Anda di halaman 1dari 23

BAB 3

PENGGAMBARAN SISTEM JARINGAN IRIGASI

3.1 LANGKAH-LANGKAH PENGGAMBARAN


Dalam merencanakan system irigasi terdapat langkah-langkah yang
harus dilakukan agar didapat perencanaan yang baik. Berikut ini akan
dijelaskan langkah yang dilakukan dalam perencanaan system jaringan irigasi
Sungai Cipeteuy, yaitu :

1. Menyiapkan peta topografi dalam format AutoCad. Kemudian dibuka,


disediakan beberapa tipe peta dan yang akan digunakan dalma penjelasan
langkah ini adalah Peta Topografi Tipe 3.

Gambar 3.1 Peta Topografi Tipe 2


2. Menentukan letak bendung pada sungai, selanjutnya dapat diberikan nama
bendung sesuai nama sungai atau secara inisial saja. Nama bendungnya
adalah Bendung Cipeuteuy. Maka digunakan CPT pada penamaannya.

24
25

Gambar 3.2 Letak Bendung di Sungai

3. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan


warna merah.

Saluran
Pembuang

Gambar 3.3 Saluran Pembuang


4. Membuat saluran Induk atau saluran Primer. Pembuatan saluran ini dengan
menarik garis yang dibuat sejajar dengan garis kontur, dengan diambil pada
elevasi tertinggi. Selanjutnya diberi nama inisial sesuai dengan nama sungai
yaitu Saluran Primer Cipeuteuy.
26

Gambar 3.4 Pembentukan Saluran Primer


5. Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi.
Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak
bangunan pertama yaitu : BM1,BM2, dan BM3. Ruas antara bendung dan
bangunan pertama ( BM0-BM1 ) merupakan saluran induk seterusnya.

Gambar 3.5 Pembentukan Bangunan Bagi dan Sadap


27

6. Beri nama bangunan – bangunan yang ada pada saluran sekunder dengan
inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat dengan saluran
atau bila tidak kampung maka dapat diberi dengan nama yang sesuai
dengan keinginan tetapi tidak boleh sama. Misalkan untuk Saluran Sekunder
Cipeuteuy = SS.CPT
Contoh untuk saluran Sekunder yang lain :
- Saluran Sekunder Malang : SS. MLG
- Saluran Sekunder Solo : SS. SL
- Saluran Sekunder Riau : SS. RU
7. Menentukan luas petak tersier dengan luas minimum untuk setiap petak
adalah 60 ha dan maksimum nya adalah 110 ha. Kemudian beri nama petak
tersier sesuai nama saluran sekunder. Contoh :
- Saluran Sekunder Palu pada bangunan bagi pertama untuk petak tersier
bagian kanan dan kiri,mempunyai nama SS.CPT Rs 1.
- Untuk Petak Tersier Kanan diberi nama : ST. CPT Ka 1.
- Untuk Petak Tersier Kiri diberi nama : ST. CPT Ki 1.

Gambar 3.6 Pemberian Nama Bangunan Sekunder dan Bangunan Bagi


28

Gambar 3.7 Penentuan Luas Petak Tersier

3.2 PERHITUNGAN SISTEM JARINGAN IRIGASI


Setelah menentukan petak dan penentuan skema irigasi yang akan
direncanakan, maka mulailah beranjak pada pengolahan data-data yang ada
yang akan digunakan untuk merancang kebutuhan dimensi saluran.
3.2.1 Menghitung ET0/ Penman Modifikasi
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan. Sebelum
menentukan nilai ETo, harus menentukan nilai dari hujan efektif, untuk R-
80, rata-rata kelembaban udara setiap bulan, rata-rata penyinaran
matahari setiap bulan, rata-rata kecepatan angin, dan rata-rata
temperatur udara. Berikut adalah proses penentuan nilai ETo :
1. Menghitung Nilai Hujan Efektif
Tabel 3.1 Data Curah Hujan yang Telah Diurutkan

Langkah kerja yang dilakukan :


Contoh Perhitungan Pada Bulan Januari
a. Urutkan data dari yang terkecil ke besar
b. Menghitung rata-rata intensitas hujan
29

341+277+257+252+215+201+115+124+63+0
Rata–rata = Jlh.Data
341+277+257+252+215+201+115+124+63+0
= 9

= 200,8
c. Menentukan nilai R-80 yang caranya sebagai berikut :
Interpolasi antara Nilai 73 dan 82 untuk mencari R80
R80 = (80-73)/(82-73) * (63-124)+124
= 75,20
Untuk Bulan Januari
d. Menentukan nilai hujan efektif 70%, dengan cara sebagai berikut :
Hujan efektif 70% = Nilai R-80 × 70%
= 75,20 × 70%
= 3,29
2. Menghitung Nilai Rata-rata Kelembaban Udara (%)
Tabel 3.2 Kelembaban Udara

Langkah kerja yang dilakukan:


Menghitung nilai rata-rata perbulan.
Contoh perhitungan di bulan Januari :
60+60+60+60+62+61+62+61+61+52+60+62
Rata-rata = Jlh.Data
60+60+60+60+62+61+62+61+61+52+60+62
= 12

= 60,083

3. Menghitung Nilai Rata-rata Penyinaran Matahari (%)


30

Tabel 3.3 Penyinaran Matahari

Langkah kerja yang dilakukan :


a. Menghitung nilai rata-rata perbulan (Januari).
70+70+70+82+61+72+59+73+88+58+59+72
Rata-rata = Jlh.Data
70+70+70+82+61+72+59+73+88+58+59+72
= 12

= 69,5
4. Menghitung Kecepatan Angin (1 Knot = 1,61 km/jam)
Tabel 3.4 Kecepatan Angin

Langkah kerja yang dilakukan :


Contoh Perhitungan Pada Bulan Januari :
a. Menghitung nilai rata-rata perbulan.
5+3+2+4+3+3+3+3+4+3+3+3
Rata-rata (Knot) = Jlh.Data
5+3+2+4+3+3+3+3+4+3+3+3
= 12

= 3,25 Knot
b. Dari nilai rata-rata perbulan tersebut dikali 1,61 untuk mengubah
satuan menjadi km/jam.
Rata – rata (km/jam) = 3,25 Knot × 1,61 km/jam
= 5,23 km/jam
31

c. Mencari nilai rata-rata km/hari dan m/detik.


km
5,23 jam
Rata − rata km/hari = = 125,58 km/hari
1⁄24 jam
5,23 x 1000
Rata − rata m/detik = = 1,45 m/detik
3600
5. Menghitung Nilai Rata-rata Temperatur Udara (oC)
Tabel 3.5 Data Temperatur Udara

Langkah kerja yang dilakukan :


Contoh Perhitungan Pada Bulan Januari :
Menghitung nilai rata-rata perbulan.
22,8+29+29+28,9+28,5+28,2+28,7+29+29,9+28,6+28,5+28,9
Rata-rata = Jlh.Data
22,8+29+29+28,9+28,5+28,2+28,7+29+29,9+28,6+28,5+28,9
= 12

= 28,42
32

6. Menghitung Nilai ET0 / Penman Modifikasi


Tabel 3.6 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Contoh perhitungan dibulan Januari :


Diketahui :
Temperatur udara (oC) = 28,42
Kelembaban Udara (%) = 60,08
Penyinaran Matahari = 69,50
Kec.Angin (km/hari) = 125,58
Kec.Angin (m/dt) = 1,4535
LL = 7o LS
a = 0,25
Uday/Unight =2

Pencarian Nilai
U
F(u) = 0,27 × (1 + 100)
125,58
= 0,27 × (1 + ) = 0,609
100

ea = menggunakan rumus interpolasi dari tabel 3.7


𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
=( ) × (𝑒𝑎2 − 𝑒𝑎1) + 𝑒𝑎1
𝑇2−𝑇1
28,42−28,4
= ( 28,6−28,4 ) × (39,14 − 38,7) + 38,7

= 38,74
33

Tabel 3.7 Hubungan T dengan W, Ea, dan F(t)

𝑅𝐻
ed = 𝑒𝑎 × 100
60,08
= 38,74 × 100

= 23,27
w = menggunakan rumus interpolasi dari tabel 3.7
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
=( ) × (𝑤2 − 𝑤1) + 𝑤1
𝑇2−𝑇1
28,42−28,4
= (28,6−228,4) × (0,781 − 0,779) + 0,779

= 0,779
1-W = 1 – 0,779
= 0,221
Ra = menggunakan rumus interpolasi (terdapat di lampiran)
𝐿𝑆−𝐿𝑆1
= (𝐿𝑆2−𝐿𝑆1) × (𝑒2 − 𝑒1) + 𝑒1
7−6
= (8−6) × (16,10 − 15,80) + 16,10 = 15,95
34

Tabel 3.8 Tabel Ra

𝑛
Rs = (0,25 + (0,5 × 𝑁)) × 𝑅𝑎

= (0,25 + (0,5 × 69,50%)) × 15,95


= 9,53

Rns = (1 – a) × Rs
= (1 – 0,25) × 9,53
= 7,15 mm/hari

F(t) = menggunakan rumus interpolasi Pada Tabel 3.7


𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
=( ) × (𝑓𝑡2 − 𝑓𝑡1) + 𝑓𝑡1
𝑇2−𝑇1
28,42−28,40
= (28,60−28,40) × (16,42 − 16,38) + 16,38

= 16,38

F(ed) = 0,34 − (0,044 × √𝐸𝑑)


= 0,34 − (0,044 × √23,27)
= 0,128

𝑛
F(n/N) = 0,1 + (0,9 × 𝑁)

= 0,1 + (0,9 × 69,50%)


= 0,726
35

Rn1 = F(t) × F(ed) × F(n/N)


= 16,38× 0,128× 0,726 = 1,518

Rn = Rns × Rn1
= 7,15 × 1,518 = 5,629 mm/hari

C = lihat tabel di Tabel 3.9


Tabel 3.9 Tabel C

ETo = ( C.(W.Rn))+((1-W).F(u).(ea-ed))
= (1,10.( 0,779. 5,629))+(( 0,221. 0,609.15,46))
= 6,90 mm/hari

ETo (mm/Bulan) = ETo(mm/hari) × jlh.hari bulan januari


= 6,90 × 31 = 214,04 mm/bulan
36

3.2.2 Kebutuhan Air Padi & Palawija


1. Padi
Tabel 3.10 Kebutuhan Air Irigasi Padi

Langkah – langkah perhitungan kebutuhan air penanaman padi :


Contoh Perhitungan Pada Bulan April Periode I
a. Mengairi Sawah untuk Tanaman Padi (NFR) dengan rumus:
NFR = Etc + P + WLR - Re
Dari Data Sebelumnya Diketahui
Etc = Eto x Kc
= 5,56 x 0,8
= 4,45 mm/hari
P = 2 mm/hari
WLR = 0 mm/hari
Re = 3,32 mm/hari

NFR = Etc + P + WLR - Re


= 4,45 + 2 + 0 - 3,32
= 3,32 mm/hari
37

b. Menghitung Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi IR, dimana


IR = NFR
EFF
Besaran Efesiensi Irigasi Total Adalah :
Untuk Saluran Tersier = 80%
Untuk Saluran Sekunder = 90%
Untuk Saluran Primer = 90%
65%
Jadi Efesiensi Irigasi = 0,65
IR = NFR
EFF
IR = 3,32
0,65
IR = 4,963 mm/hari

c. Menghitung Kebutuhan Air Irigasi “a” dimana


IR Pada Data Sebelumnya 4,963 mm/hari
“a” = IR
8,644 (Mengkonversi nilai dari mm/hari ke lt/dt/ha)
= 4,963
8,644
= 0,574 lt/dt/ha

Langkah – Langkah Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan


Lahan Padi :
Contoh Perhitungan Pada Bulan Maret Periode I
a. Mencari Data Tentang Perkolasi (P), Jangka Waktu Penyiapan
Lahan (T) dan Kebutuhan Penjenuhan (S)

b. Menghitung Eo, dimana


Eo = 1,1 x Eto
= 1,1 x 6,60 mm/hari
= 7,26 mm/hari
38

c. Menghitung M, dimana nilai P = 2 mm/hari


M = Eo + P
= 7,26 + 2
= 9,26 mm/hari

d. Menentukan Nilai K, dengan


K =M x T/S
T = 30 hari
S = 250 mm
M = 9,26 mm/hari
Dikarenakan Nilai M=9,26 maka untuk menghitung LP dilakukan
interpolasi pada table LP terlampir
LP = (9,26-9)/(9,5-9) * (14-13,6)+13,6
= 13,82

e. Mencari Nilai NFR


NFR = Total Kebutuhan Air - Re
= 13,81 - 4,88
= 8,93 mm/hari
f. Menghitung IR, dimana Efesiensi Rata – Rata adalah 0,65
IR = NFR
EFF
IR = 8,93
0,65
IR = 13,738 mm/hari

g. Menghitung Kebutuhan Air “a” dengan rumus


“a” = IR
8,644 (Mengkonversi nilai dari mm/hari ke lt/dt/ha)
= 13,738
8,644
= 1,589 lt/dt/ha
39

2. Palawija
Tabel 3.11 Kebutuhan Air Irigasi Palawija

Langkah – langkah perhitungan kebutuhan air penanaman palawija :


Contoh Perhitungan Pada Bulan Juli Periode I
a. Menghitung Evaponstranspirasi Konsutif (Etc) dengan rumus
Etc = Eto x Kc
Dari data sebelumnya diketahui :
Etc = Eto x Kc
= 4,76 x 0,8
= 3,81 mm/hari

b. Menghitung Kebutuhan Air irigasi untuk Palawija (NFR) dimana


NFR = Total Kebutuhan air - Re
= 5,81 - 0
= 5,81 mm/hari

c. Menghitung IR, dimana


IR = NFR
EFF
Besaran Efesiensi Irigasi Total Adalah :
Untuk Saluran Tersier = 80%
Untuk Saluran Sekunder = 90%
Untuk Saluran Primer = 90%
65%
Jadi Efesiensi Irigasi = 0,65
40

IR = NFR
EFF
IR = 5,81
0,65
IR = 8,938 mm/hari

d. Menghitung Kebutuhan Air Irigasi “a” dimana


Contoh Data Pada Bulan Juli
IR Pada Data Sebelumnya = 8,938 mm/hari

“a” = IR
8,644 (Mengkonversi nilai dari mm/hari ke lt/dt/ha)
= 8,938
8,644
= 1,034 lt/dt/ha

3.2.3 Kebutuhan “a” Desain


Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air irigasi, nilai terbesar terjadi pada
bulan Desember periode I.
Tabel 3.12 Nilai Kebutuhan Air Irigasi Maks

No Satuan
Pola Tanam
1 ET (mm/bulan)
2 Eto (mm/hari)
3 Kc
4 Etc (mm/hari)
5 Evap selama PL (Eo)
6 Perkolasi (P) (mm/hari)
M = Eo + P
7 LP (mm/hari)
8 Penggantian Lap.Air (WLR) (mm/hari)
9 Total Kebutuhan Air (mm/hari)
10 Hujan Efektif (Re) (mm/hari)
11 Keb.Air di Sawah (NFR) (mm/hari)
12 Keb. Air di Sawah (NFR) (l/dt/Ha)
13 Keb. Di Intake (DR) (l/dt/Ha)
41

November Desember
I II I II
PADI
211.41 211.41 210.22 210.22
6.82 6.82 6.78 6.78
1.2 1 0.8 0.8
8.18 6.82 5.43 5.43
7.50 7.50
2 2 2 2
9.50 9.50
14.00 14.00
0 0 0 3.33
14.00 14.00 7.43 10.76
4.71 2.24 2.35 7.07
9.29 11.76 5.07 3.68
1.07 1.36 0.59 0.43
1.65 2.09 0.90 0.66

Langkah – langkah perhitungan “a” Desain” :


1. Untuk Saluran Primer Nilai “a” Dihitung dengan Rumus
“a” = NFR
0,65 x 8,64
= 11,76
0,65 x 8,64
= 2,094 lt/dt/ha

2. Untuk Saluran Sekunder Nilai “a” Dihitung Dengan Rumus


“a” = NFR
0,720 x 8,64
= 11,76
0,720 x 8,64
= 1,89 lt/dt/ha
3. Untuk Saluran Tersier Nilai “a” Dihitung Dengan Rumus
“a” = NFR
0,8 x 8,64
= 11,76
0,8 x 8,64
= 1,70 lt/dt/ha
42

3.1 PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN RENCANA


Tabel 3.13 Dimensi Saluran Rencana

Keterangan Kolom :
1. Kolom 1 = Nama Saluran
2. Kolom 2,3,4 = Luas Area (Primer, Sekunder, dan Tersier)
3. Kolom 5 = Efesiensi
- Saluran Primer = 0,65
- Saluran Sekunder = 1,89
- Saluran Tersier = 1,70
43

4. Kolom 6 = “a” desain (lt/dt/ha)


5. Kolom 7 = Nilai Debit (Q)
Q = C x A x a/1000 (m3/dt)
6. Kolom 8 = Bulan (n) Perbandingan Dasar dan Tinggi Saluran
Dari tabel 3 < tergantung nilai (Q)
7. Kolom 9 = Kemiringan Talud (m)
Dari tabel 3
8. Kolom 10 = V maks
Dari Tabel 3 < Nilai Q
9. Kolom 11 = Nilai K (Koefisien Kekasaran Saluran)
Dari Tabel 1 (Nilai Q)
10. Kolom 12 = Nilai W (Tinggi Jagaan)
Dari Tabel 2 (Nilai Q)
11. Kolom 13 = A “Luas Penampang Basah”
A’ = Q
V maks
12. Kolom 14 = Tinggi Air di Saluran (h’)

A A
h′ = √ atau h2 =
n+m n+m

13. Kolom 15 = Lebar Dasar Saluran (b’)


b’ = n x h’
14. Kolom 16 = Tinggi Air Rencana Saluran (h) pembulatan 5 cm keatas dari
nilai h’ (Kolom 13)
15. Kolom 17 = Dasar Saluran Rencana (b)
b =nxh
16. Kolom 18 = Luas Penampang Basah Rencana (A)
A = (b x h + m x h²)
17. Kolom 19 = Keliling Basah Rencana (P)

P = b + 2 h √1 + m2
18. Kolom 20 = Jari – Jari Hidrolis (R)
A
R=
P
19. Kolom 21 = Kemiringan Dasar Saluran (i)
44

V maks
I=( )²
K x R2/3

Tabel 3.14 Harga Koefisien Kekasaran Strickler


Tabel 1.Harga Koefisien Kekasaran Strickler
Debit Rencana Koef. Kekasaran Untuk Sal. Tanah
Q K
(m3/det) (m⅔/det)
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1 < Q < 5 40
Q < 1 35
Tabel 3.15 Tinggi Jagaan (Free Board) W (m)
Tabel 2. Tinggi Jagaan (Free Board) W (m)

Debit Rencana W

Q (m3/det) (m)
1 < Q < 0,5 0,40
0,5 < Q < 1,5 0,50
1,5 < Q < 5 0,60
5 < Q < 10 0,75
10 < Q < 15 0,85
Q > 1 1,00
Tabel 3.16 Dimensi Saluran
Tabel 3. Dimensi Saluran
Debit Rencana b/h V Talud
Q (m3/det) (n) (m/det) (m)
0,00 - 0,15 1,00 0,25 - 0,30 1,00 : 1,00
0,15 - 0,30 1,00 0,30 - 0,35 1,00 : 1,00
0,30 - 0,40 1,50 0,35 - 0,40 1,00 : 1,00
0,40 - 0,50 1,50 0,40 - 0,45 1,00 : 1,00
0,50 - 0,75 2,00 0,45 - 0,50 1,00 : 1,00
0,75 - 1,50 2,00 0,50 - 0,55 1,00 : 1,00
1,50 - 3,00 2,50 0,55 - 0,60 1,00 : 1,50
3,00 - 4,50 3,00 0,60 - 0,65 1,00 : 1,50
4,50 - 6,00 3,50 0,65 - 0,70 1,00 : 1,50
6,00 - 7,50 4,00 0,70 1,00 : 1,50
7,50 - 9,00 4,50 0,70 1,00 : 1,50
9,00 - 11,00 5,00 0,70 1,00 : 1,50
11,00 - 15,00 6,00 0,70 1,00 : 1,50
15,00 - 25,00 8,00 0,70 1,00 : 1,50
45

Contoh Perhitungan Dimensi Saluran Rencana Pada Tabel 3.10 :


1. Saluran Primer
Contoh SP. CPT I 1
a. Luas Areal = 3932,2200 Ha
b. Effesiensi = 0,65
c. “a” desain
“a” = NFR
0,65 x 8,64
= 11,76
0,65 x 8,64
= 2,094 lt/dt/ha
d. Debit (Q)
Q =CxAxa = 1 x 3932,22 x 2,094 = 8,234 m3/det
1000 1000
e. b/h
berdasarkan tabel 3 dengan nilai Q = 8,234 m3/det maka nilai b/h = 4,5
f. Talud (m)
Berdasarkan tabel 3 dengan nilai Q = 8,234 m3/det maka nilai talud (m) =
1,5
g. V maks
Berdasarkan tabel 3 maka nilai V maks = 0,70 m/det
h. K (Koefisien Kekasaran Saluran)
Berdasarkan tabel 1 dengan nilai Q = 8,234 m3/det maka nilai K = 42,5
i. W (Tinggi Jagaan)
Berdasarkan tabel 2 dengan nilai Q = 8,234 m3/det maka nilai W = 0,75 m
j. A’ (Luas Penampang Basah)
A’ = Q = 8,234 = 11,763 m2
V maks 0,7
k. h’ (Tinggi Air Disaluran)

A 11,763
h′ = √ = √ = 1,4 m
n+m 4,5 + 1,5
46

l. b’ (Lebar Dasar Saluran)


b’ = n x h’ = 4,5 x 1,4 = 6,301 m
m. h (m) = 1,4 m (Tinggi Air Rencana Saluran)
n. b (Dasar Saluran Rencana)
b = b/h x h = 4,5 x 1,45= 6,526 m
o. A (Lebar Penampang Basah Rencana)
A = (b x h + m x h²)
= (6,526 x 1,45 + 1,5 x 1,45²) = 12,618 m2
p. P (Keliling Basah Rencana)

P = b + 2 h √1 + m2

P = 6,526 + 2 . 1,45 √1 + 1,52


P = 11,755 m
q. R (Jari – Jari Hidrolis)
R = A/P = 12,618/11,755 = 1,073 m
r. I (Kemiringan Dasar Saluran)
V maks
I=( )²
K x R2/3
0,70
I=( 2 )² = 0,0002 m
42,5 x 1,0733

Anda mungkin juga menyukai