Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis. Bailey mendapatkan
75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor laring
di pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang teori
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap Ca nasofaring dan Ca
laring.
2. Tujuan Khusus:
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan
dengan kanker nasofaring dan kanker laring, maka mahasiswa di
harapkan mampu :
a. Mengetahui definisi kanker nasofaring dan Ca laring
b. Mengetahui etiologi Ca nasofaring dan Ca laring
c. Mengetahui patofisiologi Ca nasofaring dan Ca laring
d. Mengetahui manifestasi klinis Ca nasofaring dan Ca laring
e. Mengetahui penatalaksanaan Ca nasofaring dan Ca laring
f. Teori asuhan keperawatan (Rencana Keperawatan) meliputi
pengkajian,diagnosa, intervensi, dan evaluasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. DEFINISI CA NASOFARING
Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma
Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien
datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
T Tumor primer
T2 Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas pada
rongga nasofaring
T4 Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak
atau saraf-saraf otak
3
N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitar
M1 Metastase jauh
Stadium I : T1 N0 dan M0
Stadium II : T2 N0 dan M0
Stadium IV : T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0 atau
T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N3/N4 dan M1
2. DEFINISI CA LARING
Ca laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang
menggangu jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung
prixsimal trachea. (Dr. Heidra T. Kaksman, 2005)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding
anterior trachea dengan mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga
dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas yang aman
dengan bantuan pipe trakeostomi.
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor
ganas dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70
tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (
laring ) atau daerah lain di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008). Karsinoma
laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik,
glotis, dan subglotis. (Smeltzer.S.C dan B.G.Bare, 2002)
4
B. ETIOLOGI
1. ETIOLOGI CA NASOFARING
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal
disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan
Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :
a. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
b. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
c. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia,
asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
d. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
e. Radang kronis nasofaring
5
2. ETIOLOGI CA LARING
a. Belum diketahui pasti
b. Faktor predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif
c. Seseorang yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali
adalah seseorang yang menggunakan alcohol dan tembakau sebelum
pembedahan.
C. PATOFISIOLOGI
1. PATOFISIOLOGI CA NASOFARING
6
2. PATOFISIOLOGI CA LARING
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40
tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan
dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui
secara pasti oleh para ahli.
Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.
Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi
metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis
(ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.
Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita
suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih
dapat digerak.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. MANIFESTASI CA NASOFARING
a. Terdapat benjolan pada tenggorokan
b. Infeksi telinga
c. Telinga berdengung ( tinnitus ), tidak nyaman atau gangguan
pendengaran
d. Kesulitan membuka mulut
e. Sakit kepala
f. Wajah terasa nyeri atau mati rasa
g. Mimisan
h. Sakit tenggorokan
2. MANIFESTASI CA LARING
a. Nyeri tenggorokan
7
b. Sulit menelanSuara Serak
c. Hemoptisis dan batuk
d. Sesak nafas
e. Berat Badan turun
E. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN CA NASOFARING
Prinsipnya pengobatan untuk karsinoma nasofaring meliputi terapi sebagai :
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Kombinasi
4. Operasi
5. Imunoterapi
6. Terapi paliatif
2. PENATALAKSANAAN CA LARING
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan
radiasi dan pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih
berdasar stadiumnya. Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya
mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal,
tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih
jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.
Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk
penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara,
dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta
dapat dipertahankannya suara yang normal.
Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai
lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau
8
subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan
prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi
total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2
dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita
ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga
penderita akan sembuh sempurna.
9
saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan
dileher pada jenis laringektomi ini.
10
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Diri
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
Status :
Pendidikan :
Tanggal masuk Rs :
Nama :
Umur :
Jeni kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
11
Hubungan dengan klien :
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Ca Nasofaring : telinga kiri terasa buntu/ hingga peradangan. Timbul
benjolan di leher kanan dan kiri sejak 3 bulan
Ca Laring : nyeri tenggorokan, suara serak, penurunan berat badan,
dan merasa lemah
b. Riwayat penyakit sekarang:
c. Riwayat penyakit dahulu :
1) Tanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi kronis
2) Tanyakan pola hidup klien (merokok, minum alkohol)
d. Riwayat penyakit keluarga : keluarga pernah / tidak menderita
penyakit yang sama dengan klien
a. Sebelum sakit :
b. Saat sakit :
6. Personal Hygiene
12
a. Sebelum sakit :
b. Saat Sakit :
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran :
2) Tinggi badan :
3) Berat badan
a) Sebelum sakit :
b) Saat sakit :
b. Tanda - Tanda Vital
TD : Suhu :
N: RR :
Skala nyeri :
c. Kepala
1) Rambut :
2) Kulit kepala :
3) Wajah :
4) Mata :
5) Hidung :
6) Telinga :
7) Mulut :
8) Leher :
1) Inspeksi :
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) Auskultasi :
13
e. Abdomen
1) Inspeksi :
2) Palpasi :
3) Perkusi :
4) aukultasi :
f. Genetalia :
g. Ekstremitas
1) Atas :
2) Bawah :
a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
c. CT-Scan
14
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan
tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening
leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi
anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
B. DIAGNOSA
CA NASOFARING
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas d.d
pola napas berubah
2. Nyeri kronis b.d inflamasi tumor
3. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
CA LARING
C. INTERVENSI
INTERVENSI CA NASOFARING
15
asing dalam 24 jam napas nafas pasien
jalan napas diharapkan 1.3 Monitor adanya 1.3 Agar
d.d pola bersihan jalan sumbatan jalan mengetahui
napas napas tidak napas adanya
berubah efektif dapat 1.4 Posisi semi fowler sumbatan di
kembali efektif, / fowler jalan napas
dengan KH : 1.5 Berikan oksigen pasien
1. TTV normal jika perlu 1.4 Memberikan
TD : kenyamanan
N: dalam bernafas
RR : 1.5 Memantau
Suhu : saturasi oksigen
Skala nyeri : (SpO2) dan
2. Saturasi CO2
oksigen
dengan
normal (95-
100%)
2. Nyeri kronis Setelah 2.1 Identifikasi lokasi 2.1 Mengetahui
b.d inflamasi dilakukan karakteristik, lokasi dan
tumor tindakan durasi, frekuensi, karakteristik
keperawatan 1 x kualitas, intensitas nyeri pasien
24 jam nyeri 2.2 Mengetahui
diharapka nyeri 2.2 Identifikasi skala skala nyeri
berkurang, nyeri yang di alami
dengan 2.3 Berikan teknik pasien
KH : nonfarmakologis 2.3 Membantu
1. Mampu 2.4 Kolaborassi meredakan
mengontrol pemberian nyeri
nyeri analgesic , jika 2.4 Menurunkan
perlu atau
16
mehilangkan
nyeri.
3. Risiko deficit setelah 3.1 Monitor asupan 3.1 Mengetahui
nutrisi b.d dilakukan dan keluarnya kemampuan
ketidakmamp tindakan makanan pasien untuk
uan menelan keperawatan 3.2 Monitor Timbang menelan
makanan selama 1 x 24 berat badan makanan
jam diharapkan 3.3 Berikan asupan 3.2 Memantau
risiko deficit cairan ade kuat berat badan
nutrisi tidak 3.4 Kolaborasi pasien
terjadi , dengan pemberian 3.3 Agar nutrisi
KH : medikasi sebelum pasien terjaga
1. Nafsu makan ( mis. 3.4 Agar pasien
makan dapat Pereda nyeri dan bisa makan
meningkat antimetik ) tanpa adanya
2. Mampu nyeri
menelan
makanan
yang lunak
3. Peningkatan
berat badan
2-3kg
INTERVENSI CA LARING
17
dengan keperawatan 2 x 1.8 Melakukan TTV kenyamanan
hambatan 24 jam 1.9 Memonitor pola dalam bernafas
upaya napas diharapkan pola napas ( frekuensi , 1.3 Memantau
di buktikan napas kembali kedalaman , usaha TTV
dengan efektif, dengan napas ) 1.4 Agar dapat
dispnea. KH : 1.10 Monitor memantau pola
3. TTV normal bunyi napas napas
TD : 110- tambahan 1.5 Agar
120/70-80 1.11 Monitor mengetahui jika
mmHg adanya sumbatan ada bunyi napas
N : 60-100 jalan napas tambahan
kali/menit 1.12 Monitor 1.6 Memantau
RR : 16 – 24 saturasi oksigen adanya
kali/menit (SpO2) dan CO2 sumbatan di
Suhu : 36 - 1.13 Berikan jalan napas
37OC humodifikasi, 1.7 Memantau
Skala nyeri : contoh tekanan saturasi oksigen
3 udara atau O2 dan (SpO2) dan
4. Saturasi peningkatan CO2
oksigen masukan cairan 1.8 Memudahkan
dengan pasien agar
normal (95- tidak sesak dan
100%) bisa mengatur
pola napas
2. Nyeri akut Setelah 2.5 Identifikasi skala 2.5 Mengetahui
berhubungan dilakukan nyeri skala nyeri
dengan agen tindakan 2.6 Identifikasi faktor yang di alami
pendera keperawatan 1 x yang mempeberat pasien
fisiologis 24 jam nyeri 2.6 Mengetahui
dibuktikan diharapka nyeri 2.7 Monitor lokasi faktor yang bisa
dengan pola berkurang, dan penyebaran memperberat
18
nafas dengan nyeri nyeri
berubah KH : 2.8 Anjurkan perilaku 2.7 Memantau
2. Mampu manajemen strees lokasi nyeri dan
mengontrol : teknik imajinasi, penyebaran
nyeri relaksasi nyeri
3. Nyeri 2.9 Kolaborasi 2.8 Dapat
berkurang pemberian obat menurunkan
dengan kebutuhan
skala 3 analgesic dan
meningkatkan
penyembuhan
2.9 Menurunkan
atau
mehilangkan
nyeri.
3. Defisit nutrisi setelah 3.1 Identifikasi 3.5 Mengetahui
dibuktikan dilakukan kemampuan kemampuan
dengan tindakan menelan pasien untuk
ketidakmamp keperawatan 3.2 Identifikasi faktor menelan
uan menelan selama 2 x 24 yang makanan
makanan jam diharapkan mempengaruhi 3.6 Mengetahui
nutrisi kurang asupan gizi ( mis. faktor yang
dapat terpenuhi Mengunyah tidak dapat
, dengan KH : adekuat ) mempengaruhi
4. Nafsu 3.3 Timbang berat asupan gizi
makan dapat badan 3.7 Memantau
meningkat 3.4 Hitung perubahan berat badan
5. Mampu berat badan pasien
menelan 3.5 Konsultasi ahli 3.8 memantau berat
makanan gizi/nutrisi badan
yang lunak pendukung untuk 3.9 metode
19
6. Peningkatan memberikan makanan dan
berat badan makanan yang kebutuhan
2-3kg mudah di cerna. kalori
didasarkan
pada situasi
kebutuhan
individu.
D. EVALUASI CA NASOFARING
O:
1. Pernapasan 24 x /menit
2. Tidak ada suara napas
tambahan
3. SPO2 :
A : Masalah sebagian
teratasi yaitu pasien saat
bernapas tidak
menggunakan otot bantu
napas,RR : 24x/menit
P : lanjutkan intervensi
20
pola napas
1.10 Membantu pola
nafas pasien
1.11 Agar mengetahui
adanya sumbatan di
jalan napas pasien
1.12 Memberikan
kenyamanan dalam
bernafas
1.13 Memantau saturasi
oksigen (SpO2) dan
CO2
2 Nyeri kronis b.d S : Pasien mengatakan
inflamasi tumor nyerinya berkurang dengan
skala 5
P : adanya benjolan di
leher bagian belakang (Ca
nasofaring )
Q : seperti terbakar
R : di leher bagian
belakang
S:5
T : menetap
A : Masalah sebagian
teratasi dengan skala nyeri
5 dan nyeri tekan pada
21
leher bagian belakang
P : lanjutkan Intervensi
O:
1. pasien menghabiskan ½
porsi makan
2. pasien bisa menelan
makanan yang lembut
A : Masalah sebagian
teratasi karena pasien
hanya mampu makan ½
porsi dengan makanan
yang lembut
22
P : Lanjutkan Intervensi
EVALUASI CA LARING
A : Masalah sebagian
teratasi yaitu pasien saat
bernapas tidak
menggunakan otot bantu
23
napas,RR : 24x/menit
P : lanjutkan intervensi
24
kesakitan
A : Masalah sebagian
teratasi dengan skala nyeri
5 dan nyeri tekan pada
leher bagian belakang
P : lanjutkan Intervensi
O:
3. pasien menghabiskan ½
porsi makan
4. pasien bisa menelan
makanan yang lembut
25
A : Masalah sebagian
teratasi karena pasien
hanya mampu makan ½
porsi dengan makanan
yang lembut
P : Lanjutkan Intervensi
3.1 Identifikasi
kemampuan menelan
3.2 Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
gizi ( mis. Mengunyah
tidak adekuat )
3.3 Timbang berat badan
3.4 Hitung perubahan berat
badan
3.5 Konsultasi ahli
gizi/nutrisi pendukung
untuk memberikan
makanan yang mudah
di cerna.
26
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena
itu akan lebih baik jika selalu memperhatikan kesehatan. Pencegahan
27
penyakit kanker nasofaring dan kanker laring harus lebih diperhatikan karena
kanker ini sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh kita.
28
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, Y. (2012). Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan E Dosis Tinggi terhadap Sistem
Hemopoetik Penderita Kanker Kepala dan Leher yang Mendapat Kemoterapi
Cisplatin. Jurnal Medica Hospitalia vol 1 (2) , 89-94.
Arsyad Efiaty, I. N. (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta: FKUI.
Bare, S. S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth .
Jakarta: ECG: Edisi 8, Vol.1 dan 2.
dkk, s. (2012).
Dolly Irfandy, S. R. (2015). Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring. Jurnal
Kesehatan Andalas, 618-624.
Soepardi, E. d. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala
Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Edisi ke-5.
29