Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SEROSIS HEPATIS

DISUSUN OLEH :

D3 KEPERAWATAN 3B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax +62 291 437 218

Website : www.umkudus.ac.id Email : secretariat@umkudus.ac.id


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penympanan
energi, pengaturan metabolisme kolestrol, dan penetralan racunatau obat yang
masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul
apabila terjadi kerusakan hati.
Serosis hepatis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro atau
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat (firosis) disekitar
paremkin hati mengalami re generasi. Serosis didefinisikan sebagai proses difus
yang dikarakterikkan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi
tidak normal.
Serosis adalah penyakit hati menaun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha re
generasi nodul. Biasanya hati membesar, teraba kenyang, tepi tumpul, dan
terdapat nyeri tekan.
Serosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi
susunan hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul
sel hati mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal.
Diseluruh dunia, serosis hati menempati urutan ketujuh penyebab
kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.
Serosis merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan
bagian penyakit dalam. Penderita serosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum
laiki-laki dibanding perempuan (1,6:1) dengan umur rata-rata 30-59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40-49tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui profil pasien serosis hati yang dirawat inap di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung pada tahun 2019.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita serosis hati berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan pekerjaan).
b. Untuk mengetahui distribusi proposi penderita serosi hati berdasarkan
gejala klinis.
c. Untuk mengetahui distribusi proposi penderita serosis hati berdasarkan
komplikasi
d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita serosis hati
e. Untuk mengetahui distribusi proposi penderita serosis hati berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
f. Untuk mengetahui klasifikasi atau derajat penderita serosis hati
berdasarkan skor Child Pugh.
BAB II

ISI

A. Konsep Dasar
1. PENGERTIAN
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang
difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2015).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) penyakit hati menahun yang difus,
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2015).
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai
dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.
Hal ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan penunjang retikulin
kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular dan
regenerasi nodularis parenkim hati (Nurdjanah, 2009).
2. ETIOLOGI
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan sirosis hepatis
adalah :
a. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu
penyebab sirosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antingen oleh
Blumberg pada tahun 1965 dalah darah penderita dengan penyakit hati
kronis, maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya
nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah dikenal bahwa
hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih
menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis,
bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.
b. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan
berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol.
Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum
yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim
hati.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di
liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu : kelelahan, hilang nafsu makan,
mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan
munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada
sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta poliferasi jaringan ikat yang difus.
b. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
1. Adanya icterus (penguningan) pada penderita sirosis
Timbulnya icterus pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang
menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika
liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Icterus dapat menjadi
penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Icterus terjadi sedikitnya pada 60%
penderita selama perjalanan penyakit.
2. Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin,
air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (acites). Factor utama
asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi dan resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan
rasa nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
menetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
4. PATOFISIOLOGI
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab
yang utama. Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras.
Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah
terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada
individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis
yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan
penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur
digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang
masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan
jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan
perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun/lebih.
5. PATHWAY
Hepatitis virus Alkoholisme

Pembentukan parenkim hati

Pembentukan jaringan ikat

Kegagalan parenkim hati Hipertensi portal Asites Ensefalopati

Mual-mual Varises esophagus Penekanan diafragma Kesadaran


turun

Nafsu makan menurun Tekanan meningkat Ruang paru menyempit

Kelemahan otot

Cepat lelah

Pembuluh darah pecah Sesak nafas

Hematemisis Melena Oksigenasi

Ketidakseimbangan
nutrisi Nyeri

Resiko Intoleransi
aktifitas

Gangguan pola tidur


6. PENATALAKSANAAN
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan
demam.
b. Diit rendah protein
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu pemberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa
e. Roboransia vitamin B komplek

Penatalaksanaan asites dan edema adalah:

1) Istirahat dan diit rendah garam


2) Bila dengan istirahat dan diit rendah garam tidak dapat teratasi, diberikan
pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari.
3) Bila terjadi asites refrakter, dilakukan terapi parasentesis.
4) Pengendalian cairan asites

7. PENGKAJIAN FOKUS
a. Keluhan utama : Lemas, cemas, mual, muntah, terjadi pembengkakan di
kaki, tangan, asites
b. Riwayat penyakit sekarang : berisi tentang kapan terjadinya penyakit,
penyebab terjadinya penyakit, serta upaya yang telah di lakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat penyakit sirosis hepatis, atau
penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan penyakit hati missal
hepatitis.
d. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat adanya factor resiko, riwayat
keluarga tentang penyakit, misal riwayat dari keluarga alkoholic,
memiliki riwayat terkena sakit kuning, dan sebagainya.
e. Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderita yang sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi sirosis hepatis : icterus (penguningan), asites,
edema di ekstrimitas, hipertensi portal, hepatomegaly.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostic, dan tindakan keperawatan diri untuk mencegah komplikasi.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (00132)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan (00002)
3. Resiko Intoleransi aktivitas (00094)
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan (bising)
(000198)

9. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri: Untuk
keperawatan 3x8 jam diharapkan 1. Monitor TTV mengetahui
nyeri dapat berkurang dengan 2. Lakukan tingkat nyeri
kriteria hasil: pengakajian pada pasien
1. Nyeri yang dilaporkan nyeri seacara
dari cukup berat menjadi komprehensif
ringan 3. Ajarkan teknik
2. Ekspresi wajah dari non
cukup berat menjadi farmakologi
ringan (relaksasi nafas
dalam)
4. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam
pemberian
analgesik
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi: Untuk memenuhi
keperawatan 3x8 jam diharapkan 1. Monitor asupan keseimbangan
nutrisi dapat terpenuhi dengan makanan nutrisi pasien
kriteria hasil: 2. Berikan makanan
1. Asupan makanan dari sedikit tapi sering
cukup terganggu menjadi 3. Monitor
tidak terganggu penurunan BB
2. Resiko berat turun dari dan kenaikan BB
cukup terganggu menjadi 4. Kolaborasikan
tidak terganggu dengan tim ahli
3. Asupan gizi dari cukup gizi untuk
terganggu menjadi tidak memenuhi
terganggu kebutuhan pasien

3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi: Untuk


keperawatan 3x8 jam diharapkan 1. Anjurkan pasien meningkatkan
resiko intoleransi aktifitas dapat menggunakan ketahanan daya
berkurang dengan kriteria hasil: perasaan secara otot
1. Kekuatan tubuh bagian atas verbal mengenai
dari terganggu menjadi keterbatasan
tidak terganggu yang dialami
2. Kekuatan tubuh bagian 2. Lakukan rom
bawah dari banyak aktif pasif untuk
terganggu menjadi tidak menghilangkan
terganggu ketegangan otot
3. Instruksikan
pasien atau orang
yang dekat
dengan pasien
mengenai
kelelahan (gejala
yang mungkin
muncul dan
kekambuhan
yang muncul
nanti akan
muncul lagi)
4. Bantu pasien
untuk duduk
ditempat tidur
jika pasien tidak
memungkinkan
untuk berpindah
atau berjalan
4. Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur: Untuk
keperawatan 3x8 jam diharapkan 1. Monitor atau meningkatkan
gangguan pola tidur dapat catat pola tidur jam tidur pasien
berkurang dengan kriteria hasil: pasien dan
1. Lingkungan yang kondusif jumlah jam tidur
dari cukup terganggu pasien
menjadi sedikit terganggu 2. Terapkan
2. Ketertiban lingkungan dari langkah-langkah
cukup terganggu menjadi kenyamanan
sedikit terganggu seperti pijat,
pemberian posisi
dan sentuhan
afektif
3. Atur rangsangan
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus siang
sampai malam
yang normal
4. Diskusikan
dengan pasien
dan keluarga
mengenai teknik
untuk
meningkatkan
tidur
REFERENSI

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2015). Keperawatan medikal bedah


2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2009).


Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Tjokronegoro dan Hendra Utama. (2010). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta:
FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis
proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Soeparman. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai