Anda di halaman 1dari 16

EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING
SURAKARTA

Naskah Publikasi

Oleh :
PRIMA TRISNA AJI
NIM : 20141050013

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Publikasi

EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT


DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENUMPING
SURAKARTA

Telah Disetujui pada tanggal :


24 September 2016

Oleh :
PRIMA TRISNA AJI
20141050013

Pembimbing

Dr. Nurul Makiyah.,S.Si.,M.Kes ( )


Novita Kurnia Sari, S.Kep.Ns., M.Kep ( )
Azizah Khoiriyati,S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Mengetahui
Ketua Program Magister Keperawatan
Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

( Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D )

2
EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA
1
Prima Trisna Aji_2Novita Kurnia Sari_3Nurul Makiyah
Abstrak

Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan


perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama. Hipertensi memiliki julukan “the
sillent killer” karena kadang tidak disertai gejala dan bisa membunuh dengan tiba-tiba.
Untuk itu dibutuhkan penanganan untuk menurunkan tekanan darah yang tidak
menimbulkan efek samping yaitu penanganan dengan non farmalogis berupa pemberian
terapi kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui keefektifan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kombinasi
terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.
Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
adalah penderita hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Penumping Surakarta pada
Tahun 2014 rata-rata dalam sebulan sebanyak 175. Sampel dalam penelitian sebanyak
20 responden dengan teknik sampling yaitu purposive random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data dengan uji beda
satu kelompok paired sample t test sedangkan uji beda dua kelompok menggunakan uji
Mann Whitney.
Hasil : 1) Ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah kombinasi terapi rendam kaki
air hangat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi dengan nilai p value 0,000 dan 0,001. 2) Ada perbedaan pengaruh sebelum
dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah sistol pada
penderita hipertensi dengan nilai p value 0,02; sedangkan tekanan darah diastole tidak
ada perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam dengan p
value 1,000; 3) Kombinasi terapi rendam kaki air hangat lebih efektif dibandingkan
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Penumping Surakarta dengan p value < 0,05.
Kesimpulan : Kombinasi terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam
efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Penumping Surakarta.

Kata kunci : Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat, Relaksasi Nafas Dalam,
Hipertensi

1
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Pembimbing Pendamping)
3
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Pembimbing Utama)

3
PENDAHULUAN hidroterapi yang meliputi rendam kaki air
Hipertensi merupakan masalah hangat (Sudoyo, 2006).
kesehatan global yang membutuhkan Alasan memilih kombinasi rendam
perhatian karena dapat menyebabkan kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam
kematian utama di negara-negara maju dikarenakan selain tindakan ini praktis,
maupun berkembang. Penduduk dunia yang mudah, murah bisa dijangkau dan bisa
mengalami hipertensi untuk pria sekitar 26,6 diterapkan bagi pasien hipertensi serta tidak
% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan mempunyai efek samping. Untuk tindakan
pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat farmakologis sendiri obat adalah sesuatu zat
menjadi 29,2%. Prevalensi hipertensi di kimiawi yang meskipun tujuannya untuk
Indonesia terus terjadi peningkatan. Menurut mengobati tetapi apabila dikonsumsi dalam
data Kementrian RI tahun 2009 menunjukkan jangka panjang akan memberikan efek yang
bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% merugikan bagi tubuh (Hambing, 2006).
dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun Penelitian yang terkait yang sudah
2010 (Apriany, 2012). dilakukan adalah penelitian dari Santoso
Jumlah kasus hipertensi dalam tiga (2015) persamaan pada penelitian tersebut
tahun terakhir (2011-2013) di Surakarta dengan ini adalah salah satu variabelnya
mencapai 143.365 dan untuk prevalensi sama melakukan penelitian pengaruh rendam
hipertensi di Surakarta tahun 2012 adalah kaki air hangat terhadap penurunan pada
sebesar 14,9%. Hipertensi merupakan salah pasien lansia yang menderita hipertensi.
satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi Sedangkan perbedaan penelitian tersebut
dibandingkan dengan penyakit yang lain dengan penelitian ini adalah wilayah yang
dikota Surakarta. Berdasarkan data DKK dilakukan penelitian di Puskesmas
Surakarta, pada tahun 2013 jumlah kasus Khatulistiwa kota Pontianak dan hanya
tertinggi hipertensi di Puskesmas Penumping menggunakan satu variabel saja serta untuk
Surakarta sebesar 198.645 kasus. responden yang diambil adalah pada pasien
Pengobatan non farmakologis adalah hipertensi yang sudah Lansia. Sedangkan
pengobatan yang berasal dari bahan-bahan pada penelitian ini wilayah yang diambil
alami biasanya bahan-bahan ini mudah untuk adalah diwilayah kerja Puskesmas
didapatkan dan biayanya relatif murah. Penumping Surakarta serta variabel yang
Pengobatan non farmakologis bersifat terapi diambil adalah terapi rendam kaki air hangat
pengobatan alamiah diantaranya adalah dan relaksasi nafas dalam terhadap
dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi penurunan hipertensi. Sedangkan responden
progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, yang diambil adalah penderita hipertensi
akupresur, aromaterapi, refleksiologi dan yang umurnya adalah 34 – 75 tahun.

1
Penggunaan relaksasi nafas dalam tekanan darah dengan proses pelepasan
sebagai managemen non farmakologi hormon efineprin dan norefineprin (Endang,
maupun intervensi keperawatan mandiri 2014).
dalam menurunkan tekanan darah dan Penelitian yang terkait yang sudah
kecemasan pada penderita hipertensi primer dilakukan penelitian adalah pada penelitian
di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ervan (2013) pada
Suwardianto (2011) tekanan darah pada penelitian tersebut melakukan penelitian
penderita hipertensi, terbukti teknik relaksasi perubahan tekanan darah pada penderita
nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah hipertensi setelah dilakukan terapi relaksasi
pada penderita hipertensi. nafas dalam. Persamaan pada penelitian
Fisiologi relaksasi nafas dalam tersebut adalah pada variabel sama yaitu
menurunkan tekanan darah pada pasien yang terapi relaksasi nafas dalam, serta responden
mengalami ketegangan dan kecemasan pada sama menggunakan responden pada pasien
tekanan darah tinggi saraf yang bekerja hipertensi. Perbedaan pada penelitian
adalah sistem saraf simpatis yang berperan tersebut adalah pada penelitian tersebut
dalam meningkatkan denyut jantung. Pada hanya menggunakan satu variabel saja yaitu
saat relaksasi nafas dalam bekerja secara Relaksasi nafas dalam, sedangkan pada
resiprok atau saling berbalasan sehingga penelitian ini menggunakan variabel rendam
timbul penghilangan kecemasan serta kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam.
menurunkan tekanan darah. Sistem saraf Perbedaan yang lain adalah pada penelitian
simpatis yang untuk sementara waktu akan Ervan (2013) hanya meneliti perubahan
meningkatkan tekanan darah selama respon tekanan darah bukan penurunan tekanan
berlangsung meningkatkan kecepatan dan darah seperti pada penelitian ini.
kekuatan denyut jantung dan juga Alasan kombinasi terapi rendam kaki
mempersempit sebagian besar arteriola, air hangat dan relaksasi nafas dalam karena
tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu pada terapi tersebut bisa membantu pada otot
(misalnya otot rangka yang memerlukan pembuluh darah membuat mempertahankan
pasukan darah yang lebih banyak) elastisitas pembuluh darah arteri. Selain itu
mengurangi pembuangan air dan garam oleh terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi
ginjal, sehingga akan meningkatkan volume nafas dalam bisa dilakukan secara bersamaan
darah dalam tubuh : melepaskan hormon pada pasien. Keuntungan relaksasi nafas
epinefrin (adrenalin) dan norepineprin dalam adalah dapat mengatasi tekanan darah
(noradrenaline) yang merangsang jantung tinggi dan ketidakteraturan denyut jantung,
dan pembuluh darah, faktor stres merupakan mengurangi nyeri kepala, nyeri punggung
satu faktor pencetus terjadinya peningkatan dan nyeri lainnya serta mengatasi gangguan

2
tidur. Respon relaksasi nafas dalam dan didapatkan bahwa mayoritas masyarakat di
Rendam kaki air hangat dalam menurunkan wilayah kerja Puskesmas Penumping
tekanan darah adalah memperlebar pembuluh Surakarta memiliki tingkat insidensi kejadian
darah pada proses vasodilatasi pembuluh hipertensi yang menduduki peringkat atas
darah sistem saraf simpatis yang untuk dan tidak mengetahui kemudahan akses serta
sementara waktu akan meningkatkan tekanan biaya yang terjangkau dalam pelaksanaan
darah selama respon meningkatkan kecepatan tindakan keperawatan relaksasi nafas dalam
dan kekuatan denyut jantung dan juga dan rendam kaki air hangat untuk
mempersempit sebagian besar arteriola, menurunkan tekanan darah. Selama ini
tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
(misalnya otot rangka yang memerlukan Penumping Surakarta tindakan yang
pasukan darah yang lebih banyak) dilakukan pada tekanan darah tinggi adalah
mengurangi pembuangan air dan garam oleh memeriksakan ke sarana fasilitas kesehatan
ginjal, sehingga akan meningkatkan volume apabila timbul gejala keluhan.
darah dalam tubuh : melepaskan hormon Bagi masyarakat di wilayah kerja
epinefrin (adrenalin) dan norepineprin Puskesmas Penumping Surakarta tingginya
(noradrenaline) yang merangsang jantung angka kejadian hipertensi dan kurang
dan pembuluh darah (Triyadini, 2010). pengetahuannya tentang metode non
Hasil dokumentasi didapatkan bahwa farmakologis dalam menurunkan tekanan
di Puskesmas Penumping Surakarta angka darah pada penderita hipertensi membuat
kejadian peringkat tertinggi adalah penyakit peneliti tertarik untuk meneliti penelitian
hipertensi dengan insidensi masyarakat yang dengan judul “Efektifitas Kombinasi Rendam
memeriksakan diri di Puskesmas Penumping Kaki Air Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam
Surakarta rata-rata per bulan ditahun 2013 (deep breathing) terhadap penurunan
sebanyak 175 angka kejadian penyakit tekanan darah pada penderita hipertensi di
Hipertensi. Tingkatan umur juga dapat Wilayah kerja Puskesmas Penumping
mempengaruhi tingkat tekanan darah Surakarta”.
dikarenakan pada orang yang mengalami
obesitas dan lansia pada dinding pembuluh METODOLOGI PENELITIAN
darah banyak terdapat kolesterol yang Penelitian ini telah dilakukan pada
menyumbat aliran pembuluh darah sehingga bulan Juli 2016 sampai bulan Agustus 2016.
aliran darah meningkat (Roehadi, 2008). Jenis penelitian yang digunakan dalam
Dari hasil studi pendahuluan yang penelitian ini adalah Quasi Eksperimen atau
sudah dilakukan pada masyarakat di wilayah eksperimen semu yang tujuan untuk

kerja Puskesmas Penumping Surakarta juga mengungkapkan adanya pengaruh suatu

3
manipulasi adaptif terhadap responden. Pre test 20 168.50 150.00 200.00
Populasi dalam penelitian ini adalah sistolik +
Relaksasi 13.48
penderita hipertensi yang berkunjung di nafas
Puskesmas Penumping Surakarta pada Tahun dalam
Pre test 20 96.00 80.00 100.00
2014 rata-rata dalam sebulan sebanyak 175 diastolik + 5.98
orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak Relaksasi
nafas
20 responden dengan teknik pengambilan dalam
sampel yaitu simple random sampling. Alat
yang digunakan dalampenelitian ini adalah 2. Tekanan Darah Sesudah Terapi
lembar observasi dengan alat ukur Rendam Kaki Air Hangat dan
Spigmomanometer air raksa Aneroid merk Relakasi Nafas Dalam
“One Med”. Teknik analisis data satu Tabel 2. Rerata (x + SD) Tekanan Darah
kelompok pre test dan post test menggunakan (mmHg) Penderita Hipertensi
Sesudah Dilakukan Terapi
uji paired sample t test sedanagkan uji beda Kombinasi Rendam Kaki Air
dua kelompok menggunakan uji Mann Hangat dan Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Penurunan
Whitney. Tekanan Darah di Wilayah
Puskesmas Penumping Surakarta
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Variabel N TD Min Max
Analisis Univariat Post 20 128,00 + 120.0 135.0
test 4,41 0 0
1. Tekanan Darah Sebelum Terapi sistolik
Rendam Kaki Air Hangat dan Kombi
nasi
Relakasi Nafas Dalam Post 20 83.75 + 70.00 100.0
Tabel 1. Rerata (x + SD) Tekanan Darah test 6.66 0
(mmHg) Penderita Hipertensi diastoli
Sebelum Dilakukan Terapi k
Kombinasi Rendam Kaki Air kombin
Hangat dan Relaksasi Nafas asi
Dalam terhadap Penurunan Post 20 164.00 + 145.0 190.0
Tekanan Darah di Wilayah test 13,92 0 0
Puskesmas Penumping sistolik
Surakarta Relaksa
si nafas
Variabel N TD Min Max dalam
Pre test 20 166.75 150.00 200.00 Post 2 96.00 + 80.00 100.0
sistolik + test 0 5.98 0
Kombinasi 14,35 diastoli
Pre test 20 94.00 90.00 100.00 k
diastolik + 5.02 Relaksa
kombinasi si nafas
dalam

4
3. Penurunan Tekanan Darah Sesudah *Keterangan :
N : Jumlah responden penelitian
Terapi Kombinasi Rendam Kaki air
TD : Tekanan Darah
Hangat dan Relaksasi Nafas Dalam SD : Standart Deviasi
P : Probabilitas
terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi di Wilayah
2. Uji Statistik Pre-test dan Post-test
Puskesmas Penumping Surakarta
Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Tabel 3. Rerata (x + SD) Penurunan
Tekanan Darah (mmHg) terhadap Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi setelah
(mmHg) pada Penderita Hipertensi di
Dilakukan Terapi Kombinasi
Rendam Kaki Air Hangat dan Wilayah Puskesmas Penumping
Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Surakarta
Penurunan Tekanan Darah di
Wilayah Puskesmas Penumping Tabel 5. Rerata (x + SD) Frekuensi
Surakarta. Responden Berdasarkan
Penurunan Tekanan Darah
Kombinasi Rendam Kaki Relaksasi Nafas (mmHg) Terapi Relaksasi Nafas
Air Hangat Dalam Dalam di Wilayah Kerja
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Puskesmas Penumping Surakarta.
TD 38,75+15,38 10,25+9,24 4,50+4,55 0,00+3,24
Minimal 15,00 0,00 -10,00 10,00
Maksimal 70,00 30,00 15,00 10,00 TD TD
Variabel N Sebelum Sesudah P

ANALISIS BIVARIAT TD 2 168 13 164 13 0,


1. Uji Statistik Pre-test dan Post-test sistolik 0 .50 .4 .00 .9 00
Terapi Kombinasi Rendam Kaki Air + 8 + 1 2
Hangat terhadap Penurunan Tekanan TD 2 96. 5. 96. 5. 1,
darah (mmHg) pada Penderita diastoli 0 00 98 00 98 00
Hipertensi di Wilayah Puskesmas k + + 0
Penumping Surakarta *Keterangan :
N : Jumlah responden penelitian
Tabel 4. Rerata (x + SD) Frekuensi TD : Tekanan Darah
Responden Berdasarkan SD : Standart Deviasi
Penurunan Tekanan Darah P : Probabilitas
(mmHg) Terapi Kombinasi
Rendam Kaki Air Hangat di
wilayah kerja Puskesmas
3. Uji Statistik Efektifitas Kombinasi
Penumping Surakarta.
TD Sebelum TD Sesudah Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan
Variabel N P
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
TD 2 166. 14. 128. 4. 0,0
Penurunan Tekanan Darah (mmHg)
sistolik 0 75 + 35 00 41 00
pada penderita Hipertensi di wilayah
TD 2 94.0 5. 83.7 6. 0,0
diastolik 0 0+ 02 5 66 01

5
kerja Puskesmas Penumping tekanan darah sistolik didapatkan nilai p
Surakarta value 0,000.
Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Rerata penurunan tekanan darah
Penurunan Tekanan darah
diastolik pada penderita hipertensi
(mmHg) dengan Terapi
Relaksasi Nafas Dalam dan sebelum dan sesudah diberikan
Kombinasi Rendam Kaki Air
kombinasi terapi rendam kaki air hangat
Hangat dan Relaksasi Nafas
Dalam di wilayah kerja yaitu 94,00 mmHg menjadi 83,75
Puskesmas Penumping Surakarta
mmHg. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank
Tekanan Std. P
Variabel Perlakuan
Darah Error valueTest kelompok perlakuan dengan
TD Rendam Kaki 38,75 ± 3,43 0,000kombinasi terapi relaksasi nafas terhadap
Sistolik Air Hangat 15,38 1,019 penurunan tekanan darah sistolik
Kombinasi Relaksasi 4,50 ± didapatkan nilai p value 0,001.
nafas dalam 4,56 Berdasarkan hasil analisis diketahui
TD Rendam Kaki 10,25 ± 2,07 0,000bahwa ada perbedaan tekanan darah
Diastolik Air Hangat 9,24 0,725 yang signifikan sebelum dan sesudah
Kombinasi Relaksasi 0,00 ± dilakukan terapi rendam kaki air hangat
nafas dalam 3,24 pada penderita hipertensi di wilayah
Sumber: Data Primer Diolah kerja Puskesmas Penumping Surakarta.
PEMBAHASAN Responden dilakukan terapi
1. Efektivitas Kombinasi Terapi Rendam rendam kaki air hangat selama 10 – 15
Kaki Air Hangat menit dengan suhu air 32 oC – 35 oC.
Ada perbedaan skor penurunan Terapi rendam kaki air hangat dilakukan
tekanan darah pada penderita hipertensi dengan frekuensi sehari sekali setiap
pre test dan post test setelah dilakukan pagi selama 7 hari berturut-turut,
tindakan kombinasi terapi rendam kaki dinyatakan ada perbedaan tekanan darah
air hangat. Peningkatan rerata skor yang signifikan setelah dilakukan terapi
penurunan tekanan darah sistolik antara rendam kaki air hangat. Setelah
sebelum dan sesudah diberikan pemberian terapi dilakukan pengukuran
perlakuan dengan kombinasi terapi tekanan darah ulang (post test) sehingga
rendam kaki air hangat yakni 166,75 peneliti bisa melihat atau mendapatkan
mmHg menjadi 128,00 mmHg. Hasil uji hasil pengukuran tekanan darah bahwa
Wilcoxon Signed Rank Test kelompok hasilnya ada perurunan tekanan darah
perlakuan dengan kombinasi terapi yang signifikan setelah pemberian terapi
rendam kaki air hangat pada penurunan kombinasi rendam kaki air hangat
(Kusumaastuti, 2011).

6
Secara ilmiah air hangat dengan rata skor penurunan tekanan darah sistol
suhu 32 oC – 35 oC mempunyai dampak antara sebelum dan sesudah diberikan
fisiologis bagi tubuh. Hangatnya air perlakuan dengan terapi relaksasi nafas
membuat sirkulasi darah menjadi lancar. dalam yakni 168,50 mmHg menjadi
Oleh karena itu, penderita hipertensi 164,00 mmHg. Hasil uji Wilcoxon
dalam pengobatannya tidak hanya Signed Rank Test kelompok perlakuan
menggunakan obat-obatan, tetapi bisa dengan terapi relaksasi nafas dalam
menggunakan alternatif non- terhadap penurunan tekanan darah
farmakologis dengan menggunakan sistolik didapatkan nilai p value 0,002,
metode yang lebih mudah dan murah sedangkan rerata penurunan tekanan
yaitu dengan menggunakan terapi darah diastolik pada penderita hipertensi
rendam kaki air hangat yang bisa sebelum dan sesudah diberikan terapi
dilakukan di rumah. Air hangat relaksasi nafas dalam tidak mengalami
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh perubahan yaitu 96,00 mmhg menjadi
sehingga rendam kaki air hangat dapat 96,00 mmHg. Hasil uji Wilcoxon Signed
digunakan sebagai salah satu terapi yang Rank Test kelompok perlakuan dengan
dapat memulihkan otot sendi yang kaku kombinasi terapi relaksasi nafas dalam
serta menyembuhkan stroke apabila terhadap penurunan tekanan darah
dilakukan melalui kesadaran dan sistolik didapatkan nilai p value 0,100.
kedisiplinan (Sudarta, 2013). Berdasarkan hasil analisis
Hasil penelitian ini didukung diketahui bahwa ada perbedaan
oleh penelitian Santoso (2015) penurunan tekanan darah sistolik setelah
menunjukkan ada pengaruh terapi diberikan perlakuan terapi relaksasi nafas
rendam kaki air hangat terhadap dalam pada penderita hipertensi,
penurunan tekanan darah. Hasil dari sedangkan untuk penurunan tekanan
penelitian tersebut menyatakan bahwa darah diastolik tidak ada perbedaan.
terapi rendam kaki air hangat sangat Terapi relaksasi teknik pernapasan
signifikan terhadap penurunan tekanan diafragma ini sangat baik untuk di
darah pada penderita hipertensi. lakukan setiap hari oleh penderita
2. Efektivitas Terapi Relaksasi Nafas tekanan darah tinggi, agar membantu
Dalam Untuk Penderita Hipertensi relaksasi otot tubuh terutama otot
Ada perbedaan skor penurunan pembuluh darah sehingga
tekanan darah pada penderita hipertensi mempertahankan elastisitas pembuluh
pre test dan post test dengan terapi darah arteri sehingga dapat membantu
relaksasi nafas dalam. Peningkatan rata-

7
menurunkan tekanan darah (Endang, darah sistolik rerata 173,20 mmHg dan
2014). diastolik rerata 90,57 mmHg.
Dalam penelitian ini responden Alasan kenapa pada penelitian
dilakukan terapi relaksasi nafas dalam sebelumnya lebih efektif untuk tindakan
yaitu suatu tindakan menarik nafas relaksasi nafas dalam daripada penelitian
dalam lewat hidung dan kemudian keluar saya dikarenakan karena
lewat mulut yang bertujuan untuk keanekaragaman responden dalam
mengurangi ketegangan dan kecemasan. menentukan kriteria inklusi, selain
Terapi ini dilakukan dengan frekuensi pemberian farmakologis yang berbeda
sebanyak 6 – 8 kali setiap hari pada juga dikarenakan lebih sulit mencari
waktu pagi hari selama 7 hari berturut- responden hipertensi yang sesuai dengan
turut. Setelah pemberian terapi, kriteria inklusi terutama pada persamaan
dilakukan pengukuran tekanan darah pengobatan terapi farmakologis yang
ulang (post test) diketahui ada perbedaan sama juga karena wilayah yang berbeda.
penurunan tekanan darah sistolik yang 3. Efektifitas Kombinasi Terapi Rendam
signifikan setelah dilakukan terapi Kaki Air Hangat dengan Relaksasi
relaksasi nafas dalam. Namun untuk Nafas Dalam terhadap Penurunan
tekanan darah diastolik tidak ada Tekanan Darah (mmHg) pada
perbedaan antara sebelum dan sesudah Penderita Hipertensi di wilayah kerja
terapi relaksasi nafas dalam. Puskesmas Penumping Surakarta
Hasil penelitian ini didukung Ada perbedaan pengaruh
oleh penelitian Hastuti (2015) bahwa ada kombinasi terapi kombinasi rendam kaki
pengaruh terapi teknik relaksasi nafas air hangat dengan relaksasi nafas dalam
dalam (deep breathing) terhadap terhadap penurunan tekanan darah
penurunan tekanan darah pada pasien sistolik pada penderita hipertensi di
hipertensi di Puskesmas Bendosari wilayah kerja Puskesmas Penumping
Kabupaten Sukoharjo. Tekanan darah Surakarta. Hasil uji Mann Whitney
pada pasien hipertensi sebelum terapi dengan nilai p value 0,000. Pada
teknik nafas dalam (deep breathing) kelompok kombinasi terapi rendam kaki
yaitu tekanan darah sistole rata-rata air hangat didapatkan rerata penurunan
177,33 mmHg dan diastolik rerata 95,87 tekanan darah sistolik 38,75 mmHg dan
mmHg. Tekanan darah pada pasien tekanan darah diastolik 10,25 mmHg.
hipertensi sesudah terapi tehnik nafas Sedangkan kelompok terapi relaksasi
dalam (deep breathing) yaitu tekanan nafas dalam didapatkan rerata penurunan
tekanan darah sistolik 4,50 mmHg dan

8
tekanan darah diastolik 0,00 mmHg. Berdasarkan hasil pengukuran
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan kedua kelompok perlakuan kombinasi
bahwa kombinasi terapi kombinasi rendam kaki air hangat dan relaksasi
rendam kaki air hangat lebih efektif nafas dalam diketahui rata-rata
dibandingkan relaksasi nafas dalam penurunan tekanan darah pada kelompok
untuk menurunkan tekanan darah pada perlakuan lebih tinggi daripada
penderita hipertensi. Penelitian ini kelompok kontrol relaksasi nafas dalam
sejalan dengan penelitian Santoso sehingga hal ini membuktikan bahwa
(2015), bahwa ada pengaruh terapi terapi kombinasi rendam kaki air hangat
rendam kaki air hangat terhadap sangat efektif untuk menurunkan tekanan
penurunan tekanan darah. darah pada penderita hipertensi.
Setelah responden dilakukan Hasil penelitian yang telah
kombinasi terapi rendam kaki air hangat dilakukan didapatkan jumlah penurunan
selama 10 – 15 menit dengan suhu air 32 tekanan darah responden ada yang
C – 35 C selam 7 hari berturut-turut,
o o
penurunannya banyak dan ada juga yang
dinyatakan ada perbedaan tekanan darah penurunannya sedikit. Hal ini
yang signifikan setelah dilakukan terapi dikarenakan setiap individu memiliki
kombinasi rendam kaki air hangat. respon tubuh yang berbeda-beda
Setelah pemberian terapi kemudian terhadap terapi rendam kaki air hangat.
dilakukan pengukuran tekanan darah Melihat rerata tekanan darah sebelum
ulang (post test) bahwa hasilnya ada dilakukan terapi kombinasi rendam kaki
penurunan tekanan darah yang signifikan air hangat adalah sistoliknya sebesar
setelah pemberian terapi rendam kaki air 166,75 mmHg dan diastoliknya sebesar
hangat. Rata-rata penurunan tekanan 94,00 mmHg, kategori hipertensi
darah sistol 38,75 mmHg dan diastole tersebut termasuk dalam kategori sedang.
10,25. Terapi relaksasi nafas dalam yang Pernyataan tersebut diperkuat oleh
dilakukan pada responden dengan Sudarta (2013) klasifikasi hipertensi
frekuensi 6 – 8 kali selama 7 hari pada dewasa bahwa tekanan darah
berturut-turut terbukti ada perbedaan sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 90-
tekanan darah pada penderita hipertensi. 100 mmHg merupakan kategori
Berdasarkan hasil pengukuran posttest hipertensi Bordeline.
setelah perlakuan menunjukkan rata-rata Manfaat atau efek hangat adalah
penurunan tekanan darah sistolik 4,50 efek fisik panas/hangat yang dapat
dan diastolik 0,00. menyebabkan zat cair, padat, dan gas
mengalami pemuaian ke segala arah dan

9
dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada akan merangsang tekanan sistolik yaitu
jaringan akan terjadi metabolisme seiring regangan otot ventrikel akan merangsang
dengan peningkatan pertukaran antara ventrikel untuk segera berkontraksi
zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. (Santoso, 2015).
Efek biologis panas/hangat dapat Pada awal kontraksi, katup aorta
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan katup semilunar belum terbuka.
yang mengakibatkan peningkatan Untuk membuka katup aorta, tekanan di
sirkulasi darah. Secara fisiologis respon dalam ventrikel harus melebihi tekanan
tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi
pelebaran pembuluh darah, menurunkan ventrikel mulai terjadi sehingga dengan
kekentalan darah, menurunkan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran
ketegangan otot, meningkatkan darah akan lancar sehingga akan mudah
metabolism jaringan dan meningkatkan mendorong darah masuk ke jantung
permeabilitas kapiler. Respon dari sehingga menurunkan tekanan
hangat inilah yang dipergunakan untuk sistoliknya. Pada tekanan diastolik
keperluan terapi pada berbagai kondisi keadaan releksasi ventrikular isovolemik
dan keadaan dalam tubuh (Destia et.all, saat ventrikel berelaksasi, tekanan di
2014). dalam ventrikel turun drastis, aliran
Prinsip kerja terapi rendam kaki darah lancar dengan adanya pelebaran
air hangat dengan mempergunakan air pembuluh darah sehingga akan
hangat yaitu secara konduksi dimana menurunkan tekanan diastolik. Maka
terjadi perpindahan panas/hangat dari air dinyatakan ada hubungan yang
hangat ke dalam tubuh akan signifikan antara terapi rendam kaki air
menyebabkan pelebaran pembuluh darah hangat dengan penurunan tekanan darah
dan penurunan ketegangan otot sehingga sistolik dan diastolik (Perry & Potter,
dapat melancarkan peredaran darah yang 2010).
akan mempengaruhi tekanan arteri oleh Hasil penelitian ini didukung
baroreseptor pada sinus kortikus dan oleh penelitian Suandika (2015) rendam
arkus aorta akan menyampaikan impuls kaki menggunakan air hangat membuat
yang dibawa serabut saraf yang sirkulasi darah menjadi lancar. Pada
membawa isyarat dari semua bagian penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tubuh untuk menginformasikan kepada efek tindakan rendam kaki air hangat
otak perihal tekanan darah, volume darah bisa menurunkan tekanan darah dan
dan kebutuhan khusus semua organ ke membuat sirkulasi peredarah darah
pusat saraf simpatis ke medulla sehingga menjadi lancar karena terjadi vasodilatasi

10
pada pembuluh darah pada area kaki Prima Trisna Aji (2009) tentang
yang direndam. Hubungan Tingkat Pendapatan dan
Karakteristik responden pada Status Gizi terhadap tingkat kekambuhan
penderita hipertensi diwilayah kerja Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Penumping Surakarta yang Gilingan Surakarta.
sudah dilakukan terapi Kombinasi Sedangkan untuk tingkat stress
Rendam Kaki air hangat dan Relaksasi pada responden penderita hipertensi yang
Nafas Dalam pada responden yang dilakukan penelitian diwilayah kerja
diambil bahwa jenis kelamin perempuan Puskesmas Penumping Surakarta lebih
lebih banyak dibandingkan dengan laki- banyak penderita yang jarang stress, hal
laki, hal ini sesuai dengan penelitian ini tidak akan mempengaruhi hasil dari
yang dilakukan oleh Basuki Setianto penelitian yang sudah dilakukan oleh
(2011) yang dilakukan di Cijeruk Bogor peneliti. Sedangkan jumlah jam tidur
bahwa jenis kelamin perempuan lebih lebih didominasi pada responden
banyak menderita hipertensi daripada hipertensi yang waktu tidur lebih dari 8
laki-laki.Sedangkan pada tingkat jam sehari. Begitu juga dengan gangguan
pendidikan lebih banyak responden tidur juga didominasi oleh penderita
dengan tingkat pendidikan SMP, hipertensi yang jarang mendapatkan
sedangkan untuk pekerjaan didominasi gangguan tidur seperti Insomnia dll.
dengan pekerjaan pedagang hal ini juga Untuk mengonsumsi natrium lebih dari 2
mencetus insidensi tingkat kekambuhan sendok dalam sehari lebih banyak
hipertensi dikarenakan dengan profesi didominasi oleh reponden yang jarang
pedagang dituntut untuk bangun pagi mengkonsumsi natrium lebih dari 2
subuh untuk mempersiapkan dagangan sendok sehari.
dan tidak sempat untuk melakukan Berdasarkan hasil penelitian yang
aktifitas olahraga pada pagi hari. telah dilakukan terbukti bahwa
Untuk tingkat pendapatan pada pemberian terapi kombinasi rendam kaki
penderita hipertensi di wilayah kerja air hangat sangat efektif digunakan untuk
Puskesmas Penumping Surakarta lebih menurunkan tekanan darah pada
didominasi oleh masyarakat tingkat penderita hipertensi di Wilayah Kerja
pendapatan rendah serta untuk Status Puskesmas Penumping Surakarta.
Gizi lebih merata antara status gizi Menurut pendapat peneliti dari hasil
kurang, status gizi baik, status gizi lebih penelitian ini, dalam mengatasi
dan status gizi obesitas. Hal ini sesuai hipertensi salah satu solusi yang dapat
dengan penelitian yang sudah dilakukan digunakan adalah dengan terapi

11
kombinasi rendam kaki air hangat, 2. Bagi Institusi pendidikan
selain murah dan mudah, terapi Diharapkan hasil penelitian ini
kombinasi rendam air hangat dapat dapat dijadian bahan bacaan dan
dilakukan secara mandiri. menambah wawasan bagi mahasiswa
kesehatan khususnya mahasiswa ilmu
keperawatan dalam hal pemahaman
SIMPULAN
perkembangan dan upaya pencegahan
1. Ada perbedaan pengaruh sebelum dan
sesudah kombinasi terapi rendam kaki air yang berhubungan dengan hipertensi.
3. Bagi Penderita Hipertensi
hangat terhadap penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada penderita Diharapkan hasil penelitian ini

hipertensi dengan nilai p value 0,000 dapat diaplikasikan pada penderita


hipertensi untuk menurunkan tekanan
dan 0,001.
darah khususnya bagi penderita
2. Ada perbedaan pengaruh sebelum dan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
sesudah terapi relaksasi nafas dalam
penumping Surakarta.
terhadap penurunan tekanan darah sistol
4. Bagi Peneliti
pada penderita hipertensi dengan nilai p
Diharapkan hasil penelitian ini
value 0,02; sedangkan tekanan darah
diastole tidak ada perbedaan pengaruh dapat menambah pengalaman dalam hal
mengadakan riset sehingga akan terpacu
sebelum dan sesudah terapi relaksasi
untuk meningkatkan potensi diri
nafas dalam dengan p value 1,000.
3. Kombinasi terapi rendam kaki air hangat sehubungan dengan penanganan tekanan
darah tinggi. Mengembangkan terapi non
lebih efektif dibandingkan relaksasi nafas
farmakologis yang bisa efektif
dalam terhadap penurunan tekanan darah
menurunkan tekanan darah pada penderita
pada penderita Hipertensi di wilayah
hipertensi.
kerja Puskesmas Penumping Surakarta
dengan p value < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Antari, Isti. (2005). Hubungan Pola
1. Keilmuan atau teori Kepribadian Tipe A dan Non A Faktor
Diharapkan hasil ini dapat Resiko Hipertensi Dengan Kejadian
Hipertensi. Universitas Gadjah Mada
menambah ilmu terutama dalam
Jogjakarta. Jogjakarta.
kesehatan masyarakat yang Alligood, M. R. and Tomey, A. M. (2014).
berhubungan dengan penyakit hipertensi Nursing Theorists and Their Work. 6th
ed. Missouri: Mosby.
dan memperkuat atau memperbarui teori
yang ada tentang penyakit hipertensi.

12
Apriany. (2012). Prevalensi Penderita Potter & Perry. (2010). Fundamental
Hipertensi di Indonesia. Bandung. PT keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta.
Alumni. Salemba Medika.
Prima. (2009). Hubungan Status Gizi dan
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar Pendapatan terhadap tingkat
Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : kekambuhan terhadap tekanan darah
EGC. pada pasien hipertensi di Wilayah
Endang T. (2014). Pelayanan Keperawatan kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.
Bagi Penderita Hipertensi Secara Universitas Muhammadiyah
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu Edisi Surakarta. Surakarta
Ketiga.
Santoso, B. (2012). Buku Saku Diagnosis
Ervan. (2013). Panduan Menurunkan
Keperawatan. Edisi 8. Alih Bahasa:
Tekanan Darah Dengan Gaya
Monica Ester. Jakarta : Penerbit
Hidup. Diakses 27 Desember 2015
dari Buku Kedokteran EGC.
http://Gayahidupsehatonline.com. Setianto, B. (2011). Hubungan Jenis Kelamin
dengan angka kejadian Hipertensi.
Kusuma Wijaya, Hambing. (2006). Universitas Indonesia. Jakarta.
Keefektivan Rendam Kaki Smeltzer, B., Hinkle, J., Chever, K. (2008).
Menggunakan Air Hangat. Diakses Brunner and Suddarth’s textbook of
22 Januari 2016 dari medical surgical nursing (11th ed.).
http/konsutasionline.com./rendamkak Philadelphia : Lippincott Williams &
imenggunakanairhangat. Wilkins.
Kusumuastuti. (2011). Pengaruh Rendam Air Suwardianto. H, (2011). Efektivitas Relaksasi
Hangat Pada Kaki Dalam Nafas Dalam Pada Penderita
Meningkatkan Kuantitas Tidur Hipertensi Di Puskesmas Wilayah
Lansia. Jombang : Universitas Selatan Kota Kediri. Diakses 15
Pesantren Tinggi Darul Ulum November 2016 dari
Jombang. Jombang Puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.ph
Madyastuti Lina. (2011). Cara Baru p/stikes/article/download/18257.
Jinakkan Hipertensi. UII Suandika. (2015). Manfaat Hidroterapi
Yogyakarta. Yogyakarta untuk penderita Hipertennsi.
Ningrum, Destiana A. (2012). Perbandingan Jurnal keperawatan. Jakarta
Metode Hydrotherapy Message dan
Massage Manual Terhadap Sudarta. (2013). Efek Hidroterapi terhadap
pemulihan Kelelahan Pasca Kualitas Hidup Myalgia. Jakarta.
Olahraga Anaerobic Lactacid. Sudoyo. (2006). Hidroterapi air hangat
Bandung ; Respiratory.UPI.Edu. terhadap Tubuh. Cetakan Ketiga.
Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Jakarta : Salemba Medika
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Triyadini. (2010). Efektifitas Terapi massage
Penyakit Dalam.Yogyakarta : Nuha dengan Terapi Mandi Air Hangat
Medika Terhadap penurunan Insomnia Lansia.
Malang : Jurnal Keperawatan Sudirman.

13

Anda mungkin juga menyukai