Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar merupakan suatu kegiatan untuk melaksanakan

kurikulum, agar tujuan pendidikan yang ditetapkan dapat tercapai. Tujuan

pendidikan mengantarkan siswa pada perubahan-perubahan tingkah laku,

baik intelektual, moral maupun sosial. Tujuan pengajaran adalah rumusan

yang diharapkan dimiliki siswa setelah menempuh berbagai pengalaman

belajar.

Menurut Sarjana dan Rival (1990), bahwa untuk mencapai tujuan

pengajaran tersebut ada dua aspek yang paling berpengaruh, yaitu metode

mengajar, model pembelajaran dan media sebagai alat bantu mengajar. Selain

media yang termasuk sebagai alat bantu mengajar adalah alat peraga yang

digunakan untuk membantu menanamkan konsep IPA (Ilmu Pengetahuan

Alam).

Pada umumnya siswa merasa bahwa Sains (IPA) lebih sulit dari pada

ilmu-ilmu yang lain. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan siswa belum

mampu menerima beberapa materi sains disebabkan mereka belum mampu

berpikir secara abstrak (Rugianto, 1982). Maka dari itu diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai ilmu-ilmu sains dengan

menggunakan benda-benda konkrit dan latihan berulang-ulang untuk

mengembangkan berpikir operasional.


Sebagaimana dalam setiap proses pembelajaran IPA di sekolah dasar

dapat ditingkatkan dengan baik jika metode yang dipilih sesuai dengan materi

ajar dan cara pengajarannya yang benar. Namun saat ini banyak siswa yang

tidak mampu melebihi KKM dan mendapat nilai yang standar. Akar

permasalahannya adalah karena dalam proses pembelajaran, guru hanya

menjelaskan secara lisan dan tidak menggunakan alat peraga.

Agar pembelajaran IPA menjadi lebih aktif dan menyenangkan serta

dapat memperbaiki hasil belajar IPA, peneliti berusaha untuk membantu

untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran Kooperative Learning tipe Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model

belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73),

bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama

salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang

didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota

kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan

bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya

( Rusman, 2008.203).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dijadikan landasan

penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang

Struktur Organ Tubuh Manusia dan Fungsinya Melalui Pembelajaran

Kooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 003

Muara Jawa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu

“Bagaimana Meningkatan Hasil Belajar IPA tentang Struktur Organ Tubuh

Manusia dan Fungsinya Pembelajaran Kooperative Learning Tipe Jigsaw

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 003 Muara Jawa”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA tentang struktur organ

tubuh manusia dan fungsinya melalui pembelajaran kooperative learning tipe

jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri 003 Muara Jawa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah

dalam meningkatkan hasil belajar serta mengembangkan kemampuan

berpikir secara kreatif.

a. Bagi guru kelas dapat memperbaiki strategi pembelajaran di kelas dalam

rangka meingkatan pemahaman dan hasil belajar siswa dengan


menggunakan model Kooperative Learniing pada materi struktur organ

tubuh manusia dan fungsinya.

b. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar sains terutama

pemahamannya terhadap materi makhluk hidup dan proses kehidupan.

Disamping itu, melalui model Kooperative Learning siswa dilatih untuk

memecahkan masalah dengan pendekatam ilmiah dan didorong aktif

secara fisik, mental emosi dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah Dasar, dari penelitian ini akan memberikan sumbangan

yang lebih baik pada sekolah dalam rangka peningkatan pembelajaran

dan dapat dijadikan masukkan untuk kebijakan dalam upaya

meningkatkan proses belajar mengajar, meningkatkan hasil belajar siswa

serta perlunya kerjasama yang baik antara guru, siswa, masyarakat dan

kepala sekolah.

Anda mungkin juga menyukai