Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Muh. Syahrir Suleman
321 16 072
3-C
1
LEMBAR PENGESAHAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan bengkel ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Ucapan terima kasih tak hentinya penyusun haturkan kepada pihak – pihak
yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan kegiatan bengkel
ini, terutama para dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
menuntun dan mendidik penulis dalam proses pembelajaran di bengkel serta pihak
– pihak yang ikut serta membantu dalam kegiatan bengkel.
Penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan –
rekan pembaca. Pada proses penyusunan laporan lengkap ini penulis sadar masih
terdapat beberapa kesalahan, kekeliruan atau belum sempurna yang tidak
diketahui oleh penulis sendiri. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari pembaca, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 57
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 57
4.2 Saran ..................................................................................................... 58
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Alat pada Praktikum Genset dan AMF .................................... 32
Tabel 3.2 Daftar Alat pada Praktikum Kubikel dan Gardu Distribusi ............... 32
Tabel 3.3 Daftar Alat pada Praktikum Jaringan Distribusi dan Gardu Distribusi 33
Tabel 3.4 Daftar Peralatan yang Digunakan Selama Praktikum ......................... 33
viii
BAB I
PENDAHULUAN
penyediaan energi listrik bagi layanan publik, baik itu daya besar
maupun daya kecil. Akan tetapi suplai daya utama yang berasal dari PLN
2
Untuk menyalurkan listrik yang telah diproduksi oleh generator, maka
yang dilaksanakan terdiri dari tiga job, yakni pengoperasian genset dan
gardu distribusi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktik bengkel ini adalah sebagai
berikut :
1 Untuk mengetahui prinsip kerja generator khususnya tenaga diesel
2 Untuk mengetahui prinsip kerja panel kontrol ATS-AMF.
3 Mampu mengoperasikan generator melalui panel kontrol ATS-AMF secara
manual dan otomatis.
4 Untuk mengetahui pengoperasian kubikel untuk keperluan maintenance
5 Untuk mengetahui pengoperasian kubikel jika akan dihubungkan ke jaringan
listrik
6 Mampu melakukan pemasangan kawat penghantar serta FCO pada jaringan
distribusi
7 Untuk mengetahui tahanan pentahanan dan tahanan isolasi transformator
8 Mampu memahami diagram alir listrik dari pembangkit hingga pelanggan.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
mudah berputar pada porosnya. Karena kumparan selalu berputar, maka
jumlah gaya magnet yang masuk ke dalam kumparan juga selalu berubah -
ubah. Sifat dari arus listrik yang dihasilkan oleh generator listrik AC
ini berjenis bolak-balik dengan bentuk seperti gelombang. Amplitudonya
bergantung pada kuat medan magnet, jumlah lilitan kawat, dan luas
penampang kumparan, serta frekuensi gelombangnya sama dengan
frekuensi Putaran kumparan.
Cara kerja genset listrik DC mirip dengan cara kerja generator listrik
AC. Yang membedakan hanya pada generator listrik DC ini, menggunakan
sebuah cincin belah atau yang biasa disebut dengan komutator di bagian
output-nya. Komutator ini memungkinkan arus listrik induksi yang dialirkan
ke rangkaian listrik berupa arus listrik DC, meskipun kumparan yang berada
di dalamnya menghasilkan arus listrik AC.
Genset umumnya digunakan sebagai backup atau cadangan ketika
sumber utama dari PLN mengalami gangguan pada instalasi di bidang
komersial seperti industri, kantor, mall, rumah tangga, dll. Digunakan
sebagai backup karena Genset dalam operasinya membutuhkan biaya yang
mahal untuk bahan bakarnya.
5
2. Alternator
Alternator adalah bagian dari generator yang menghasilkan
output listrik dari input mekanis yang diberikan oleh mesin. Ini berisi
perakitan bagian-bagian stator dan rotor yang tebungkus dalam satu
alternator. Komponen bekerja sama untuk menyebabkan gerakan relatif
antara medan magnet listrik, yang pada gilirannya menghasilkan listrik.
3. Sistem Bahan Bakar
Tangki bahan bakar atau penampung bahan bakar adalah bagian
dari dasar skid generator atau dipasang diatas bingkai generator.
Berukuran menurut kapasitas gensetnya.
4. Pendingin & Exhaust Sistem
Penggunaan terus menerus menyebabkan berbagai komponen
memanas, maka dari itu dibutuhkan pendingin.
5. Baterai
Geneset dioperasikan dengan baterai yang biasanya berupa aki.
Fungsi baterai sebagai supplier listrik awal ketika pertama dihidupkan
mengambil listrik dari baterai.
6. Control Panel
Merupakan antarmuka pengguna dari generator dan mengatur
beberapa ketentuan untuk output listrik dan kontrol
7. Tombol Emergency
Digunakan apabila sewaktu-waktu terjadi keadaan yang
tidak diinginkan seperti troubel pada genset, jika tombol ini ditekan
maka akan secara otomatis mematikan kinerja Genset.
6
set dengan otomatis. Selain itu bila sumber listrik yang utama menyala lagi
dengan begitu panel kontrol pun langsung otomatis mematikan mesin
tersebut pula. Umumnya panel generator set yang satu ini dikombinasikan
dengan panel pada generator set ATS, yang umumnya disebut juga dengan
nama Panel ATS-AMF.
Prinsip standarnya adalah apabila listrik PLN mati maka panel AMF
akan langsung menyalakan genset secara otomatis dan mengalirkan aliran
listrik dan sebaliknya apabila listrik PLN hidup makan secara otomatis
pula panel AMF akan mematikan generator genset.
Untuk proses perawatan, sebaiknya genset butuh dilakukan
pemanasan tiap-tiap seminggu sekali selagi 10-15 menit buat sirkulasi
pelumas atau oli ke seluruhan sektor mesin. Dalam aspek ini pemakaian
panel AMF dapat menukar peranan operator utk melaksanakan pekerjaan
pemanasan genset (warming up). Bersama di lengkapi suatu timer,
sehingga denset tersebut bisa di-setting untuk melaksanakan proses
pemanasan sendiri dengan cara otomatis tidak dengan pertolongan
operator. Kita tinggal men-setting terhadap hari apa, berapa menit ada
dalam seminggu ada berapa kali proses warming up dilakukan.
7
ATS merupakan singkatan dari kata Automatic Transfer switch, alat
ini berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik
satu dengan sumber tegangan listrik lainnya secara automatis. Karena
fungsi tersebut ATS sering juga disebut dengan Automatic COS (Change
Over Switch) Di dalam panel ATS/AMF terdapat beberapa rangkaian relai
yang terdiri dari beberapa blok yang memiliki fungsi dan tugas masing
masing.Antara lain;
1. Relai detector Sumber daya Utama.
Relai ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi sumber listrik
utama (hidup atau mati) kepada rangkaian relai relai start/off engine
dan ATS untuk di proses pada tahap selanjutnya.
2. Relai detector Daya Genset
Relai detector ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi
tegangan/daya genset kepada rangkaian relai relai start/off engine dan
ATS untuk di proses pada tahap selanjutnya.
3. Blok start/stop engine,
berfungsi untuk menyalakan mesin genset. Blok ini bekerja
berdasarkan masukan dari relay detector tenaga listrik utama dan
detector daya genset. Jika tegangan listrik utama maka blok ini akan
menyalakan mesin genset dan jika tegangan listrik utama/PLN telah
menyala kembali, maka genset akan dimatikan secara automatis. Blok
ini juga bekerja sama dengan blok ATS. Genset hanya akan dimatikan
jika ATS sudah menghubungkan beban dengan sumber utama/PLN .
4. Blok ATS/COS
Selain seperti yang dijelaskan pada paragraf ke dua, blok ATS bekerja
sama dengan blok start/stop engine. Yang paling penting disini adalah,
block ATS harus menghubungkan masing sumber tegangan utama dan
atau tegangan dari genset hanya saat yang tepat. Demikian lah kira kira
prinsip kerja dari panel ATS dan AMF. Pada kenyataannya saat ini ada
dua jenis panel ATS dan AMF yang beredar di pasaran, Jenis pertama
adalah panel konvensional dan panel digital.
8
2.3. Kubikel
Fungsi Kubikel :
9
Kubikel Tipe DM1-A adalah kubikel yang menggunakan fixed type circuit
breaker dan dilengkapi dengan relay proteksi. Biasanya digunakan sebagai
incoming atau outgoing feeder.
Kubikel Incoming
1. Busbar
10
3. Pemutus Daya
Pada PMT ini, tabir isolator yang terdapat di antara kontak membuat
arc terpaksa menelusuri permukaan tabir untuk bisamencapai kontak. PMT
jenis ini dapat digunakan hingga tegangan 10kV dan arus hingga 50kA
11
b. Pemutus daya minyak (Oil Circuit Breaker)
Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis lainnya hanya
ruang kontak dimana terjadi busur api merupakan ruang hampa udara yang
tinggi sehingga peralatan dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat
udara untuk mencegah kebocoran.
Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak
beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6
mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic serta memiliki kekuatan
dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah
dengan pertambahan tekanan. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas
SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur
12
api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV –
760 KV.
4. Pemisah (PMS)
Mekanisme interlocking :
Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya didasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam
waktu tertentu, sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola pengamanan arus
lebih.
13
Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan subtransmisi radial
Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi.
6. Heater
Kubikel Metering
14
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering
disebut sebagai solefuse. Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan
mampu bekerja pada arus 31.5 kA. Solefuse ini digunakan untuk melindungi
trafo tegangan dari gangguan.
2. Ampere Meter
3. Watt Meter
4. kWh Meter
7. Trafo Arus
15
arus yang digunakanuntuk pengukuran biasanya 0,05 s/d 1,2 kali arus yang
akan diukur, sedang trafo arus untuk proteksi harus mampu bekerja lebih dari
10 kali arus pengenalnya.
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa.
Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer
timbul gayagerak magnet sebesar N1.I1.Gaya gerak magnet ini mempruduksi
fluks pada inti, kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada
kumparan sekunder. Jika termianal kumparan sekunder tertutup, makapada
kumparan sekunder mengalir arus I2 , arus ini menimbulken gaya gerak
magnet N1I1pada kumparan sekunder.
Kubikel Outgoing
16
1. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
Adapun jenis Circuit Breaker yang terdapat pada kubikel yang diamati
adalah Circuit Breaker tipe SF6 CB (Sulfur Hexa fluoride Circuit Breaker).
alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain.
17
110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan
prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan
lilitan atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan
terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi
arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar
dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari
18
tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan
yang rendah.
19
2.5. Jaringan Distribusi TM dan TR
Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah jaringan
tegangan menengah/primer (JTM), yang menyalurkan daya listrik dari gardu
induk subtransmisi ke gardu distribusi, jaringan distribusi primer menggunakan
tiga kawat atau empat kawat untuk tiga fasa. Jaringan yang kedua adalah jaringan
tegangan rendah (JTR), yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke
konsumen, dimana sebelumnya tegangan tersebut ditransformasikan oleh
transformator distribusi dari 20 kV menjadi 380/220 Volt, jaringan ini dikenal
pula dengan jaringan distribusi sekunder.
Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi dan
sambungan pelayanan (beban) menggunakan penghantar udara terbuka atau kabel
dengan sistem tiga fasa empat kawat (tiga kawat fasa dan satu kawat netral).
Dapat kita lihat gambar dibawah proses penyedian tenaga listrik bagi para
konsumen. Adapun diagram sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat
pada Gambar 2.2.
20
1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
21
4. Busbar, berfungsi sebagai titik pertemuan / hubungan antara trafo daya
dengan peralatan lainnya.
5. Gardu hubung, berfungsi menyalurkan daya ke gardu-gardu distribusi
tanpa mengubah tegangan.
6. Gardu distribusi, berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah
menjadi tegangan rendah.
b. Isolator
22
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan
dengan tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya
adalah Isolator Tumpu dan Isolator Tarik
d. Tiang
Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk
jaringan distribusi, kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu
sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero
bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang
penopang penghantar penghantar SUTM.
Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang
disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai
kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk
area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih
ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga
dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi
lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah
tersebut belum ada pabrik tiang beton.
Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan
digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan
dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap
kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
23
2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap
berbentuk radial.
24
• Penghantar Pembumian,
• Pipa galvanis,
• Turn buckle,
• Guy-wire insulator,
• Ground anchor set,
• Steel wire,
• Guy-Anchor,
• Collar bracket,
• Terminating thimble,
• U – clamp, dan
• Connector Block
2. Penghantar
25
Jenis penghantar yang dipergunakan adalah kabel pilin udara (NFA2Y)
aluminium twisted cable dengan inti alumunium sebagai inti penghantar Fasa
dan almelec/ alumunium alloy sebagai netral. Penghantar Netral (N) dengan
ukuran 3x35+N, 3x50+N, 3x70+N berfungsi sebagai pemikul beban mekanis
kabel atau messenger. Untuk kepentingan jaminan pelaksanaan handling
transportasi, panjang penghantar tiap haspel kurang lebih 1000 m.
3. Pole Bracket
Terdapat dua jenis komponen pole bracket :
a. Tension bracket, dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut,
Breaking capacity 1000 daN terbuat dari Alumunium Alloy
b. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut
lintasan sampai dengan 300. Breaking capacity 700 daN terbuat
dari alumunium Alloy.Ikatan pole bracket pada tiang memakai
stainless teel strip atau baut galvanized M30 pada posisi tidak
melebihi 15 cm dari ujung tiang.
4. Strain Clamp
Strain Clamp atau clamp tarik dipakai pada Pole Bracket tipe Tension
Bracket. Bagian penghantar yang dijepit adalah penghantar netral.
5. Suspension Clamp
Fungsi Suspension Clamp adalah menggantung bagian penghantar
netral pada tiang dengan sudut lintasan jaringan sampai dengan 30 ͦ.
26
Untuk tiang yang tidak dilengkapai fasilitas pembumian. Penghantar
yang diperlukan adalah Kawat Tembaga (BC). Sambungan penghantar BC
dengan penghantar netral jaringan tidak boleh langsung, tetapi harus
menggunakan bimetal joint. Sambungan ke penghantar netral yang memakai
kabel alumunium, sambungan ke penghantar pembumian menggunakan
Bimetal Joint Al-Cu.
9. PHB-TR
Penempatan Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dilakukan pada sisi luar
trotoar yang tidak menggangu pejalan kaki. PHB dilindungi dengan pipa
baja/patok pelindung kemungkinan tertabrak kendaraan bermotor. Panel PHB
dan lapisan luar (metal sheath) kabel dan penghantar metal dibumikan
bersama. Penghantar pembumian minimal dengan penampang 50 (lima
puluh) mm² terbuat dari tembaga dengan nilai tahanan pembumian tidak lebih
dari 10 (sepuluh) Ohm.
Panel Perlengkapan Hubung Bagi tipe luar (IP 45) dipasang di atas
pondasi dengan tinggi sekurang-kurangnya 60 cm dari permukaan tanah atau
jalan. Pada bagian muka PHB dipasang sebanyak 3 (tiga) buah patok besi
pelindung 4 inci setinggi 50 cm dan berjarak 60 cm dari Pondasi Panel PHB.
Patok Pelindung dipasang 60 (enam puluh) cm dimuka panel PHB dan.
Saklar masuk dari sirkit masuk ke PHB sekurang-kurangnya dari jenis
pemisah. Perlindungan sirkit keluar sekurang – kurangnya memakai
pengaman lebur jenis NH. Jumlah sirkit keluar sebanyak – banyaknya 6 (
enam ) sirkit. Lubang masuk kabel pada PHB dilindungi dengan cable gland.
Terminasi kabel dari sirkit masuk dan sirkit keluar harus memakai sepatu
kabel dan diberi tanda Fasa sesuai ketentuan. Jika sirkit memakai kabel jenis
alumunium core, sepatu kabel yang dipakai harus dari jenis bimetal lug ( Al-
Cu).
Tinggi patok pelindung sekurang-kurangnya 50 cm dan ditanam
sekurang-kurangnya sedalam 50 cm. Jarak aman satu Panel PHB dengan
lainnya dihitung berdasarkan jatuh tegangan sambungan pelayanannya,
27
namun sekurang-kurangnya tidak melebihi 80 meter. Terdapat dua jenis PHB
yang dipakai :
1) PHB utama, yang dipasok dari jalur SKTR utama, dan
2) PHB cabang, yang dipasok dari PHB utama.
PHB-TR harus dibumikan pada tiap-tiap jarak 200 meter. Bagian yang
dibumikan adalah titik netral PHB, selubung logam kabel dan Badan Panel
(BKT).
bagi Tegangan Rendah pada Gardu Distribusi berbeda sesuai dengan jenis
konstruksi gardunya.
28
Gambar 2.10 Gardu Distribusi
besar.
29
atas Fused Cut Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat trafo dengan
elemen pelebur/ fuse link type expulsion dan Lightning Arrester (LA)
jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type
trafo dan PHB terpasang di dalam sebuah gedung beton dengan kapasitas
padat beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang berbeda dengan gardu
30
pasangan luar. Gardu beton dipasok dari baik jaringan saluran udara ataupun
31
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Tabel 3.2 Daftar Alat pada Praktikum Kubikel dan Gardu Distribusi
32
Tabel 3.3 Daftar Alat pada Praktikum Jaringan Distribusi dan Gardu
Distribusi
No Peralatan Jumlah
1 Helm Pengaman 1 buah
2 Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 pasang
3 Sarung Tangan Kulit 2 pasang
4 Sabuk Pengaman 2 pasang
33
BAB IV
LANGKAH KERJA
34
4.2. Pemeliharaan dan Pengujian Sistem
4.3.1. Genset dan ATS/AMF
Genset yang standby dalam jangka waktu panjang harus mampu starting
dengan dari starting dalam keadaan dingin ke operasi full dalam hitungan detik.
Hal ini dapat menimbulkan beban yang berat pada bagian-bagian mesin. Namun,
oksidasi pada kontak listrik, menggunakan bahan bakar sebelum bahan bakar
rusak (berubah sifat), dan secara umum, membantu memberikan starting mesin
yang handal.
load tidak kurang dari sepertiga dari net power genset sesuai yang tertera pada
nameplate-nya. Periode operasi tanpa load harus diminimalisir karena bahan bakar
Bila mungkin, ujilah system genset dengan load yang sebenarnya dalam
rangka untuk menguji transfer switch otomatis dan memverifikasi kinerja dalam
kondisi nyata. Jika menghubungkan ke load “real” tidak nyaman untuk pengujian,
bisa menggunakan load bank setidaknya sepertiga dari net power genset sesuai
a) Harian (inpeksi)
35
Faktor berikut ini yang akan mempengaruhi keputusan kapan untuk
inspeksi:
36
o Pengukuran nilai tahanan isolasi.
o Pengukuran nilai tahanan kontak antar sambungan.
o Pembersihan lingkungan instalasi.
d) Tahunan
37
Suatu system jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan
rutin, system jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran-saran sudah
jaringan.
jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang (over houl).
sistematis apabila system jaringan system tsb sudah dipelihara secara sistematis
keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah
kerusakan peralatan/gangguan.
38
Perbaikan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha/pekerjaan
1. Meng“On”kan MCB yang ada pada panel AMF/ATS seperti MCB Battery
Charger untuk aki dan MCB-MCB control untuk mengaktifkan AMF/ATS
serta semua instrument alat ukur.
2. Selanjutnya, menyalakan MCB genset yaitu MCB yang menghubungkan
antara genset dan panel AMF/ATS.
3. Mengatur posisi selector switch pada panel saklar ATS/AMF ke posisi
“manual”
39
Gambar 4.1 Saklar pada panel ATS/AMF
4. Menyambungkan baterai ke Genset dalam hal ini mengubah saklar di baterai
ke posisi ON
40
7. Periksa indikator Genset berikut:
Level bahan bakar
Tekanan oli tidak boleh lebih dari 6 bar
Suhu maksimal 80oC
Tegangan baterai tidak boleh kurang dari 12V
41
1. Meng“On”kan MCB yang ada pada panel AMF/ATS seperti MCB Batterai
Charger (aki) dan MCB-MCB control untuk mengaktifkan AMF/ATS serta
semua instrument alat ukur.
2. Selanjutnya, menyalakan MCB genset yaitu MCB yang menghubungkan
antara genset
3. Mengubah saklar bateri ke posisi ON
42
A. Pengoperasian Kubikel di dalam Sistem (meng”ON”kan)
43
Meng”ON”kan Disconnecting Switch.
Meng”ON”kan kubikel DM1-A dengan push button electric atau
tombol mekanik di CB-Cubicle.
44
Untuk kubikel SM6 mempunyai beberapa macam Operating Mechanisms.
Pada kubikel Incoming (IM), memastikan sumber 20 KV dari trafo sudah
masuk ke kubikel MV dengan melihat indikator apakah sudah menyala.
45
f. Selanjutnya tancapkan stik besi ketanah untuk mengukur
resistansi pentanahan Arrester dengan dua posisi. Yakni, posisi
sejajar dan segaris masing masing pada jarak 20 meter dan 10
meter. Hubungkan kabel merah setra kuning ke stik besi dengan
masing-masing jarak pemasangan kabel merah pada posisi 20
meter dan kabel kuning pada posisi 10 meter. Untuk pengukuran
dengan jarak 10 meter, kabel merah di pasangkan pada stik besi
pada jarak 10 meter dan kabel kuning pada jarak 5 meter.
g. Jika semua kabel telah terpasang, lakukan pengukuran dengan
menekan tombol “Test” pada alat ukur. Kemudian catatlah hasil
pengukuran yang dilakukan.
h. Lakukan pengukuran dengan posisi sejajar dan posisi segitiga
untuk setiap konduktor pentanahan yang akan diukur.
i. Ulangi prossedur diatas untuk melakukan pengukuran resistansi
pentanahan yang dilakukan pada Grounding Body Trafo, dan
Grounding pada tanah yang lembab.
46
g. Jika waktu telah selesai, alat ukur akan menunjukkan besar
tahanan isolasi yang terdapat pada bagian yang kita ukur.
h. Catatlah besar tahanan isolasi yang diukur oleh megger.
i. Lakukan pengukuran untuk bagian yang lainnya sesuai dengan
prosedur diatas.
47
l. Lalu tahan tarikan tegangan kawat penghantar kemudian kencangkan
kembali baut yang telah di longgarkan tadi
48
BAB V
ANALISA
memperoleh energi mekanis dari prime mover. Generator arus bolak-balik (AC)
listrik pada saat terjadi gangguan, dimana suplai tersebut digunakan untuk beban
Generator
49
Weight :1018 Kg Dimension : 2.2 x 1,0 x 1,5 m
Date :2011/06/22
Alternator
SHUNT
50
Gambar 5.2. Name Plate Alternator
dan teg.primer-body.
51
PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI (Kriteria ≥ 1 kΩ/Volt)
Tahanan Isolasi Sisi Primer Sisi Sekunder Tahanan Isolasi Sisi Primer-Sekunder
Phasa R - Body 1,35 GΩ 2,58 KΩ Primer 1 - Sekunder 1 1,36 GΩ
Phasa S - Body 1,48 GΩ 4,83 KΩ Primer 1 - Sekunder 2 1,55 GΩ
Phasa T - Body 1,58 GΩ 2,52 KΩ Primer 1 - Sekunder 3 1,67 GΩ
Phasa R - Phasa
<5 KΩ <5 KΩ Primer 2 - Sekunder 1 1,81 GΩ
S
Phasa R - Phasa
<5 KΩ <5 KΩ Primer 2 - Sekunder 2 1,77 GΩ
T
Phasa T - Phasa
<5 KΩ <5 KΩ Primer 2 - Sekunder 3 1,72 GΩ
S
Phasa R - Netral 1,31 GΩ <5 KΩ Primer 3 - Sekunder 1 1,82 GΩ
Phasa S - Netral 1,51 GΩ <5 KΩ Primer 3 - Sekunder 2 1,79 GΩ
Phasa T - Netral 1,61 MΩ <5 KΩ Primer 3 - Sekunder 3 1,85 GΩ
Netral - Body 256 KΩ 256 KΩ
bagian- bagian kubikel. Setelah kubikel dalam kondisi standby, semua peralatan
dalam keadaan terbuka, termasuk PMT, PMS, DS, CB. Dalam mengoperasikan
kubikel sebaiknya yang pertama dihubungkan adalah metering, hal ini disebabkan
karena apabila incoming di ON-kan terlebih dahulu akan berbahaya, dimana pada
52
pengunci CB dengan jaringan distribusi, sehingga pada saat tombol ON ditekan,
distribusi.
dengan format yang ada apakah komponen pada format terdapat pada jaringan
atau tidak.
Cuaca : Terik
53
Frekuensi 10 Hz
Tegangan Nominal
21000 Volt
20500 Volt
20000 Volt
Primer 19500 Volt
19000 Volt
18500 Volt
18000 Volt
Sekunder 400 Volt
Arus Nominal
Primer 0,72 Ampere
Sekunder 36,08 Ampere
Pendingin minyak ONAN
Kenaikan suhu
Minyak 50 oC
Kumparan 55 oC
Tingkat isolasi dasar 125 Kv
Berat Minyak 125 Lt
Jumlah berat 320 Kg
54
Gambar 5.3. Name Plate Transformator Distribusi
Trafo Distribusi
R-Body : 1,35 GΩ
S-Body : 1,48 GΩ
T-Body : 1,58 GΩ
N-Body : 256 KΩ
Trafo Distribusi
R-Body : 258 KΩ
T-Body : 252 KΩ
55
Pengukuran Tahanan Pembumian Jaringan JTM dan JTR
56
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktik bengkel listrik, diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Genset adalah suatu set peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu
mesin dan generator atau alternator yang berfungsi sebagai sumber energi
listrik cadangan dengan menggunakan bahan bakar sebagai sumber energi
penggerak mesin.
2. ATS/AMF merupakan perlatan kontrol untuk mengatur kerja Genset secara
otomatis maupun manual, dimana semua informasi diperoleh dari dua arah
yang akan diolah dan dikeluarkan dalam bentuk perintah.
3. Ketika sumber utama dari PLN mengalami gangguan, maka genset digunakan
untuk menyuplai listrik ke beban dan ketika sumber listrik PLN kembali
menyala maka generator akan mati secaca otomatis
4. Pengoperasian kubikel untuk keperluan maintenance dilakukan dengan
mengubah pada posisi pentanahan (grounding), yakni dimulai dari kubikel
incoming, kubikel metering, dan yang terakhir kubikel outgoing.
5. Pengoperasian kubikel jika akan dihubungkan ke jaringan (posisi on)
dilakukan dengan mengubah kubikel ke posisi On, dimulai dari kubikel
incoming, metering, dan outgoing, lalu meng-ON-kan PMT dan menekan
tombol ON untuk menghubungkan kubikel ke jaringan
6. Pengukuran tahanan pentahanan serta tahanan isolasi transformator
dimaksudkan untuk menjamin sistem proteksi yang ada pada sistem
kelistrikan.
7. Sistem kelistrikan dimulai dari pembangkit, lalu tegangan dinaikkan
menggunakan tarnsformator step up, selanjutnya disalurkan melalu jaringan
dan dilewatkan pada panel tegangan menengah, dan diteruskan ke JTM, lalu
tegangan diturunkan menggunakan transformator step down di gardu
distribusi, dan terakhir disalurkan ke pelanggan melalu JTR
57
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini, ialah:
4. Sebaiknya penjadwalan job dilakukan secara lebih detail dan sistematis
sehingga waktu bengkel tidak ada yang kosong maupun terlalu padat
5. Kesediaan peralatan di bengkel sebaiknya lebioh diperhatikan dan
dilakukan perawatan dan pengecekan secara berkala sehingga dapat
digunakan setiap waktu praktikum.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ginting H., Paul, Sinuraya W., Enda. 2014. Perancangan Automatic Transfer
Switch (ATS) Parameter Transisi berupa Tegangan dan Frekuensi degan
Mikrokontroler Atmega 16. Transmisi, 16, (3), 2014, 129.
PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu
Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.
59
LAMPIRAN
60
61
62