Anda di halaman 1dari 3

Konseling Gizi

A. PENGERTIAN

Konseling gizi merupakan salah satu bagian dari pendidikan gizi yang bertujuan membantu
masyarakat, kelompok atau individu untuk menyadari dan mampu mengatasi masalah kesehatan dan
gizi yang dialaminya. Beberapa pengertian tentang konseling berkembang antara lain seperti di
bawah ini:

Menurut Supariasa, (2012), konseling merupakan suatu proses komunikasi dua arah/interpersonal
antara konselor dan klien untuk membantu klien dalam mengenali, menyadari dan akhirnya mampu
mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapinya. Konselor adalah
ahli gizi yang bekerja membantu klien mengenali, menyadari, mendorong dan mencarikan dan
memilih solusi pemecahan masalah klien yang akhirnya klien mampu menentukan keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalahnya.

Menurut Kamus Gizi (2009), yang dikeluarkan oleh Persagi, Konseling Gizi adalah proses komunikasi
dua arah antara konselor dan pasien/klien, untuk membantu klien untuk mengenali dan mengatasi
malah gizi.

Persagi (2010) mendefinisikan bahwa konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan
dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian lebih baik tentang
dirinya dan permasanlah gizi yang dihadapi. Setelah konseling diharapkan individu dan keluarga
mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi maslah gizi termasuk perubahan pola makan
serta pemecahan masalah terkait gizi ke arah kebiasaan hidup sehat. Dengan demikian Konseling gizi
adalah suatu proses memberi bantuan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien.

A. PERAN KONSELOR

Seorang konselor gizi mempunyai peran fasilitator dan motivator. Konselor harus dapat berperan
dalam membantu orang lain (klien) mengenali masalahnya, menentukan dan memilih pemecahan
masalah serta membantu klien dalam mengambil keputusan pemecahan masalah gizi yang dihadapi.
Konselor berperan dalam memotivasi klien dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Menurut Baruth
dan Robinson III konselor mempunyai 5 peran generik yaitu:

1. Berperan sebagai konselor Dalam hal ini konselor berperan dalam membantu klien
mengungkapkan masalahnya, membantu klien dalam menegakkan diagnosis, membantu klien
merencanakan intervensi dan membantu klien dalam menyepakati pelaksanaan intervensi.

2. Konselor berperan sebagai konsultan Konselor yang efektif akan membangun atau memiliki jalinan
kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan kliennya, sehingga peran yang dilakukan tidak
hanya terbatas pada “konselor sebagai konselor” saja. Apalagi dalam masa keterbukaan sekarang ini
peran “konselor sebagai konsultan” menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Konselor diharapkan
dapat bekerja sama dengan berbagai pihak lain yang dapat mempengaruhi diri klien seperti kepala
sekolah, orang tua, guru, teman dekat dan sebagainya yang mempengaruhi kehidupan klien. Dalam
bidang kesehatan dan gizi konselor gizi hendaknya bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain
untuk membantu klien mengatasi masalahnya.

3. Konselor sebagai agen perubahan. Peran yang hampir serupa dengan peran sebagai konsultan
adalah peran sebagai agen perubahan. Peran sebagai agen perubahan berarti bahwa keseluruhan
lingkungan dari klien harus dapat berfungsi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mental menjadi
lebih baik, dan konselor dapat mempergunakan lingkungan tersebut untuk memperkuat atau
mempertinggi berfungsinya klien. Dalam hubungan ini maka perlu keahlian pemahaman tentang
sistem lingkungan dan sosial, dan mengembangkan ketrampilan tersebut untuk merencanakan dan
menerapkan perubahan dalam lembaga, masyarakat, atau sistem. Sebagai agen perubahan, konselor
harus mampu membantu klien dalam merubah perilaku dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.

4. Konselor sebagai agen prevensi primer Peranan yang ditekankan di sini adalah sebagai agen untuk
mencegah perkembangan yang salah dan atau mengulang kembali kesulitan. Penekanan dilakukan
terutama dengan memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara untuk memperoleh
atau meningkatkan ketrampilan interpersonal. Untuk itu konselor perlu pemahaman tentang
dinamika kelompok, psikologi belajar, teknologi pembelajaran dan sebagainya.

5. Konselor sebagai Manajer Konselor selalu memiliki sisi peran selaku administrator. Sehubungan
dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai segi program pelayanan gizi yang memiliki
ragam variasi pengharapan dan peran seperti telah dikemukakan di atas. Untuk itu konselor harus
mempunyai keahlian dalam perencanaan program intervensi diet klien berdasarkan data, penilaian
kebutuhan gizi klien, penetapan tujuan dietnya, pembiayaan, dan pembuatan keputusan serta strategi
evaluasi program konseling dan diet klien.

B. FUNGSI KONSELOR

Disamping beberapa peran yang dimiliki, seorang konselor harus dapat menjalankan tugas sesuai
dengan fungsinya. Fungsi konselor dapat dilihat sebagai berikut:

1. Memimpin konseling, Seorang konselor menjalankan fungsi sebagai pemimpin jalannya konseling.
Konselor mengatur jalannya konseling mulai menyapa, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan
proses serta kontrak konseling.

2. Asesmen. Seorang konselor mempunyai fungsi dalam melakukan assessment gizi yaitu melakukan
pengkajian gizi. Pengkajian gizi yang dilakukan seperti:

a. Melakukan pengkajian antropometri, hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk
menentukan status gizi klien.

b. Mengkaji data laboratorium yang terkait dengan penyakit klien.


c. Mengkaji data klinis yang menjadi keluhan berkaitan dengan penyakit klien. d. Melakukan
Identifikasi terhadap riwayat makan dengan menggunakan metode food recall atau food frequency.
Hasilnya berupa asupan energi dan zat gizi lainnya dari klien, kemudian dibandingkan dengan standar.
e. Mengkaji data riwayat personal meliputi riwayat obat, sosial budaya riwayat penyakit dan data
umum.

3. Menegakkan Diagnosis. Konselor melakukan fungsi menetapkan diagnosis gizi. Berdasarkan


pengkajian gizi, penyakit dan lainnya, konselor menetapkan diagnosis gizi yang meliputi tiga domain
yaitu:

a. Domain intake yaitu menegakkan diagnosis berdasarkan asupan zat gizi klien.

b. Domain klinis yaitu menegakkan diagnosis berdasarkan data klinis, laboratorium yang mendukung.

c. Domain perilaku yang meliputi pengetahuan tentang masalahnya , sikap dan tindakan klien terkait
masalahnya.

4. Fungsi sebagai perencana Intervensi. Konselor gizi mempunyai fungsi menetapkan intervensi Gizi
meliputi:

a. Menyusun rencana intervensi diet sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien.

b. Memperoleh komitmen tentang intervensi gizi, tujuan, mendiskusikan dan menyepakati diet serta
menganjurkan klien untuk kunjungan ulang.

5. Memonitor dan Mengevaluasi. Konselor melakukan fungsi dalam memonitor dan mengevaluasi
keberhasilan konseling seperti peningkatan pengetahuan tentang penyakit dan dietnya, sikap
terhadap intervensi dietnya, tindakan dan masalah dapat dikurangi atau dihilangkan serta tindakan
atau perilaku baru yang berkembang.

FAKTOR PENGHAMBAT KONSELING GIZI

1. Faktor dari Konselor

Anda mungkin juga menyukai