Anda di halaman 1dari 35

Rangkuman Buku Profesi Keguruan Karya Prof. SOETJIPTO dan Drs. RAFLIS KOSASI, M.Sc.

Nama : Yanuarius K Nahinde ( 1314150007)

PROFESI KEGURUAN

Oleh : Prof. SOETJIPTO

: Drs. RAFLIS KOSASI, M.Sc.

Bab I Pendahuluan

A. Maksud Penulisan Buku

Didalam silabus mata kuliah Profesi Keguruan disebutkan, tujuan mata kuliah ini adalah
setelah mengikuti mata perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk mengembangkan peran profesionalnya sebagai seorang guru dengan acuan sikap
profesional dan wawasan tentang kode etik keguruan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab. Peran professional guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah
diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.

Peranan professional itu mencakup 3 hal :

1. Layanan instruktur

2. Layanan administrasi

3. Layanan bantuan akademik-sosial-pribadi

Layanan instruksional merupakan tugas utama guru, sedangkan layanan administrasi dan
layanan bantuan merupakan pendukung, tugas yang digambarkan adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaran proses belajar mengajar, tugas ini menuntun guru untuk menguasai isi atau
materi dibidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu.

2. Membantu murid dalam mengatasi masalah dalam belajar, dan masalah-masalah pribadi
yang akan berpengaruh pada keberhasilan siswa

3. Memahami bagaimana sekolah bitu dikelolah, apa peranan guru didalamnya, bagaimana
memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya
sebagai guru.

B. Kaitan Buku Dengan Kurikulum

Kurikulum LPTK dikembangkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa mendapatkan


pengalaman maksimal dalam rangka pembentukan kemampua profesionalnya. Kurikulum ini terdiri
dari kajian toretik tentang materi ajaran dan pengetahuan lain yang mendukungnya, serta
bagaimana mengajarkan materi itu secara efektif dan efisien kepada murid. Selain itu kurikulum
LPTK juga memungkinkan lulusannya dapat memperoleh kemampuan untuk bidang-bidang tertentu
non-kependidikan, yang dituntut dunia kerja. Misalnya seorang mahasiswa jurusan matematika
dapat mengambil pilihan pelajaran bahasa inggris sehingga ia mampu menjadi pemandu wisata.

Mata kuliah profesi keguruan merupakan salah satu mata kuliah dalam kelompok Mata Kuliah Dasar
Kependidikan ( MKDK ), selain profesi keguruan mata kuliah lain yang termasuk dalam MKDK adalah
Pengantar Pendidikan, Perkembangan Peserta Didik, serta Belajar dan pembelajaran. Dengan
memahami cabang ilmu yang mendukung profesi ini, guru akan dapat mengambil keputusan dengan
lebih tepat tentang masalah-masalah yang akan dihadapinya, dan diharapkan juga guru mampu :

1. Berkomunikasi lebih baik dengan sejawatnya

2. Mengambil keputusan professional secara tepat dan cepat, dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi

3. Menilai pilihan-pilihan yang mungkin dibuat dalam menjalankan tugasnya secara lebih
komprehensif dan kritis.

Hubungan antara sajian dalam mata kuliah profesi keguruan dengan sajian mata kuliah dalam MKDK
adalah :

1. Dalam mata kuliah profesi keguruan dibahas administrasi pendidikan dan bimbingan, bimbingan
memberikan dasar yang baik dalam penglolaan siswa. Pengelolaan ini menjadi idang garapan
administrasi pendidikan

2. Diperlukan pengetahuan tentang pandangan seorang guru tentang manusia serta bagaimana
merealisasikan pandangan itu dalam bentuk pendidikan dengan segala aspeknya.

Dengan uraian singkat diatas, hubungan antara mata kuliah profesi keguruan dan MKDK lainya
dalam program pendidikan guru sekolah menengah. Apa yang dikemukakan menunjukan bahwa
guru harus mengetahui peranan yang diharapkan darinya dalam penyelenggaraan sekolah.

C. Struktur Isi Buku

Dalam tiap-tiap bab buku ini dijelaskan tujuan yang ingin dicapai setelah mahasiswa
mempelajari bab yang bersangkutan. Untuk melihat apakah tujuan yang dicantumkan dalam
permulaan bab itu tercapai atau tidak, pada akhir bab ini dilakukan pengecekan melalui beberapa
tugas dalam bentuk latihan soal. Buku ini berisikan 9 bab, masing-masing bab mempunyai beberapa
sub bab yang merupakan uraian lebih lanjut dari bab itu

Setiap tugas professional mengandung pengertian bahwa tugas tersebut harus dilakukan
berdasarkan etika yang disepakati dikalangan pelakunya, yang secara moral mengikat pemikiran,
sikap, dan perilaku professional. Ini semua dibicarakan pada bab II dan III. Uraian selanjutnya
menyangkut tugas non-mengajar guru yang sangat erat kaitannya dengan keberhasilan mengajarnya
pada bab IV dan V. Tugas guru tidak dapat dilepaskan dari konteks system pendidikan, organisasi,
dan mekanisme pengelolaannya terutama pada tinkat sekolah. Disamping itu guru sebagai fasilitator
proses belajar-mengajar sering kali memerlukan bantuan professional. Hal ini dibahas pada bab VI
dan IX.

D. Cara Menggunakan Buku

Buku ini dimaksudkan sebagai buku pegangan bagi mahasiswa didalam mengikuti kuliah teori
dan kegiatan dalam praktek, sebagai pegangan dalam praktek uraian yang bersifat teoritis atau
sebaliknya. Diterbitkannya buku ini sebagai buku pegangan dalam proses belajar-mengajar, baik
untuk dosen maupun mahasiswa.

Berikut adalah beban setiap pertemuan per minggu :

1. Untuk bab I, II, VI dan VII masing-masing dapat diselesaikan dalam satu pertemuan yang
mempunyai beban tiga satuan kredit semester ( sks )

2. Untuk bab III, IV dan V masing-masing diselesaikan dalam dua kali pertemuan, dengan
beban seperti diatas

3. Untuk bab VIII dan IX masing-masing diselesaikan dalam tiga kali pertemuan, dengan beban
seperti diatas pula.

Bentuk buku ini adalah kombinasi antara buku teks dan modul. Berdasarkan sifat atau bentuk buku
ini pada tiap akhir bab dan sub bab akan diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa, peletakan tugas ini bergantung kepada pertimbangan sesuai tidaknya tugas tersebut
diberikan pada penggalan atau akhir bab itu.

Bab II Konsep Profesi Guru

1. Pengertian dan syarat profesi guru

Ornstein dan levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan
pengertian profesi dibawah ini :

A. Pengertian Profesi

· Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak
berganti-ganti pekerjaan)

· Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak
setiap orang dapat melakukannya)

· Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan dari
hasil penelitian)

· Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

· Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh
orang luar)
· Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang
akan diberikan.

· Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

· Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan.

· Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya).

>> Pengertian dan syarat profesi guru

National education association (NEA) (1948) menyusun kriteria profesi keguruan :

· Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

· Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

· Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama

· Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan.

· Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

· Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

· Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.

· Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat
dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam
bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian
secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Lebih khusus lagi, Sanusi et al.
(1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yakni
sebagai berikut :

· Subyek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya ;sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-
nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

· Pendidikan dilakukan secar internasional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan
menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional,
maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan.
5

· Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan


pendidikan.

· Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang.

· Inti pendidikan tejadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik
dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didiktumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik.

· Sering terjadi dilema antara tujuan pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai manusia
yang baik, dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai
sesuatu.

>> Perkembangan profesi keguruan

Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan sejarah
pendidikan di Indonesia terutama dalam zaman kolonial belanda, termasuk juga sejarah profesi
keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik secara khusus
menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang lulus dari
sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru
yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru, yakni:

· Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh

· Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru

· Guru bantu

· Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.

· Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga yang pernah
mengecap pendidikan.

Selangkah demi selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang kuaifikasi dan mutunya, sehingga
saat ini kita hanya mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK).

Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat bertanya bagi
masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan guru berkurang
antara lain karena status guru dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai
pendapatan yan lebih baik.

2. Kode etik profesi keguruan

1. Pengertian kode etik

Menurut UU nomor 8 tahun 1974 tentang pokok kepegawaian kode etik adalah pedoman sikap
dan tingkah laku dan perbuatan di dalam dan diuar kedinasan.

Dalam kongres PGRI XIII, Menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral
dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru.

2. Tujuan kode etik

Secara umum tujuan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979) :

· Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

· Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

· Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

· Untuk meningkatkan mutu profesi

· Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

3. Sanksi pelanggaran kode etik

Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa
melanggar kode etik akan mendapatkan celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang
dianggap berat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.

4. Kode etik guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi
guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode
etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga
PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik didalam maupun diluar sekolah
serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
3. Organisasi professional keguruan

1. Fungsi Organisasi profesional keguruan

Fungsi organisasi keguruan adalah sebagai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi. Dan untuk mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.

2. Jenis-jenis organisasi keguruan

· PGRI (persatuan guru republik Indonesia)

· MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran)

3. Jenis organisasi dibidang profesi pendidikan :

· ISPI (ikatan sarjana pendidikan Indonesia)

· IPBI (ikatan petugas bimbingan Indonesia)

· HISAPIN (Himpunan sarjana Administrasi pendidikan Indonesia)

· HSPBI (Himpunan sarjana pendidikan bahasa Indonesia)

Bab III Sikap Profesional Keguruan

Dalam bab ini dibicarakan pengertian sikap professional ; sasaran sikap professional terhadap
peraturan perundang-undangan, organisasi professional, teman sejawat, anak didik, tempat kerja,
pemimpin dan pekerjaan. Serta bagaimana pengembangan sikap professional itu harus
dilaksanakan.

A. Pengertian

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukakan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihan bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-
hari, apakah memang ada yang patut ditaladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak
didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul baik dengan siswa,
teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas. Walaupun
segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat,tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini
adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan profesinnya.

B. Sasaran sikap professional

1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan

Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan “ (PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan
negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di indonesia, Departemen dan Kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang
akan dilaksanakan aparatnya, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban
belajar,peningkatan mutu pendidikan, pembenahan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan
karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam
bentuk ketentuan-kententuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya
dijabarkan kedalam program-program umum pendidikan.

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan ialah segal peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang di keluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen yang
lain dalm rangka pembinaan pendidakan di negara kita. Sebagi contoh, peraturan tentang
(berlakunya) kurikulum sekolah tertentu,pembebasan uang sumbangan pembiayaan pendidikan
(SPP), ketentuan tentang penerimaan murid baru,penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir
(EBTA), dan lain sebagainya.

Untuk menjaga agar guru indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang


merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, ‘Kode Etik Guru Indonesia
mengatur hal tersebut, seperti yang tetentu dalm dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini
menunjukan bahwa guru bahwa indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia
dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesia tidak mendapat pengaruh negatif
dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan. Dengan demikian, setiap
guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang
bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan danperaturan, baik yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain yang berwenang mengatur
pendidikan, di pusat dan didaerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pendidikan di Indonesia.

2. Sikap terhadap organisasi profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menujukkan kepada kita betapa pentingnya peranan
organisasi profesisebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukanpembinaan, agar lebih berdaya guna dan berguna sebagai wadah usaha untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung
kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya.
Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, di mana unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh
karena itu,guru harus bertindak dengan sesuai tujuan sistem. Ada hubungan timbal balik antara
anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam
mendapatkan hak.

10

Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggotanya. Siapakah yang dimaksud
dengan organisasi itu? Jelas yang dimaksud bukanlah hanya ketua, atau beberapa orang pengurus
tertentu saja,tetapi yang dimaksud dengan organisasi disi adalah semua anggota dengan seluruh
pengurus dan segala perangkat dan alat-alat perlangkapannya. Kewajiban membina organisasi
profesi merupakan kewajiban semua anggota bersama pengurusnya. Oleh karena itu, semua
anggota dan pengurus organisasi profesi, karena pejabat-pejabat dalam organisasi merupakan wakil-
wakil formal dari keseluruhan anggota organisasi, maka merekalah yang melaksanakan tindakan
formal berdasarkan wewenang yang telah didelegasikan kepadanya oleh seluruh anggota organisasi
itu. Dalam kenyataannya, para pejabat itulah yang memegang peranan fungsional dalam melakukan
tendakan pembinaan sikap organisasi, merekalah yang mengkomunikasikan segala sesuatu
mengenai sikap profesi kepada para anggotannya,dan mereka pula yang mengambil tindakan
apabila diperlukan.

Setiap anggota harus memberikan sebagian waktu untuk kepentingan pembinaan profesinya,
dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat
organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. Dengan perkataan lain
setiap anggota profesi, apakah ia sebagai pengurus atau sebagai anggota biasa, wajib berpatisipasi
guna memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan
cita-cita organisasi. Dalam dasar keenam dari kode etik ini dengan gamblang juga dituliskan, bahwa
guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu
meningkatkan mutu dan martabat profesi guru itu sendiri. Siapa lagi, kalau tidak anggota profesi itu
sendiri, yang akan mengangkat martabat suatu profesi serta meningkatkan mutunya. Untuk
meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat di lakukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam
jabatan, studi banding, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi, kegiataan pembinaan profesi
tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja,
melainkan dapat juga di lakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan prajabatan
ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.
11

Usaha meningkatkan dan pengembangan mutu profesi dapat di lakukan dengan cara perseorangan
oleh para anggotanya, ataupun juga dapat di lakukan secara bersama. Lamanya program
peningkatan pembinaan itu pun beragam sesuai dengan yang di perlukan. Secara perseorangan
peningkatan mutu profesi guru dapat di lakukan baik secara formal maupun secara informal.
Peningkatan secara formal merupakan peningkatan mutu melalui pendidikan dalam berbagai kursus,
sekolah, maupun kuliah di perguruan tinggi atau lembaga lain yang berhubungan dengan bidang
profesinya. Di samping itu, secara informal guru dapat saja meningkatkan mutu profesinya dengan
mendapatkan informasi dari mass media ( surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain ) atau
dari buku-buku yang sesuai dengan bidang profesi yang bersangkutan. Peningkatan mutu profesi
keguruan dapat pula di rencanakan dan di lakukan secara bersama atau berkelompok. Kegiatan
berkelompok ini dapat berupa penataran, lokakarya, seminar, simposium, atau bahkan kuliah di
suatu lembaga pendidikan yang di atur secara tersendiri. Misalnya program penyetaraan D-2 guru-
guru sekolah dasar, dan program penyetaraan D-3 guru-guru SLTP, adalah contoh-contoh kegiatan
berkelompok yang di atur tersendiri.

3. Sikap terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 kode Etik Guru di sebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa : (1) Guru hendaknya
menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru
hendaknya menciptakan dan memelihara smangat kekeluargaan dan kesetiakawanan ssosial di
dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada
kita betapa pentingnya hubungan yang harmonisperlu di ciptakan dengan mewujudkan perasaan
bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi
dapat di lihat dari 2 segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal
adalah hubungan yang perlu di lakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan, sedangkan
hubungan kekeluargaan adalah hubungan persaudaraan yang perlu di lakukan, baik dalam
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menanjung tercapainya
keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.

12

>> Hubungan guru berdasarkan lingkungan kerja


Seperti yang kita ketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan
beberapa guru di tambah beberapa orang personal sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan
sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawa misinya akan banyakbergantung kepada
semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, Semua personel sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan
anak didik di sekolah tersebut. Sikap profesional lain yangperlu di tumbuhkan oleh guru adalah sikap
ingin bekerja sama, saling menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab. Jika ini sudah
berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan
bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang
lain ( Hermawan, 1979 ). Dalam suatu pergaulan hidup, bagaimana pun kecilnya jumlah manusia
akan terdapat perbedaan-perbedaan pikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancar, tentram, dan harmonis. Jika di antara
mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang rasa antara satu dengan lainnya adalah
kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap kurang sungguh-sungguh da kurang
bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan keretakan di antara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi
karena kalau di ketahui oleh murid ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan
resah dan tidak percaya kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang negatif
kepada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut-larut, kita perlusaling
memaaf-maafkan dan memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur
di sekolah.

>> Hubungan guru berdasarkan lingkungan keseluruhan

Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang di
ucapkan pada upacara pelantikkan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan
bahwa setiap dokter akan memerlukan teman sejawatnya sebagai saudara, yang mana wajib
membantu dalam kesukaraan, saling mendorong kemajuan dalam bidang profesinya, dan saling
menghormati hasil-hasil karyanya. Meraka saling memberitahukan penemuan-penemuan baru
untuk meningkatkan profesinya. Sebagai saudara mereka berkewajiban saling mengoreksi dan saling
menegur, jika terdapat kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dapat merugikan profesinya.

13

Meskipun dalam praktiknya besar keminkinan tidak semua anggota profesi dokter itu melaksanakan
apa yang di ucapkannya dalam sumpahnya, tetapi setidak-tidaknya sudah ada norma-norma yang
mengatur dan mengawasi penampilan profesi itu. Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita,
profesi keguruan ? Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan
masih memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita
masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan teman
sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi kedokteran.

4. Sikap terhadap anak didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas di tuliskan bahwa : Guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini
mengandung beberapa prinsip yang harus di pahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sehari-hari, yakni : tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukkan
manusia indonesia seutuhnya. UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional, yakni : manusia
indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik,
bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang di kemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam sistem Amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah
ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu
mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud
membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya.
Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau
mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke arah
pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta
didik, apalagi memaksakannya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang
telah di ambil menjadi motto dari Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

15

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etikini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat,
utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Guru
dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan
intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh probadi peserta didik. Baik
jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini di
maksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu enghadapi
tantangan-tantangan dalam kehidupannya sebagai insan dewasa. Peserta didik tidak dapat di
pandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru

5. Sikap terhadap tempat kerja

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Hal ini di sadari oleh kita semua, namun dalam menciptakan suasana
kerja yang baik ini ada dua hal yang harus di perhatikan, yaitu : (a) guru sendiri, (b) hubungan
masyarakat dengan orang tua dan masyarakat sekeliling. Terhadap guru sendiri dengan jelas juga di
tuliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi : “Guru mrnciptakan suasana sekolah
sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, guru harus
aktif mngusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode
mengajar yang sesuai, maupun dengan cara penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan
organisasinkelas yang mantap, ataupun pendekatan lainnya yang di perlukan.

Suasana yang harmonis di sekolah tidak akan terjadi apabila personil yang terlibat di
dalamnya, yaitu : Kepala sekolah, gurru, staf administrasi dan siswa, tidak menjalin hubungan yang
baik di antara sesamanya. Penciptaan suasana kerja memang harus di lengkapi dengan terjalinnya
hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini di maksudkan untuk membina
peran dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari waktu, di
mana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru. Sebagian besar waktu justru di
gunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah dan di masyarakat sekitar, Oleh sebab itu,
amatlah beralasan orang tua dan masyarakat bertanggung jawab terhadap pendidikan mereka. Agar
pendidikan di luar ini terjalin dengan baik dengan apa yang di lakukan oleh guru di sekolah di
perlukan kerja sama yang baik antara guru, orang tua dan masyarakat sekitar.

16

Dalam menjalin kerjasama dengan oragtua dan masyarakat, sekolh dapat mengambil prakarsa,
misalnya dengan cara mengundang orangtua sewaktu pengambilan rapor, mengadakan kegiatn-
kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau BP3
dalam membantu meringankan permasalahan sekolah, terutama menanggulangi kekurangan
fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah. Keharusan guru membina hubungan dengan
orang tua dan masyarakat sekitar ini merupakan isi dari butir ke lima kode etik Guru Indonesia.

6. Sikap terhadap pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih
besar ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ) guru akan selalu berada dalam bimbingan dan
pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus
cabang, daerah,sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai ke menteri
pendidikan dan kebudayaan. Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota
organisasi itu di tuntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi
tersebut. Dapat saja kerja sama yang di tuntut pemimpin tersebut diberikan berapa tuntutan akan
kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunujuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga
dapat di berikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan
yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dpat kita simpulkan bahwa
sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam
menyukseskan program yang telah disepakati, baik sekolah maupun di luar sekolah.
17

7. Sikap terhadap pekerjaan

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan
perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan
kecil. Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu. Namun bila seorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia di tuntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencintai
kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia
commited dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu
melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya. Agar dapat memberikan layananan
yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikn kemampuan dan
pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan
orang tua. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya di pengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karenanya,
guru selalu di tuntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini
merupakan butir yang ke enam dalam kode etik Guru Indonesia yang berbunyi : guru secara pribadi
dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun secara kelompok,
untuk selalu meningkatkan mutu /dan martabat profesinya. Guru sebagai mana juga profesi lainnya,
tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan
atau menambah pengetahuan dan keterampilanya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang
profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukan secara formal
maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus
yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya.

C. Pengembangan sikap professional

Seperti telah diungkapkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional,
maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya. Ini berarti bahwa
ketujuh sasaran penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk dan dikembangkan.
Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan
maupun setelah bertugas ( dalam jabatan ).

18

1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang di perlukan dalam pekerjaan nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru
selalu menjadi panutan bagi siswanya, bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatan selalu menjadi perhatian siswa dan
masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina
sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan,
contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap professional dirancang
dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan
sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan ( by-product ) dari pengetahuan yang diperoleh calon
guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil samping dari hasil belajar
matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan
penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan . Sementara itu tentu saja pembentukan
sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus.
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila ( P4 ) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak sekolah
dasar sampai perguruan tinggi

2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

Pengembangan sikap professional tidak berhenti apabila caoln guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap
professional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan
ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar,
atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televise, radio, Koran
dan majalah maupun publikasi lainnnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap professional keguruan

19

Bab IV Bimbingan dan Konseling

A. Pengertian bimbingan konseling

1. Pengertian

Banyak ahli yang mencoba untuk merumuskan pengertian bimbingan dan konseling dari
Jones(1963), Rochman nata widjaja(1978), Bimo walgito(1982:11). Dan dari beberapa ahli maka
dapat dirumuskan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, suatu proses
membantu individu, bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuannya/
potesinya, kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan.

2. Pengertian konseling

Berdasarkan pendapat bayak tokoh dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseing itu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :

· Pada umumnya dilaksanakan secara individual.


· Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.

· Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.

· Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi klien.

B. Peran bimbingan konseling dalam pendidikan sekolah

Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat
mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller,
1969). Lundquist dn chamely yang dikutip oleh belkin, 1981 menyataan bahwa konselor ternyata
sangat membantu guru dalam hal :

· Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang

mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.

20

· Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi

proses belajar mengajar.

· Mengembangkan sifat yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif

· Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

C. Tujuan bimbingan disekolah

Dalam kurikulum SMA tahun 1975, buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan disekolah adalah
membantu siswa:

· Mengatasi kesulitan dalam belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

· Mengatasi terjadinya kebiasaan yang dilakukan baik yang dilakukan pada saat proses

belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.

· Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.

· Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.

· Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan memiliki jenis

pekerjaan seteah mereka tamat.


· Mengetasi kesulitan yang berhubungan dengan maslah sosial emosional di sekolah

yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan
sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.

21

D. Peran bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa

1. Bimbingan belajar

Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalh-masalah yang berhubungan dengan kegiatan
belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. Bimbingan ini antara lain :

· Cara belajar, bak belajar secara kelompok ataupun individual.

· Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.

· Efisien dalam menggunakan buku-buku pelajaran.

· Cara mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.

· Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.

2. Bimbingan sosial

Bimbingan sosia ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-
mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :

· Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai

· Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai

· Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.


· Disamping itu,bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan

penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik disekolah maupun diluar sekolah.

3. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah


pribadi, yang dapat menganggu kegiatan belajarnya.

22

E. Landasan bimbingan konseling

Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut :

· Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang

mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.

· Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu.

· Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan

yang dibimbing.

· Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang

dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights)

· Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang

bidang ilmu yang berkaitan denga pemberian bantuan psikologis.

· Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang

bermasalah saja.

· Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,

berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

F. Prinsip operasional bimbingan dan konseling disekolah


Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah landasan teori yang mendasari pelaksanaan layanan bimbingan
dan konselin, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik.

1. Prinsip umum

Prinsip-prinsip umum antara lain :

· Dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan

mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.

· Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing.

· Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang

bersangkutan.

23

2. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing

· Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.

· Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.

· Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus

didasarkan atas kebutuhan siswa.

· Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang

bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.

· Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing

dirinya sendiri

3. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan

· Konselor disekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,

pengalaman, dan kemampuannya.

· Konselor harus dapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya

melalui berbagai latihan penataran.

· Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu

yang dibimbingnya.

· Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tekhnik yang tepat

dalam melakukan tugasnya.


· Konselor hendaknya memperhatikan dan menggunakan hsil penelitian dalam bidang :

minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah
yang bersangkutan.

24

4. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan

· Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan

· Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu

(siswa).

· Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang

bersangkutan

· Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.

· Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan.

G. Asas-asas bimbingan konseling

Asas adalah segala hal yang seharusnya dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan dalam
kegiatan atau layanan bimbingan konseling menurut prayitno (1982) ada beberapa asa yang perlu
diperhatikan yaitu :

· Asas kerahasiaan

· Asas keterbukaan

· Asas kesukarelaan

· Asas kekinian

· Asas kegiatan

· Asas kedinamisan
· Asas keterpaduan

· Asas kenormatifan

· Asas keahlian

· Asas alih tangan

· Asas Tut Wuri Handayani

25

H. Orientasi layanan bimbingan dan konseling

· Orientasi individual

· Orientasi perkembangan siswa

· Orientasi permasalahan yang dihadapi siswa

I. Kode etik bimbingan konseling

Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan berikut ini dikemukakan suatu rumusan
dari Winkel (1992):”kode etik jabatan ialah pola ketentuan /aturan /tata cara yang menjadi
pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi”.

Bab V Program Bimbingan di Sekolah dan Peran Guru Dalam Pelaksanaannya

A. Program Bimbingan Sekolah

Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan
bimbingan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu
rangkaian kegiatan terncana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.

1. Pengertian Program Bimbingan

Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program
bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang
dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan
itu menyangkut 2 faktor, yaitu : 1. Faktor pelaksana yang berkaitan dengan kelngkapan metode,
bentuk layanan, siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu
ahmadi,1977)
26

2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan

Langkah-angkah penyusunan program bimbingan yang urutannya cukup sederhana,yaitu:

· Mengidentififikasi kebuthan –kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan


kegiatan bimbingan.

· Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep bimbingan yang akan dilakukan dengan kurun waktu
tertentu.

· Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang
personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.

· Penyempurnaan konsep rogram yang telah dibahas bersama kepala sekolah.

· Pelaksanaan program yang telah direncanakan.

· Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi.

· Dari hasil evaluasi program tersebiu keudian dilakukan penyempurnaan revisi untuk program
berikutnya.

3. Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan

Layanan bimbingan dan konseling disekolah seharusnya diaksanakan secara terus menerus, mulai
dari jenjang pendidikan terendah (taman kanan-kanak) samapai jenjand pendidikan tertinggi
(perguruan tinggi). Secara ideal kegiatan tersebut seharusnya beekesinambungan. Meskipun
demikian layanan bimbingan tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda untuk setiap
jenjang pendidikan. Hal ini mengingat kebuthan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang
pendidikan juga berbeda.

4. Tenaga bimbingan disekolah beserta fungsi dan perannya

Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersam antara personel
sekolah, yaitu : kepala sekolah, guru-guru, wali kelas. Dan petugas lainnya (Rochman Natawidjaja
dan moh. Surya 1985). Kegiatan bimbingan mencangkup banyak aspek dan saling kait mengait,
sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab
konselor saja.

27

5. Struktur organisasi bimbingan dan konseling disekolah

Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakn bahwa kepala sekolah berperan langsung
sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbingan,
sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala
sekolah

6. Mekanisme implementasi program bimbingan dan konseling disekolah

Konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut :

· Komponen pemrosesan data

· Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi bebebrapa aspek, yaitu :

1. Pengumpulan data

2. Pengklasifikasian

3. Pendokumentasian

4. Penyimpanan

5. Penyediaan data yang diperlukan

6. Penafsiran.

· Komponen kegiatan pemberian informasi

· Kompenen ini terdiri dari :

1. Pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa baru.

2. Pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang di pandang

memerlukannya.

3. Pemerian informasi jabatna kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang ke lebih tinggi.

4. Pemberian informasi lanjutan.

· Komponen kegiatan konseling

· Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengelami masalah yang sifatnya lebih pribadi. Jika
ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu diaihkan kepada pihak
lain yang lebih ahli.

28

· Komponen pelaksana

· Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang
studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.

· Komponen metode/alat
· Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa : tes
psikologi, tes hasil belajarm dokumen, angket, kartu pribadi, brosur atau poster, konseling, dan
sebagainya.

· Komponen waktu kegiatan

· Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periode, bilamana
peru (insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis atau
macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

· Komponen sumber data

· Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan, guru, orang tua, teman2,
sekolah, masyarakat, ataupun instansi.

B. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan Di Sekolah

Peranan guru dalam pelaksana bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 :

1. Tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas

2. Diluar kelas.

29

>> Tugas guru dalam layanan bimbingan dikelas

Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu :

· Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki
potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri

· Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa

· Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.

· Pemahaman siswa secara empatik


· Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu

· Penanpilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura di depan siswa

· Kokonretan dalam menyatakan diri.

· Penerimaan siswa secara apa adanya

· Perlakuan terhadap siswa secara permissive

· Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk
menyadarkan persaannya itu.

· Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.

· Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

2. Tugas guru dalam operasional bimbingan diluar kelas

Tugas –tugas bimbingan itu antara lain :

· Memerikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).

· Memeerikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa

· Melakukan kunjungan rumah(home visit)

· Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat.

30

C. Kerjasama Guru Dengan Konselor Dalam Layanan Bimbingan

Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor
sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan dari kedua belah pihak menuntut
adanaya kerja sama tersebut.

Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :

1. kurangnya waktu bertatap muka dengan muka

2. keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan seperti
emeberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu.

Dilain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan:

a. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah masalah siswa yang bermacam-macam siswa,
karena guru tidak terlatih utuk melaksanakan semua tugas itu

b. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarkan sehingga tidak mungkin lagi dtambah tugas yang
lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.
Bab VI Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan

A. Pengertian dan konsep administrasi pendidikan

1. Pengertian Admisnistrasi Pendidikan

Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya.

Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengetian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, penilaian.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adlah
keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinterksi dalam suatu untuk merubah menjadi keluaran

31

Keempat, administrsi pendidikan juga dapat dilihat dari segi memanjemen jika administrasi dilihat
dari sudut ini, perhatian tertuju pad usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang
ada dalam mencapai tujaun pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam
pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.

Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan
di lihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan
administrator pendidikan itu apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun
karso, dan ing ngarso sung tulodho dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Keenam, administrsi pendididkan juga dapa dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu
bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok oranga bukanlah pekerjaan yang
mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam masalah dan ia haru memecahkan
masalah itu.

Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan
secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan
kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.

Kedelapan, administrasi seringkali di artika dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan
ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat menyatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.

B. Fungsi Administrasi pendidikan

Pada dasrnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha
itu (Longenecker,1964). Oleh karena itu fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai
serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

1. Tujuan Pendidikan Menengah


Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan pendidikan
nasional. Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2, disebutkan bahwa: “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang republik
Indonesia Nomor 2 tahun 1989.

32

Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah:

(a). Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian; dan

(b). Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timba balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

2. Proses Sebagai Fungsi administrasi pendidikan menengah

Agar kegiatan dala komponen administrasi endidikan menengah dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang merupakan
daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara garis besar pada bagian
terdahulu.

3. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah

Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti yang dijelaskan organisasi diartikan
sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan
memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber, disamping sumber yang ada diluar dirinya,
seperti uang, material, dan waktu.

Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri organisasi sekolah, termasuk
pendidikan menengah. Ciri itu adalah :

· Adanya interaksi (saling mempengaruhi) antara berbagai unsur sekolah. Interaksi itu
mempunyai tujuan, pola, dan aturan. Yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai
sekolah melalui kerja sama antar unsur itu.

· Adanya kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk mudahnya
kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi pengajaran dan dimensi pengelolaan.

33

D. Peran Guru dalam Administrasi Pendidikan


Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar dalam suatu lingkungan tertentu.
Didalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 disebutkan bahwa : “tenaga
pendidikan yang akan ditugaskan utnuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan dan pengawas
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari kalangan guru”. Ini berarti, bahwa selain
peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi disekolah, guru perlu secara sungguh-
sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika karier yang ditempuhnya nanti
adalah menjadi pengawas, kepala sekolah atau pengelola satuan pendidikan yang lain.

Bab VII Peranan Guru Dalam Administrasi Sekolah Menengah

A. Administrasi Kurikulum

Perencanaan dan pengembangan kurikulum di sekolah antara lain meliputi :

a). Penyususnan kalender pendidikan untuk tingkat sekolah dasar berdasarkan kelender pendidikan
yang disusun pada tingkat kanwil

b). Penyusunan jadwal pelajaran untuk sekolah.

B. Pengembangan Kurikulum

Guru Perlu mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum ini:

1. Prosedur pembahasan materi kurikulum

2. Seperti yang telah disinggung dimuka, di dalam UU No. 2 Tahun 1989, Maka sekolah harus
mengusahakan agar materi kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut melalui berbagai
kegiatan pembahasan. Kegiatan pembahsan dapat dilakukan melalui diskusi kelompok guru bidang
studi, semua guru, dan guru dengan kepala sekolah.

34

3. Penambahan mata pelajaran sesuai dengan lingkungan sekolah

4. Sekolah dapat menambah kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Dasar penambahan
itu diatur dalam pasal 38 UU No 2 tahun 1989. Kurikulum dapat ditambah oleh sekolah dengan mata
pelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta ciri khas satuan pendidikan yang
bersangkutan.

5. Penjabaran dan penambahan bahan kajian mata pelajaran.

6. Mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah oleh sekolah untuk
memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi kurikulum yang
telah ditetapkan secara nasional. Pemerkayaan bahan kajian ini dapat dilakukan pada berbagai
tingkat :

· Dilakukan oleh guru bidang studi

· Dilakukan oleh kelompok guru bidang studi sejenis


· Dilakukan oleh guru bersama kepala sekolah

· Dilakukan oleh pengawas

· Dilakukan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)

35

C. Pelaksanaan Kurikulum

Dengan menerapkan kurikulum harus juga melakukan suatu proses kedepannya, hal – hal yang perlu
diperhatikan didalam pelaksanaan kurikulum adalah :

1) Penyusunan dan pengembangan satuan pengajaran

2) Prosedur penyusunan satuan pengajaran

3) Pengembangan satuan pengajaran

4) Penggunaan satuan pengajaran bukan buatan guru sendiri

5) Pelaksanaan proses belajar mengajar

6) Pengaturan ruang belajar

7) Kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler

8) Evaluasi hasil belajar dan program pengajaran

D. Administrasi kesiswaan
Kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu penerimaan
siswa, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa disekolah.Penerimaan siswa adalah proses
pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu. Pembinaan siswa adalah pemberian
layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik didalam maupun diluar jam belajar
dikelas. Dalam penamatan siswa, keterlibatan guru dalam administrasi kesiswaan tidak sebanyak
keterlibatannya dalam belajar mengajar. Dalam administrasi kesiswaan guru lebih banyak berperan
secara tidak langsung.

E. Administrasi sarana dan prasarana

Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan keseluruhan proses pengadaan,


pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang
pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien.

Kegiatan dalam administrasi prasarana dan sarana pendidikan meliputi : perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan dan penghapusan prasarana dan sarana
pendidikan.

36

F. Administrasi keuangan menengah

Didalam kegiatan administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan,


pelaporan, dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah.
Tujuan adinistrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan, sehingga
pengurusnya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

G. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat

Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan
pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan
kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini sebagai
usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta
saling pengertian antar sekolah, personel sekolah dengan masyarakat.

H.Administrasi Layanan Khusus

Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung berkenaan dengan proses belajar
mengajar di kelas, tetapi dengancara khusus diberikan oleh sekolah kepada para siswanya agar
mereka lebh optimal dalam melaksanakan proses belajar.Ada berbagai jenis layanan khusus, tetapi
hanya tiga jenis lebih banyak ditemui. Ketiga jenis layanan khusus itu adalah pusat sumber belajar,
usaha kesehatan sekolah(UKS), dan kafetarian/warung/kantin sekolah
37

Bab VIII Sistim dan Struktur Organisasi Sekolah

A. Unsur dan Struktur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam Bab XV pasal 49 undang-undang nomor 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa pengelolaan sistem
pendidikan bahwa pengeloaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab menteri P dan K.
Pasal 50 menyebutkan bahwa pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintahan selain oleh menteri P dan K, juga menteri lain atau pemimpin lembaga
pemerintah lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Unsur-unsur dalam struktur organisasi departemen pendidikan dan kebudayaan adalah:

1. Menteri

2. Sekretariat Jenderal

3. Inspektorat Jenderal

4. Direktorat pendidikan dasar dan menengah

5. Direktorat jenderal pendidikan tinggi

6. Direktorat pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga,

7. Direktorat jenderal kebudayaan

8. Badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan,

9.pusat-pusat dibidang khusus

10. Instansi vertikal di wilayah.

B. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )

1. Tujuan dan isi program pendidikan guru

Tujuan pendidikan guru adalah membentuk kemampuan untuk :

a) Melaksanakan tugas, yang empunyai kompenen mengenal apa yang harus dikerjakan,
menguasai cara bagaimana setiap aspek dan tahap tugas tersebut harus dikerjakan, serta
menghayati dengan rasional mengapa suatu bagian tugas dilaksanakan denga satu cara dan tidak
dengan cara lain.

b) Mengetahui batas-batas kemampuannya sendiri, serta siap dan mampu menemukan sumber
yang dapat membantu mengatasi keterbatasannya itu.
38

Menurut T.Raka Joni (1991) tujuan pendidikan prajabatan guru adalah sebagai berikut :

· Penguasaan bahan ajaran

· Penguasaan teori dan keterampilan keguruan

· Pemilikan kemampuan memperagakan unjuk kerja.

· Pemilikan sikap, nilai, dan kepribadian.

· Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas profesional alin dan tugas administratif rutin.

Bab IX Supervisi Pendidikan

A. Pengertian, fungsi dan peran

Kimball Wiles (1967) “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning
situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.
Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar
(goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang
seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi.

Guru harus memiliki yakni :

1) kemampuan personal,

2) kemampuan profesional

3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi (pengawasan utama/pengontrolan tertinggi)
dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam
bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau
pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan
profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan profesional guru.

39

B. Pelaksanaan Supervisi

Secara umum ada 2 (dua) kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi pengajaran, yakni:

1. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru


\ Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru
dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru
mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala
sekolah menggunakan leembar observasi yang sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat guru) dan
APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran) yang dilakukan guru.

2. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru
untuk meningkatkan kinerja

Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang bertugas di suatu Gugus Sekolah.
Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah
Dasar. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau
kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi:

>> Bidang akademik, mencakup :

1) menyusun program tahunan dan semester,

2) mengatur jadwal pelajaran,

3) mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran,

4) menentukan norma kenaikan kelas,

5) menentukan norma penilaian,

6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar,

7) meningkatkan perbaikan mengajar,

8) mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak

9) mengatur disiplin kelas

40

>> Bidang kesiswaan mencakup :

1) mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan siswa baru,

2) mengelola layanan bimbingan dan konseling,

3) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan

4) mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler.

>> Bidang personalia, mencakup :

1) mengatur pembagian tugas guru,

2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi guru,

3) mengatur program kesejahteraan guru,


4) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan

5) mencatat masalah atau keluhan-keluhan guru.

>> Bidang keuangan, mencakup:

a) menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah,

b) mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah,

c) mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah, dan

d) mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

>> Bidang sarana, prasarana mencakup :

a) penyediaan dan seleksi buku pegangan guru,

b) layanan perpustakaan dan laboratorium,

c) penggunaan alat peraga,

d) kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah,

e) keindahan dan kebersihan kelas, dan

f) perbaikan kelengkapan kelas.

>> Bidang hubungan masyarakat, mencakup :

a) kerjasama sekolah dengan orangtua siswa,

b) kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah,

c) kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait, dan

d) kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar (Depdiknas 1997).

41

Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau pengawas juga terkait
dengan administrasi pembelajaran yang harus dikerjakan guru, diantaranya :

a. Penggunaan program semester

b. Penggunaan rencana pembelajaran

c. Penyusunan rencana harian

d. Program dan pelaksanaan evaluasi

e. Kumpulan soal

f. Buku pekerjaan siswa

g. Buku daftar nilai


h. Buku analisis hasil evaluasi

i. Buku program perbaikan dan pengayaan

j. Buku program Bimbingan dan Konseling

k. Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

Anda mungkin juga menyukai