Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI DAN ILMU PERILAKU DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


PROSES ADAFTASI PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

DAMERIA TAMBUN NIM. 11194861911002


FITRIANI RAHMAWATI NIM. 11194861911006
HAMISA NIM. 11194861911007
NUR ATIFAH ISTIQOMAH NIM. 11194861911012
SYLVIA INDAHSARI NIM. 11194861911019

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS SARI MULIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Proses adaftasi pada masa akhir kanak-kanak”. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dan Ilmu Perilaku dalam Praktik Kebidanan
Program Studi S1 Kebidanan Universitas Sari Mulia.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi pembaca.

Banjarmasin, Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan fisik akhir kanak-kanak .................................................... 2
B. Fenomena adaptasi fisiologi pada usia akhir kanak-kanak ................ 2
C. Fenomena adaptasi psikologi pada usia akhir kanak-kanak .............. 4
D. Gangguan ragam psikologi di usia akhir kanak-kanak ...................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai
tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, akhir
masa kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaian social anak.
Permulaan akhir masa kanak-kanak di tandai dengan masuknya anak kelas 1, hal
yang wajib untuk anak berusia 6 tahun di Amerika saat ini. Bagi sebagian besar anak,
hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan anak, juga bagi anak yang
telah pernah mengalami situasi prasekolah selama setahun. Sementara menyesuaikan
diri dengan tuntutan dan harapan baru dari kelas 1, kebanyakan anak berada dalam
keadaan tidak seimbang : anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk
hidup bersama dan berkerjasama. Masuk kelas 1 merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan
fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai
dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini dan anak mempersiapkan diri,
secara fisik dan psikologis, untuk memasuki masa remaja. Perubahan fisik yang terjadi
menjelang berakhirnya masa kanak-kanak menimbulkan keadaan ketidakseimbangan
dimana pola kehidupan yang sudah terbiasa menjadi terganggu dan anak selama
beberapa saat merasa terganggu sampai tercapainya penyesuaian diri terhadap
perubahan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena adaptasi fisologi dan psikologi pada usia akhir kanak-
kanak?
2. Apa saja gangguan ragam psikologi diusia akhir kanak-kanak?
C. Tujuan
1. Menjelaskan fenomena adaptasi fisiologi dan psikologi pada usia akhir kanak-
kanak.
2. Menjelaskan gangguan ragam psikologi di usia akhir kanak-kanak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fenomena Adaptasi Fisiologi dan Psikologi pada Usia Akhir Kanak-Kanak


1. Perubahan Fisik Akhir Kanak-kanak
a. Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah dua sampai 3 inci. Rata-rata anak perempuan
sebelas tahun mempunyai tinggi badan 58 dan anak laki-laki 57,5 inci.
b. Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, berkisar antara 3
sampai 5 kg pertahun. Rata-rata anak perempuan mempunyai berat badan 88,5
dan anak laki-laki 85,5 kg.
c. Perbandingan tubuh
Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh
lainnya, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan
bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin
berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk. Badan memanjang dan
menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak
buncit, lengan dan tungkai memanjang ( meskipun keliatan nya kurus dan
tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang) dan tangan dan kaki
dengan lambat tumbuh membesar.
d. Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada akhir masa
kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini.
Disamping itu, kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan
untuk perbaikan seperti teman-teman tanpa memeperdulikan pantas tidaknya,
juga menambah kesederhanaan.

2. Fenomena Adaptasi Fisiologi pada Usia Akhir Kanak-kanak


a. Pandangan orang tua
 Masa sulit diatur
Label yang diberikan periode akhir kanak-kanak yaitu anak yang
menyulitkan. Kini anak lebih banyak mengikuti banyak aturan dari teman
sebaya atau kelompok sosialnya. Kini anak tidak mau menuruti perintah

2
orang tua ataupun aturan keluarga. Anak kurang mau untuk bertanggung
jawab dalam urusan rumah dan dia lebih mengutamakan urusan dengan
temannya.
 Masa bertengkar
Periode akhir kanak-kanak disebut masa pertengkaran. Anak selalu
bertengkar dengan anggota keluarga lainnya, tetangga, atau teman
sebayanya. Apalagi, ketika anak merasakan suasana dirumah yang tidak
menyenangkan, inkonsisten disiplin, lemah atau otoriter, maka anak selalu
membuat suasana gaduh, ribut, onar dan bahkan bisa mengarah ke
perkelahian antar kelompok.
b. Pandangan para pendidik
Para pendidik memberikan label masa akhir kanak-kanak sebagai usia
sekolah dasar kini anak diharapkan mampu mengikuti dasar-dasar
pengetahuan yang telah diterimanya saat masa prasekolah. Kini anak selalu
dimotivasi terus berprestasi dan membentuk kebiasaan baru dalam mencapai
kesuksesan. Apalagi kebiasaan berdampak baik, maka hal ini akan dibawa
hingga masa dewasa. Jika berdampak buruk akan menimbulkan masalah baru.
c. Pandangan para ahli psikologi
 Masa bermain
Masa akhir kanak-kanak disebut masa bermain. Kini anak mulai
membentuk permainan baru yang lebih luas dan banyaknya kegiatan
bermain baru di sekolah dan kelompok bermain. Anak akan merasa
bahagia jika mampu bermain secara berkelompok dan diterima oleh
kelompok, terutama dalam kelompok bergengsi. Kondisi seperti ini
membuuat anak selalu mengikuti aturan standar kelompoknya seperti
penampilan pakaian atau cara bicara.
 Masa kreativitas
Masa akhir kanak-kanak disebut juga masa kreativitas yang tinggi, karena
anak selalu termotivasi menunjukkan kreativitasnya, seperti melukis,
susunan balok, dan rumah-rumahan. Manakala anak tak bisa menunjukan
kreativitasnya, maka anak sering dicemooh, dikritik, dihina, bodoh dan
tidak kreatif.

3
3. Fenomena Adaptasi Psikologis pada Usia Akhir Kanak-kanak
a. Perkembangan bicara
Dengan meluasnya cakrwala social anak,maka anak mampu menemukan
bahwa berbicara adalah sarana untuk memperoleh tempat dalam kelompok.
Kondisi ini akan mendorong anak berbicara lebih baik dan anak mengerti apa
yang dikatakan orang lain. Saat anak tidak mengerti apa yang dikatakan orang
lain, berkomunikasi tanpa adanya hubungan dan inti pembicaraan dengan
teman temanya, maka kemungkinan besar anak mengalami kesulitan
bersosialisai. Sumber sumber perbaikan bicara:
 Tingkat social ekonomi
Orang tua yang berasal dari kelompok social ekonomi atas dan
menengah selalu menilai bahwa berbicara itu sangat penting.
 Belajar membaca
Biasanya usia 6 tahun anak telah menguasai hampir semua jenis struktur
kalimat. Saat usia 6-10 tahun, anak mampu menambah panjang kalimat
meskipun pada sebagian anak kalimat bicaranya masih terpotong potong.
 Radio dan televisi
Radio televisi dapat memberikan contoh baik dalam pembicaraan anak.
Biasanya anak akan terdorong mendengar setiap isi pembicaraan dengan
konsentrasi, seksama, dan terfokus. Mendengar radio dan menonton
televisi merupakan salah satu meningkatkan kemampuan mengerti anak
terhadap objek pembicaraan.
 Memeperbaiki salah ucap
Ketika anak mulai memasuki sekolah, kata kata salah ucap dan arti-arti
yang salah biasanya akan cepat di perbaiki oleh guru dan dibantu teman
temannya.
b. Perubahan Emosi
Pada masa akhir kanak kanak, anak telah mampu mengendalikan
emosinya. Namun ketika dirumah anak masih menggunakan emosi sekuat
mungkin seperti masa kanak kanak. Bagi anak perempuan mencurahkan air
mata dan ungkapan marah dan sedih. Adapun, bentuk ungkapan marah pada
anak laki laki yaitu cemberut atau merajuk.

4
c. Perkembangan keterampilan
Memasuki tahun akhir kanak kanak, anak sudah memiliki keterampilan
yang di pelajari pada pra-sekolah. Keterampilan anak sangat dipengaruhi
lingkungan social, besarnya kesempatan belajar keterampilan, bentuk postur
tubuh dan minat.
 Keterampilan menolong diri sendiri
 Keterampilan menolong orang lain
 Keterampilan sekolah
 Keterampilan bermain
 Perbedaan seks
 Status ekonomi
d. Perkembangan suara hati
Penerapan disiplin keluarga mempengaruhi perkembangan suara hati anak.
Suara hati merupakan reaksi khawatiran seorang anak yang terkondisi dalam
situasi dan tindakan tertentu yang di hubungkan dengan perbuatan tertentu dan
hukuman. Adapun rasa bersalah adalah penilaian diri yang negative dan terjadi
saat dia mengakui bahwa perlakunya telah bertentangan dengan nilai moral
yang wajib di ikutinya. Sebaliknya, rasa malu adalah reaksi emosional yang
kurang menyenangkan terhadap penilaian negatif orang lain, apakah masih
berupa dugaan semata atau benar benar terjadi.
e. Peranan disiplin
Penerapan disiplin mempengaruhi sikap dan perlaku moral anak:
 Bantuan dalam dasar-dasar moral
 Ganjaran
 Konsisten
 Pemberian hukuman
f. Perkembangan sikap dan perilaku moral
Antara usia 5-12 tahun konsep anak terhadap rasa keadilan sudah berubah.
Pengertian benar atau salah dari nilai-nilai moral orang tua mulai ditinggalkan
anak. Saat anak usia 5 tahun menilai berbohong sebagai perbuatan buruk.
Ketika anak berusia 5 tahun, penilaian pada konsep berbohong mulai
diperbolehkan untuk beberapa situasi. Kemampuan anak dalam
mempertimbangkan masalah yang berhubungan dengan moralitas sangat
tergantung kepada perkembangan kognitif anak. Anak yang memiliki

5
kemampuan interaktual lebih tinggi cenderung lebih mudah dalam mengatasi
masalah. Demikian pula anak sulung lebih mampu memikirkan konsep abstrak
dan logis.
g. Perkembangan sikap social
Memasuki usia 7-8 tahun, anak mulai kurang menaruh figure identifikasi
pada orang tuanya. Kini, anak menaruh minat kepada teman kelompoknya.
Guna untuk mendapatkan identifikasi diri, anak selalu berkeyakinan bahwa
dia harus mampu bertindak sendiri. Bila gagal, anak akan mereduksi dengan
mendekati diri dengan kelompok.
h. Perkembangan minat
Pembentukan minat anak sangat mempengaruhi:
 Bentuk dan intensitas minat
 Motivasi
 Prestasi
 Perkembangan minat sebelumnya
Bentuk minat pada masa kanak kanak yaitu:
 Minat penampilan diri dan pakaian
 Minat pada tubuh
 Minat terhadap julukan dan nama
 Minat terhadap agama
 Minat terhadap kesehatan
 Minat terhadap sekolah

4. Gangguan ragam psikologi di usia akhir kanak-kanak.


a. Bahaya social
Bahaya social yang ditimbulkannya ialah anak yang ditolak atau diabaikan,
kurangnya kesempatan untuk belajar social, anak yang dikucilkan bisa
menyebabkan anak tidak memiliki perasaan yang sama dalam kelompok dan
selalu menanggap berbeda dengan orang lain. Anak dengan mobilitas yang
tinggi bisa menyebabkan anak kesulitan untuk diterima kelompok dan anak
yang berasal dari etnis atau kelompok agama tertentu, terutama sekali pada
kelompok yang disangka buruk.

6
b. Bahaya dalam berbicara
Bahaya yang ditimbulkan apabila kosakata yang kurang sehingga anak sulit
menyelesaikan tugas sekolah dan sulit dalam berkomunikasi. Kesalahan
berbicara yang berhubungan dengan salah ucap, kesalahan tata bahasa, cacat
bicara, gagap atau celat yang membuat anak hanya mau berbicara seperlunya.
Kesulitan berbicara akibat bahasa dua yang disebabkan perbedaan bahasa
dirumah dan sekolah serta pembicaraan egosentris, yaitu isi pembicaraan
berupa kritikan, cemooh, mengejek, dan merendahkan orang lain.
c. Bahaya emosi
Ketidakmatangan emosional anak ditunjukkan dari emosi yang kurang
menyenangkan seperti ekspresi emosi marah yang tinggi dan tak terkontrol.
d. Bahaya dalam konsep diri
Bahaya yang ditimbulkan nya ialah anak yang memiliki konsep
ketidakpuasaan pada keadaan dirinya sendiri. Perlakuan orang tua yang tidak
menyenangkan dan kurangnya dukungan lingkungan social yang
menyebabkan anak selalu berprasangka buruk dan diskriminatif
memperlakukan orang lain.
e. Bahaya hubungan keluarga
Bahaya yang dtimbulkan ialah seringnya pertentangan antara anggota kelurga,
rendahnya rasa empati pada anggota keluarga, sering melawan orang tua,
melemahnya hubungan interpersonal antar keluarga, kebiasaan dalam
penyesuaian diri yang buruk dan perilaku yang agresi dalam keluarga di
bawah anak dalam hubungan social sehingga anak sering berantem kepada
tetangganya.
f. Bahaya kepribadian
Bahaya kepribadian yang di timbulkannya ialah konsep diri yang buruk,
ketidakmatangan kepribadian, sikap penolakan pada diri sendiri, orang lain,
dan munculnya perilaku egosentris, agresivitas dan perilaku regresi.
g. Bahaya sikap moral
Bahaya yang ditimbulakn sikap moralitas anak ialah jika perkembangan sikap
moral yang berlandaskan konsep diri dari teman-temannya, media masa atau
konsep orang dewasa, kegagalan untuk mengembangkan suara hati sebagai
control atau pengawasan terhadap perilakunya, penerapan disiplin yang
inkonsisten yang bisa menyebabkan anak kurang yakin terhadap apa yang

7
sebaiknya untuk dilakukan, benar atau salah, layak atau tidak, disetujui atau
ditolak, penerapan pemberian hukum fisik yang mengarah perilaku agresivitas
anak, adanya dukungan teman-temannya yang memuaskan tindakan yang
sebenarnya salah, atau kurang sabar mengantisipasi perbuatan orang lain yang
berbuat kesalahan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai anak mencapai
kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi perempuan 14 tahun bagi laki-
laki.
2. Anak yang lebih besar mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi secara terbuka
dan menggunakan katarsis emosi untuk meredakan diri dari emosi yang terkekang
sebagai akibat dari tekanan social untuk mengendalikan emosinya.
3. Akhir masa kanak-kanaknya disebut “ Usia berkelompok ” karena anak berminat
dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari
kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola
perilaku, nilai-nilai dan minat anggotanya. Sebagai anggota kelompok anak sering
menolak standar orang tua, mengembangkan sikap, menentang lawan jenis, dan
berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompok.
4. Terdapat peningkatan pesat dalam pengertian dan ketepatan konsep selama
periode akhir masa kanak-kanak yang disebabkan oleh meningkatnya inteligasi
dan meningkatnya kesempatan belajar.
5. Pada akhir masa kanak-kanak, sebagai besar anak mengembangkan kode moral
yang dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya dari hati nurani yang
membimbing perilaku sebagai pengganti pengawasan dari luar yang diperlukan
pada waktu anak masih kecil. Sekalipun demikian, pelanggaran dirumah,
disekolah, dan dilingkungan tetangga masih sering terjadi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B, 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Alih bahasa : Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Pieter, Herry Zan dan Lubis, Namora Lumongga, 2010. Pengantar Psikologi dalam
Kebidanan. Jakarta : Kencana.
Desmita, 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai