Anda di halaman 1dari 36

Nama Peserta : R.rr. Ervina Kusuma Wardani, dr.

Nama Wahana : RSI SITI AISYAH MADIUN


Topik : Gagal Jantung Akut dan Tuberkulosis Paru
Tanggal (kasus) : 30 Maret 2019
Nama Pasien : Ny. S No. RM : 03.77.04
Tanggal Presentasi : 11 Juni 2019 Pendamping : dr. Donna Dwi
Yudhawati, MMR
Tempat Presentasi : Gedung Mas Mansyur RSI Siti Aisyah
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Manajemen
Dewasa
Pasien perempuan usia 56 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang terus
menerus sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Bahan bahasan : Kasus


Cara membahas : Presentasi dan -mail
Diskusi
Data pasien : Nama : Ny. S No. RM : 03.77.04
Nama klinik :RSI SITI Telp : - Terdaftar sejak :
AISYAH MADIUN 29 Maret 2019

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Seorang pasien perempuan 56 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan saat istirahat dan memburuk
saat berjalan sejauh 10 m. Sesak nafas berkurang pada saat pasien posisi duduk. Pasien
merasakan lebih nyaman tidur dengan 3 bantal. Pasien mengeluhkan tubuh terasa lemas,
berdebar-debar dan keringat dingin seluruh tubuh. Pasien mengeluhkan terbangun di malam
hari karena sesak. Pasien menyangkal adanya nyeri dada.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak berwarna kuning lebih dari 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Batuk dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan keringat
dingin saat malam hari serta mengalami penurunan berat badan. Pasien tidak mengeluhkan
mual muntah. Pasien tidak ada keluhan demam. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada kelainan. Napsu makan pasien menurun dan hanya makan minum sedikit.

2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :


- Keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal

4. Riwayat Keluarga :
- Keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal

5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang penjual sembako di rumah. Pasien biasanya bekerja dari pukul
07.00 WIB hingga 15.00 WIB.

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :


- Pasien tinggal bersama suami dan anak dengan keadaan lingkungan yang kurang
ventilasi udara serta lembab, keadaan sosial yang baik dan ekonomi menengah ke
bawah
- Pasien makan teratur 2-3 kali sehari dengan menu variatif
- Pasien tidak seorang perokok.
- Pasien tidak mengkonsumsi alcohol
- Pasien jarang berolahraga
- Pembiayaan kesehatan menggunakan BPJS kelas III

7. Riwayat Vaksin: -

8. Lain-lain :
PEMERIKSAAN FISIK : Tanggal 30 Maret 2019 pukul 09.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : Tensi : 98/60 mmHg
Nadi : 101 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Saturasi O2 : 99% dengan 02 nasal canul 4 lpm
Tinggi Badan : 146 cm
Berat Badan : 39 kg
Status Gizi : underweight (BMI 18,2 kg/m2)
› Pemeriksaan Kepala
› Kepala : Normocephal
› Rambut : Alopecia (-), effuvlium (-), gangguan pigmentasi (-)
› Wajah : Pucat (-), icterus (-), eritema (-)
› Mata : Eksopthalmos (-/-), enofthalmos (-/-), gangguan gerak bola mata (-/-),
nistagmus (-/-), kelainan palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
› Telinga : Sekret (-/-)
› Hidung: Sekret (-/-), gangguan fungsi penghidu (-), nafas cuping hidung (-)
› Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis (-)
› Faring & Laring : Hiperemis (-)
› Pemeriksaan Leher
› Inspeksi : Tampak simetris, massa (-), pembesaran limfonodi (-), jaringan parut (-)
› Palpasi : Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-), JVP (5+3) cmH2O meningkat (+)
› Pemeriksaan Trachea : Deviasi trachea (-)
› Pemeriksaan Kel. Tiroid : Pembesaran tiroid (-), bruit (-)
› Pemeriksaan Thoraks
Paru
› Inspeksi:
Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-)
› Palpasi :
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
› Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
› Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki basah kasar (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
› Inspeksi : Iktus kordis tampak
› Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
› Perkusi :
Batas jantung kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas: SIC III linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah: SIC V linea medioklavicularis sinistra
Batas jantung kesan melebar
› Auskultasi: Bunyi jantung S1 S2 regular, intensitas normal, gallop (-), murmur (-)
Pemeriksaan Abdomen
› Inspeksi: Sikatriks (-), striae (-), bentuk dinding abdomen datar, dinding abdomen
simetris
› Auskultasi: BU (+) normal, 20 x/menit
› Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
› Palpasi: Soepel, hepar dan lien tidak teraba, massa (-), nyeri tekan (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :Tanggal 30 Maret 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 12,4 11,5 -16,5 g/dL
Leukosit 10,59 ↑ 4.000- 9.000 sel/µL

- Neutrofil 86,4 ↑ 42 – 85 %
- Limfosit 8,8 ↓ 11 – 49 %
- Monosit 4,4 0–9%
Hematologi
- Eusinofil 0,0 0–6%
- Basofil 0,4 0–2%
Hematokrit 40,5 36-56 %
Trombosit 430.000 ↑ 120.000-380.000 sel/µL
Eritrosit 4,40 3,80-5,30 juta sel/ µL

Creatinin 0,86 0,70 – 1,20 mg/dl


Faal Ginjal BUN 11,3 4,7 – 23,4 mg/dl

Natrium 143 135-155 mmol/l


Kalium 4,9 3,5-5,5 mmol/l
Elektrolit
Calsium 0,99 ↓ 1,16-1,38 mmol/l

Radiologi:Tanggal 30 Maret 2019


Hasil pemeriksaan Thorax Foto AP:

› Cor : CTR > 0.5, pinggang jantung menghilang


› Pulmo : perselubungan parahiler kiri
› Kedua sinus costoprenicus tajam
› Trakea di tengah
› Sisterna tulang baik
› Kesimpulan : cardiomegaly dan TB

EKG :Tanggal 30 Maret 2019

Hasil :
Irama : sinus rythm
HR : 101x/menit

Axis : lead I (-), lead aVF (+) Right Axis Deviation (RAD)
Interval PR : 4 x 0,04 = 0, 16 detik (N = 0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : 2 x 0,04 = detik (N = 0,07 – 0,10 detik)
QT interval : 9 x 0,04 = 0,36 detik (N= 0,33 – 0,43 detik)
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2, V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR 101x/menit, RAD, RAH, OMI anteroseptal

9. Assessment
› Gagal Jantung Akut
› TB Paru
E(x) : PJK
A(x) : OMI anteroseptal
F(x) : Gagal Jantung Akut NYHA IV

10. Planning
Diagnosis : -
Farmakologis:
Tanggal 30 Maret 2019
› Rawat inap
› Bed rest ½ duduk
› O2 4 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Pindah ruangan bangsal
› Konsul Sp.P

Tanggal 31 Maret 2019


› Bed rest ½ duduk
› O2 4 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Sucralfat syr 3 x CI
› Terapi dari dokter Sp.P : Rifastar tab 1x3
› Advis dokter Sp.P Cek sputum BTA

Tanggal 1 April 2019


› Mobilisasi duduk
› O2 3 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Inj. Solvinex 3 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Sucralfat syr 3 x CI
› Rifastar tab 1x3

Tanggal 2 April 2019


› Mobilisasi duduk
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Inj. Solvinex 3 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Sucralfat syr 3 x CI
› Rifastar tab 1x3

Tanggal 3 April 2019


› Terapi tetap

Tanggal 4 April 2019


› Terapi tetap
› Pasien BLPL, kontrol poli 12/4/2019

Monitoring:
› Evaluasi keadaan umum dan vital sign
› Evaluasi keluhan (sesak, batuk dan keluhan lain)
› Intake minum dan makan

Edukasi:
› Tirah baring
› Menjelaskan penyebab keluhan yang sekarang
› Menjelaskan rencana diagnosis dan terapi yang akan dilakukan pada pasien
› Menjelaskan prognosis dan komplikasi kepada pasien dan keluarga

Daftar Pustaka :.
1. John, J.V, et al., 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure. European Heart Journal vol 78
2. Siswanto, BB, et al., 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi 1. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
3. Isbaniyah, F, et al. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mendiagnosis penyakit gagal jantung akut dan tuberkulosis paru
2. Mampu memberikan penatalaksanaan awal terkait gagal jantung akut dan
tuberkulosis paru sesuai dengan kompetensi dokter umum, melakukan
rujukan/konsultasi dengan tepat
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai gagal
jantung akut dan tuberkulosis paru
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif :
- Keluhan Utama : Sesak nafas
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien perempuan 56 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan saat istirahat dan
memburuk saat berjalan sejauh 10 m. Sesak nafas berkurang pada saat pasien posisi duduk.
Pasien merasakan lebih nyaman tidur dengan 3 bantal. Pasien mengeluhkan tubuh terasa
lemas, berdebar-debar dan keringat dingin seluruh tubuh. Pasien mengeluhkan terbangun di
malam hari karena sesak. Pasien menyangkal adanya nyeri dada.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak berwarna kuning lebih dari 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Batuk dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan keringat
dingin saat malam hari serta mengalami penurunan berat badan. Pasien tidak mengeluhkan
mual muntah. Pasien tidak ada keluhan demam. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada kelainan. Napsu makan pasien menurun dan hanya makan minum sedikit.
- Riwayat Pengobatan : disangkal
- Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
- Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang penjual sembako di rumah. Pasien biasanya bekerja dari
pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB.
- Riwayat Kondisi Lingkungan Social dan Fisik :
Pasien tinggal bersama suami dan anak dengan keadaan lingkungan yang kurang
ventilasi udara serta lembab, keadaan sosial yang baik dan ekonomi menengah ke bawah,
pasien makan teratur 2-3 kali sehari. Pasien tidak merokok. Pasien tidak mengkonsumsi
alcohol. Pasien jarang berolahraga. Pembiayaan kesehatan menggunakan BPJS kelas III.

2. Objektif :
PEMERIKSAAN FISIK : Tanggal 30 Maret 2018 pukul 09.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : Tensi : 98/60 mmHg
Nadi : 101 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Saturasi O2 : 99% (udara bebas) dengan O2 nasal canul 4 lpm
Tinggi Badan : 146 cm
Berat Badan : 39 kg
Status Gizi : Underweight (BMI 18,2 kg/m2)
  Pemeriksaan Kepala : Dalam batas normal
  Pemeriksaan Leher : JVP (5+3) cmH2O meningkat (+)
  Pemeriksaan Thoraks : Jantung melebar dan paru rhonki basah kasar (+/+)
 Pemeriksaan Abdomen : dalam batas normal
  Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
  Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Tanggal 30 Maret 2019
 Hematologi
- Leukosit 10,59 x 103 /uL ↑
- Trombosit 430.000 sel/uL ↑
 Elektrolit:
- Kalsium 0,99 mmol/l ↓
Radiologi : Tanggal 30 Maret 2019
Hasil pemeriksaan Thorax Foto AP:
- Cor : CTR > 0.5 pinggang jantung menghilang
- Pulmo : perselubungan parahiler kiri
- Kedua sinus costoprenicus tajam
- Trakea di tengah
- Sistema tulang baik
- Kesimpulan : cardiomegali dan TB
EKG : Tanggal 30 Maret 2019
Hasil :
Irama : sinus rythm
HR : 101x/menit

Axis : lead I (-), lead aVF (+) Right Axis Deviation (RAD)
Interval PR : 4 x 0,04 = 0, 16 detik (N = 0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : 2 x 0,04 = detik (N = 0,07 – 0,10 detik)
QT interval : 9 x 0,04 = 0,36 detik (N= 0,33 – 0,43 detik)
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2, V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR 101x/menit, RAD, RAH, OMI anteroseptal

3. Assessment :

A. Gagal Jantung Akut


Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis akibat kelainan struktur atau fungsi jantung
sehingga jantung tidak lagi mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat
atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru
atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istirahat. Gejala khas gagal jantung (sesak napas saat
aktifitas fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, edema tungkai) dan tanda khas
gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular
venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan tanda objektif pada abnormalitas
struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, murmur,
abnormalitas pada EKG).
Patofisiologi terjadinya gagal jantung akibat sejumlah proses yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pompa jantung, seperti iskemia, hipertensi, infeksi, dan sebagainya.
Penurunan kapasitas awalnya akan dikompensasi oleh mekanisme neurohormonal:
sistem saraf adrenergik, sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan sistem sitokin.
Kompensasi awal bertujuan untuk menjaga curah jantung dengan meningkatkan tekanan
pengisian ventrikl (preload) dan kontraksi miokardium. Namun seiring berjalannya
waktu aktivitas tersebut justru akan menyebabkan kerusakan sekunder pada ventrikel
seperti remodelling ventrikel kiri dan dekompensasi jantung. Kadar angiotensin II,
aldosteron, dan katekolamin akan semakin tinggi mengakibatkan fibrosis dan apoptosis
miokardium yang bersifat progresif. Pada tahap yang lebih lanjut penurunan fungsi ini
juga akan disertai peningkatan resiko terjadinya aritmia. Prinsip inilah yang mendasari
terapi gagal jantung saat ini
Terminologi terkait perjalanan waktu gagal jantung, yaitu
1. HF : Sindrom simtomatik yag dinilai menurut NYHA, meskipun pasien dapat
diberikan asimptomatik dengan pengobatan
2. Chronic HF : pasien yang telah sering mengalami gagal jantung beberapa kali.
3. Stable : pasien yang dirawat dengan gejala dan tanda yang umumnya tetap tidak
berubah selama minimal satu bulan.
4. Decompensated : Jika gagal jantung kronis memburuk yang dapat terjadi tiba-tiba
atau lambat
Gejala utama gagal jantung antara lain sesak napas, kongesti, dan kelelahan yang
sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala-gejala ini juga dapat
disebabkan oleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi yang
diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. Variasi bentuk penyakit pulmonal
termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif, dan emboli pulmonal, mungkin sangat sulit
untuk dibedakan secara klinis dengan gagal jantung
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jatung atau berdasarkan
gejala yang berkaitan dengan kapasistas fungsional NYHA.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan kriteria klasik framingham, dimana
bila terdapat paling sedikit satu kriteria mayor dan dua minor.
Kriteria Mayor Kriteria Minor
1. Paroksismal nokturnal dispnea 1. Edema ekstremitas
2. Distensi vena leher 2. Batuk malam hari
3. Ronki paru 3. Dispnea d’effort
4. Kardiomegali 4. Hepatomegali
5. Edema paru akut 5. Efusi pleura
6. Gallop S3 6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
7. Peningkatan tekanan vena normal
jugularis 7. Takikardia (lebih dari 120 kali per
8. Refluks hepatojugular menit)

Berdasarkan gejala dan penemuan klinis, diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan
bila pada pasien didapatkan paling sedikit 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor dari
Kriteria Framingham.
Algoritma untuk diagnosis gagal jantung non akut sebagai berikut :
Pemeriksaan EKG dapat memberikan informasi mengenai denyut, irama, dan
konduksi jantung, serta seringkali etiologi, misalnya perubahan ST segmen iskemik
untuk kemungkinan STEMI atau non STEMI. Pemeriksaan elektrokardiogram harus
dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung
Pemeriksaan foto thorak harus dikerjakaan secepatnya untuk menilai derajat kongesti
paru dan untuk menilai kondisi paru dan jantung yang lain. Kardiomegali merupakan
temuan yang penting. Pada paru, adanya dilatasi relatif vena lobus atas, edema vaskular,
edema interstisial, dan cairan alveolar membuktikan adanya hipertensi vena pulmonal.
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi
glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain
dipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang
bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum
diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan penurunan fungsi
ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik
dan/atau ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor
Blocker), atau antagonis aldosterone.
Gagal jantung akut adalah serangan yang cepat dari gejala dan tanda gagal jantung
sehingga membutuhkan terapi segera. Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo
(serangan baru dari gagal jantung akut, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau
dekompensasi akut dari gejala jantung kronik.
Faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut sebagai berikut

Profil klinis pasien dengan gagal jantung akut berdasarkan ada/tidaknya


kongesti dan/atau hipoperfusi.
Definisi istilah yang digunakan dalam bagian ini terkait dengan manifestasi
klinis pasien dengan gagal jantung akut sebagai berikut :

Pasien dengan gagal jantung akut harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan


tambahan seperti EKG, rontgen dada, laboratorium (natriuretic peptide, cardiac
troponin, BUN, kreatinin, elektrolit, test fungsi hati glukosa, hitung darah lengkap, D-
dimer) dan ekokardiografi.
Algoritma diagnosis pasien dengan suspek gagal jantung akut sebagai berikut:
B. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacteria. Pada manusia kebanyakan yang menginfeksi adalah Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya tuberkulosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang
Central Nervus System, sistem limfatikus, sistem urinaria, sistem pencernaan, tulang,
sendi dan lainnya.
Penularan TB biasanya melalui udara, yaitu dengan inhalasi droplet nukleus yang
mengandung basil TB. Hanya droplet nukleus ukuran 1-5 mikron yang dapat melewati
atau menembus sistem mukosilier saluran napas sehingga dapat mencapai dan bersarang
di bronkiolus maupun alveolus.
Di bronkiolus dan alveolus inilah basil tuberkulosis berkembang biak dan menyebar
melalui saluran limfe dan aliran darah tanpa perlawanan yang berarti dari pejamu karena
belum ada kekebalan awal. Di dalam alveolus makrofag akan memfagositosis sebagian
basil tuberkulosis tetapi belum mampu membunuhnya. Sebagian basil TB dalam
makrofag umumnya dapat tetap hidup dan berkembang biak dan menyebar melalui
saluran limfe regional maupun melalui aliran darah sehingga dapat mencapai berbagai
organ tubuh. Di dalam organ tersebut akan terjadi transfer antigen ke limfosit.
Basil TB hampir selalu dapat bersarang di sumsum tulang, hepar dan limfe tetapi
tidak selalu dapat berkembang biak secara luas. Basil TB di lapangan atas paru, ginjal,
tulang, dan otak lebih mudah berkembang biak terutama sebelum imunitas spesifik
terbentuk.
Imunitas spesifik yang terbentuk biasanya cukup kuat untuk menghambat
perkembangbiakan basil TB lebih lanjut. Dengan demikian lesi TB akan sembuh dan
tidak ada tanda dan gejala klinis. Pada sebagian kasus imunitas spesifik yang terbentuk
tidak cukup kuat sehingga terjadi penyakit TB dalam 12 bulan setelah infeksi dan pada
sebagian penderita TB terjadi setelah lebih dari 12 bulan setelah infeksi.
Hipersensitivitas terhadap beberapa komponen basil TB dapat dilihat pada uji kulit
dengan tuberkulin yang biasanya terjadi 2-10 minggu setelah infeksi. Dalam waktu 2-10
minggu ini juga terjadi cell-mediated immune response. Setelah terjadi infeksi pertama,
basil TB yang menyebar ke seluruh badan suatu saat di kemudian hari dapat
berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Penyakit TB dapat timbul dalam 12 bulan
setelah infeksi, tapi dapat juga setelah 1 tahun atau lebih. Lesi TB paling sering terjadi
di lapangan atas paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru
dibagi dalam :
1. Tuberkulosis paru BTA (+) :
a. sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA(+)
b. satu spesimen dahak BTA(+) dan radiologis menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
c. satu spesimen dahak BTA (+) dan biakan (+)
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-), gambaran klinis dan
kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-) dan biakan M.
Tuberculosis (+)
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu :
1. Kasus baru
Pasien belum pernah mendapat pengobatan OAT atau pernah mendapat OAT
kurang dari 1 bulan.
2. Kasus relaps
Pasien sebelumnya sudah mendapat pengobatan tuberkulosis kemudian
dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat karena BTA (+) atau biakan (+)
3. Kasus pindahan
Penderita yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah.
4. Kasus lalai berobat (drop out)
Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 minggu
atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
5. Kasus gagal pengobatan
Pasien BTA (+) yang masih (+) atau kembali menjadi (+) lagi pada akhir bulan
ke-5 atau pada akhir pengobatan.
6. Kasus kronik
Pasien dengan BTA (+) setelai selesai pengobatan ulang dengan pengobatan
kategori 2 dan dengan pengawasan yang baik
7. Kasus Bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA (-), biakan (-), gambaran radiologis TB tidak aktif
atau foto serial menunjukan gambaran menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung.
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaaan
fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologik, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinik tuberkulosus dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistemik. Gejala respiratorik terdiri dari batuk ≥ 3minggu, batuk
dahak, sesak nafas, nyeri dada. Gejala sistemik terdiri dari demam, maliase, keringat
malam, anoreksia, berat badan menurun.
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara
nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis sangat penting
dalam menegakkan diagnosis. Cara pengumpulan dahak 3 kali, setiap pagi hari berturut-
turut atau dengan cara sewaktu, pagi, sewaktu.
Pemeriksaan radiologik pada penderita tuberkulosis dengan foto toraks PA dengan
atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-
Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-
macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
 Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah

 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular

 Bayangan bercak milier

 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

 Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas



 Kalsifikasi atau fibrotik

 Kompleks ranke

 Fibrotoraks/penebalan pleura

 Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat.


Gambaran radiologik terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim
paru.
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah PCR,
pemeriksaan serologi, pemeriksaan BACTEC, pemeriksaan cairan pleura, histopatologi,
darah dan uji tuberkulin.
Alur untuk mendiagnosa TB paru antara lain :
Dari anamnesa pasien didapatkan bahwa pasien mengeluhkan sesak nafas yang
dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan saat istirahat
dan memburuk saat berjalan 10 m. Sesak nafas berkurang pada saat pasien posisi duduk.
Pasien merasakan lebih nyaman tidur dengan 3 bantal. Pasien mengeluhkan tubuh terasa
lemas, berdebar-debar dan keringat dingin seluruh tubuh. Pasien mengeluhkan
terbangun di malam hari karena sesak. Pasien menyangkal adanya nyeri dada. Hal
tersebut sesuai dengan manifetasi klinis dari gagal jantung. Pasien sebelumnya tidak
memiliki keluhan serupa dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung sehingga pasien
mengalami serangan baru dari gagal jantung akut (acute de novo).
Berdasarkan kriteria Framingham minimal 2 kriteria mayor atau minimal satu
kriteria mayor dan dua kriteria minor. Kriteria mayor berupa paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND), distensi vena leher, ronki paru, kardiomegali, edema paru akut, gallop
S3, dan refluks hepatojugular. Kriteria minor berupa edema pergelangan kaki, batuk
malam hari, dispnea d’effort, hepatomegali, efusi pleura, dan takikardi.
Pada pasien ini didapatkan empat kriteria mayor. Pertama terdapatnya paroxysmal
noctural dyspnea dari hasil anamnesis. Kedua dari hasil pemeriksaan fisik perkusi
jantung, didapatkan adanya pembesaran jantung. Hal yang sama juga didapatkan dari
hasil rontgen yang menyatakan bahwa pada pasien terdapat kardiomegali. Ketiga
terdapat peninggian tekanan vena jugularis yaitu (5+3) cmH2O. Keempat, terdapat ronki
basah kasar di kedua lapang paru.
Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan dispnea d’effort yang didapatkan dari
hasil anamnesis pasien mengeluh sesak napas sehabis beraktivitas, takikardi dan batuk
pada malam hari. Riwayat pasien sebelumnya pasien pernah mengalami sesak napas
saat melakukan aktivitas berat (NYHA 2). Pada saat dilakukan pemasangan EKG
(30/3/19), didapatkan sinus rythm dengan Heart Rate 101x/menit, OMI anteroseptal,
RAD, RAH. Oleh karena itu pada pasien ini kami simpulkan diagnosis fungsionalnya
adalah Congestive Heart Failure (CHF), tepatnya gagal jantung akut
Berdasarkan klasisfikasi New York Heart Asscociation sebagai 4 kelas (NYHA 1-
4) dimana dyspnea dan fatigue sebagai penilaian. Pada kelas 1 tidak ada keluhan dalam
melakukan aktivitas fisik, kelas 2 terdapat batasan aktivitas ringan, kelas 3 terdapat
batasan aktivitas bermakna, serta kelas 4 terdapat keluhan pada saat istirahat. Pada
pasien ini tampak terjadi perburukan kondisi dari 1 bulan terakhir sampai 3 hari SMRS,
terdapat perubahan mulai dari terdapat batasan aktivitas ringan (kelas 2), menjadi
terbatas dalam bekerja, tidak bekerja, sampai dypsnea saat istirahat (kelas 4).
Diagnosis anatomi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik terdapat pembesaran
dari jantung dan dikonfirmasi dengan EKG. Dari hasil EKG didapatkan Q patologis di
V1, V2 dan V3, oleh karena itu diagnosis anatominya adalah OMI anteroseptal.
Etiologi dari penyakit gagal jantung dapat berupa penyakit jantung bawaan,
penyakit jantung rematik, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung koroner,
penyakit jantung anemik, penyakit jantung tiroid, cardiomiopati, cor pulmonale, serta
kehamilan. Pada pasien diagnosis penyakit jantung koroner.
Dari anamnesa pasien mengeluhkan sesak nafas, tubuh terasa lemas, keringat dingin
saat malam hari, penurunan berat badan, serta batuk berdahak berwarna kuning lebih dari 1
bulan. Berdasarkan dari keluhan pasien, gejala-gejala yang ada merupakan gejala pada
infeksi TB paru sehingga dapat didiagnosis pada pasien ini mengalami TB paru. Hal ini
didukung dengan hasil pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah kasar serta pemeriksaan
radiologis foto thorax AP tampak gambaran cardiomegali dan TB paru.
Pasien juga mengalami keringat pada malam hari disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis, mengadakan
metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita sehingga terjadilah manifestasi
keringat.
Nafsu makan menurun adanya gangguan pada reflex vagal yang menyebabkan
peningkatan hormone leptin sehingga pasien merasa selalu kenyang. Penurunan berat
badan disebabkan oleh peningkatan metabolisme pada infeksi TB, sehingga terjadi
pemecahan pada cadangan makanan yang ada pada tubuh dikarenakan kebutuhan sel yang
meningkat dan nutrisi yang kurang dari tubuh sehingga didiagnosis malnutrisi.
4. PLAN
Diagnosis: -
Farmakologi :
› Rawat inap
› Bed rest ½ duduk
› O2 4 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Pindah ruangan bangsal
› Konsul Sp.P

Tanggal 31 Maret 2019


› Bed rest ½ duduk
› O2 4 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Sucralfate syr 3 x CI
› Terapi dari dokter Sp.P : Rifastar tab 1x3
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Advis dokter Sp.P Cek sputum BTA

Tanggal 1 April 2019


› Mobilisasi duduk
› O2 3 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Inj. Solvinex 3 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Rifastar tab 1x3
› Diet lunak jantung 1900 kkal

Tanggal 2 April 2019


› Aff O2
› Terapi tetap

Tanggal 3 April 2019


› Terapi tetap

Tanggal 4 April 2019


› Terapi tetap
› Pasien BLPL, kontrol poli 12/4/2019

Monitoring:
› Evaluasi keadaan umum dan vital sign
› Evaluasi keluhan (sesak, batuk, dan keluhan lain)
› Intake minum dan makan

Edukasi:
› Tirah baring
› Menjelaskan penyebab keluhan yang sekarang
› Menjelaskan rencana diagnosis dan terapi yang akan dilakukan pada pasien
› Menjelaskan prognosis dan komplikasi kepada pasien dan keluarga pasien
Algoritma tatalaksana awal untuk pasien dengan gagal jantung akut sebagai berikut :

Terapi farmakologis gagal jantung akut untuk manajemen akut sebagai berikut :
1. Oksigen : untuk mengobati hipoksemia (SpO2,90%), yang berhubungan dengan
peningkatan risiko kematian jangka pendek.
2. Diuretik : meningkatkan ekskresi air dan memiliki efek vasodilatasi untuk
mengurangi sesak nafas jika tekanan darah memungkinkan. Misal furosemid atau
torasemide. Dalam gagal jantung akut, i.v furosemid merupakan lini pertama yang
paling umum digunakan. Dosis harus dibatasi pada jumlah terkecil untuk
memberikan efek klinis yang memadai dan dimodifikasi sesuai dengan fungsi ginjal
sebelumnya dan dosis diuretik sebelumnya. i.v dosis awal dosis harus paling tidak
sama dengan dosis oral yang sudah digunakan dirumah. Pasien dengan gagal
jantung akut onset baru atau pasien dengan gagal jantung kronis tanpa riwayat gagal
ginjal dan sebelumnya tanpa menggunakan diuretik dapat merespon dengan
iv bolus 20-40 mg. Sedangkan mereka yang menggunakan diuretik sebelumnya
biasanya membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Bolus iv 10-20 mg torasemide
dapat dianggap sebagai alternatif.
3. Vasodilator : memiliki manfaat ganda dengan mengurangi tonus vena (untuk
mengoptimalkan preload dan mengurangi afterload. Sehingga meningkatkan
volume stroke. Vasodilator sangat berguna pada pasien dengan gagal jantung
akut hipertensi, sedangkan pada mereka dengan SBP <90 mmHg mereka harus
dihindari.
4. Inotropik : di indikasikan apabila ada tanda-tanda hipoperfusi perifer (hipotensi)
dengan atau tanpa kongesti atau edema paru yang refrakter terhadap diuretika
dan vasodilator pada dosis optimal.
5. Vasopresor : Obat-obatan dengan efek vasokonstriktor arteri perifer yang
adekuat seperti norepinefrin atau dopamin dalam dosis yang lebih tinggi (> 5 μg
/ kg / menit) diberikan kepada pasien dengan hipotensi. Agen ini diberikan untuk
meningkatkan tekanan darah dan mendistribusikan kembali darah ke organ vital.
Dopamin dibandingkan dengan norepinefrin dalam pengobatan berbagai pasien
syok. Analisis subkelompok menyarankan bahwa norepinefrin akan memiliki
efek samping yang lebih sedikit dan mortalitas yang lebih rendah. Epinefrin
(adrenalin) harus dibatasi untuk pasien dengan hipotensi persisten meskipun
tekanan pengisian jantung yang memadai dan penggunaan agen vasoaktif
lainnya, serta untuk protokol resusitasi.
6. Digoxin : diindikasikan untuk pasien AF dengan HR>110 bpm dan diberikan
bolus 0,25-0,5 mg iv.
7. Opiates : seperti morfin berguna pada beberapaa pasien dengan edema paru akut
untuk mengurangi kecemasan dan sesak nafas. Dianggap venodilator untuk
mengurangi preload.
8. Anxiolytics dan ansietas : diperlukan pada pasien dengan agitas atau delirium.
Terapi akut gagal jantung didasari pada adaya volume overload serta adanya tanda
penurunan curah jantung. Terapi yang membutuhkan diuretik maupun ekspansi cairan
harus memperhatikan keadaan pada pasien.
Terapi jangka panjang secara garis besar adalah terapi seumur hidup. Semua pasien
memerlukan penghambat CE atau ARB apabila tidak ada kelainan seperti gagal ginjal
berat. Selain itu semua penderita gagal jantung memerlukan beta blocker mulai dari
dosis kecil.
Pasien gagal jantung NYHA III-IV yang belum membaik dengan ACEI/ARB dan
beta blocker dapat dipertimbangkan penambahan kecil dosis antagonis aldosteron
seperti spironolakton. Kebanyakan pasien gagal jantung membutuhkan diuretik reguler
dosis rendah untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan menghilangkan edema.
Permulaan dapat menggunakan diuretik kuat atau tiazid dan kemudian disesuaikan
dengan hasil terapi dan kebutuhan pasien. Pasien dengan fraksi ejeksi <30% sebaiknya
diberikan antikoagulan untuk mencegah emboli. Pemberian digitalis juga bermanfaat
untuk gagal jantung dengan atrial fibrilasi dan fraksi ejeksi rendah. Bila penyakit gagal
jantung berat adalah PJK (Penyakit Jantung Koroner), maka pemberian simvastatin dan
aspirin bermanfaat secara jangka panjang.
Untuk gaya hidup pasien dianjurkan diet rendah garam 2g/hari pada gagal jantung
ringan dan 1g/hari pada gagal jantung berat. Selain itu jumlah cairan dianjurkan 1,5
L/hari untuk ringan dan 1 L/hari untuk berat. Merokok dianjurkan untuk berhenti
ditambah aktivitas fisik rutin 5 kali seminggu dengan durasi 20-30 menit dengan beban
jantung 70-80% pada gagal jantung ringan dan sedang.
Pengobatan tuberkulosis terbagi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
Jenis obat lini pertama anti tuberkulosis adalah INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol dan Streptomisin. Jenis obat lini kedua anti tuberkulosis adalah kanamisin,
kapreomisin, amikasin, kuinolon, sikloserin, etionamid/protionamid, Para-Amino
Salisilat (PAS). OAT lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama
TB MDR.
Obat-obatan tuberkulosis terbagi dalam dosis tunggal dan kombinasi. Obat tunggal,
obat yang disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol. Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose Combination/FDC) kombinasi
dosis tetap ini terdiri dari 2 sampai 4 obat dalam satu tablet.
Dosis Dosis (mg)/berat
Dosis yang dianjurkan Dosis
(mg/k badan(kg)/hr
Obat maksimal
gBB/
Harian Intermitten /hr(mg) <40 40-60 >60
hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 300 300 300
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S* 15-18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000
*Pasien berusia lebih dari 60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dai 500 mg
perhari

Fase intensif Fase lanjutan


2-3 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu
(RHZE) (RH) (RH)
150/75/400/275 150/75 150/150
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5

Pengobatan TB standar dibagi menjadi :


 Pasien baru : 2HRZE/4HR dengan pemberian dosis setiap hari. Bila
menggunakan OAT program, maka dosis pemberian dosis setiap hari pada fase
intensif dilanjutkan dengan pemberian dosis tiga kali seminggu dengan DOT
2HRZE/4H3R3

 Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama, diberikan panduan obat
2HRZES/HRZE/5HRE.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek
samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu
menanganinya.
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan Rifampisin Semua OAT diminum
malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin
Kesemutan INH Beri vitamin B6 (piridoxin)
100 mg per hari

Warna kemerahan pada Rifampisin Tidak perlu diberikan apa-


urine apa, tapi berikan
penjelasan pada pasien
Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Ikuti petunjuk
kulit penatalaksanaan
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
ganti dengan etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT
sampai ikterus menghilang
Mual dan muntah Hampir semua OAT Hentikan semua OAT,
segera lakukan tes fungsi
hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Purpura danrenjatan Rifampisin Hentikan rifampisin
(syok)

Konsultasi dan Rujukan : Dilakukan konsultasi atau rujukan ke dokter spesialis penyakit
dalam begitu diagnosis ditegakkan.

Pada pasien ini dilakukan tatalaksana berupa bed rest ½ duduk, O2 4 lpm nasal canule
untuk mengurangi sesak, Inf PZ 500cc/24 jam, Diet lunak jantung 1900 kkal karena pasien
masih sadar dan tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas, Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
sebagai diuretik untuk mengurangi ekskresi air dan memiliki efek vasodilatasi untuk
mengurangi sesak nafas, selain itu pembatasan asupan cairan karena cairan yang banyak akan
diabsorpsi oleh tubuh dan menambah jumlah cairan pada tubuh sehingga memperberat kerja
jantung. Pemberian diuretik sangat diperlukan untuk mengeluarkan cairan yang ada dari
tubuh, dalam kasus ini digunakan furosemide sebagai diuretik sehingga dapat mengurangi
preload dan dapat mengurangi/menghilangkan ronki basah kasar pada pasien ini. Inj.
Lansoprazol 1 x 30 mg dan sucralfate syr 3 x CI sebagai pengobatan simptomatis keluhan
nyeri perut ulu hati, Inj. Furamin 2 x 1 merupakan derivat dari vitamin B1 komplek untuk
membantu sistem pencernaan, pada pasien ini merupakan gagal jantung akut NYHA IV
sehingga diberikan Spirola tab 1 x 25 mg, spirola merupakan preparat hemat kalium.
Spironolakton dikombinasikan dengan furosemid dikarenakan furosemid sebagai terapi
untuk mengurangi preload yang dapat mengakibatkan hipokalemia. Bisoprolol 1 x 2,5 mg
golongan beta bloker sehingga menurunkan angka kematian dan terapi jangka panjang
dapat memperbaiki kontraktilitas.
Pada pasien ini juga diberikan Rifastar tab 1 x 3 merupakan obat kombinasi sesuai
terapi pasien tuberkulosis kasus baru dengan berat badan 39 kg. Inj. Solvinex 3 x
1merupakan golongan sekretolitik untuk mengencrkan sekret saluran nafas. Terapi diatas
sudah sesuai dengan tatalaksana awal gagal jantung akut dan tuberkulosis paru. Pasien juga
telah diedukasi mengenai penyebab keluhan yang sekarang, rencana diagnosis dan terapi
yang akan dilakukan pada pasien serta prognosis dan komplikasi.

Madiun, Mei 2019


Dokter Pendamping Dokter Internship

dr.Donna Dwi Yudhawati, MMR dr. R.rr. Ervina Kusuma Wardani

Dokter Pembimbing

dr. Mahendra S, Sp. JP


Lampiran I

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Waktu Anamnesis & Pemeriksaan Assessment Plan


30 Maret S: - Gagal - Rawat inap
2019 Sesak (++), nyeri dada (-), Jantung - Bed rest ½ duduk
berdebar (+), batuk (+) Akut - O2 4 lpm nasal canule
- TB Paru - Inf PZ 500cc/24 jam
O: - Diet lunak jantung 1900 kkal
KU: sakit sedang , CM - Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
TTV: T : 98/60 mmHg, N: 101 - Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
x/menit, RR: 28 x/menit, S: - Inj. Furamin 2 x 1
36,70C, SpO2 : 99% - Spirola tab 1 x 25 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Px Fisik - Pindah ruangan bangsal
Kepala : konjungtiva anemis (- - Konsul Sp.P
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : S1 S2 regular
I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (-), BU


(+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +

Urin output :
600cc/8jam

EKG :
Irama : sinus rythm
HR:101x/menit
Axis : Right Axis Deviation
(RAD)
Gelombang P : P Pulmonal
(RAH)
QRS komplek : 4 x 0,04 = 0,16
s
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2,
V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR
101x/menit, RAD, RAH, OMI
anteroseptal

Radiologi :
Cardiomegali dan TB

Laboratorium : Tanggal 30
Maret 2019
Leukosit : 10,59 ↑
Trombosit : 430.000 ↑
Calsium : 0,99 ↓

31 Maret S: - Gagal - Bed rest ½ duduk


2019 Sesak (++), nyeri dada (-), Jantung - O2 4 lpm nasal canule
berdebar (-), perut terasa sakit Akut - Inf PZ 500cc/24 jam
(+), batuk (+) - TB Paru - Diet lunak jantung 1900 kkal
- Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
O: - Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
KU: sakit sedang , CM - Inj. Furamin 2 x 1
- Spirola tab 1 x 25 mg
TTV: T : 90/60 mmHg, N: 80 - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
x/menit, RR: 24 x/menit, S: - Sucralfat syr 3 x CI
36,70C, SpO2 99% - Terapi dari dokter Sp.P :
Rifastar tab 1x3
Px Fisik - Advis dokter Sp.P Cek
Kepala : konjungtiva anemis (- sputum BTA
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : Cor S1 S2 regular


I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (+)


regio epigastrium, BU (+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
1 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (+↓), nyeri dada (-), Jantung - O2 3 lpm nasal canule
berdebar (-), perut terasa sakit Akut - Inf PZ 500cc/24 jam
(+↓), batuk (+) - TB Paru - Diet lunak jantung 1900 kkal
- Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
O: - Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
KU: sakit sedang , CM - Inj. Furamin 2 x 1
- Inj. Solvinex 3 x 1
TTV: T : 90/60 mmHg, N: 80 - Spirola tab 1 x 25 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
36,70C - Sucralfat syr 3 x CI
- Rifastar tab 1x3
Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : Cor S1 S2 regular


I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (-), BU


(+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
2 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Inf PZ 500cc/24 jam
berdebar (-), perut terasa sakit (- Akut - Diet lunak jantung 1900 kkal
), batuk (+) - TB Paru - Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
- Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
O: - Inj. Furamin 2 x 1
KU: sakit sedang , CM - Inj. Solvinex 3 x 1
- Spirola tab 1 x 25 mg
TTV: T : 110/70 mmHg, N: 89 - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Sucralfat syr 3 x CI
36,50C - Rifastar tab 1x3

Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : Cor S1 S2 regular


I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (-), BU


(+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
3 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Inf PZ 500cc/24 jam
berdebar (-), perut terasa sakit (- Akut - Diet lunak jantung 1900 kkal
), batuk (+) - TB Paru - Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
- Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
O: - Inj. Furamin 2 x 1
KU: sakit sedang , CM - Inj. Solvinex 3 x 1
- Spirola tab 1 x 25 mg
TTV: T : 100/60 mmHg, N: 90 - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Sucralfat syr 3 x CI
36,70C - Rifastar tab 1x3

Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : Cor S1 S2 regular


I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (-), BU


(+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -

Akral hangat
+ +
+ +
4 April S: - Gagal - Pro BLPL
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Spironolacton 1x 25 mg
berdebar (-), batuk (+) Akut - Bisoprolol 1 x 10 mg
- TB Paru - Furosemid 1 x1
O: - Rifastar 1x 3
KU: sakit sedang , CM - Kontrol poli 12/4/2019
TTV: T : 100/60 mmHg, N: 82
x/menit, RR: 20 x/menit, S:
36,70C

Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)

Leher : JVP meningkat

Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+

Cor : Cor S1 S2 regular


I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen : Supel, NT (-), BU


(+) N

Ekstremitas.
Oedem
- -
- -

+ +
+ +

Anda mungkin juga menyukai