun pucuk berubah warna menjadi kuning, tulang daun menebal, dan daun
15
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), suhu tinggi mengganggu produksi dan
keterbatasan tepung sari yang viable (berdaya tumbuh), dan juga mempengaruhi
viabilitas sel telur.
Kondisi suhu di dalam greenhouse berfluktuasi antara suhu pagi, siang dan
sore. Suhu paling tinggi terjadi pada range pukul 12.00-13.00 WIB yaitu berkisar
antara 32-45ºC (Gambar 2). Kelembaban relatif harian paling tinggi terjadi pada
range pukul 07.00-08.00 WIB yaitu berkisar antara 80-95% (Gambar 3).
45.0
40.0
35.0
Temperatur (C)
30.0
25.0
20.0 7.00-8.00
15.0 12.00-13.00
10.0 15.00-16.00
5.0
0.0
Tahun 2011
Gambar 1. Suhu Harian dalam Greenhaouse Bulan April – Juli 2011 pada Pukul
07.00-08.00, 12.00-13.00. dan 15.00-16.00 WIB
17
100
90
80
70
60
RH (%)
50
7.00-8.00
40
12.00-13.00
30
20 15.00-16.00
10
0
Tahun 2011
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman pada kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata pada umur 1 MST hingga 4 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman baru
menunjukkan perbedaan pada umur 5 MST. Kedua varietas memiliki tinggi
tanaman yang berbeda pada umur 5 MST, varietas Arthaloka lebih tinggi
dibandingkan varietas Permata. Hal ini dikarenakan perbedaan tipe pertumbuhan
antara varietas Permata dan varietas Arthaloka. Penggunaan media tanam
berpengaruh pada tinggi tanaman. Penambahan kompos daun bambu
meningkatkan tinggi tanaman pada umur 2 MST hingga 5 MST. Penggunaan
kompos daun bambu 100% (v/v), arang sekam 25% daun bambu 75% (v/v), arang
sekam 50% daun bambu 50% (v/v), dan arang sekam 75% daun bambu 25%)
(v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada umur 2 MST - 5 MST dibandingkan
penggunaan arang sekam 100% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan
media tanam terhadap tinggi tanaman.
18
Tabel 1. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas …………………… (cm) ……………………
Arthaloka 14.75 26.86 43.56 63.42 82.54
Permata 14.01 26.80 43.78 61.32 74.67
Uji F tn tn tn tn *
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 14.39 28.19a 47.10a 68.53a 84.60a
Arang sekam 100% 13.71 23.61b 36.09b 50.46b 65.88b
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 15.10 28.59a 46.22a 64.09a 80.88a
Arang sekam 50% + Daun
Bambu 50% 14.45 27.49a 45.72a 65.54a 80.32a
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 14.26 26.28a 43.22a 63.23a 81.35a
Uji F tn ** ** ** *
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%
Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Jumlah Daun
Jumlah daun pada kedua varietas tidak berbeda nyata pada saat tanaman
berumur 1 MST hingga 5 MST (Tabel 2). Berdasarkan perlakuan media tanam,
jumlah daun pada saat tanaman berumur 1 MST dan 5 MST tidak berbeda nyata.
Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam meningkatkan jumlah
daun pada umur 2 MST hingga 4 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100%
(v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 2 MST. Penggunaan
kompos daun bambu 100% (v/v) dan daun bambu 75% (v/v) meningkatkan
jumlah daun saat tanaman berumur 3 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan
media arang sekam 100% (v/v). Penggunaan media tanam kompos daun bambu
100% (v/v), 50% (v/v), dan 25% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman
berumur 4 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan media arang sekam 100%
(v/v). Media kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik
mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena
19
mempunyai pori yang banyak (Asrodiah, 2005). Tidak terdapat interaksi antara
varietas dan media tanam yang digunakan terhadap jumlah daun.
Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Tanaman
Tomat
Jumlah Daun/Tanaman
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Varietas
Arthaloka 5.01 7.63 10.81 14.76 17.51
Permata 4.81 7.56 11.11 14.73 16.35
Uji F tn tn tn tn tn
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 5.12 8.00a 11.71a 16.2a 18.08
Arang sekam 100% 4.70 7.16c 10.12b 12.45b 15.58
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 4.87 7.79ab 11.2a 14.33ab 16.04
Arang sekam 50% + Daun
Bambu 50% 4.95 7.66abc 11.04ab 15.58a 17.91
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 4.91 7.37bc 10.75ab 15.16a 17.04
Uji F tn * * * tn
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%
Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Jumlah Bunga
Jumlah bunga pada kedua varietas menunjukkan hasil yang sangat berbeda
nyata pada 4 MST hingga 11 MST (Tabel 3). Jumlah bunga varietas Permata
lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah bunga yang terbentuk
pada varietas Permata saat umur 8 MST hingga 10 MST terus mengalami
penurunan dibandingkan saat tanaman berumur 4 MST hingga 7 MST, namun
mengalami peningkatan kembali ketika berumur 11 MST. Jumlah bunga yang
terbentuk pada varietas Arthaloka juga mengalami penurunan ketika berumur 9
MST dan 10 MST, dan mengalami kenaikan ketika tanaman berumur 11 MST.
Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam mampu
meningkatkan jumlah bunga pada umur 4 MST, 5 MST, 7 MST, dan 8 MST.
Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v), daun bambu 75% (v/v), daun bambu
20
50% (v/v), daun bambu 25%) (v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada 5 MST
dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Penggunaan kompos daun bambu
100% (v/v) meningkatkan jumlah bunga pada umur 7 MST dan 8 MST dan
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media arang sekam
100% (v/v) dan daun bambu 25% (v/v).
Pada umur 6 MST, 9 MST - 11 MST jumlah bunga tidak menunjukkan
hasil yang berbeda nyata, hal ini dikarenakan pada waktu tersebut jumlah bunga
gugur meningkat. Penggunaan media kompos daun bambu mampu menaikkan
jumlah bunga yang terbentuk. Tidak ada interaksi antara varietas dengan media
tanam yang digunakan terhadap jumlah bunga.
Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga per
Tanaman Tomat
Jumlah bunga per tanaman
Perlakuan 4 5 6 7 8 9 10 11
MST MST MST MST MST MST MST MST
Varietas
Arthaloka 1.14 4.89 7.65 9.27 11.61 9.04 7.57 8.33
Permata 4.60 15.33 22.98 21.20 17.90 15.95 13.86 15.25
Uji F ** ** ** ** ** ** ** **
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 3.64ab 12.98a 18.77 21.04a 21.02a 15.85 12.02 12.93
Arang sekam 100% 1.08c 5.10b 16.71 12.06b 11.49bc 9.68 8.43 8.00
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 4.06a 11.68a 14.85 14.95ab 15.31abc 13.68 11.06 16.75
Arang sekam 50% + Daun
Bambu 50% 3.02ab 11.45a 15.33 16.58ab 16.47ab 13.2 14.91 13.39
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 2.54b 9.33a 10.91 11.56b 9.48c 10.06 7.16 7.87
Uji F ** ** tn * ** tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%
Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT 5%
Jumlah tandan bunga pada kedua varietas dari umur 4 MST hingga
11MST sangat berbeda nyata (Tabel 4). Jumlah tandan bunga varietas Permata
lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Penambahan media tanam kompos
21
daun bambu mampu meningkatkan jumlah tandan bunga pada umur 5 MST
hingga 11 MST. Komposisi media tanam yang digunakan berpengaruh nyata
pada umur 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11
MST. Penggunaan media kompos 100% (v/v) pada umur 5 MST hingga 11 MST
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media 100% arang
sekam (v/v) dan daun bambu 25% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas
yang digunakan dengan komposisi media tanam.
Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Tandan Bunga per
Tanaman
Jumlah tandan bunga per tanaman
Perlakuan 4 5 6 7 8 9 10 11
MST MST MST MST MST MST MST MST
Varietas
Arthaloka 0.83 2.30 2.12 2.30 3.05 3.12 3.33 3.48
Permata 1.90 4.55 4.87 5.32 6.01 6.46 6.94 7.09
Uji F ** ** ** ** ** ** ** **
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 1.70 4.20a 4.33a 4.85a 5.81a 6.27a 6.41a 6.62a
Arang sekam 100% 0.74 2.33b 2.45c 2.93b 3.39c 3.70dc 4.02bc 4.22bc
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 1.41 3.52ab 3.58ab 3.73ab 4.50bc 4.87bc 5.43ab 5.60ab
Arang sekam 50% + Daun
Bambu 50% 1.60 3.98a 4.22a 4.52a 5.33ab 5.52ab 6.23a 6.33a
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 1.35 3.10ab 2.89bc 3.02b 3.62c 3.60d 3.58c 3.64c
Uji F tn * ** ** ** ** ** **
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%
Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT 5%
Jumlah bunga gugur antara varietas Arthaloka dan varietas Permata pada
umur 5 MST hingga 11 MST tidak berbeda nyata (Tabel 5). Komposisi media
tanam juga tidak berbeda nyata. Suhu yang relatif tinggi dan RH yang relatif
rendah menyebabkan bunga mudah gugur. Suhu udara di dalam greenhouse yang
cenderung tinggi mengakibatkan terganggunya proses pembungaan. Ketika
Tanaman berumur 6 MST dan 7 MST suhu siang hari di dalam greenhouse
22
Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga Gugur per
Tanaman
Jumlah bunga gugur per tanaman
Perlakuan 5 6 7 8 9 10 11
MST MST MST MST MST MST MST
Varietas
Arthaloka 0.64 1.49 1.66 0.68 0.46 0.21 0.16
Permata 0.86 2.08 1.00 0.40 0.25 0.08 0.00
Uji F tn tn tn tn tn tn tn
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 0.66 2.25 1.29 0.45 0.24 0.33 0.16
Arang sekam 100% 0.50 1.41 0.95 0.62 0.41 0.04 0.04
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 1.08 1.12 1.83 0.70 0.12 0.00 0.04
Arang sekam 50% + Daun
Bambu 50% 0.62 2.12 1.54 0.12 0.79 0.29 0.00
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 0.91 2.04 1.04 0.79 0.20 0.08 0.16
Uji F tn tn tn tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
Jumlah buah per tanaman sebelum panen dihitung tiap minggu, dengan
mengakumulasikan buah yang dihasilkan setiap tanaman dari 6 MST hingga 11
MST. Jumlah buah per tanaman antara varietas Arthaloka dan Permata berbeda
sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11MST (Tabel 6). Varietas Permata
memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah buah
terus meningkat hingga umur 11 MST. Hal ini dikarenakan pertumbuhan vegetatif
varietas Arthaloka yang terus berlangsung pada tanaman hingga umur 11 MST.
Potensi hasil produksi varietas Arthaloka adalah 8 buah per tandan dengan jumlah
23
tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas Arthaloka adalah 64 buah
per tanaman. Potensi hasil varietas Permata produksinya adalah 8-9 buah per
tandan dengan jumlah tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas
Permata adalah 64-72 buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), waktu
penanaman hingga pemanenan buah pertama bergantung pada kultivar dan
kondisi pertumbuhan, dan dapat berkisar dari 70 hari hingga 125 hari, sebagian
besar tomat matang pada 35-60 hari setelah antesis (9-12 MST). Komposisi media
tanam tidak meningkatkan jumlah buah per tanaman.
Bobot buah per tanaman dihitung dari panen pertama hingga keempat
(Tabel 7). Berdasarkan varietas yang digunakan bobot buah per tanaman pada
varietas Permata lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Berdasarkan media
tanam yang digunakan bobot buah per tanaman ketika panen pertama hingga
panen keempat tidak berbeda nyata.
24
Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot Buah per Tanaman
Bobot buah per tanaman (gram)
Varietas
Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4
Arthaloka 0.00 14.40 22.33 7.59
Permata 79.53 54.50 49.13 25.25
Uji F ** ** ** **
Media Tanam (v/v)
Daun Bambu 100% 26.65 34.92 47.16 14.12
Arang sekam 100% 18.42 22.39 26.15 9.73
Arang sekam 25% + Daun
Bambu 75% 55.39 35.15 23.56 21.74
Arang sekam 50% + Daun +
Bambu 50% 60.57 46.14 44.54 14.79
Arang sekam 75% + Daun
Bambu 25% 38.39 33.68 37.27 21.73
Uji F tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%
** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%
Bobot per buah antara varietas Arthaloka dan Permata sangat nyata ketika
panen pertama hingga ketiga, hal ini berarti bobot per buah yang dipanen dari
hasil rataan menunjukkan bobot per buah varietas Permata lebih tinggi
25
Tabel 8. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot per Buah
Grade Buah
Tabel 9. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Persen Grade Buah
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji media tanam, kandungan hara makro (P, K, Ca, Mg)
pada arang sekam lebih tinggi dibandingkan kompos daun bambu. Kandungan
hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn) pada kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan
27
vegetatifnya, penambahan kompos daun bambu memberikan hasil yang lebih baik
pada tinggi tanaman. Menurut Susanto et al., (2005) media kompos daun bambu
mempunyai sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk.
Berdasarkan hasil analisis media tanam kompos daun bambu dan arang
sekam, nilai C-organik kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan arang
sekam yaitu sebesar 33.14% sedangkan pada arang sekam sebesar 31.69%. Hal ini
berpengaruh pada kemampuan media untuk menyimpan unsur hara yang dialirkan
melalui sistem hidroponik. Kompos daun bambu memiliki kemampuan
menyimpan air dan larutan hara lebih baik dibandingkan arang sekam. Menurut
Sutrisna dan Surdiyanti (2007), penambahan bahan organik dapat meningkatkan
pori tanah yang mana daya tampung tanah untuk menyimpan air juga juga
meningkat.
Varietas Permata termasuk dalam golongan tanaman tomat dataran rendah,
sedangkan varietas Arthaloka termasuk tanaman tomat dataran menengah.
Kondisi ini mempengaruhi pembentukan bunga tanaman tomat. Pembentukan
bunga varietas Arthaloka terhambat karena kondisi panas di dalam greenhouse.
Pembentukan bunga tanaman tomat sangat bergantung pada suhu di dalam
greenhouse. Suhu di dataran rendah cenderung lebih tinggi dibandingkan suhu
udara di dataran tinggi. Menurut Peet dan Bartholemew (1986), suhu optimal
untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24oC pada siang hari dan
18-22oC pada malam hari.
Produksi buah tomat di dalam greenhouse dimulai ketika tanaman
berumur 4 MST (fase awal pembungaan) hingga tanaman berumur 11 MST (fase
akhir pembungaan). Buah dipanen pertama ketika tanaman berumur 9 MST dan
berakhir ketika tanaman berumur 12 MST, hal ini dikarenakan setelah panen ke-4
(12 MST) tanaman sudah tidak produktif. Menurut Jones (2008), budidaya tomat
di dalam greenhouse dapat mencapai 6 sampai 9 bulan (setelah pindah tanam)
atau bahkan lebih. Tanaman yang tidak produktif diakibatkan oleh pertumbuhan
generatif dan vegetatifnya semakin menurun. Kondisi tingginya suhu greenhouse
berdampak pada proses pertumbuhan tanaman tomat. Menurut Jones (2008),
tomat dapat tumbuh dengan baik di zona iklim dengan suhu antara 65ºF dan 90ºF
29
atau antara 18.3ºC hingga 32.2ºC. Suhu di daam greenhouse mengalami fluktuasi,
suhu terendah pada kondisi pagi hari yaitu sebesar 25ºC.
Pada saat tanaman berumur 6 MST dan 7 MST suhu di dalam greenhouse
mengalami kenaikan hingga 40-45ºC pada siang hari. Suhu yang meningkat
cenderung mengakibatkan kondisi di dalam greenhouse menjadi panas. Kondisi
suhu yang meningkat pada saat tanaman berumur 6 MST dan 7 MST
mengakibatkan jumlah bunga gugur meningkat. Cahaya yang terlalu terik dapat
meningkatkan transpirasi dan gugur bunga serta buah (Harjadi, 1989). Kuo dan
tsai (1984) menyatakan suhu tinggi di daerah tropis menyebabkan rendahnya
perkembangan polen, berkurangnya proses penyerbukan, hancurnya sel embrio
pada putik dan rendahnya kandungan auksin dan giberelin yang dapat
menghambat pembentukan buah. Menurut Lakitan (1993) suhu sebagai faktor
lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara fisik maupun fisiologi.
Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari
dan dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologi, suhu
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembentukan stomata,
respirasi, kelarutan zat, kecepatan reaksi, kestabilan suatu enzim dan
kesetimbangan berbagai sistem lain dan persenyawaan.
30
Kesimpulan
1. Tomat varietas Arthaloka dan varietas Permata tidak cocok dibudidayakan secara
hidroponik di dalam greenhouse Unit Lapangan Percobaan Cikabayan University
Farm IPB
2. Penambahan media tanam kompos daun bambu untuk media tanam hidroponik
lebih baik dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v)
3. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan komposisi media tanam
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adams, P. 1986. Mineral Nutrition, p. 34-75. In: J.G. Atherthon, J. Rudich (Eds).
Tomato Crop. Chapman and Hall Inc., New York.
Budijaya. 1997. Botani Tanaman Tomat, hal 25-37. Dalam Duriat, A.S., W.W.
Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki (Ed.). Teknologi
Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Dick and McCoy. 1993. Utilization of Organic Waste Compost in Vegetable Crop
Production System, P. 252.-269. Asian Vegetable Research and
Development Center, Shanhua, Taiwan.
Direktorat Gizi Dep. Kes. R.I. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit
Bhratara, Jakarta.
Duriat, A.S. 1997. Tomat: Komoditas andalan yang prospektif, hal 1-7. Dalam
Duriat, A.S., W.W. Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki
(Ed.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung.
East West Seed Indonesia. 2010. Benih Tomat Varietas Permata dan Arthaloka.
http://www.eastwestindo.com. [27 Februari 2012].
Hansen, V.E., O.W. Israelsen, and G.E. Stringham. 1979. Irrigation Principles and
practice. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 387 p.
Jones, J. Benton. 2008. Tomato Plant Culture In the Field, Greenhouse, and
Home Garden 2nd ed. Taylor & Francis Group, LLC. U.S. Government.
330 p.
Knott, J.E. 1962. Handbook for Vegetable Growers (Revised printing). John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Nurtika, N., dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat, hal 74-75. Dalam
Duriat, A.S., W.W. Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki
(Ed.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung.
Opena, R.T., and H.A.M. van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller.
P 199-205 In: Plant Resources of South-East Asia 8, Vegetables. Prosea
foundation. Bogor.
33
Perez, L.E. 2008. Hydroponics for The Home. Inter-American Institute for
Cooperation on Agriculture. San Jose. 106p
Susanto, S., Suwardi, dan N. Murniati. 2005. Pemanfaatan serasah kompos daun
bambu sebagai media budidaya tomat(Lycopersicon esculentum Mill)
dengan sistem hidroponik. Buletin Agronomi 33 (1) : 33-37.
Susila, A.D. 2006. Teknik Fertigasi Pada Budidaya Paprika Dalam Greenhouse.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Institut pertanian Bogor.
Bogor. 131 hal.
Sutarya, R., G.J.H. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran
Dataran Rendah. Gajah mada University Press, bekerjasama dengan
Prosea Indonesia dan Balithort Lembang.
Sutrisna, N dan Y. Surdianto. 2007. Pengaruh Bahan Organik dan Interval serta
Volume pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di
Greenhouse. Jurnal Hortikultura. Vol.17(3):224-236.
34
Yanti, D.W. 2004. Pertumbuhan Stek Akar Mimba (Azadi rachta indica A. Juss)
pada Berbagai Media dan Dosis Rootone-F. Skripsi. Departemen Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Bogor. 20 hal.
Zulfitri. 2005. Analisis Varietas dan Polybag Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Cabai ( Capsicum annum L. ) Sistem Hidroponik. Buletin Penelitian
No.08.
35
Tabel Lampiran 1
Pemberian Hara pada Tanaman Tomat di dalam Greenhouse
Umur Volume
Fase Pertumbuhan Waktu
Tanaman (ml)
1-2 MST Fase vegetatif 07.00-08.00 ± 100
10.00-11.00 ± 100
15.00-16.00 ± 100
3 MST Fase vegetatif 07.00-08.00 ± 200
10.00-11.00 ± 200
15.00-16.00 ± 200
4-6 MST Fase Generatif 07.00-08.00 ± 300
Pembungaan 10.00-11.00 ± 300
15.00-16.00 ± 300
7-10 MST Pembentukan 07.00-08.00 ± 400
Buah 10.00-11.00 ± 400
15.00-16.00 ± 400
11-14MST Pemasakan Buah 07.00-08.00 ± 300
10.00-11.00 ± 300
15.00-16.00 ± 300
36
Tabel Lampiran 2