Laboraturium Geologi
Laboraturium Geologi
A. MINERAL
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUANPRAKTIKUM ......................................................
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................
B. BATUAN BEKU
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUANPRAKTIKUM ......................................................
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................
C. BATUAN SEDIMEN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM .....................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PROSES DAN GANESA BATUAN SEDIMEN ...............
II.2 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN .......................................
II.3 STRUKTUR BATUAN SEDIMEN....................................
II.4 KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN ................................
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................
D. BATUAN METAMORF
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG .........................................................
I.2 MAKSUD PRAKTIKUM ...................................................
I.3 TUJUAN PRAKTIKUM .....................................................
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN ..................................................................
IV.2 SARAN ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. TUGAS PENDAHULUAN
2. LAPORAN SEMENTARA
3. LAMPIRAN ASISTENSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya, serta kesehatan dan kesempatan dari-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini yang menjadi salah satu syarat
dalam mengikuti ujian praktikum Geologi fisik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan bimbingan dan arahan.
Untuk itu saya berterima kasih kepada bapak Ir. Ir. Baso Djunain, MM selaku
dosen pengajar mata kuliah Geologi fisik, para Asisten Laboratorium Geologi
fisik, dan teman-teman Fakultas Teknik jurusan pertambangan UPRI Makassar
serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Laporan
Lengkap Geologi fisik ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun.
Akhir Kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan
ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.
PENDAHULUAN
Geologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi baik dalam
maupun dari atas permukaan bumi, beserta mineral-mineral penyusunnya..
Batuan adalah agresi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral ( sejenis atau
tidak sejenis),dalam suatu perbandingan tertentu, biasany tidak homogeny atau
tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan
terbentuk di alam.
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas –batass tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Determinasi atau pengenalan mineral dapat didasarkan pada berbagai sifat dari
mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat
optik.Namun dalam praktikum ini, kita hanya terbatas pada pengenalan sifat fisik
dari mineral.
Untuk menentukan nama mineral terlebih dahulu dilakukan determinasi sifat-
sifat fisik mineral yang meliputi : warna, kilap,bentuk, kekerasan, berat jenis,
belahan, pecahan dan cerat.
Beberapa sifat fisika yang penting adalah sifat-sifat fisik mineral tersebut
meliputi: warna (colour), kilap (luster), belahan (cleavage), pecahan (fracture),
kekerasan (hardness), cerat/goresan (streak), Diaphaneti dan berat jenis.
a. Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang
berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opaque)
seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila warna mineral tidak tetap,
tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral
yang tembus cahaya (transparan) seperti kuarsa dan kalsit.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya.Kilap mineral dapat dikelompokkan menjadi :
* Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung
logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.
* Kilap setengah logam (sub metallic luster)
* Kilap bukan logam, tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
a. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya,
misalnya : kalsit, kuarsa, halit.
b. Kilap intan (adamantine/diamond luster), memberikan kesan cemerlang seperti
intan, contohnya intan.
c. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera, pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit,
gypsum.
d. Kilap dammar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar , contohnya :
sfalerit dan resin
e. Kilap mutiara (perly luster), memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian
dalam dari kulit kerang misalnya talk, dolomite, muskovit dan tremolit.
f. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun, contohnya : talk,
serpentin.
g. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya buram seperti tanah, misalnya kaolin,
limonit, bentonit.
h. Kilap lilin (waxy luster).
c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui
bidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahan umumnya sejajar
dengan bidang tertentu dan mineral tersebut secara teratur. Belahan pada mineral
terdiri dari :
Ø Belahan 1 arah
Ø Belahan 2 arah
Ø Belahan 3 arah
Ø Belahan 4 arah
Ø Belahan 5 arah
Ø Belahan 6 arah
d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Secara umum pecahan dikenal dengan 3 istilah yaitu :
1.Pecahan Rata (Even) bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya :
mineral lempung.
2.Pecahan Melengkung (Concoidal) bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung dipermukaan.
3.Pecahan Tidak Rata (Uneven) bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur
dan kasar misalnya pada garnet.
Selain itu dapat juga dikelompokkan menjadi :
Ø Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya : asbes, augit.
Ø Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya : mineral kelompok logam murni.
Ø Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi mineral) terhadap
suatu goresan (jika permukaannya digores). Secara relative sifat fisik ini
ditentukan dengan menggunakan skal Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang
paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs) :
Selain itu dapat pula digunakan perbandingan kekerasan relatif, yaitu : Kuku jari
tangan = 2,5 ; kawat tembaga = 3,5 ; porselen = 5-5, 5 ; pisau lipat = 6 ; kikir baja
= 6 ; kuarsa = 7.
h. Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, atau berat relative
dari suatu mineral diukur terhadap berat di udara, atau perbandingan antara berat
mineral di uadara terhadap volumenya di dalam air
i. Sifat dalam
Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau
penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi : rapuh (brittle), dapat diiris (sectile),
dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur (elastic) dan
fleksibel (flexible).
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak
akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag),
Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah
isometrik.
c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
2. KELOMPOK SULFIDA
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya
unsure utamanya adalah logam (metal).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores).
Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri
logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur
logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk
juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan
juga sulfosalt.
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH-).
a.OKSIDA
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih
berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome,
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
b.HIDROKSIDA
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-
unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH),
Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
4. KELOMPOK HALIDA
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh
mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
6. KELOMPOK SULFAT
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada
daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat.
Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi
logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan
gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,
molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
7. KELOMPOK PHOSPHAT
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5
(PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 .
5H2O
8.KELOMPOK SILIKAT
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
OLEH :
NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)
IV.1 KESIMPULAN
1. Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam, bersifat
homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika tertentu.
2. Beberapa sifat fisik mineral adalah : warna, kilap, bentuk Kristal, belahan,
kekerasan, berat jenis, pecahan dan cerat.
IV.2 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu buku penuntun yang diberikan agar
kiranya mempunyai materi yang lebih lengkap, sehingga memudahkan praktikan
untuk mendeterminasi mineral.
BAB I
PENDAHULUAN
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan magma,
yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk agregasi yang
kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat diartikan sbagai susunan
mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh, sehingga tidak memperlihatkan
adanya ruang atau pori diantara mineral atau kristal-kristal penyusun batuan.
Kalaupun ditemukan pori-pori, itu hanya bekas-bekas gas yang keluar atau
terjebak pada waktu pembekuan magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat
pijar yang terbentuk secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi
dari magma (900-1600C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal
dari bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari unsure
O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa H2O dan CO2
serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.
Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh komposisi
mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan temperatur
pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap jenis batuan beku
yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non
logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta kondisi-kondisi tertentu
yang mempengaruhi proses pendinginan magma dapatmenghasilkan jebakan
endapan mineral yang ekonomis.
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati dan
mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan, struktur batuan,
dan komposisi/komponen penyusun.
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat fisikdan
komponen penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusun yang telah diketahui.
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui macam–macam batuan beku
Mendeskripsikan materi penyusun batuan beku
Mengetahui proses terbentuknya batuan beku
Mengetahui karakteristik dari batuan beku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Fanerik, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama
lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini
dapat dibedakan menjadi:
Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Xenoli yaitu struktur yag memperlihatkan adanya batuan asing dalam suatu
batuan.
b. Xenocrys yaitu kenempaka adaya mineral-mineral asing dalam suatu batuan.
c. Pillow yaitu kenampaka speroidal tipis tak menerus atau pengumpulan dati
ellipsoidal- ellipsoidal seperti bantal.
a. Corona Structure disebut juga reaction rim:struktur yang terjadi karena adanya
reaksi kimia pada sisi Kristal.
b. Flow Effecs meliputi ,Trachytoid,fluidakl,Schieren
c. Microlitic struktur yaitu kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runcing
dalam ukuran kecil pada batuan phaneritik.
OLEH :
NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)
IV.1 KESIMPULAN
IV.2 SARAN
Saran saya adalah sangat diharapkan partisipasi baik dari asisten maupun
praktikan agar lebih mampu mengutamakan kepentingan lab, demi kemajuan
bersama.
BAB I
PENDAHULUAN
Susunan Butir
Pemilahan (Sortasi)
Adalah merupakan penyeleksian ukuran butir, atau keseragaman antar butir
penyusun batuan sedimen. Sortasi terbagi atas:
Sortasi baik, jika ukuran materialnya relative sama (seragam).
Sortasi jelek, bila ukuran butir bervariasi dengan range (perbedaan) butir sangat
besar.
Komposisi mineral
Butir/fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, nampak
seperti fenokris pada batuan beku.
Matriks, merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai
penyusun utama batuan sedimen (massa dasar).
Semen, merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi.
Antara lain; Karbonat (kalsit), Silika (kuarsa) dan oksida besi.
b) Sedimen yang berasal dari material yang larut sebagai hasil pelapukan
kimia, atau batuan sedimen yang terbentuk dari proses-proses kimia, seperti
evaporasi dan laterisasi. Batuan sedimen ini biasa disebut batuan sedimen Non
Klastik.
c) Ada juga batuan sedimen non klastik yang terbentuk dari bagian-bagian
organic baik hewan maupun tumbuhan, yang dikenal dengan sedimen organik.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
OLEH :
NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)
IV.1 KESIMPULAN
Setelah kelompok kami melakukan praktikum di laboratorium maka kami dapat
menarik kesimpulan tentang batuan sedimen antara lain :
Tekstur batuan sedimen terbagi menjadi 2 yaitu Klastik dan Nonklastik
Klasifikasi struktur sedimen ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu syngenetik dan
epigenetik.
Dalam derajat pembudaran/roundness batuan sedimen dibagi menjadi 6 yaitu:
Wellrounded
Rounded
Subrounded
Subangular
Angular
Verryangular
IV.2 SARAN
Saran saya adalah diharapkan pada setiap kali percobaan praktikan dan asisten
mampu mematuhi segala aturan yang telah dibuat, agar dalam melakasanakan
praktikum mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
BAB I
PENDAHULUAN
- Marculose tekstur
Adalah tekstur pada batu sabak yang memperlihatkan adanya bintik-bintik.
- Fokoidal tekstur
Tekstur yang memperlihatkan adanya matriks yang berbentuk lensa.
II.3 Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan dari bentuk susunan orientasi
mineral-mineral berupa bidang atau garis atau bentuk orientasi poligogranular dari
mineral-mineral dalam batuam metamorf.
Struktur batuan metamorf dapat dibagi atas :
- Struktur Foliasi
Suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang yang sejajar
dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu sendiri.
- Struktur Unfoliasi
Struktur yang memperlihatkan adanya mineral pipih, tetapi menunjukan agregasi
dari mineral equidimensional atau butiran.
OLEH :
NAMA : HERMANSYAH
STB : 1731201027
KELOMPOK : 1(SATU)
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
1. Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada menjadi
batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang besar.
2. Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan tersebut terbentuk,
sehingga batuan tidak menjadi stabil.
3. Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari tiga fenomena
pembentukan batuan metamorf.
I V.2 SARAN
Untuk peningkatan kualitas praktikum di LAB Geologi di masa mendatang,
kami menyarankan :
Agar pelaksanaan praktikum berikutnya tidak dilaksanakan dengan waktu yang
terlalu sempit dengan masa akhir semester agar peserta praktikan memiliki waktu
yang cukup dalam penyusunan laporan.
DAFTAR PUSTAKA