Makalah Kanker Payudara
Makalah Kanker Payudara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kanker Payudara
Payudara adalah salah satu daripada ciri-ciri seks sekunder
yang mempunyai arti penting bagi wanita, tidak saja sebagai salah
satu identitas bahwa ia seorang wanita, melainkan mempunyai nilai
tersendiri baik dari segi biologik, psikologik, psikoseksual maupun
psikososial (Dadang Hawari, 2004: 77).
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi
fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya
jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat
menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan.
Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi
besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang
dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam
tubuh. Sel-sel kanker yang tumbuh cepat dan menyebar melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penjalarannya ke
jaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat,
ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit
ini oleh World Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD) dengan nomor kode
174. Kanker ini mulai tumbuh di dalam jaringan payudara, jaringan
payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu)
saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara.
1
Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker
yang sering terjadi pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker
payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hiperplasi yang kemudian berlanjut menjadi karsinoma in
situ dan menginvasi stroma. Sedangkan menurut Ramli (1995)
kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan
jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase.
Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.
Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian pada wanita, kanker payudara terjadi karena
adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa
dapat dikendalikan.Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar
melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
2
orang. Problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena
lebih dari 70% penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah
lanjut, hal ini berbeda dengan di negara maju, di Jepang misalnya
kanker payudara stadium lanjut hanya ditemukan sebanyak 13%
saja (Soetjipto, 2006).
Menurut prevalensi data dari Departemen Kesehatan RI
tahun 2007 kejadian kanker payudara sebanyak 8.227 kasus atau
16,5%. Sedangkan berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama
pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%). Kanker
tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara
dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan.
Berdasarkan laporan program dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang berasal dari rumah sakit dan puskesmas tahun
2006 di propinsi Jawa Tengah, kasus penyakit kanker yang
ditemukan sebanyak 22.857 kasus (7,13 per 1000 penduduk).
Menurut survey sentinel dari Bidang Pencegahan Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan menemukan kanker payudara menempati urutan
pertama, disusul kanker genitalia interna perempuan, kanker serviks
dan kanker kulit.
3
Jepang sebanyak 40,6% kanker payudara ditemukan pada umur
40-49 tahun.
Semua perempuan memiliki risiko terkena kanker
payudara, penyakit ini juga bisa terjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 1 : 100 antara laki-laki dan perempuan. American
Cancer Society melaporkan pada tahun 2005 di Amerika
perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara
sebanyak 269.730 perempuan. American Cancer Society juga
memperkirakan pada tahun 2002 sebanyak 1500 laki-laki
didiagnosa terkena kanker payudara dan 400 akan meninggal
karenanya.
4
yang harus diberi perhatian adalah dimana penderita kanker
payudara di negara-negara Asia relatif lebih muda.
5
tersebut masing-masing 3,3 per 100.000 penduduk, 2 per 100.000
penduduk dan 7,7 per 100.000 penduduk.
Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di
Indonesia tidak banyak berubah. Kanker payudara merupakan
kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia.
Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker
payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data dari Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker
payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.
Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang jumlah
penderita kanker payudara pada tahun 2007 sebanyak 634 orang,
tahun 2008 sebanyak 493 orang dan pada tahun 2009 sampai
bulan September sebesar 310 orang (Data diperoleh dari bagian
Catatan Medik RSDK tahun 2009 ). Di Ruang Bedah Wanita dan
Anak pada tahun 2007 sebanyak 327, Tahun 2008 sebanyak 133
dan Tahun 2009 sampai bulan September sebesar 160. (Data
diperoleh dari bagian Tata Usaha ruang Bedah Wanita dan Anak).
6
mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan
hidup 18 – 30 bulan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor determinan penyakit kanker payudara.
2. Untuk mengetahui pencegahan kanker payudara dan
pengobatannya.
3. Untuk mengetahui kebijakan atau program pemerintah dalam
menangani masalah kanker payudara.
7
BAB II
METODE PENULISAN
Dari hasil penelitian case control dalam jurnal Breast Cancer and
Selected Lifestyle Variables yang dilaksanakan di Al-Sadar Teaching
Hospital dan Pusat Onkologi, Universitas Basrah pada tanggal 1 Januari
sampai 30 Oktober 2006 dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempunyai hubungan yang signifikan dengan resiko terjadinya kanker
payudara, yaitu tingkat pendidikan, menarche awal, usia yang lebih tua
pada kelahiran anak pertama, pantang pemberian ASI, kurangnya
konsumsi buah-buahan dan sayuran, serta mengkonsumsi lemak hewan.
8
terkena kanker payudara dengan memiliki faktor-faktor risiko tersebut di
atas adalah ebesar 52,67%.
9
bermakna antara pil kontrasepsi pil dengan tumor/kanker payudara. Tetapi
ditemukan hubungan antara umur, pendidikan dan jumlah anak dengan
tumor/kanker payudara.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Ashar Bugis dengan tujuan untuk
mengetahui Hubungan Faktor Risiko Menyusui dengan Kejadian
Kanker Payudara pada Pasien yang Dirawat Inap di RS Dr. Kariadi
Semarang, menggunakan desain penelitian cross sectional yang
dilaksanakan bulan Maret - Juni 2007, didapatkan hasil bahwa 72 pasien.
Menyusui merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara di RS
Dr.Kariadi Semarang (RP = 2,09 ;CI 95%=1,634 - 2,675).
11
agar berbagai pihak dapat ikut berperan serta dalam meningkatkan
pengetahuan remaja putri khususnya tentang pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
12
BAB III
PEMBAHASAN
a. Hormon
Hubungan antara resiko kanker payudara dengan
menarche, menopause dan umur kehamilan yang pertama kali
menunjukkan bahwa hormon diduga mempunyai peranan
terhadap timbulnya kanker payudara. Tapi lebih berperan sebagai
promoter dibandingkan sebagai inisiator.
Aktifitas estrogen tampak penting, dengan pemberian
estrogen dan kekurangan progesterone merupakan faktor yang
bermakna. Menarche awal dan mundurnya menopause akan
13
menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan
estrogen yang berulang-ulang mempunyai efek rangsangan
terhadap epitel mammae. Pengaruh yang menguntungkan dari
kehamilan aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar
progesterone yang meningkat atau prolaktin yang melindungi
epitel mammae terhadap pengaruh esterogen yang kurun waktu
lama. Resiko yang berhubungan dengan obesitas berhubungan
dengan kemampuan sel lemak mensintesis esterogen atau
perubahan kadar hormone sex yang mengikat protein.
b. Kontrasepsi oral
Pil dengan esterogen dosis tinggi berhubungan dengan
meningkatnya resiko kanker endometrium dan mungkin juga
dengan kanker payudara.
c. Reseptor hormon
Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah
terjadinya interaksi dengan reseptor spesifik pada sel sasaran,
steroid sex, esterogen berinteraksi dengan reseptor inti.
Selanjutnya interaksi dengan DNA menimbulkan pembentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan diferensiasi dan poliferasi
prolaktin dan polipeptida lainnya berinteraksi dengan permukaan
sel, hanya terbentuk bila terdapat reseptor estrogen yang terdapat
pada 35% kasus tumor.
14
Handojo pada bulan September 2004 sampai dengan Februari 2005
kepada wanita yang baru didiagnosa kanker payudara primer yang
menjadi kasus dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa :
1. Umur
kanker payudara terbanyak ditemukan pada golongan
umur 40 – 49 tahun (36,5%), kemudian pada golongan umur 50 –
59 tahun (30,8%). Umur sangat penting sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap kanker payudara. Kejadian kanker
payudara akan meningkat cepat pada usia reproduktif, kemudian
setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah.
Sebagian besar kasus ditemukan pada stadium III (46,2%).
Tingginya proporsi pada stadium III disebabkan karena
keterlambatan penderita dalam mencari pengobatan.
15
3. Aktifitas fisik
Dengan aktifitas fisik atau berolahraga yang cukup akan
dapat dicapai keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori
yang keluar. Aktifitas fisik / berolahraga yang cukup akan
mengurangi risiko kanker payudara tetapi tidak ada mekanisme
secara biologik yang jelas sehingga. Olahraga dihubungkan
dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua kadar
hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan
dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Aktifitas fisik atau
berolahraga yang cukup akan berpengaruh terhadap penurunan
sirkulasi hormonal sehingga menurunkan proses proliferasi dan
dapat mencegah kejadian kanker payudara. Wanita yang
melakukan olahraga pada waktu yang lama akan menurunkan
risiko kanker payudara sebesar 37%. Studi prospektif pada wanita
umur 30 - 55 tahun yang diikuti selama 16 tahun dilaporkan
mereka yang berolahraga sedang dan keras ≥ 7 jam/minggu
memiliki risiko yang lebih rendah terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang berolahraga hanya 1
jam/minggu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lama
berolahraga < 4 jam/minggu signifikan meningkatkan risiko kanker
payudara.
16
payudara. Pada percobaan binatang didapatkan bukti adanya
suatu proses berkembangbiaknya sel yang lebih cepat akibat diet
lemak tinggi dari tahap promosi ke tahap progresi. Hubungan
pengaruh frekuensi mengkonsumsi makanan berlemak ini
didukung oleh studi perpindahan penduduk (migrasi) dari wilayah
dengan diet lemak rendah ke wilayah dengan diet lemak tingggi.
Wanita Jepang atau Eropa Timur yang bermigrasi ke Amerika
atau ke Australia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
kanker payudara, sama peluangnya dengan wanita penduduk
setempat pada generasi yang sama. Dari hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa frekuensi tinggi mengkonsumsi makanan
berlemak signifikan meningkatkan risiko kanker payudara.
6. Lama Menyusui
Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus
hormonal. Segera setelah proses melahirkan kadar hormon
estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa
17
kehamilan akan menurun dengan tajam. Kadar hormon estrogen
dan hormon progesteron akan tetap rendah selama masa
menyusui. Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon
progesteron dalam darah selama menyusui akan mengurangi
pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan
termasuk jaringan payudara. Terdapat hubungan dose-response
antara lama menyusui dengan kanker payudara, signifikan
berdasar uji X2 linier for trends
.
7. Lama Menggunakan Kontrasepsi Oral
Lama pemakian kontrasepsi oral dengan kenaikan risiko
kanker payudara menunjukkan adanya hubungan dose-response
berdasar uji X2 linier for trends. Kandungan estrogen dan
progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek
proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya
proliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas proliferasi sel
dan pengaturan kematian sel yang sudah terprogram (apoptosis)
akan mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus
menerus tanpa adanya batas kematian. Hilangnya fungsi
kematian sel yang terprogram (apoptosis) ini akan menyebabkan
ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat adanya
kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan
berproliferasi secara terus menerus tanpa dapat dikendalikan.
18
plasenta berbeda dari sekresi ovarium (hampir semua hormon
estrogen yang dihasilkan plasenta selama masa kehamilan adalah
estriol, suatu estrogen yang relatif lemah), tetapi aktivitas
estrogenik total akan meningkat kira-kira 100 kali selama
kehamilan. Tingginya kadar hormon estrogen berpengaruh pada
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Pengaruh
umur janin pada saat aborsi terhadap kanker payudara selaras
dengan beberapa penelitian lainya.
19
10. Pola konsumsi Makanan Berserat
Frekuensi tinggi seseorang untuk mengkonsumsi
makanan sumber serat merupakan faktor protektif terhadap
kejadian kanker payudara. Tidak signifikannya pengaruh frekuensi
konsumsi makanan sumber serat dikarenakan proporsi yang
hampir sama antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.
Diet makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar
sebagian besar aktivitas hormon seksual dalam plasma, tingginya
kadar sex hormone-binding globulin (SHBG), serta akan
berpengaruh terhadap mekanisme kerja punurunan hormon
estradiol dan testosteron. Penurunan hormon tersebut
kemungkinan berhubungan dengan risiko kanker yang
dipengaruhi oleh hormon termasuk kanker payudara. Penurunan
hormon estradiol akan berakibat pada menurunnya kecepatan
proses proliferasi yang dapat mencegah terjadinya kanker
payudara. Mekanisme pencegahan dengan diet makanan berserat
kemungkinnan terjadi akibat dari waktu transit dari makanan yang
dicernakan cukup lama diusus sehingga akan mencegah proses
inisiasi atau mutasi materi genetik didalam inti sel. Pada sayuran
juga didapatkan mekanisme yang multifaktor dimana didalamnya
dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karotenoid,
selenium dan tocopherol yang dapat mengurangi pengaruh
bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan yang
akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal.
20
(PCBs) dalam darah pada penderita kanker payudara. Adanya
kandungan estrogen pada pestisida diduga akan menyebabkan
peningkatan proses proliferasi sel. Pada penelitian ini tidak dapat
membuktikan bahwa pestisida sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian kanker payudara (OR = 1,74 ; 95% 95% CI :
0,39 – 7,68).
21
14. Perokok pasif
Untuk melihat pengaruh merokok terhadap kejadian
kanker payudara dilihat dari riwayat wanita sebagai perokok pasif.
Wanita perokok akan memiliki tingkat metabolisme hormon
estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak merokok.
Hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses proliferasi
jaringan payudara. Proliferasi yang tanpa batas akan
mengakibatkan terjadinya kanker payudara. Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki faktor risiko lebih
besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak
merokok. Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian
Bennicke, et al dan Wakai.
22
tetapi tidak sesuai dengan penelitian Enger (1989) dan Colditz
(1994) bahwa ada peningkatan risiko terkena kanker payudara
pada wanita dengan Body Mass Index yang besar. Risiko pada
kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis
estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan payudara.
23
1) Kelompok I : Pola makan tinggi protein hewani dan lemak jenuh
2) Kelompok II : Pola makan tinggi vitamin dan serat (buah dan
sayur)
3) Kelompok III : Pola makan tinggi lemak tidak jenuh dan vitamin
E
4) Kelompok IV : Pola makan tinggi karbohidrat, protein nabati dan
garam
24
bayam, kangkung dan sawi hijau, mungkin dapat membantu.
Vitamin A mencegah pembentukan mutasi penyebab kanker.
Sedangkan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C
menurunkan risiko kanker payudara.
c. Perilaku
25
2) Tidak merokok. Merokok juga akan meningkatkan resiko
kanker payudara. Semakin muda wanita merokok, semakin
besar peluangnya terkena kanker payudara sebelum
menopause. California Environmental Protection Agency juga
melaporkan bahwa merokok pasif, terutama di kalangan wanita
muda, adalah salah satu penyebab kanker payudara.
3) Menghindari alkohol. Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa semakin banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko
kanker payudara semakin bertambah karena alkohol
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
d. Exercise / Olahraga
Dalam paragraph sebelumnya sangat dianjurkan untuk
memperhatikan kontrol berat badan untuk mencegah kanker
payudara. Sebagai implementasi untuk mengontrol berat badan
adalah dengan cara melakukan aktivitas yang sehat seperti
melakukan olahraga yang teratur. Sangat dianjurkan untuk
melakukan olahraga ringan yang teratur selama 30-45 menit
setiap harinya. Penelitian AICR memaparkan bahwa rata-rata
wanita yang melakukan aktivitas fisik yang teratur dengan
intensitas yang tinggi dapat mengurangi kemungkinan serangan
penyakit mematikan kanker payudara dengan peresentase antara
14-20%.
Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur juga dapat
membantu peningkatan imun tubuh sedangkan seperti yang kita
ketahui dengan baik imun tubuh yang baik dapat membantu tubuh
dengan sendirinya mencegah tubuh dari serangan penyakit
termasuk penyakit kanker payudara. Dengan melakukan aktivitas
fisik secara teratur maka dapat membantu tubuh untuk
mengurangi pemproduksian hormon yang berhubungan dengan
26
hormon insulin dan juga mengurangi pemproduksian hormon
reproduktif.
2. Pengobatannya
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian
secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1
minggu atau lebih setelah biopsi.
Pola pengobatan kanker payudara tergantung pada stadium
tumor. Keberhasilan pengobatan kanker payudara bergantung pada
stadiumnya. Semakin dini ditemukan semakin mudah disembuhkan.
Pengobatan kanker payudara meliputi :
a. Operasi
Tindakan pengobatan dapat diakukan dengan Operasi
yang dilakukan dengan mengambil sebagian atau seluruh
payudara. Cara pengobatan ini bertujuan untuk membuang sel-sel
kanker yang ada di dalam payudara. Jenis-jenis operasi yang
dilakukan untuk mengobati kanker payudara adalah sebagai
berikut:
1) Lumpektomi
Lumpektomi merupakan operasi pengangkatan
sebagian dari payudara dimana pengangkatan hanya pada
jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya
dipinggir payudara.
27
2) Mastektomi
Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk
mengangkat seluruh payudara beserta kankernya, kadang-
kadang beserta otot dinding dada.
b. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan
penyinaran kedaerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk
merusak sel-sel kanker. Pemilihan jenis radioterapi yang
28
digunakan didasarkan pada lokasi kanker, hasil diagnosis, dan
stadium kanker. Radioterapi dapat dilakukan sesudah operasi
ataupun sebelum operasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan
membunuh sel kanker tidak hanya pada payudara tapi juga
seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-
obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Efek samping ini
dapat dikontrol dengan pemberian obat. Kemoterapi biasanya
diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Namun untuk tumor yang
terlalu besar, sebaiknya dilakukan kemoterapi praoperasi.
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai macam cara
sebagai berikut :
1) Kemoterapi sebagai terapi primer
Sebagai terapi utama yang dilaksanakan tanpa radiasi dan
pembedahan terutama pada kasus kanker jenis
koriokarsinoma, leukemia dan limfoma.
2) Kemoterapi adjuvant
Pengobatan tambahan pada pasien yang telah mendapatkan
terapi lokal atau paska pembedahan atau radiasi.
3) Kemoterapi neoadjuvant
Pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi
lokal atau mendahului pembedahan dan radiasi.
4) Kemoterapi kombinasi
Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma lanjut.
29
d. Terapi Hormonal
Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik
berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan
secara paliatif sebelum kemotherapinya karena efek lebih lama
dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker peka
terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi
utama pada stadium IV.
e. Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya
protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan
untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.
30
Selanjutnya, pemerintah provinsi bertanggung jawab
mengatur dan mengawasi pelaksanaannya. Mulai dari menilai
sarana dan prasarana, mencukupi kebutuhan sumber daya manusia
dan keahliannya, sampai ke pemantauan dan pengolahan datanya.
Sementara pemerintah kabupaten/kota lebih berperan sebagai
pelaksana di lapangan.
Dalam Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna
yang disusun sebagai pedoman penanggulangan kanker, kebiasaan
hidup sehat dan deteksi dini memang menjadi acuan utama.
Selain itu, sebagai bentuk komitmen program pengendalian
kanker nasional, Kemkes dan semua stakeholder terkait telah
menyusun rencana kerja 5 tahun (2010-2014) berisi kebijakan
nasional, strategi, rencana kerja 5 tahun dari seluruh stakeholder
terkait. Rencana kerja ini menjadi rekomendasi bagi seluruh
pemerintah daerah dalam pengembangan program pengendalian
kanker, serta mengembangkan kemitraan internasional.
Tujuan pengendalian kanker di Indonesia yaitu untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan
meningkatkan kualitas hidup penderita. Hal ini dilaksanakan secara
komprehensif, diantaranya melalui pencegahan primer (promosi,
gaya hidup sehat, vaksinasi), pencegahan sekunder (deteksi dini dan
pengobatan segera), dan pencegahan tertier (pengobatan,
pelayanan paliatif). Kegiatan penting lainnya adalah, surveilans,
penelitian, dan support dan rehabilitasi.
Upaya pencegahan dilakukan melalui penyusunan pedoman,
kampanye dan promosi (komunikasi, informasi, edukasi/KIE) tentang
pengendalian faktor risiko, peningkatan komitmen pemerintah dan
pemerintah daerah, vaksinasi Hepatitis B (pencegahan kanker hati).
Diagnosis dan pengobatan dilakukan dengan penyediaan
sarana dan prasarana diagnosis dan pengobatan, penyediaan
pelayanan kanker, RS, dan sistem rujukan.
31
Sedangkan Pelayanan paliatif dilakukan dengan membentuk
unit pelayanan paliatif di RS dan memberikan pelayanan kepada
pasien kanker.
2. Sudah Berlangsung
Sejak tahun 2007 hingga 2010, Indonesia telah
mengembangkan upaya pengendalian kanker leher rahim dan
payudara melalui deteksi dini di 14 provinsi. Deteksi dini kanker leher
rahim menggunakan metode Single Visit Approach yaitu dengan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA
positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan
metode Clinical Breast Examination (CBE). Provinsi Jawa Tengah,
Jawa Timur, Jawa Barat dan Bali telah melaksanakan program ini
dengan baik.
Hasil deteksi dini/skrining 2007-2010 sebanyak 291.473
perempuan usia (30-50) tahun telah diskrining, dengan jumlah IVA
positif yang ditemukan 4,3%; suspek kanker leher rahim 0,27%, dan
tumor payudara 0,47%.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara. Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker
payudara adalah Hormon, Kontrasepsi oral, dan Reseptor hormon.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker
payudara berdasarkan hasil penelitian secara case control oleh Rini
Indrati, Henry Setyawan S, dan Djoko Handojo di Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang pada bulan September 2004 sampai
dengan Februari 2005, yaitu Tumor Jinak pada Payudara, Aktifitas
Fisik, Pola Konsumsi Makanan Berlemak, Riwayat Kanker
Payudara pada Keluarga, Lama Menyusui, Lama Menggunakan
Kontrasepsi Oral, Umur Janin pada Saat Aborsi, Riwayat Kanker
Payudara dan Kanker Ovarium, Umur Menstruasi Pertama,
Perokok Pasif, dan Kanker Ovarium pada Keluarga.
2. Mencegah kanker payudara dapat dilakukan dengan pola hidup
yang baik seperti membiasakan diri mengkonsumsi makanan
seimbang (Healthy Diet), banyak makan buah dan sayur yang
mengandung vitamin A, C, E dan mineral selenium, menjaga berat
badan, tidak merokok, menghindari alkohol, serta melakukan
aktivitas yang sehat seperti melakukan olahraga yang teratur.
Sedangkan pengobatan kanker payudara meliputi Operasi,
Radioterapi, Kemoterapi, Terapi Hormonal, dan Terapi Imunologi.
3. Dalam Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna yang
disusun sebagai pedoman penanggulangan kanker, kebiasaan
hidup sehat dan deteksi dini memang menjadi acuan utama. Tujuan
pengendalian kanker di Indonesia yaitu untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas
hidup penderita. Hal ini dilaksanakan secara komprehensif,
33
diantaranya melalui pencegahan primer (promosi, gaya hidup
sehat, vaksinasi), pencegahan sekunder (deteksi dini dan
pengobatan segera), dan pencegahan tertier (pengobatan,
pelayanan paliatif). Kegiatan penting lainnya adalah, surveilans,
penelitian, dan support dan rehabilitasi.
B. Saran
1. Setiap wanita berisiko mengalami kanker payudara. Karena itu,
kenali dan pahami payudara Anda. Semakin dini Anda tahu adanya
kelainan, semakin besar harapan kesembuhannya.Terdapat tiga
cara utama untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara,
yaitu SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast
selfexamination, sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia
20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah
haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid Anda. Kedua, lakukan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast
examination). Dan ketiga, lakukan Mamografi, yaitu pemeriksaan
penunjang dengan X-ray pada payudara. Tujuannya untuk
memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara
yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup
efektif untuk wanita berusia di atas 40 tahun.
2. Peran pemerintah dalam penanggulangan kanker payudara besar
sekali, tentu diperlukan alokasi dana untuk upaya upaya tersebut
diatas, yang perlu disertai dengan ketersedian tenaga terlatih dan
dokter spesialis serta akses pengobatan sebagai tindak lanjut,
setelah diagnosis ditegakkan. Oleh karena itu,pemerintah diharapkan
dapat mengembangkan perencanaan penanggulangan kanker
dengan benar.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aida Adil Abdul-Samad, dkk. 2009. Jurnal: Breast Cancer and Selected
Lifestyle
Variables.http://www.bahrainmedicalbulletin.com/december_2009
/Breastcancer.pdf. Diakses tanggal 12 April 2011.
Anna Maria Sirait, dkk. 2009. Jurnal: Hubungan Kontrasepsi Pil dengan
Tumor/Kanker Payudara di Indonesia. http://www.google.co.id/url.
Diakses tanggal 12 April 2011.
35
Aviarini Indrati, Sarifuddin Madenda. 2009. Jurnal: Ekstraksi Fitur Bentuk
Tumor
Payudara.http://publications.gunadarma.ac.id/index.php/local/articl
e/viewFile/17/15. Diakses tanggal 12 April 2011.
36
Masdalina Pane. 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker
Payudara. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm.
Diakses tanggal 19 April 2011.
Meshram II, dkk. 2009. Jurnal: Reproductive Risk Factors for Breast
Cancer: A Case Control Study.
http://openmed.nic.in/3518/01/2009-3-5.pdf. Diakses tanggal 13
April 2011.
37
Rilis Sehat. 2011. 14 Provinsi Kembangkan Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim dan Kanker Payudara. http://sehatnegeriku.com/14-
provinsi-kembangkan-deteksi-diini-kanker-leher-rahim-dan-kanker-
payudara/. Diakses tanggal 19 April 2011.
Rini Indrati, dkk. 2005. Jurnal: Faktor - Faktor Risiko yang Berpengaruh
terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita.
http://eprints.undip.ac.id/5248/1/Rini_Indarti.pdf. Diakses tanggal
12 April 2011.
Sri yun utami. 2009. Jurnal: Gambaran Pengetahun Sikap dan Perilaku
Remaja Putri terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
di Sma N 5 Kota Jambi.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1JAN0915.pdf. Diakses
tanggal 12 April 2011.
38