Anda di halaman 1dari 3

Adab – adab dalam berdoa (Bagian 1)

Doa termasuk ibadah yang paling agung. Doa bukan sekedar hanya kalimat-kalimat yang diucapkan secara
lisan. Akan tetapi, terdapat beberapa syarat dan kondisi sehingga doa kita dikabulkan.
Sesungguhnya Doa memiliki adab – adab yang disyariatkan dan syarat-syarat yang difardhukan. Berikut
diantara adab-adab didalam berdoa yang dinukil dari Kitab Syarah Hisnul Muslim karya Syaikh Dr. Sa’id
bin Ali Wahf Al Qahthani rahimahullah pada baba dab-adab dzikir dan doa halaman 18 – 33.

1. Bertaubat dan Memuji Allah ta’ala


Diantara adab berdoa yang para Nabi dan Rasul lakukan sebelum memanjatkan doa – doa mereka
ialah bertaubat dan memuji Allah ta’ala. Mereka memulai dengan terlebih dahulu bertaubat dari
segala kemaksiatan, membersihkan diri dan menyimpan khusyuk di dalam hati. Kemudian mereka
memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, mensucikan-Nya, menjauhkan-Nya dari segala
aib dan kekurangan, mengagungkan-Nya lalu memulai doa-doa mereka. Diantaranya doa Nabi
Yunus
‫س ْب َحانَكَا أ َ ْنتَا ِإ ّا‬
‫ال ِإلَ اهَ َا‬
‫ل‬ ّ
ُ ‫الظالِمِ ينَا مِنَا ُك ْنتُا ِإنِِّي‬
Laailahailla anta subhanaka inni kuntum minadz dzolimiin
”Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di ibadahi selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.(Al-Anbiya’ : 87).

Nabi Ibrahim sebelum berdoa kepada Allah, memuji-Nya terlebih dahulu sebagaimana disebutkan
dalam Surat Asy Syu’ara Ayat 78 -82 yang artinya :
“(yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan Yang
memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang sangat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.”

Kemudian beliau berdoa dan memohon sebagaimana disebutkan pada ayat setelahnya.

2. Berdoa Disertai Dengan Kemauan Yang Keras Dan Kesungguhan


Hendaknya didalam berdoa kita memiliki kemauan yang keras dan kesungguhan agar doa – doa
kita diterima. Jangan sampai memiliki anggapan dengan mengatakan “Jika engkau mau, maka
berilah aku”.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
“Tidak boleh seseorang mengatakan dalam doanya, ‘Ya Allah, berilah aku rahmat jika Engkau
mau’, akan tetapi hendaknya dia menegaskan permohonannya karena sesungguhnya tiada
pemaksa bagi-Nya” (Muttafaq alaih).

Dalam riwayat lain, “Sesungguhnya Allah itu (sama sekali) tidak menganggap besar sesuatu yang
Dia berikan (HR. Muslim no. 2679).
Dengan kata lain bahwa Allah ta’ala tidak dipaksa untuk memberi. Jika Dia menghendaki, maka
Dia memberi, ataupun sebaliknya.

3. Mengokohkan harapan dan tidak putus asa


Hendaknya seseorang berdoa disertai dengan mengokohkan harapan kepada Allah serta tidak
putus asa dari Rahmat-Nya sekalipun pengabulannya ditunda, karena apa yang dimohonkan
sudah memiliki kadarnya kapan terkabul.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
“Akan dikabulkan doa salah seorang diantara kalian selama tidak menggesa dengan mengatakan
, ‘Aku telah berdoa, namun belum juga dikabulkan untukku’.”(Muttafaq alaih).

4. Memohonkan doa untuk kaum mukminin Bersamaan dengan doa kita


Hendaknya kita selipkan doa untuk kaum mukminin Bersama dengan doa-doa yang kita
panjatkan. Allah ta’ala berfirman,

َ ْ َ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َْ َ ُْ ََََ ُْ ََْ َ
‫اعل ْم‬ ‫ات و ِللمؤ ِم ِني ِلذ ِنبك واستغ ِفر اّلل ِإل ِإل ََٰٰه ل أنه ف‬
ِ ‫ – ومثواكم متقلبكم يعلم واّلل ۗ والمؤ ِمن‬47:19

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah
ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (Qs. Muhammad Ayat 19).

5. Menyembunyikan doa sebagai rahasia


Hendaknya kita membunyikan doa – doa kita sebagai rahasia sehingga tidak didengar selain diri
kita sendiri. Allah ta’ala berfirman,
ْ ُ ُّ َ ‫ب َل إ َّنه ۚ َوخ ْف َي ًة َت‬
‫ض ًعا َرَّبك ْم ادعوا‬ َ ‫ ْالم ْع َتد‬- 7:55
ُّ ‫ين يح‬
ِ ِ
ِ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Al A’raf ayat 55)

Al Hasan rahimahullah berkata, “Kaumm muslimin bersungguh-sungguh dalam berdoa dan tidak
didengar suara mereka, kecuali hanyalah suara lirih antara mereka dengan Rabb-nya”.

6. Bershalawat kepada Nabi Saat Berdoa


Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam bershalawat saat doa:
a- Bershalawat sebelum memanjatkan doa setelah memuji Allah.
b- Bershalawat di awal, pertengahan dan akhir doa.
c- Bershalawat di awal dan di akhir, lalu menjadikan hajat yang diminta di pertengahan doa.

Mengenai perintah bershalawat saat akan memanjatkan doa disebutkan dalam hadits Fudholah
bin ‘Ubaid, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang
memanjatkan doa dalam shalatnya, lalu ia tidak memanjatkan shalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau pun berkata, “Orang ini terlalu tergesa-gesa dalam doanya.” Kemudian
beliau memanggilnya lalu menegurnya atau mengatakan kepada lainnya, “Jika salah seorang di
antara kalian berdoa, maka mulailah dengan memuji Allah, menyanjung-Nya, lalu bershalawat
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mintalah doa yang diinginkan.” (HR. Tirmidzi, no.
3477 dan Abu Daud, no. 1481. Abu Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-
Hafizh Abu Thahir menilai sanad hadits tersebut hasan.).

Ibnul Qayyim menyatakan pula bahwa membaca shalawat pada saat berdoa,
kedudukannya seperti membaca Al-Fatihah dalam shalat. Jadi pembuka doa adalah
shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk shalat, pembukanya adalah
dengan bersuci.

Dari Zirr, dari ‘Abdullah, ia berkata, “Aku pernah shalat dan kala itu Abu Bakr dan
‘Umar bersama dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika aku duduk, aku
memulai doaku dengan memuji Allah, lalu bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kemudian aku berdoa untuk diriku sendiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun bersabda, “Mintalah, engkau akan diberi. Mintalah, engkau akan diberi.”
(HR. Tirmidzi, no. 593. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.)

Diantara lafazd sholawat yang paling afdhol yakni sholawat ibrahimiyyah seperti yang diajarkan
oleh Rasulullah ‫ﷺ‬
َ َ َ َ َْ َ ََ َ َْ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ َ
‫آل َو َعل م َح َّمد َعل َصل الله َّم‬ َّ َ
ِ ‫آل وعل إبر ِاهيم عل صليت كما محمد‬
َ َ
ِ ‫ م ِجيد ح ِميد إنك إبر ِاهيم‬، ‫محمد عل وب ِارك‬
َ َ ْ َ ََ َ َْ ََ َ َ َ َ َّ
‫آل َو َعل‬ َّ َ َ
ِ ‫م ِجيد ح ِميد إنك العال ِمي ف إبراهيم آل وعل إبر ِاهيم عل باركت كما محمد‬
َ
(Allahumma sholli ala Muhammad wa ‘ala aalii Muhammad kama shollaita ‘ala ibrohim wa ‘ala ali
ibrohim innaka hamidun majid, wa barik ‘ala Muhammad wa ‘aka aalii Muhammad kama baarokta
‘ala ibrohim wa ‘ala aalii ibrohim innaka hamidun majid).
“Ya Allah, Limpahkanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau
telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Luas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau
telah memberkahi ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas.”
(Muttafaq ‘alaih).

Atau mencukupkan dengan lafadz


َ َ
‫م َح َّمد َعل َصل الله َّم‬
(Allahumma sholli ala Muhammad)
“Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad”

(bersambung insyaa Allah…)

Anda mungkin juga menyukai