Anda di halaman 1dari 1

Pemikiran – pemikiran ekonomi menurut Soekarno telah kami uraikan sebelumnya.

Menurut pendapat kami pemikiran-pemikiran itu dapat dinilai lumayan “idealis”. Tetapi perlu

diketahui, pemikiran atau konsep, yang bersifat idealistis, kadangkala atau bahkan teramat

sering berbeda dengan kenyataan praktek, dan itu terbukti !!!. Hal inilah yang menimpa

pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Pada beberapa segi memang dapat dipahami dan

dimengerti, karena suatu tindakan atau tingkah laku manusia sangat tergantung pada berbagai

faktor atau kondisi yang melingkupinya seperti juga halnya pada saat suatu konsep atau

sistem dirumuskan untuk dijalankan.

Kontribusi pemerintah dalam usaha-usaha untuk membangun perekonomian dapat

dikatakan “gagal” pada periode Demokrasi Terpimpin (1957-1965) karena semestinya

pembangunan dipahami tidak hanya sebagai pertumbuhan ekonomi atau pembangunan fisik

saja, melainkan seharusnya mewujudkan kesejahteraan yang layak, keadilan sosial dan

keseimbangan ekologis. Di sisi lain, kami melihat pemerintahan Soekarno ini lebih memilih

mendahulukan proses politik daripada proses ekonomi.

Perlu diketahui, periode Orde Lama yang dipimpin Soekarno lebih kuat

nasionalismenya, sentralisasi, komando dan kepemilikan kolektif bisa disimpulkan berarti

prosesnya menjauhi kutub “Laissez-Faire” dan mendekati kutub “Dirigisme/hegemoni”.

Bahan kritik yang pantas ditujukan untuk pemerintahan masa Demokrasi Terpimpin

yaitu perlu ditekankan rasionalitas dalam pengambilan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi.

Selain itu proses perekonomian yang berjalan perlu ditopang dengan penegakkan rule of law

karena dalam masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin terjadi banyak penyelewengan

terhadap UUD 1945. Hal yang tidak kalah penting, jangan sampai nasionalisme yang terlalu

berlebihan menghalangi timbulnya modernisasi ekonomi. Khusus mengenai kemercusuaran

nyatanya saat itu anggapan yang ada bahwa Indonesia hanya sebuah mercu saja bagi dunia.

Dengan konsep Ekonomi Terpimpin mulai tahun 1957 hingga tahun 1965. Dalam

periode ini peranan negara dalam pengendalian ekonomi lebih besar dari periode sebelumnya.

Tapi pada kenyataannya sistem politik-ekonomi pada masa ini juga tidak memberikan hasil

yang didambakan masyarakat, terbukti hasilnya kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Inflasi lepas kendali, produksi nasional merosot dan kehidupan sehari-hari pun semakin berat.

Kegagalan ekonomi inilah menjadi salah satu pemicu rezim Demokrasi Terpimpin jatuh,

yang kemudian diganti oleh rezim Orde Baru atau Orde Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai