2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga :
- Keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang penjual sembako di rumah. Pasien biasanya bekerja dari pukul
07.00 WIB hingga 15.00 WIB.
7. Riwayat Vaksin: -
8. Lain-lain :
PEMERIKSAAN FISIK : Tanggal 30 Maret 2019 pukul 09.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : Tensi : 98/60 mmHg
Nadi : 101 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Saturasi O2 : 99% dengan 02 nasal canul 4 lpm
Tinggi Badan : 146 cm
Berat Badan : 39 kg
Status Gizi : underweight (BMI 18,2 kg/m2)
› Pemeriksaan Kepala
› Kepala : Normocephal
› Rambut : Alopecia (-), effuvlium (-), gangguan pigmentasi (-)
› Wajah : Pucat (-), icterus (-), eritema (-)
› Mata : Eksopthalmos (-/-), enofthalmos (-/-), gangguan gerak bola mata (-/-),
nistagmus (-/-), kelainan palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
› Telinga : Sekret (-/-)
› Hidung: Sekret (-/-), gangguan fungsi penghidu (-), nafas cuping hidung (-)
› Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis (-)
› Faring & Laring : Hiperemis (-)
› Pemeriksaan Leher
› Inspeksi : Tampak simetris, massa (-), pembesaran limfonodi (-), jaringan parut (-)
› Palpasi : Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-), JVP (5+3) cmH2O meningkat (+)
› Pemeriksaan Trachea : Deviasi trachea (-)
› Pemeriksaan Kel. Tiroid : Pembesaran tiroid (-), bruit (-)
› Pemeriksaan Thoraks
Paru
› Inspeksi:
Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-)
› Palpasi :
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
› Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
› Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki basah kasar (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
› Inspeksi : Iktus kordis tampak
› Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
› Perkusi :
Batas jantung kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas: SIC III linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah: SIC V linea medioklavicularis sinistra
Batas jantung kesan melebar
› Auskultasi: Bunyi jantung S1 S2 regular, intensitas normal, gallop (-), murmur (-)
Pemeriksaan Abdomen
› Inspeksi: Sikatriks (-), striae (-), bentuk dinding abdomen datar, dinding abdomen
simetris
› Auskultasi: BU (+) normal, 20 x/menit
› Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
› Palpasi: Soepel, hepar dan lien tidak teraba, massa (-), nyeri tekan (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :Tanggal 30 Maret 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 12,4 11,5 -16,5 g/dL
Leukosit 10,59 ↑ 4.000- 9.000 sel/µL
- Neutrofil 86,4 ↑ 42 – 85 %
- Limfosit 8,8 ↓ 11 – 49 %
- Monosit 4,4 0–9%
Hematologi
- Eusinofil 0,0 0–6%
- Basofil 0,4 0–2%
Hematokrit 40,5 36-56 %
Trombosit 430.000 ↑ 120.000-380.000 sel/µL
Eritrosit 4,40 3,80-5,30 juta sel/ µL
Hasil :
Irama : sinus rythm
HR : 101x/menit
Axis : lead I (-), lead aVF (+) Right Axis Deviation (RAD)
Interval PR : 4 x 0,04 = 0, 16 detik (N = 0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : 2 x 0,04 = detik (N = 0,07 – 0,10 detik)
QT interval : 9 x 0,04 = 0,36 detik (N= 0,33 – 0,43 detik)
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2, V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR 101x/menit, RAD, RAH, OMI anteroseptal
9. Assessment
› Gagal Jantung Akut
› TB Paru
E(x) : PJK
A(x) : OMI anteroseptal
F(x) : Gagal Jantung Akut NYHA IV
10. Planning
Diagnosis : -
Farmakologis:
Tanggal 30 Maret 2019
› Rawat inap
› Bed rest ½ duduk
› O2 4 lpm nasal canule
› Inf PZ 500cc/24 jam
› Diet lunak jantung 1900 kkal
› Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
› Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
› Inj. Furamin 2 x 1
› Spirola tab 1 x 25 mg
› Bisoprolol 1 x 2,5 mg
› Pindah ruangan bangsal
› Konsul Sp.P
Monitoring:
› Evaluasi keadaan umum dan vital sign
› Evaluasi keluhan (sesak, batuk dan keluhan lain)
› Intake minum dan makan
Edukasi:
› Tirah baring
› Menjelaskan penyebab keluhan yang sekarang
› Menjelaskan rencana diagnosis dan terapi yang akan dilakukan pada pasien
› Menjelaskan prognosis dan komplikasi kepada pasien dan keluarga
Daftar Pustaka :.
1. John, J.V, et al., 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure. European Heart Journal vol 78
2. Siswanto, BB, et al., 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi 1. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
3. Isbaniyah, F, et al. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mendiagnosis penyakit gagal jantung akut dan tuberkulosis paru
2. Mampu memberikan penatalaksanaan awal terkait gagal jantung akut dan
tuberkulosis paru sesuai dengan kompetensi dokter umum, melakukan
rujukan/konsultasi dengan tepat
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai gagal
jantung akut dan tuberkulosis paru
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif :
- Keluhan Utama : Sesak nafas
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien perempuan 56 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan saat istirahat dan
memburuk saat berjalan sejauh 10 m. Sesak nafas berkurang pada saat pasien posisi duduk.
Pasien merasakan lebih nyaman tidur dengan 3 bantal. Pasien mengeluhkan tubuh terasa
lemas, berdebar-debar dan keringat dingin seluruh tubuh. Pasien mengeluhkan terbangun di
malam hari karena sesak. Pasien menyangkal adanya nyeri dada.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak berwarna kuning lebih dari 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Batuk dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan keringat
dingin saat malam hari serta mengalami penurunan berat badan. Pasien tidak mengeluhkan
mual muntah. Pasien tidak ada keluhan demam. Buang air besar dan buang air kecil tidak
ada kelainan. Napsu makan pasien menurun dan hanya makan minum sedikit.
- Riwayat Pengobatan : disangkal
- Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
- Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang penjual sembako di rumah. Pasien biasanya bekerja dari
pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB.
- Riwayat Kondisi Lingkungan Social dan Fisik :
Pasien tinggal bersama suami dan anak dengan keadaan lingkungan yang kurang
ventilasi udara serta lembab, keadaan sosial yang baik dan ekonomi menengah ke bawah,
pasien makan teratur 2-3 kali sehari. Pasien tidak merokok. Pasien tidak mengkonsumsi
alcohol. Pasien jarang berolahraga. Pembiayaan kesehatan menggunakan BPJS kelas III.
2. Objektif :
PEMERIKSAAN FISIK : Tanggal 30 Maret 2018 pukul 09.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : Tensi : 98/60 mmHg
Nadi : 101 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Saturasi O2 : 99% (udara bebas) dengan O2 nasal canul 4 lpm
Tinggi Badan : 146 cm
Berat Badan : 39 kg
Status Gizi : Underweight (BMI 18,2 kg/m2)
Pemeriksaan Kepala : Dalam batas normal
Pemeriksaan Leher : JVP (5+3) cmH2O meningkat (+)
Pemeriksaan Thoraks : Jantung melebar dan paru rhonki basah kasar (+/+)
Pemeriksaan Abdomen : dalam batas normal
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Tanggal 30 Maret 2019
Hematologi
- Leukosit 10,59 x 103 /uL ↑
- Trombosit 430.000 sel/uL ↑
Elektrolit:
- Kalsium 0,99 mmol/l ↓
Radiologi : Tanggal 30 Maret 2019
Hasil pemeriksaan Thorax Foto AP:
- Cor : CTR > 0.5 pinggang jantung menghilang
- Pulmo : perselubungan parahiler kiri
- Kedua sinus costoprenicus tajam
- Trakea di tengah
- Sistema tulang baik
- Kesimpulan : cardiomegali dan TB
EKG : Tanggal 30 Maret 2019
Hasil :
Irama : sinus rythm
HR : 101x/menit
Axis : lead I (-), lead aVF (+) Right Axis Deviation (RAD)
Interval PR : 4 x 0,04 = 0, 16 detik (N = 0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : 2 x 0,04 = detik (N = 0,07 – 0,10 detik)
QT interval : 9 x 0,04 = 0,36 detik (N= 0,33 – 0,43 detik)
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2, V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR 101x/menit, RAD, RAH, OMI anteroseptal
3. Assessment :
Berdasarkan gejala dan penemuan klinis, diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan
bila pada pasien didapatkan paling sedikit 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor dari
Kriteria Framingham.
Algoritma untuk diagnosis gagal jantung non akut sebagai berikut :
Pemeriksaan EKG dapat memberikan informasi mengenai denyut, irama, dan
konduksi jantung, serta seringkali etiologi, misalnya perubahan ST segmen iskemik
untuk kemungkinan STEMI atau non STEMI. Pemeriksaan elektrokardiogram harus
dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung
Pemeriksaan foto thorak harus dikerjakaan secepatnya untuk menilai derajat kongesti
paru dan untuk menilai kondisi paru dan jantung yang lain. Kardiomegali merupakan
temuan yang penting. Pada paru, adanya dilatasi relatif vena lobus atas, edema vaskular,
edema interstisial, dan cairan alveolar membuktikan adanya hipertensi vena pulmonal.
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi
glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain
dipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang
bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum
diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan penurunan fungsi
ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik
dan/atau ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor
Blocker), atau antagonis aldosterone.
Gagal jantung akut adalah serangan yang cepat dari gejala dan tanda gagal jantung
sehingga membutuhkan terapi segera. Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo
(serangan baru dari gagal jantung akut, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau
dekompensasi akut dari gejala jantung kronik.
Faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut sebagai berikut
Monitoring:
› Evaluasi keadaan umum dan vital sign
› Evaluasi keluhan (sesak, batuk, dan keluhan lain)
› Intake minum dan makan
Edukasi:
› Tirah baring
› Menjelaskan penyebab keluhan yang sekarang
› Menjelaskan rencana diagnosis dan terapi yang akan dilakukan pada pasien
› Menjelaskan prognosis dan komplikasi kepada pasien dan keluarga pasien
Algoritma tatalaksana awal untuk pasien dengan gagal jantung akut sebagai berikut :
Terapi farmakologis gagal jantung akut untuk manajemen akut sebagai berikut :
1. Oksigen : untuk mengobati hipoksemia (SpO2,90%), yang berhubungan dengan
peningkatan risiko kematian jangka pendek.
2. Diuretik : meningkatkan ekskresi air dan memiliki efek vasodilatasi untuk
mengurangi sesak nafas jika tekanan darah memungkinkan. Misal furosemid atau
torasemide. Dalam gagal jantung akut, i.v furosemid merupakan lini pertama yang
paling umum digunakan. Dosis harus dibatasi pada jumlah terkecil untuk
memberikan efek klinis yang memadai dan dimodifikasi sesuai dengan fungsi ginjal
sebelumnya dan dosis diuretik sebelumnya. i.v dosis awal dosis harus paling tidak
sama dengan dosis oral yang sudah digunakan dirumah. Pasien dengan gagal
jantung akut onset baru atau pasien dengan gagal jantung kronis tanpa riwayat gagal
ginjal dan sebelumnya tanpa menggunakan diuretik dapat merespon dengan
iv bolus 20-40 mg. Sedangkan mereka yang menggunakan diuretik sebelumnya
biasanya membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Bolus iv 10-20 mg torasemide
dapat dianggap sebagai alternatif.
3. Vasodilator : memiliki manfaat ganda dengan mengurangi tonus vena (untuk
mengoptimalkan preload dan mengurangi afterload. Sehingga meningkatkan
volume stroke. Vasodilator sangat berguna pada pasien dengan gagal jantung
akut hipertensi, sedangkan pada mereka dengan SBP <90 mmHg mereka harus
dihindari.
4. Inotropik : di indikasikan apabila ada tanda-tanda hipoperfusi perifer (hipotensi)
dengan atau tanpa kongesti atau edema paru yang refrakter terhadap diuretika
dan vasodilator pada dosis optimal.
5. Vasopresor : Obat-obatan dengan efek vasokonstriktor arteri perifer yang
adekuat seperti norepinefrin atau dopamin dalam dosis yang lebih tinggi (> 5 μg
/ kg / menit) diberikan kepada pasien dengan hipotensi. Agen ini diberikan untuk
meningkatkan tekanan darah dan mendistribusikan kembali darah ke organ vital.
Dopamin dibandingkan dengan norepinefrin dalam pengobatan berbagai pasien
syok. Analisis subkelompok menyarankan bahwa norepinefrin akan memiliki
efek samping yang lebih sedikit dan mortalitas yang lebih rendah. Epinefrin
(adrenalin) harus dibatasi untuk pasien dengan hipotensi persisten meskipun
tekanan pengisian jantung yang memadai dan penggunaan agen vasoaktif
lainnya, serta untuk protokol resusitasi.
6. Digoxin : diindikasikan untuk pasien AF dengan HR>110 bpm dan diberikan
bolus 0,25-0,5 mg iv.
7. Opiates : seperti morfin berguna pada beberapaa pasien dengan edema paru akut
untuk mengurangi kecemasan dan sesak nafas. Dianggap venodilator untuk
mengurangi preload.
8. Anxiolytics dan ansietas : diperlukan pada pasien dengan agitas atau delirium.
Terapi akut gagal jantung didasari pada adaya volume overload serta adanya tanda
penurunan curah jantung. Terapi yang membutuhkan diuretik maupun ekspansi cairan
harus memperhatikan keadaan pada pasien.
Terapi jangka panjang secara garis besar adalah terapi seumur hidup. Semua pasien
memerlukan penghambat CE atau ARB apabila tidak ada kelainan seperti gagal ginjal
berat. Selain itu semua penderita gagal jantung memerlukan beta blocker mulai dari
dosis kecil.
Pasien gagal jantung NYHA III-IV yang belum membaik dengan ACEI/ARB dan
beta blocker dapat dipertimbangkan penambahan kecil dosis antagonis aldosteron
seperti spironolakton. Kebanyakan pasien gagal jantung membutuhkan diuretik reguler
dosis rendah untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan menghilangkan edema.
Permulaan dapat menggunakan diuretik kuat atau tiazid dan kemudian disesuaikan
dengan hasil terapi dan kebutuhan pasien. Pasien dengan fraksi ejeksi <30% sebaiknya
diberikan antikoagulan untuk mencegah emboli. Pemberian digitalis juga bermanfaat
untuk gagal jantung dengan atrial fibrilasi dan fraksi ejeksi rendah. Bila penyakit gagal
jantung berat adalah PJK (Penyakit Jantung Koroner), maka pemberian simvastatin dan
aspirin bermanfaat secara jangka panjang.
Untuk gaya hidup pasien dianjurkan diet rendah garam 2g/hari pada gagal jantung
ringan dan 1g/hari pada gagal jantung berat. Selain itu jumlah cairan dianjurkan 1,5
L/hari untuk ringan dan 1 L/hari untuk berat. Merokok dianjurkan untuk berhenti
ditambah aktivitas fisik rutin 5 kali seminggu dengan durasi 20-30 menit dengan beban
jantung 70-80% pada gagal jantung ringan dan sedang.
Pengobatan tuberkulosis terbagi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
Jenis obat lini pertama anti tuberkulosis adalah INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol dan Streptomisin. Jenis obat lini kedua anti tuberkulosis adalah kanamisin,
kapreomisin, amikasin, kuinolon, sikloserin, etionamid/protionamid, Para-Amino
Salisilat (PAS). OAT lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama
TB MDR.
Obat-obatan tuberkulosis terbagi dalam dosis tunggal dan kombinasi. Obat tunggal,
obat yang disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol. Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose Combination/FDC) kombinasi
dosis tetap ini terdiri dari 2 sampai 4 obat dalam satu tablet.
Dosis Dosis (mg)/berat
Dosis yang dianjurkan Dosis
(mg/k badan(kg)/hr
Obat maksimal
gBB/
Harian Intermitten /hr(mg) <40 40-60 >60
hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 300 300 300
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S* 15-18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000
*Pasien berusia lebih dari 60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dai 500 mg
perhari
Konsultasi dan Rujukan : Dilakukan konsultasi atau rujukan ke dokter spesialis penyakit
dalam begitu diagnosis ditegakkan.
Pada pasien ini dilakukan tatalaksana berupa bed rest ½ duduk, O2 4 lpm nasal canule
untuk mengurangi sesak, Inf PZ 500cc/24 jam, Diet lunak jantung 1900 kkal karena pasien
masih sadar dan tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas, Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
sebagai diuretik untuk mengurangi ekskresi air dan memiliki efek vasodilatasi untuk
mengurangi sesak nafas, selain itu pembatasan asupan cairan karena cairan yang banyak akan
diabsorpsi oleh tubuh dan menambah jumlah cairan pada tubuh sehingga memperberat kerja
jantung. Pemberian diuretik sangat diperlukan untuk mengeluarkan cairan yang ada dari
tubuh, dalam kasus ini digunakan furosemide sebagai diuretik sehingga dapat mengurangi
preload dan dapat mengurangi/menghilangkan ronki basah kasar pada pasien ini. Inj.
Lansoprazol 1 x 30 mg dan sucralfate syr 3 x CI sebagai pengobatan simptomatis keluhan
nyeri perut ulu hati, Inj. Furamin 2 x 1 merupakan derivat dari vitamin B1 komplek untuk
membantu sistem pencernaan, pada pasien ini merupakan gagal jantung akut NYHA IV
sehingga diberikan Spirola tab 1 x 25 mg, spirola merupakan preparat hemat kalium.
Spironolakton dikombinasikan dengan furosemid dikarenakan furosemid sebagai terapi
untuk mengurangi preload yang dapat mengakibatkan hipokalemia. Bisoprolol 1 x 2,5 mg
golongan beta bloker sehingga menurunkan angka kematian dan terapi jangka panjang
dapat memperbaiki kontraktilitas.
Pada pasien ini juga diberikan Rifastar tab 1 x 3 merupakan obat kombinasi sesuai
terapi pasien tuberkulosis kasus baru dengan berat badan 39 kg. Inj. Solvinex 3 x
1merupakan golongan sekretolitik untuk mengencrkan sekret saluran nafas. Terapi diatas
sudah sesuai dengan tatalaksana awal gagal jantung akut dan tuberkulosis paru. Pasien juga
telah diedukasi mengenai penyebab keluhan yang sekarang, rencana diagnosis dan terapi
yang akan dilakukan pada pasien serta prognosis dan komplikasi.
Dokter Pembimbing
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Cor : S1 S2 regular
I : Iktus Cordis tampak di SIC V
Linea Midclavicula Sinistra
P : Ictus cordis kuat angkat,
teraba di SIC V Linea Mid
Clavicula Sinistra.
P: Batas jantung kesan
melebar
A: BJ S1 S2 regular, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
Urin output :
600cc/8jam
EKG :
Irama : sinus rythm
HR:101x/menit
Axis : Right Axis Deviation
(RAD)
Gelombang P : P Pulmonal
(RAH)
QRS komplek : 4 x 0,04 = 0,16
s
Hipertrofi : RAH
Infark : Q patologis di V1, V2,
V3
Kesimpulan : sinus rythm, HR
101x/menit, RAD, RAH, OMI
anteroseptal
Radiologi :
Cardiomegali dan TB
Laboratorium : Tanggal 30
Maret 2019
Leukosit : 10,59 ↑
Trombosit : 430.000 ↑
Calsium : 0,99 ↓
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
1 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (+↓), nyeri dada (-), Jantung - O2 3 lpm nasal canule
berdebar (-), perut terasa sakit Akut - Inf PZ 500cc/24 jam
(+↓), batuk (+) - TB Paru - Diet lunak jantung 1900 kkal
- Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
O: - Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
KU: sakit sedang , CM - Inj. Furamin 2 x 1
- Inj. Solvinex 3 x 1
TTV: T : 90/60 mmHg, N: 80 - Spirola tab 1 x 25 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
36,70C - Sucralfat syr 3 x CI
- Rifastar tab 1x3
Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
2 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Inf PZ 500cc/24 jam
berdebar (-), perut terasa sakit (- Akut - Diet lunak jantung 1900 kkal
), batuk (+) - TB Paru - Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
- Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
O: - Inj. Furamin 2 x 1
KU: sakit sedang , CM - Inj. Solvinex 3 x 1
- Spirola tab 1 x 25 mg
TTV: T : 110/70 mmHg, N: 89 - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Sucralfat syr 3 x CI
36,50C - Rifastar tab 1x3
Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
3 April S: - Gagal - Mobilisasi duduk
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Inf PZ 500cc/24 jam
berdebar (-), perut terasa sakit (- Akut - Diet lunak jantung 1900 kkal
), batuk (+) - TB Paru - Inj. Furosemide 10mg 1-1-0
- Inj. Lansoprazol 1 x 30 mg
O: - Inj. Furamin 2 x 1
KU: sakit sedang , CM - Inj. Solvinex 3 x 1
- Spirola tab 1 x 25 mg
TTV: T : 100/60 mmHg, N: 90 - Bisoprolol 1 x 2,5 mg
x/menit, RR: 20 x/menit, S: - Sucralfat syr 3 x CI
36,70C - Rifastar tab 1x3
Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
Akral hangat
+ +
+ +
4 April S: - Gagal - Pro BLPL
2019 Sesak (-), nyeri dada (-), Jantung - Spironolacton 1x 25 mg
berdebar (-), batuk (+) Akut - Bisoprolol 1 x 10 mg
- TB Paru - Furosemid 1 x1
O: - Rifastar 1x 3
KU: sakit sedang , CM - Kontrol poli 12/4/2019
TTV: T : 100/60 mmHg, N: 82
x/menit, RR: 20 x/menit, S:
36,70C
Px Fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-
), pernafasan cuping hidung (-)
Thorak :
Pulmo : SDV +/+, RBK +/+
Pulmo :
Suara nafas dasar vesikuler
(+/+), Ronkhi basah kasar
(+/+)
Ekstremitas.
Oedem
- -
- -
+ +
+ +