Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga


belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium
Patologi Anatomi FKUI melaporkan bahwa kanker nasofaring hampir tiap
tahunnya menduduki lima besar dari tumor ganas tubuh manusia (Soepardi,
2012). Secara global kira-kira 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian per
tahun. Indonesia termasuk salah satu negara dengan prevalensi penderita
kanker nasofaring yang termasuk tinggi selain Cina. Angka kejadian kanker
nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000 penduduk per tahun
(Susworo, 2004). Data registrasi kanker di Indonesia berdasarkan
histopatologi tahun 2003 menunjukan bahwa kanker nasofaring menempati
urutan pertama dari semua tumor ganas primer pada laki-laki dan urutan ke
delapan pada perempuan (Aminullah, 2012).

Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skumosa


laring. Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan da masih
merupakan masalah. Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40

tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan


dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik
atau serbuk, logam berat.

Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi


tergantung stadium dan lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV
membuat pasien bisa bertahan sampai 10 tahun, tetapi kalau sudah menyebar
ke organ tubuh lain bisa menyebabkan kematian sebelum 10 tahun.

Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun


di Amerika dan lebih dari 50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan
beberapa negara Eropa 2/3 bagian dari karsinoma laring merupakan

1
karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis. Bailey mendapatkan
75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor laring
di pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang teori
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap Ca nasofaring dan Ca
laring.
2. Tujuan Khusus:
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan
dengan kanker nasofaring dan kanker laring, maka mahasiswa di
harapkan mampu :
a. Mengetahui definisi kanker nasofaring dan Ca laring
b. Mengetahui etiologi Ca nasofaring dan Ca laring
c. Mengetahui patofisiologi Ca nasofaring dan Ca laring
d. Mengetahui manifestasi klinis Ca nasofaring dan Ca laring
e. Mengetahui penatalaksanaan Ca nasofaring dan Ca laring
f. Teori asuhan keperawatan (Rencana Keperawatan) meliputi
pengkajian,diagnosa, intervensi, dan evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. DEFINISI CA NASOFARING
Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma
Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien
datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.

Stadium dalam Ca Nasofaring

TUMOR SIZE (T)

T Tumor primer

T0 Tidak tampak tumor

T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja

T2 Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas pada
rongga nasofaring

T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring

T4 Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak
atau saraf-saraf otak

Tx Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap

REGIONAL LIMFE NODES (N)

N0 Tidak ada pembesaran

N1 Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakan

N2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masi dapat digerakan

3
N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitar

METASTASE JAUH (M)

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh

Stadium I : T1 N0 dan M0

Stadium II : T2 N0 dan M0

Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan M0 atau T3 dan N0 dan M0

Stadium IV : T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0 atau
T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N3/N4 dan M1

2. DEFINISI CA LARING
Ca laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang
menggangu jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung
prixsimal trachea. (Dr. Heidra T. Kaksman, 2005)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding
anterior trachea dengan mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga
dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas yang aman
dengan bantuan pipe trakeostomi.
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor
ganas dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70
tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (
laring ) atau daerah lain di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008). Karsinoma
laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik,
glotis, dan subglotis. (Smeltzer.S.C dan B.G.Bare, 2002)

4
B. ETIOLOGI
1. ETIOLOGI CA NASOFARING
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal
disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan
Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :
a. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
b. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
c. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia,
asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
d. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
e. Radang kronis nasofaring

5
2. ETIOLOGI CA LARING
a. Belum diketahui pasti
b. Faktor predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif
c. Seseorang yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali
adalah seseorang yang menggunakan alcohol dan tembakau sebelum
pembedahan.

C. PATOFISIOLOGI
1. PATOFISIOLOGI CA NASOFARING

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan


dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu
faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetic, pekerjaan, kebiasaan
hidup, kebudayaan, social ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga
sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah
hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah
virus Epstein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer
anti-virus EBV yang cukup tinggi. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)

Virus Epstein Barr (EBV) merupakan virus DNA yang memiliki


kapsid icosahedral dan termasuk dalam family Herpesviridae. Infeksi
EBV dapat berasosiasi dengan beberapa penyakit seperti limfoma
Bukritt, limfoma sel T, mononucleosis dan karsinoma nasofaring (KNF).
KNF merupakan tumor ganas yang terjadi pada sel epitel di daerah
nasofaring yaitu pada daerah cekungan Rosenmulleri dan tempat
bermuara saluran eustachi. Banyak faktor yang diduga berhubungan
dengan KNF, yaitu:

a. Adanya infeksi EBV


b. Faktor lingkungan
c. Genetic

6
2. PATOFISIOLOGI CA LARING
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40
tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan
dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui
secara pasti oleh para ahli.
Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa.
Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi
metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis
(ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.
Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita
suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih
dapat digerak.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. MANIFESTASI CA NASOFARING
a. Terdapat benjolan pada tenggorokan
b. Infeksi telinga
c. Telinga berdengung ( tinnitus ), tidak nyaman atau gangguan
pendengaran
d. Kesulitan membuka mulut
e. Sakit kepala
f. Wajah terasa nyeri atau mati rasa
g. Mimisan
h. Sakit tenggorokan
2. MANIFESTASI CA LARING
a. Nyeri tenggorokan

7
b. Sulit menelanSuara Serak
c. Hemoptisis dan batuk
d. Sesak nafas
e. Berat Badan turun

E. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN CA NASOFARING
Prinsipnya pengobatan untuk karsinoma nasofaring meliputi terapi sebagai :
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Kombinasi
4. Operasi
5. Imunoterapi
6. Terapi paliatif

2. PENATALAKSANAAN CA LARING
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan
radiasi dan pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih
berdasar stadiumnya. Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya
mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal,
tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih
jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.
Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk
penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara,
dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta
dapat dipertahankannya suara yang normal.
Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai
lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik atau

8
subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan
prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi
total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2
dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita
ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga
penderita akan sembuh sempurna.

Laringektomi diklasifikasikan kedalam :

a. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya


satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk
mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara
pasien akan parau.
b. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker
termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat
sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago
tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau
setelah pembedahan.
c. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada
epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal
dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena
epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
d. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian
besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid,
kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke
laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma )
trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan

9
saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan
dileher pada jenis laringektomi ini.

Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di


leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal
asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis.

Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau


berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech),
meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan
menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu
bantuan seorang binawicara.

10
BAB III

ASKEP TEORITIS

ASKEP CA NASOFARING dan CA LARING

A. Pengkajian
1. Identitas Diri

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Agama :

Pekerjaan :

Status :

Pendidikan :

Tanggal masuk Rs :

2. Identitas Penaggung jawab

Nama :

Umur :

Jeni kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

11
Hubungan dengan klien :

3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Ca Nasofaring : telinga kiri terasa buntu/ hingga peradangan. Timbul
benjolan di leher kanan dan kiri sejak 3 bulan
Ca Laring : nyeri tenggorokan, suara serak, penurunan berat badan,
dan merasa lemah
b. Riwayat penyakit sekarang:
c. Riwayat penyakit dahulu :
1) Tanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi kronis
2) Tanyakan pola hidup klien (merokok, minum alkohol)
d. Riwayat penyakit keluarga : keluarga pernah / tidak menderita
penyakit yang sama dengan klien

4. Pola Aktivitas sehari-hari


a. Nutrisi
1) Sebelum sakit :
2) Saat Sakit :
b. Eliminasi
1) Sebelum sakit :
2) Saat Sakit :
c. Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit :
2) Saat Sakit :
5. Aktifitas Fisik

a. Sebelum sakit :

b. Saat sakit :

6. Personal Hygiene

12
a. Sebelum sakit :

b. Saat Sakit :

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
1) Kesadaran :
2) Tinggi badan :
3) Berat badan
a) Sebelum sakit :
b) Saat sakit :
b. Tanda - Tanda Vital
TD : Suhu :
N: RR :
Skala nyeri :
c. Kepala
1) Rambut :
2) Kulit kepala :
3) Wajah :
4) Mata :
5) Hidung :
6) Telinga :
7) Mulut :
8) Leher :

d. Dada dan Thorak

1) Inspeksi :

2) Palpasi :

3) Perkusi :

4) Auskultasi :

13
e. Abdomen

1) Inspeksi :

2) Palpasi :

3) Perkusi :

4) aukultasi :

f. Genetalia :
g. Ekstremitas

1) Atas :

2) Bawah :

8. Pemeriksaan Penunjang CA NASOFARING :


a. Nasofaringoskopi
b. Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
c. Biopsi multiple
d. Radiologi : Thoraks PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT scan, Bone
scantigraphy (bila dicurigai metastase tulang)
e. Pemeriksaan Neuro-oftalmogi : untuk mengetahui perluasan
kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi ke
saraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai.
f. Sinar X

Pemeriksaan Penunjang CA LARING :

a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
c. CT-Scan

14
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan
tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening
leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi
anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

B. DIAGNOSA
CA NASOFARING
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas d.d
pola napas berubah
2. Nyeri kronis b.d inflamasi tumor
3. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan

CA LARING

1. Pola Napas tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di


buktikan dengan dispnea.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pendera fisik dibuktikan dengan
pola nafas berubah.
3. Defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

C. INTERVENSI
INTERVENSI CA NASOFARING

No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


1. Bersihan setelah 1.1 Monitor frekuensi, 1.1 Agar dapat
jalan napas dilakukan irama, kedalaman memantau pola
tidak efektif tindakan dan upaya napas napas
b.d benda keperawatan 1 x 1.2 Monitor pola 1.2 Membantu pola

15
asing dalam 24 jam napas nafas pasien
jalan napas diharapkan 1.3 Monitor adanya 1.3 Agar
d.d pola bersihan jalan sumbatan jalan mengetahui
napas napas tidak napas adanya
berubah efektif dapat 1.4 Posisi semi fowler sumbatan di
kembali efektif, / fowler jalan napas
dengan KH : 1.5 Berikan oksigen pasien
1. TTV normal jika perlu 1.4 Memberikan
TD : kenyamanan
N: dalam bernafas
RR : 1.5 Memantau
Suhu : saturasi oksigen
Skala nyeri : (SpO2) dan
2. Saturasi CO2
oksigen
dengan
normal (95-
100%)
2. Nyeri kronis Setelah 2.1 Identifikasi lokasi 2.1 Mengetahui
b.d inflamasi dilakukan karakteristik, lokasi dan
tumor tindakan durasi, frekuensi, karakteristik
keperawatan 1 x kualitas, intensitas nyeri pasien
24 jam nyeri 2.2 Mengetahui
diharapka nyeri 2.2 Identifikasi skala skala nyeri
berkurang, nyeri yang di alami
dengan 2.3 Berikan teknik pasien
KH : nonfarmakologis 2.3 Membantu
1. Mampu 2.4 Kolaborassi meredakan
mengontrol pemberian nyeri
nyeri analgesic , jika 2.4 Menurunkan
perlu atau

16
mehilangkan
nyeri.
3. Risiko deficit setelah 3.1 Monitor asupan 3.1 Mengetahui
nutrisi b.d dilakukan dan keluarnya kemampuan
ketidakmamp tindakan makanan pasien untuk
uan menelan keperawatan 3.2 Monitor Timbang menelan
makanan selama 1 x 24 berat badan makanan
jam diharapkan 3.3 Berikan asupan 3.2 Memantau
risiko deficit cairan ade kuat berat badan
nutrisi tidak 3.4 Kolaborasi pasien
terjadi , dengan pemberian 3.3 Agar nutrisi
KH : medikasi sebelum pasien terjaga
1. Nafsu makan ( mis. 3.4 Agar pasien
makan dapat Pereda nyeri dan bisa makan
meningkat antimetik ) tanpa adanya
2. Mampu nyeri
menelan
makanan
yang lunak
3. Peningkatan
berat badan
2-3kg

INTERVENSI CA LARING

No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


1. Pola Napas setelah 1.6 Berikan oksigen 1.1 Membantu pola
tidak Efektif dilakukan 1.7 Posisikan pasien nafas pasien
berhubungan tindakan semifowler 1.2 Memberikan

17
dengan keperawatan 2 x 1.8 Melakukan TTV kenyamanan
hambatan 24 jam 1.9 Memonitor pola dalam bernafas
upaya napas diharapkan pola napas ( frekuensi , 1.3 Memantau
di buktikan napas kembali kedalaman , usaha TTV
dengan efektif, dengan napas ) 1.4 Agar dapat
dispnea. KH : 1.10 Monitor memantau pola
3. TTV normal bunyi napas napas
TD : 110- tambahan 1.5 Agar
120/70-80 1.11 Monitor mengetahui jika
mmHg adanya sumbatan ada bunyi napas
N : 60-100 jalan napas tambahan
kali/menit 1.12 Monitor 1.6 Memantau
RR : 16 – 24 saturasi oksigen adanya
kali/menit (SpO2) dan CO2 sumbatan di
Suhu : 36 - 1.13 Berikan jalan napas
37OC humodifikasi, 1.7 Memantau
Skala nyeri : contoh tekanan saturasi oksigen
3 udara atau O2 dan (SpO2) dan
4. Saturasi peningkatan CO2
oksigen masukan cairan 1.8 Memudahkan
dengan pasien agar
normal (95- tidak sesak dan
100%) bisa mengatur
pola napas
2. Nyeri akut Setelah 2.5 Identifikasi skala 2.5 Mengetahui
berhubungan dilakukan nyeri skala nyeri
dengan agen tindakan 2.6 Identifikasi faktor yang di alami
pendera keperawatan 1 x yang mempeberat pasien
fisiologis 24 jam nyeri 2.6 Mengetahui
dibuktikan diharapka nyeri 2.7 Monitor lokasi faktor yang bisa
dengan pola berkurang, dan penyebaran memperberat

18
nafas dengan nyeri nyeri
berubah KH : 2.8 Anjurkan perilaku 2.7 Memantau
2. Mampu manajemen strees lokasi nyeri dan
mengontrol : teknik imajinasi, penyebaran
nyeri relaksasi nyeri
3. Nyeri 2.9 Kolaborasi 2.8 Dapat
berkurang pemberian obat menurunkan
dengan kebutuhan
skala 3 analgesic dan
meningkatkan
penyembuhan
2.9 Menurunkan
atau
mehilangkan
nyeri.
3. Defisit nutrisi setelah 3.1 Identifikasi 3.5 Mengetahui
dibuktikan dilakukan kemampuan kemampuan
dengan tindakan menelan pasien untuk
ketidakmamp keperawatan 3.2 Identifikasi faktor menelan
uan menelan selama 2 x 24 yang makanan
makanan jam diharapkan mempengaruhi 3.6 Mengetahui
nutrisi kurang asupan gizi ( mis. faktor yang
dapat terpenuhi Mengunyah tidak dapat
, dengan KH : adekuat ) mempengaruhi
4. Nafsu 3.3 Timbang berat asupan gizi
makan dapat badan 3.7 Memantau
meningkat 3.4 Hitung perubahan berat badan
5. Mampu berat badan pasien
menelan 3.5 Konsultasi ahli 3.8 memantau berat
makanan gizi/nutrisi badan
yang lunak pendukung untuk 3.9 metode

19
6. Peningkatan memberikan makanan dan
berat badan makanan yang kebutuhan
2-3kg mudah di cerna. kalori
didasarkan
pada situasi
kebutuhan
individu.

D. EVALUASI CA NASOFARING

No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Hasil

1 Bersihan jalan napas S : Pasien mengatakan


tidak efektif b.d benda sesak napas sudah agak
asing dalam jalan napas berkurang walaupun masih
d.d pola napas berubah sering timbul

O:

1. Pernapasan 24 x /menit
2. Tidak ada suara napas
tambahan
3. SPO2 :

A : Masalah sebagian
teratasi yaitu pasien saat
bernapas tidak
menggunakan otot bantu
napas,RR : 24x/menit

P : lanjutkan intervensi

1.9 Agar dapat memantau

20
pola napas
1.10 Membantu pola
nafas pasien
1.11 Agar mengetahui
adanya sumbatan di
jalan napas pasien
1.12 Memberikan
kenyamanan dalam
bernafas
1.13 Memantau saturasi
oksigen (SpO2) dan
CO2
2 Nyeri kronis b.d S : Pasien mengatakan
inflamasi tumor nyerinya berkurang dengan
skala 5

P : adanya benjolan di
leher bagian belakang (Ca
nasofaring )
Q : seperti terbakar
R : di leher bagian
belakang
S:5
T : menetap

O : pasien masih meringis


kesakitan

A : Masalah sebagian
teratasi dengan skala nyeri
5 dan nyeri tekan pada

21
leher bagian belakang

P : lanjutkan Intervensi

2.1 Identifikasi lokasi


karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi skala
nyeri
2.3 Berikan teknik
nonfarmakologis
2.4 Kolaborassi
pemberian analgesic , jika
perlu
3 Risiko deficit nutrisi b.d S : Pasien mengatakan
ketidakmampuan telah bisa menghabiskan
menelan makanan bubur ½ porsi

O:

1. pasien menghabiskan ½
porsi makan
2. pasien bisa menelan
makanan yang lembut

A : Masalah sebagian
teratasi karena pasien
hanya mampu makan ½
porsi dengan makanan
yang lembut

22
P : Lanjutkan Intervensi

3.6 Monitor asupan dan


keluarnya makanan
3.7 Monitor Timbang berat
badan
3.8 Berikan asupan cairan
ade kuat
3.9 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda
nyeri dan antimetik )

EVALUASI CA LARING

No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Hasil

1 Pola Napas tidak Efektif S : Pasien mengatakan


berhubungan dengan sudah tidak sesak lagi
hambatan upaya napas di
O:
buktikan dengan
dispnea. 4. Pernapasan 24x/menit
5. Tidak ada suara napas
tambahan
6. SPO2 : 90%

A : Masalah sebagian
teratasi yaitu pasien saat
bernapas tidak
menggunakan otot bantu

23
napas,RR : 24x/menit

P : lanjutkan intervensi

1.1 Berikan oksigen


1.2 Posisikan pasien
semifowler
1.3 Melakukan TTV
1.4 Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
1.6 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
1.7 Monitor saturasi
oksigen (SpO2) dan
CO2

2 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan


dengan agen pendera nyerinya berkurang dengan
fisiologis dibuktikan skala 5
dengan pola nafas
P : adanya benjolan di
berubah
leher bagian belakang (Ca
laring)
Q : seperti terbakar
R : di leher bagian
belakang
S:5
T : menetap

O : pasien masih meringis

24
kesakitan

A : Masalah sebagian
teratasi dengan skala nyeri
5 dan nyeri tekan pada
leher bagian belakang

P : lanjutkan Intervensi

2.1 Identifikasi skala nyeri


2.2 Identifikasi faktor yang
mempeberat nyeri
2.3 Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
2.4 Anjurkan perilaku
manajemen strees :
teknik imajinasi,
relaksasi
2.5 Kolaborasi pemberian
obat

3 Defisit nutrisi dibuktikan S : Pasien mengatakan


dengan ketidakmampuan telah menghabiskan bubur
menelan makanan ½ porsi

O:

3. pasien menghabiskan ½
porsi makan
4. pasien bisa menelan
makanan yang lembut

25
A : Masalah sebagian
teratasi karena pasien
hanya mampu makan ½
porsi dengan makanan
yang lembut

P : Lanjutkan Intervensi

3.1 Identifikasi
kemampuan menelan
3.2 Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
gizi ( mis. Mengunyah
tidak adekuat )
3.3 Timbang berat badan
3.4 Hitung perubahan berat
badan
3.5 Konsultasi ahli
gizi/nutrisi pendukung
untuk memberikan
makanan yang mudah
di cerna.

26
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada laring.


Penyebab kanker laring belum di ketahui pasti. Dikatakan oleh para ahli itu
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap lanjut kanker laring. Terbanyak di dapatkan pada klien
umur 50-60 tahun. Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan
keluasan malognansi. Pengobatan pilihan termasuk pembedahan dan terapi
radiasi. Yang terpenting penanggulangan pada ca laring adalah diagnosa dini
dan pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif karena tumor masih istirahat
dan bisa diangkat secara radikal. Tujuan utama yaitu mengeluarkan bagian
laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fungsi
fonasi serta fungsi spingter laring.

Kanker nasofaring atau di kenal dengan kanker THT adalah penyakit


yang disebabkan ileh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan
nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling
sering terjadi di bagian THT, kepala dan leher. Sampai saat ini belum jelas
bagaimana mulai timbulnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini
dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak.
Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksa ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki
atau adanya keluarga yang menderita kanker itu.

B. SARAN
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena
itu akan lebih baik jika selalu memperhatikan kesehatan. Pencegahan

27
penyakit kanker nasofaring dan kanker laring harus lebih diperhatikan karena
kanker ini sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh kita.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, Y. (2012). Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan E Dosis Tinggi terhadap Sistem
Hemopoetik Penderita Kanker Kepala dan Leher yang Mendapat Kemoterapi
Cisplatin. Jurnal Medica Hospitalia vol 1 (2) , 89-94.

Arsyad Efiaty, I. N. (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta: FKUI.

Bare, S. S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth .
Jakarta: ECG: Edisi 8, Vol.1 dan 2.

dkk, s. (2012).

Dolly Irfandy, S. R. (2015). Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring. Jurnal
Kesehatan Andalas, 618-624.

Jayanto, K. (2008 di akses dari


http//kurniawanwijayanto.blogspot.com/2008/06/gambar-laring). Gambar
Laring (Laring picture). Jakarta.

N., I. (2013 Jan 20). Laryngeal Carcinoma Imaging.

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

R, S. (2004). Kanker Nasofaring-Epidemiologi dan Pengobatan Mutakhir. Dalam : Cermin


Dunia Kedokteran No.144. Jakarta : Penerbit PT.Kalbe Farma .

Soepardi, E. d. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala
Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Edisi ke-5.

T.Kaksman, D. H. (2005). Kamus kedokteran. DKI Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai