Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................


KARTU KONTROL LABORATORIUM ........................................
KARTU KONTROL ASISTENSI ....................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................

A. MINERAL
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUANPRAKTIKUM ......................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 PENGERTIAN MINERAL ...............................................
II.2 SIFAT FISIK MINERAL ...................................................

BAB III DETERMINASI MINERAL ........................................

BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................
B. BATUAN BEKU

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUANPRAKTIKUM ......................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 PROSES TERENTUKNYA ...............................................
II.2 TEKSTUR BATUAN BEKU..............................................
II.3 STRUKTUR BATUAN BEKU ..........................................
II.4 KLASIFIKASI BATUAN BEKU .......................................

BAB III DETERMINASI BATUAN BEKU .............................

BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................

C. BATUAN SEDIMEN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM .....................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES DAN GANESA BATUAN SEDIMEN ...............
II.2 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN .......................................
II.3 STRUKTUR BATUAN SEDIMEN....................................
II.4 KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN ................................

BAB III DETERMINASI BATUAN SEDIMEN

BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................

D. BATUAN METAMORF
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM .....................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 PROSES TERBENTUKNYA .............................................
II.2 STRUKTUR BATUAN METAMORF ...............................
II.3 TEKSTUR BATUAN METAMORF .................................
II.4 KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN ................................
BAB III DETERMINASI BATUAN METAMORF

BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. TUGAS PENDAHULUAN

2. LAPORAN SEMENTARA

3. LAMPIRAN ASISTENSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya, serta kesehatan dan kesempatan dari-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini yang menjadi salah satu syarat
dalam mengikuti ujian praktikum Geologi fisik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan bimbingan dan arahan.
Untuk itu saya berterima kasih kepada bapak Ir. Ir. Baso Djunain, MM selaku
dosen pengajar mata kuliah Geologi fisik, para Asisten Laboratorium Geologi
fisik, dan teman-teman Fakultas Teknik jurusan pertambangan UPRI Makassar
serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Laporan
Lengkap Geologi fisik ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun.
Akhir Kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan
ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.

Makassar, 17 Desember 2018


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi baik dalam
maupun dari atas permukaan bumi, beserta mineral-mineral penyusunnya..
Batuan adalah agresi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral ( sejenis atau
tidak sejenis),dalam suatu perbandingan tertentu, biasany tidak homogeny atau
tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan
terbentuk di alam.
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas –batass tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Determinasi atau pengenalan mineral dapat didasarkan pada berbagai sifat dari
mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat
optik.Namun dalam praktikum ini, kita hanya terbatas pada pengenalan sifat fisik
dari mineral.
Untuk menentukan nama mineral terlebih dahulu dilakukan determinasi sifat-
sifat fisik mineral yang meliputi : warna, kilap,bentuk, kekerasan, berat jenis,
belahan, pecahan dan cerat.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud diadakannya praktikum geologi ini agar praktikan dapat
mengetahui bentuk dan jenis – jenis mineral.
Sedangkan tujuan diadakannya praktikum adalah agar praktikan dapat
mendeterminasi sifat sifat fisik mineral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terrdapat di alam,


terbentuk secara mempunyai komposisi kimia pada batas –batass tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Mineral terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi magma pijar
yang membeku. Pengenalan mineral atau determinasi mineral dapat didasarkan
atas berbagai sifat mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan bentuk kristal
mineral tersebut secara optik.

II.2 Sifat Fisik Mineral

Beberapa sifat fisika yang penting adalah sifat-sifat fisik mineral tersebut
meliputi: warna (colour), kilap (luster), belahan (cleavage), pecahan (fracture),
kekerasan (hardness), cerat/goresan (streak), Diaphaneti dan berat jenis.

a. Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang
berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opaque)
seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila warna mineral tidak tetap,
tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral
yang tembus cahaya (transparan) seperti kuarsa dan kalsit.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya.Kilap mineral dapat dikelompokkan menjadi :
* Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung
logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.
* Kilap setengah logam (sub metallic luster)
* Kilap bukan logam, tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
a. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya,
misalnya : kalsit, kuarsa, halit.
b. Kilap intan (adamantine/diamond luster), memberikan kesan cemerlang seperti
intan, contohnya intan.
c. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera, pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit,
gypsum.
d. Kilap dammar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar , contohnya :
sfalerit dan resin
e. Kilap mutiara (perly luster), memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian
dalam dari kulit kerang misalnya talk, dolomite, muskovit dan tremolit.
f. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun, contohnya : talk,
serpentin.
g. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya buram seperti tanah, misalnya kaolin,
limonit, bentonit.
h. Kilap lilin (waxy luster).

c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui
bidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahan umumnya sejajar
dengan bidang tertentu dan mineral tersebut secara teratur. Belahan pada mineral
terdiri dari :
Ø Belahan 1 arah
Ø Belahan 2 arah
Ø Belahan 3 arah
Ø Belahan 4 arah
Ø Belahan 5 arah
Ø Belahan 6 arah

d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Secara umum pecahan dikenal dengan 3 istilah yaitu :
1.Pecahan Rata (Even) bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya :
mineral lempung.
2.Pecahan Melengkung (Concoidal) bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung dipermukaan.
3.Pecahan Tidak Rata (Uneven) bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur
dan kasar misalnya pada garnet.
Selain itu dapat juga dikelompokkan menjadi :
Ø Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya : asbes, augit.
Ø Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya : mineral kelompok logam murni.
Ø Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi mineral) terhadap
suatu goresan (jika permukaannya digores). Secara relative sifat fisik ini
ditentukan dengan menggunakan skal Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang
paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs) :

TABEL KEKERASAN MINERAL (SKALA MOHS)


Kekerasan
(Hardness) Nama Mineral Rumus Kimia
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4 2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3F
6 Ortoklas KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2(SiO4)(F2OH)2
9 Korondum Al2O3
10 Intan C

Selain itu dapat pula digunakan perbandingan kekerasan relatif, yaitu : Kuku jari
tangan = 2,5 ; kawat tembaga = 3,5 ; porselen = 5-5, 5 ; pisau lipat = 6 ; kikir baja
= 6 ; kuarsa = 7.

f. Cerat/ Goresan (streak)


Cerat atau warna bubuk adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat
sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.

g. Struktur/ Bentuk mineral


Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral terseburt mempunyai
bidang Kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas
Kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin
atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu
oleh proses-proses yang lain.

Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


1. Granular atau butiran : terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai
dimensi yang sama, isometric.
2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya
ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, maka dikatakan mempunyai
struktur fibrus atau berserat.
3. Struktur lembaran atau lamellar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.
Struktur ini dibedakan menjadi tabular, konsentris dan foliasi.
4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular,
liformis, membilah, dll.

h. Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, atau berat relative
dari suatu mineral diukur terhadap berat di udara, atau perbandingan antara berat
mineral di uadara terhadap volumenya di dalam air

i. Sifat dalam
Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau
penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi : rapuh (brittle), dapat diiris (sectile),
dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur (elastic) dan
fleksibel (flexible).

C. KLASIFIKASI DAN CONTOH MINERAL

Berikut adalah Klasifikasi mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi


menurut James D.Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang didasarkan
pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal, adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak
akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :

a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag),
Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah
isometrik.

b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang


keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.

c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

2. KELOMPOK SULFIDA

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya
unsure utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah


gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).

Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores).
Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri
logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur
logam dari sulfurnya.

Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk
juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan
juga sulfosalt.

3. KELOMPOK OKSIDA DAN HIDROKSIDA

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH-).

a.OKSIDA
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih
berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome,
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

b.HIDROKSIDA
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-
unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH),
Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).

4. KELOMPOK HALIDA

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,


seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5).Contoh
mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit
(Na3AlF6).
5. KELOMPOK KARBONAT

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,


umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga
termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh
mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).

6. KELOMPOK SULFAT

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada
daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat.
Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi
logam dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan
gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,
molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

7. KELOMPOK PHOSPHAT

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5
(PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 .
5H2O
8.KELOMPOK SILIKAT

Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah


mineral ferromagnesium.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL

OLEH :

NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
1. Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam, bersifat
homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika tertentu.
2. Beberapa sifat fisik mineral adalah : warna, kilap, bentuk Kristal, belahan,
kekerasan, berat jenis, pecahan dan cerat.

IV.2 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu buku penuntun yang diberikan agar
kiranya mempunyai materi yang lebih lengkap, sehingga memudahkan praktikan
untuk mendeterminasi mineral.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan magma,
yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk agregasi yang
kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat diartikan sbagai susunan
mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh, sehingga tidak memperlihatkan
adanya ruang atau pori diantara mineral atau kristal-kristal penyusun batuan.
Kalaupun ditemukan pori-pori, itu hanya bekas-bekas gas yang keluar atau
terjebak pada waktu pembekuan magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat
pijar yang terbentuk secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi
dari magma (900-1600C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal
dari bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari unsure
O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa H2O dan CO2
serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.
Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh komposisi
mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan temperatur
pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap jenis batuan beku
yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non
logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta kondisi-kondisi tertentu
yang mempengaruhi proses pendinginan magma dapatmenghasilkan jebakan
endapan mineral yang ekonomis.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati dan
mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan, struktur batuan,
dan komposisi/komponen penyusun.
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat fisikdan
komponen penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusun yang telah diketahui.
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
 Mengetahui macam–macam batuan beku
 Mendeskripsikan materi penyusun batuan beku
 Mengetahui proses terbentuknya batuan beku
 Mengetahui karakteristik dari batuan beku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Proses Terbentuknya Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik dimantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikantemperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan
bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering
juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat
mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku ekstrusif.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,
CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan
Bowen’s Reaction Series.

II.2 Tekstur batuan beku

Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan


keteraturan mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan
dan keterdapatannya. Faktor utama yang berperan dalam pembentukan tekstur
pada batuan beku adalah kecepatan pembekuan magma.
Faktor lain :

 Kecepatan difusi, kecepatan atom dan molekul berdifusi dalam cairan,

 Kecepatan pembentukan kristal,

 Kecepatan pertumbuhan kristal.

Tekstur umumnya ditentukan oleh beberapa hal yang penting, yaitu:

1. Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2. Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.


Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

 Fanerik, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama
lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini
dapat dibedakan menjadi:
 Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
bentuk kristal, yaitu:

 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang


membentuk batuan berukuran sama besar, Berdasarkan keidealan
kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Panidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-


mineral yang euhedral.

 Hipidiomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-


mineral yang subhedral.

 Allotriomorfik granular yaitu mineral-mineralnya terdiri dari mineral-


mineral yang anhedral.

2. Inequigranular yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan


tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa
dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

II.3 Struktur Batuan Beku


Struktur Batuan beku merupakan kenampakan/bentuk dari susunan batuan
beku meliputi:
- Struktur Massive adalah susunan mineral-mineral yang tersusun secara kompak
dalam suatu batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori penjajaran mineral atau
bentuk aliran.

- Struktur akibat pelepasan bahan volatile,terdiri dari:

a. Vesiculer ; Strukrur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang akibat pelepasan


gelembung-gelembung gas dari magna
b. Amygdaloid yaitu struktur vesiculer dimana lubang-lubang telah diisi oleh
mineral-mineral sekunder.

- Struktur permukaan dari fase larutan,meliputi:

a. Xenoli yaitu struktur yag memperlihatkan adanya batuan asing dalam suatu
batuan.
b. Xenocrys yaitu kenempaka adaya mineral-mineral asing dalam suatu batuan.
c. Pillow yaitu kenampaka speroidal tipis tak menerus atau pengumpulan dati
ellipsoidal- ellipsoidal seperti bantal.

- Struktur permukaan meliputi:

a. Corona Structure disebut juga reaction rim:struktur yang terjadi karena adanya
reaksi kimia pada sisi Kristal.
b. Flow Effecs meliputi ,Trachytoid,fluidakl,Schieren
c. Microlitic struktur yaitu kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runcing
dalam ukuran kecil pada batuan phaneritik.

- Struktur setelah terjadi pembentukan magma meliputi :


a. perlitik struktur.
b.spereulitic struktur.
c.Orbicular sturktur.

II.4 Klasifikasi Batuan Beku


1. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terbentuknya
a.Batuan beku dalam (plutonik rocks)
Merupakan magma yang membeku didalam bumi sehingga membentuk batua
beku intrusi atau batuan beku plutoik .
b.Batuan Beku Korok ( Plutonic Rocks )
Merupakan batuan beku yang membeku dekat dengan permukaan bumi
c. Batuan beku Lelehan ( Vulcanik Rocks )
Merupakan batuan beku yang tebentuk pada permukan bumi.

2. Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya:


a. Batuan beku asam
b. Batuan beku intermediate
c. Batuan beku basa
d. Batuan beku ultrabasa

1. Batuan Beku Asam


Kenampakan dari batua ini memperlihatkan warna terang atau keputihan,
kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butir-butir kasar, bahkan
dapat butiran yang sangat halus menyerupai kaca seperti opsidion, akibat
pembekuan yang sngan lambat. Selain selain itu dpat juga ditemukan butiran yang
sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam dapat di temukan dalam bentuk
Batolith,Laccolit, Lapolith dan intrusi yang besar karena sifat kekentalan
magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-celah yang sempit
dalam bentuk dyke atau sill. Cirri khas dari batuan beku asam adalah kelimpahan
dari potash feldspar disbanding jenis plagioklas. Temperatur pembekuan batuan
beku asam sekitar 800 C. Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan
sampingnya, sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya
banyak ditemmukan xenoliths terutama pada tepi tubub batuan beku luarnya.
Yang termasuk batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit,Pekmatit,Riolit ,Osidian,
Pumis, Sienit, daan Trakit.

2. Batuan Beku Intermedit


Batuan beku intermedit bewarna agak lebih gelap daripada batuan beku
asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman.Mempunyai ukuran butir halus
sampai kasar. Bentuk intrusi dari abtuan beku intermedit ini kebanyakan termasuk
Laccolith,Lapollith,Dyke dan sill.Bentuk –bentk intrusi dikontrol oleh
kekentalanmagmanya yang menengah. Sebagian dapat melalui cela-cela yang
agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.
Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan antara
potash feldspar dan plagioglas.Temperatur pembekuan sekitar 900 C, proses
asimilasi mulai Nampak dan dapat ditemukan xenoliths-xenolith sifatnya basah
pada tepi tubuh intrusi atau pada batuan beku luarnya.
Berdasaarkan perbandingan jenis-janis feldsparnya, maka batuan beku
intermedit dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :
1. Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hamper sama ; terdiri
dari granodiorit – andamelit-monzonit dan latit- dasti.
2. Batuan dengan komposisi plagioglas lebih dominan dari pada potash
feldspar,terdiri dari : diorite-tonalit dan andesit-dasit.
Batuan beku intermedit paling banyak memperlihatkan pelapukan
speroidal, karena banyak mengandung mineral feldspar . Lebih lagi apabila batuan
ini telah mengalami kenaikan tekanan temperature. Mineral-mineral feldspar yang
telah mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral – mineral kaolin. Baik
gejala speroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku intermedit
yang telah mengalami pensesaran.

3. Batuan Beku Basa


Batuan beku basa memperlihatkan warna gelap hitam olwh mineral-mineral
ferromagnesian dan mineral-mineral plagioglas basa. Ukuran butir dari batuan ini
adalah halus hingga kasar.batuan basa dalam bentuk intrusi kebanyakan dyke,sill,
apophyse dan lelehan. Bentuk intrusi tersebut berhubungan dengan sifat
magmanya yang memiliki kekentalan rendah ( encer ) sehingga dapat memasuki
celah – celah sempit atau dapat berupa lelehan yang luas dipermukaan. Pada
permukaan batuan beku luar dari batuan beku basa ini , kadang ditemukan
vesiculasi- vesiculasi sebagai kesan bahan-bahan volatil. batuan beku basa sering
pula memberikan bentuk permukaan seperti susunan balok atau pahoe-pahoe,
yang terbentuk pada pembentukan magma yang encer. Sedangkan magma yang
kental atau asam biasanya membentk seperti susunan tali atau ropy.
Temperatur pembekuan dari batuan beku basa sekitar 1000…C, dimana
dapat terjadi proses asimilasi dengan baik apabila batuaan sampingnya lebih
asam.meskipun demikian, kadang masih dapat ditemukan xenolith dari batuan
yang sama atau yang beku basa ( ultra mafic ). Disekitar penyebaran batuan beku
basa, ditemukan di tempat-tempat batuan intermediate dengan penyebaran kecil
sebagai akibat hasil asimilasi magma basa dengan batuan samping yang bersipat
asam atau dapat pula terbentuk melalui proses differensiasi magma, biasanya
dapat ditemukan pada bagian tepi dan atas tubuh intrusi batuan beku basa.
Termasuk batuan beku basa adalah Gabro, Diabase, Basal dan Trachyte.

4. Batuan Beku Ultrabasa


Batuan beku ultra basa adalah batuan yang tersusun oleh mineral-mineral
ferromagnesium sehingga kenampakannya sangat gelap atau hitam. Batuan ini
mudah lapuk terhadap air hujan seperti halnya Batu gamping karena sifatnya yang
tidak tahan terhadap kondisi asam. Kenampakannya hampir sama dengan
permukaan batugamping dengan lubang-lubang atau torehan air hujan. Bentuk
dan tipe dari tubuh batuan beku ultrabasa belum dapat diketahui dengan jelas
karena batuan merupakan batuan dasar samudra yang umurnya lebih tua.
Kehadiran suatu singkapan ultrabasa didaerah kontinen sangat berkaitan
erat dengan gerak – gerak tektonik masa lampau didaerah tersebut dan biasanya
batuan ini berasosiasi dengan batuan metamorf dan batuan sedimen tua.
Kehadiran ultrabasa ini biasanya diakibatkan oleh obduksi, sehingga banyak
memberikan batas litologi dan sona sesar naik. Sebagai aki bat aktivitas tektonik,
batuan ultrabasa banyak mengalami penghancuran atau penggerusan, kekar-kekar
dan metamorfisme dinamik yang disertai dengan proses kloritisasi, serpentinisasi,
dan lain-lain.
Temperatur pembekuan batuan beku ultrabasa adalah diatas 1000…C dan
secara teoritis prosses asimilasi berjalan sempurna. Oleh karena kondisi
pembekuan batuan beku ultrabasa paada kedalaman dan tekanan yang besar, serta
urutan kristalisasi dari mineral penyusunnya yang mengkristal dengan tingkat
kristalisasi yang relative sama sehingga bentuk Kristal dari baatuan beku
ultrabasa adalah anhedral-subhedral. Pada batuan ini tidak ditemukan mineral
feldspar lagi.
Yang termasuk batuan beku ultrabasa adalah sebagai berikut :
Dunit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % Olivin.
Peridotit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi piroksin dan olivin ( 10 –
50 % ).
Piroksenit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % pirokksin.
Limburgit, yaitu batuan beku lelehan dari batuan ultrabasa dengan tekstur
afanitik.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU

OLEH :

NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

1. Mineral pembentuk batuan beku ditentukan oleh komposisi kimia yang


pembentuknya seperti halnya batuan beku yang mempunyai variasi sangat besar.
2. Faktor terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkat
kecepatan pembekuan magma.
3. Sebagai panduan dalam mendeterminasi batuan beku harus di sesuaiakan dengan
tabel klasifikasi menurut RUSSEL B. TRAVIS

IV.2 SARAN

Saran saya adalah sangat diharapkan partisipasi baik dari asisten maupun
praktikan agar lebih mampu mengutamakan kepentingan lab, demi kemajuan
bersama.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk melalui proses


sedimentasi baik secara fisika maupun secara kimia dan organic. Pada sebagian
sedimen organic dapat terbentuk melalui proses diagenesis langsung terhadap
bahan-bahan organisme seperti pada pembentukan batugamping terumbu. Proses
fisika yang berlangsung selama sedimentasi melalui proses perombakan batuan
induk, transportasi, perubahan-perubahan sifat fisik material rombakan,
pengendapan, kompaksi, dan untuk derajat litifikasi harus disertai dengan proses
kimiawi, yaitu proses diagenesis dan sementasi. Poses kimiawi dapat berlangsung
bersamaan dengan proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti
pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses fisika dan dapat pula bekerja
secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil proses atau
reaksi kimia yang menyusun batuan sedimen.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi mempunyai
suatu kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk dan coraknya
memberikan kenampakan pencerminan adanya kesan pengendapan selama
pembentukannya. Pembentukannya secara pelan dan bertahap dengan urutan
susunan yang teratur dapat memberikan suatu ciri yang khas dengan struktur
perlapisan yang bervariasi.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi


batuan sedimen berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral
penyusunnya.
Tujuan praktikum ini adalah agar dapat : mendeterminasi batuan sedimen
berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya dan menentukan jenis serta
nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


 Mengetahui macam–macam batuan sedimen
 Mendeskripsikan materi penyusun batuan sedimen
 Mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
 Mengetahui karakteristik dari batuan sedimen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Proses Terbentuknya


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi
dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian
terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari
partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari
mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas
organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel
(termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan lempung. Transportasi dari
sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting).
Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak
transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi
batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk melalui
proses sedimentasani baik secara fisik maupun secara kimia atau organic.pada
sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu gamoing tertumbu.
Proses pisika berlang sung selama sedimentasi meliputi perombakan ,
penggndapan kompaksi dan selanjutnya diikuti oleh proses diagenesis dan
sementasi.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi memilik
kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya.Bentuk dan teksturnya
mencerminkan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya. Factor yang
berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah aspen mekanik,kimiawi dan
biologis.Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah dalam dua kelompok, yaitu
sumber material sedimen dan lingkunga pengendapan.
Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas vulkanik,yaitu material klastik atau rombakan yang dikeluarkan oleh
aktifitas vulkanisme sebagai bahan piroklastik berupa bomb,bloc,lapili da debu-
debu vulkanik serta material piroklastik lainnya.
b. Pelapukan mekanik, hasil perombakan melalui pelapukan mekanik terhadap
singkapan suatu batuan akan mengalami transportasi kemudian terakumulasi pada
suatu cekungan,kemudian terjadi kompaksi,diagenesis sementasi dan litifikasi.
c. Larutan - larutan dalam air, berupa garam-garaman yang hancur dan lapuk baik di
darat mapun dilaut pada kondisi tertentu dapat terjadi reaksi kimia.\
d. Material organic, yaitu sisa mahluk hhidup yang mati kemudian terendapkan
dalam batuan.
SKALA WENWORT

Diameter Partikel/Fragmen Material Lepas Material tersemen


(mm)
>256 Boulder/ Bongkah Boulder Gravel
64 – 256 Cobble Cobble Gravel Konglomerat
4 – 64 Pebbel Pebbel Gravel
2–4 Granule Granule Gravel Granule
Konglomerat
1–2 Btr pasir sangat Pasir sangat Batu pasir sangat
kasar kasar kasar
0,5 – 1 Btr pasir kasar Pasir kasar Batu pasir kasar
0,25 – 0,5 Btr pasir sedang Pasir sedang Batu pasir sedang
0,125 – 0,25 Btr pasir halus Pasir halus Batu pasir halus
0,0625 – Btr pasir sangat Pasir sangat Batu pasir sangat
0,125 halus halus halus
0,004 – Partikel Lanau Lanau ( Silt ) Batu Lanau
0,0625
<0,004 Partikel Lempung Lempung ( Clay Batu Lempung
)

Susunan Butir
Pemilahan (Sortasi)
Adalah merupakan penyeleksian ukuran butir, atau keseragaman antar butir
penyusun batuan sedimen. Sortasi terbagi atas:
 Sortasi baik, jika ukuran materialnya relative sama (seragam).
 Sortasi jelek, bila ukuran butir bervariasi dengan range (perbedaan) butir sangat
besar.

Derajat pembundaran (Roundnes)


Derajat pembundaran suatu partikel yang kita amati adalah sudut permukaannya,
yang terbagi atas:
 Sangat bulat (well rounded)
 Membulat (rounded)
 Agak bulat (subrounded)
 Agak runcing (subangular)
 Meruncing (angular)
Kemas
Yaitu keterikatan antara partikel-partikel penyusun batuan. Jenis kemas terdiri
atas dua istilah:
 Kemas tertutup jika keterrikatan antara partikel-partikel kuat atau massive.
 Kemas terbuka jika keterikatan partikel-partikel mudah lepas.

Komposisi mineral
 Butir/fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, nampak
seperti fenokris pada batuan beku.
 Matriks, merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai
penyusun utama batuan sedimen (massa dasar).
 Semen, merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi.
Antara lain; Karbonat (kalsit), Silika (kuarsa) dan oksida besi.

II.2 Tekstur Batuan Sedimen


Tekstur batuan sedimen non klastik
- Amorf
- Kristalin
Tekstur batuan sedimen klastik didasarkan pada
- Ukuran Butir
- Bentuk Butir
- Sususnan Butir/komposisi

II.3 Struktur Batuan Sedimen


Struktur batuan sedimen dikelompokan menjadi 2 yaitu strktur berlapis dan
tidak berlapis. Struktur berlapis terjadi karena perbedaan warna batuan sedimen,
perbedaan ukuran butir, perbedaan kompaksi mineral, dan perbedan sifat fisika
dan kimia.
Klasifikasi struktur sedimen berdasarkan ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu
syngenetik dan epigenetic.
- Syngenetik yaitu struktur sediment yang terbentuk selama sedimentasi
berlangsung, biasa disebut pula struktur primer.
- Epygenetik adalah strutur sedim en yang terjadi setelah batuan sedimen
terbentuk.
II.4 Klasifikasi Batuan Sedimen
a) Sedimen yang berasal dari hasil transportasi material padat yang berasal dari
pelapukan batuan lain yang terbentuk dari akumulasi fragmen-fragmen atau
butiran-butiran mineraldari berbagai macam type, endapan ini dikenal dengan
nama detrial dan batuannnya disebut batuan sedimen detrial atau batuan sedimen
Klastik.

b) Sedimen yang berasal dari material yang larut sebagai hasil pelapukan
kimia, atau batuan sedimen yang terbentuk dari proses-proses kimia, seperti
evaporasi dan laterisasi. Batuan sedimen ini biasa disebut batuan sedimen Non
Klastik.

c) Ada juga batuan sedimen non klastik yang terbentuk dari bagian-bagian
organic baik hewan maupun tumbuhan, yang dikenal dengan sedimen organik.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN

OLEH :

NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSA
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Setelah kelompok kami melakukan praktikum di laboratorium maka kami dapat
menarik kesimpulan tentang batuan sedimen antara lain :
Tekstur batuan sedimen terbagi menjadi 2 yaitu Klastik dan Nonklastik
Klasifikasi struktur sedimen ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu syngenetik dan
epigenetik.
Dalam derajat pembudaran/roundness batuan sedimen dibagi menjadi 6 yaitu:
Wellrounded
Rounded
Subrounded
Subangular
Angular
Verryangular

IV.2 SARAN
Saran saya adalah diharapkan pada setiap kali percobaan praktikan dan asisten
mampu mematuhi segala aturan yang telah dibuat, agar dalam melakasanakan
praktikum mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan metamorf adalah batuan beku, sedimen ataupun metamorf, yang


telah mengalami metamorfisme, yaitu perubahan fisik, dan kimia batuan yang
diakibatkan oleh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Perubahan fisik dalam wujud batuan atau kristal, yang mana berubah
bentuk diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Perubahan kimia terjadi dari pengaruh
kenaikan temperatur, sehingga komposisi mineral-mineral akan berubah, baik
dalam bentuk ubahan, raplacemen, addisi dan lain-lain, seperti perubahan mineral-
mineral ferromagnesium menjadi klorit.
Perubahan yang terjadi dalam proses metamorfisme dapat diakibatkan oleh
kenaikan temperatur, tekanan dan aktifitas larutan kimia, melalui proses
rekristalisasi tanpa melalui fase cair. Karena apabila fase ini telah mencapai fase
cair, maka keadaan tersebut telah berubah menjadi proses kristalisasi dalam
pembentukan batuan beku.
Suatu kenampakan lapangan yang menarik pada batuan metamorf yaitu
memperlihatkan foliasi dan penjajaran mineral-mineral penyusuunnya yang
berbeda dengan batuan lainnya. Foliasi yang ditimbulkan oleh proses
metamorfisme, banyak dikontrol oleh tekanan yang kuat, sehingga terjadi
perubahan bentuk mineral menjadi pipih dan terarah membentuk bidang/lapisan
foliasi. Tanpa pngamatan seksama, maka seringkali terjadi kekeliruan terhadap
penentuan foliasi dengan struktur lapisan dan cermin sesar. Foliasi yang kuat
dapat lepas-lepas menjadi suatu bidang lembaran-lembaran batuan melalui arah
penjajaran mineral pipihnya yang berbeda dengan lapisan sedimen.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi
batuan metamorf berdasarkan tekstur, struktur, dan perubahan yang terjadi pada
mineral penyusunnya.
Tujuan praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mendeterminasi batuan metamorf berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusun yang telah diketahui.]
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
 Mengetahui macam–macam batuan metamorf
 Mendeskripsikan materi penyusun batuan metamorf
 Mengetahui proses terbentuknya batuan metamorf
 Mengetahui karakteristik dari batuan metamorf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PROSES TERBENTUKNYA


Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh
perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan
strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi.
Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf
adalah:
· Terjadi dalam suasana padat
· Bersifat isokimia
· Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
· Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu Tekanan dan
Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang
menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan
diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress
misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan
sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat
proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru.
Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum
dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Batuan metamorf adalah batuan ynag terbentuk atau berasal dari batuan
Yang telah ada sebelumnya yang mengalami proses metamorfisme yaitu
peerubahan fisik dan kimia batuan akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi.
Adapun proses-proses metamorfisme yang terjadi adalah metamorfisme
kontak, metamorfisme dinamik dan metamorfisme regional.
1. Metamorfisme kontak
Metamorfisme kontak adalah suatu prose metamorfisme yang terjadi akibat
penerobosan magma. Faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur,sdangkan
tekanan kurang berpengaruh. Sifatt batuan dari metamorfisme kontan
menunjukkan perubahan kimia yang menonjol, struktur kurang berfosil, tekstur
kurang teratur dan penyebarannya mengikuti zonaintrusi.
2. Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme dinamik terbentuk oleh adanya pergeseran atau dislokasi
lapisan bumi. Faktor yang paling berperan adalah perubahan tekanan .
pembentukan kekar, sesar atau lipatan oleh gerak tektonik dapat memicu
terjadinya proses metamorfisme dinamik.
3. Metamorfisme regional
Metamorfisme regional berkembang pada daerah yang luas dan oleh
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi berhubungan dengan gerakan
lempeng, baik secara tektonik maupun non tektonik.pengaruh tekanan dan
temperatur yang tinggi dapat membentuk mineral-mineral tekanan ( stress
minerals) seperti serisit, muscovite, stourolit dan lain-lain. Metamorfisme regional
dapat dikenal berdasarkan tekanan dan temperatur pembentukannya.

II.2 TEKSTUR BATUAN METAMORF


Tekstur batuan metamorf dibagi dalam 4 golongan yaitu:
- Kristaloblastik
Adalah tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi
mineral sehingga teksdtur sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi, dan dapat
dibedakan:
Idioblastik : Sebagian besar mineral penyusunnya bersifat idiomorf.
Xenoblastik : Sebagian mineral penyusunnya bersifat xenomorf.
Lepidoblastik : Umumnya mineral penyusunnya berbentuk pipih.
Nematoblastik : Mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik : Mineral penyusunnya bersifat equidimensional.
Porphyroblastik: Tekstur kristaloblastik yang bersifat porfiritik.
Mosaictekstur :Tekstur equidimensional atau equigranular, mineral pembentuk
polygonal.
Poikiloblastik : Tekstur yang mineral penyusunnya bersifat poikilitik.
Decussate tekstur : Tekstur kristaloblastik dari polimineral serabut dengan
orientasi Kristal yang tak teratur seperti pada anthopolit shirt.
- Tekstur Sisa
Tekstur ini bisa juga diebut palimset tekstur yaitu tekstur yaitu tekstur yang masih
memperlihatkan tekstur batuan asalnya.
Blstoporfiritik : tekstur sisa yang bersifat porfiritik
Blastoposefiritik : Tekstur sisa yang bersifat psepfiritik
Blastofitik : tekstur sisa yang bersifat ofitik saling memasuki.
Blastofiliktik : Tekstur sisa yang bersifat lempung
Blastosamatik : Tekstur sisa yang bersifat pasir

- Marculose tekstur
Adalah tekstur pada batu sabak yang memperlihatkan adanya bintik-bintik.
- Fokoidal tekstur
Tekstur yang memperlihatkan adanya matriks yang berbentuk lensa.
II.3 Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan dari bentuk susunan orientasi
mineral-mineral berupa bidang atau garis atau bentuk orientasi poligogranular dari
mineral-mineral dalam batuam metamorf.
Struktur batuan metamorf dapat dibagi atas :
- Struktur Foliasi
Suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang yang sejajar
dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu sendiri.
- Struktur Unfoliasi
Struktur yang memperlihatkan adanya mineral pipih, tetapi menunjukan agregasi
dari mineral equidimensional atau butiran.

II.4 Klasifikasi Batuan Metamorf

1. Batuan metamorf Foliasi


Batu sabak merupakan batuan metamorf yang berbutir halus dan disusun
terutama oleh mineral mika. Batuan ini menunjukan belahan batuan yanf sangat
bagus, karena sifat fisiknya yang dapat membelah menjadi batuan yang pipih,
maka batu sabak sering digunakan sebagai atap, lantai, papan tulis, dan
sebagainya. Batu sabak terbentuk dari serpih yang mengalami proses
metamorfisme tingkat. Kadang-kadang batuan ini juga terbentuk dari batuan
vulkanik yang berbutir halus. Warna batu sabak bervariasi tergantung pada
kandungan mineral batuan asalnya.Batu sabak yang berwarna hitam berasal dari
serpih yang banyakmengandung material organic , sedangkan berwarna merah
berasal dari batuan yang banyak mengandung oksida besi. Batu sabak yang
berwarna hijau berasal dari serpih yang banyak mengandung klorit. Mineral yang
menyerupai mika pada batu sabak terbentuk dari mineral Fe silikat. Karena batu
sabak terbentuk pada proses metamorfisme tingkat rendah, maka bidang
perlapisan batuan kadang masih terlihat. Orientasi belahan batuan pada batu sabak
pada umumnya cenderung memotong perlapisan batuan asal.
2. Batuan Metamorf Unfoliasi
Merupakan batuan metamorfisme yang tidak memperlihatkan adanya
struktur foliasi tetapi tersusun oleh mineral-mineral bentuk prismatic, butiran yang
equidimensional. Contoh Hornfels, Granulite, Marmer, skarn, Silicified, kuarsit,
Buchites.
3. Batuan Metamorf kataklastik
Batuan ini berasal dari hasil mekanik (Kinetik).
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF

OLEH :

NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2018

BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

1. Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada menjadi
batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang besar.
2. Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan tersebut terbentuk,
sehingga batuan tidak menjadi stabil.
3. Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari tiga fenomena
pembentukan batuan metamorf.

I V.2 SARAN
Untuk peningkatan kualitas praktikum di LAB Geologi di masa mendatang,
kami menyarankan :
Agar pelaksanaan praktikum berikutnya tidak dilaksanakan dengan waktu yang
terlalu sempit dengan masa akhir semester agar peserta praktikan memiliki waktu
yang cukup dalam penyusunan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Arini. Geomorfologi sulawesi


. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2005 Herlambang, Sudarno.
Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia.
Malang.UM Press.- T Apandy dan S Bachri.
Peta geologi lembar Kotamobagu
. Skala 1 : 250.000 .1997 Noor, Djauhari.
Geologi dasar
. 2010 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2004.
NN. Geologi dasar.
Jakarta. 2013

Anda mungkin juga menyukai