Anda di halaman 1dari 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No.

3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

VALIDASI METODE ANALISIS KROMATOGRAFI CAIR KINERJA


TINGGI UNTUK PENETAPAN KADAR AMOXICILIN DALAM
PLASMA SECARA IN VITRO

Ni Nyoman Puspita Sari1), Fatimawali1), Max Revolta John Runtuwene2) 1)Program


Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
2)Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT
Amoxicillin was an antibiotic concentration in the blood which measly quantity so it
requires the sensitive, selective, and valid methods for analysis. In this study, optimization of
the analysis condition and validation of analysis methods was carried out using the HPLC
system for analysis of amoxicillin in plasma levels. Chromatography system consisting of
symmetry C18 column (15 cm x 4.6 mm, 5 m) with a mobile phase methanol: potassium
dihydrogen phosphate buffer (10:90 v / v), pH 5. The solution was detected at a wavelength of
230 nm, the analysis was performed at a flow rate of 2.0 ml/min and the injection volume of
20 uL. In the amoxicillin solution validation showed good linearity values (r = 0.9409) as well
as the value of LOD 2.5 mg/mL and the LOQ of 8.36 mg/mL. This method also meets the
criteria of accuracy (% diff does not exceed ± 15% except at a concentration of 3 mg / mL) and
precision (intra-day and inter-day for 2 days with% RSD ≤ 15%). While the results of the
analysis of amoxicillin levels in the blood by using the validation is very small because of the
low bioavailability of amoxicillin.
Keywords: Amoxicillin, HPLC, Validation, Methanol, Bioavailability

ABSTRAK

Amoxicillin merupakan antibiotik yang konsentrasinya dalam darah sangat kecil sehingga
diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif, dan valid untuk analisis. Pada penelitian ini,
dilakukan optimasi kondisi analisis dan validasi metode analisis menggunakan sistem KCKT
untuk analisis kadar Amoxicilin dalam plasma. Sistem kromatografi terdiri dari kolom
symmetry C18 (15 cm x 4,6 mm, 5 µm) dengan fase gerak methanol: buffer kalium dihidrogen
fosfat (10:90 v/v), pH 5. Larutan dideteksi pada panjang gelombang 230 nm, analisis dilakukan
pada laju alir 2,0 ml/menit dan volume penyuntikan 20 µL. Pada validasi larutan amoxicillin
memperlihatkan nilai linearitas yang baik (r = 0,9409) serta nilai LOD 2,5 µg/mL dan LOQ
8,36 µg/mL. Metode ini juga memenuhi kriteria akurasi (% diff tidak melampaui ± 15% kecuali
pada konsentrasi 3 µg/mL) dan presisi (intra hari dan inter hari selama 2 hari dengan % RSD
≤ 15%). Sedangkan hasil analisis kadar amoxicillin di dalam darah dengan menggunakan
validasi tersebut sangat kecil karena bioavailabilitas amoxicillin yang rendah.
Kata kunci: Amoxicilin, KCKT, Validasi, Metanol, Bioavailabilitas

PENDAHULUAN Validasi metode analisis


merupakan suatu tindakan penilaian

96
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

terhadap parameter tertentu, berdasarkan yang sederhana, cepat akurat dan tepat
percobaan laboratorium untuk sehingga metode ini dapat diterapkan
membuktikan bahwa parameter tersebut untuk analisis pengendalian kualitas rutin
memenuhi persyaratan untuk Amoksisilin dalam jumlah besar.
penggunaannya. Beberapa parameter Metode analisis yang telah
analisis yang harus dipertimbangkan dipublikasi seringkali dimodifikasi untuk
dalam validasi metode analisis diuraikan menyesuaikan kondisi dengan peralatan
dan didefinisikan sebagaimana cara dan bahan yang tersedia di laboratorium
penentuannya. Adapun pengujian. Modifikasi ini perlu di validasi
parameterparameter tersebut antara lain untuk memastikan pelaksanaan pengujian
adalah kecermatan (akurasi), yang sesuai dari metode analisis ( Food
keseksamaan (presisi), selektivitas, and drug administration, 2001). Pada
linearitas dan rentang, batas penelitian ini, akan dilakukan modifikasi
deteksi(LOD) dan batas kuantitas (LOQ), terhadap metode analisis yang telah
ketangguhan metode, kekuatan metode dipublikasi dan validasi dari modifikasi
(Lestari, 2008). tersebut. Modifakasi metode tersebut
Berdasarkan Food and Drug selanjutnya akan digunakan untuk
Administration (FDA), salah satu obat penetapan kadar obat amoxicilin dalam
yang wajib diuji bioekuivalensinya plasma darah secara in vitro.
adalah amoxicilin. Amoxicilin Tujuan Penelitian ini yaitu
merupakan obat golongan β-laktam melakukan validasi metode analisis
termasuk dalam kelompok antibiotik Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
yang paling sering digunakan pada (KCKT) terhadap penetapan kadar
pengobatan anti-infeksi termasuk pada amoxicilin serta melakukan penetapan
pengobatan bronkitis. Pengobatan kadar Amoxicilin dalam plasma darah
Bronkitis menggunakan amoxicilin harus secara in vitro menggunakan metode
dengan dosis yang tinggi (Sudjadi, 2012). analisis yang telah di validasi.
Telah dilakukan beberapa
penelitian tentang validasi metode BAHAN DAN CARA KERJA
analisis untuk obat amoxicilin Alat
diantaranya yaitu yang dilakukan oleh KCKT dengan detektor UV 230 nm
Dhoka tahun 2010, penelitian ini (Shimadzu), kolom symmetry C18
bertujuan untuk penentuan kadar obat (15 cm x 4,6 mm; ukuran partikel 5 μm),
amoxicilin dan bromheksin hidroklorida spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV
dalam bentuk sediaan oral dengan 1800), sentrifugator, timbangan analitik,
menggunakan metode kromatografi cair pH meter, mikropipet 100 dan
kinerja tinggi (KCKT) serta dilakukan 1000 μL, blue tip, tabung reaksi, tabung
juga validasi untuk metode analisisnya, sentrifuge, rak tabung dan lemari
hasil validasinya menunjukan presisi dan pendingin.
akurasi yang baik sehingga metode HPLC Bahan
ini dapat digunakan secara rutin untuk Bahan-bahan yang digunakan adalah zat
analisis kualitatif sediaan oral obat aktif amoxicilin, metanol HPLC,
tersebut serta baik digunakan untuk Metanol (P.A), buffer kalium
penetapan kadar obat amoxicilin dan dihidrogen fosfat (pH diatur 5,0 dengan
bromheksin asam fosfat), NaOH, larutan EDTA,
Penelitian oleh Suresh et al., 2011, aquabidestilata, plasma darah .
penelitian ini bertujuan untuk melakukan
pengembangan dan validasi dalam bahan Cara Kerja
baku obat dan sediaan farmasi amoxicilin Pembuatan Larutan IndukAmoxicilin
menggunakan kromatografi cair kinerja Ditimbang sebanyak 25 mg zat
tinggi. Validasinya menunjukan hasil aktif amoxicilin. Dilarutkan ke dalam

97
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

metanol hingga volume akhir 100 mL. dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan
Konsentrasi 250 μg/mL digunakan garis linear (y=a+bx). Dihitung koefisien
sebagai larutan induk. korelasi (r) dari kurva tersebut. Uji
Penentuan Panjang Gelombang Akurasi
Maksimum untuk Analisis Larutan amoxicilin dengan konsentrasi (3,
Dibuat spektrum serapan 6 dan 9 μg/mL). Analisis dengan prosedur
ultraviolet larutan amoxicilin dengan yang sama seperti pada sampel yaitu
konsentrasi 250, 100, 50,10, 3, dan 1 disuntikkan sebanyak 20 μL ke alat
μg/mL dalam metanol pada panjang KCKT dengan kondisi fase gerak dan
gelombang 200-400 nm mengunakan kecepatan alir terpilih. Diulangi sebanyak
spektrofotometer Ultraviolet-Visibel, tiga kali untuk setiap konsentrasi
ditentukan panjang gelombang kemudian hitung persentase akurasi (%
maksimumnya yang sesuai. diff) dan perolehan kembali (% recovery).
Nilai rata-rata % diff disyaratkan ± 15% .
Optimasi waktu (Operaiting time) Uji Presisi
untuk Analisis Dari hasil akurasi tersebut dilakukan
Dilihat waktu kestabilan pengukuran intraday dan interday (selama
(Operaiting time) Amoxicilin selama 0 – 2 hari berturut-turut, kemudian hitung
10 menit dengan menggunakan persentase simpangan baku relatif % RSD
spektrofotometri Ultraviolet-visibel dari masing-masing konsentrasi dengan
pada panjang gelombang maksimum nilai lebih kecil sama dengan 15%.
dan konsentasi terpilih. Kestabilannya Batas Deteksi dan Batas Kuantitas
dilihat dari perubahan absorbansi. Batas deteksi (Limit of Detection/LOD)
Pembuatan Dapar Fosfat pH 5 dan batas kuantitas (Limit Of
Dilarutkan KH2PO4 sebanyak 7,8 Quantitation/LOQ) dapat dihitung
gram dalam 900 mL air, disesuaikan pH dengan menggunakan rumus :
5 dengan penambahan SY =
NaOH.
Diencerkan dengan air hingga 1000 mL. LOD =
Penetapan Fase Gerak LOQ =
Larutan standar amoxicilin pada Uji Kesesuaian Sistem Larutan
konsentrasi 20 μg/mL diinjeksikan amoxicilin pada konsentrasi 3 μL/ml
sebanyak 20 μL pada komposisi fase diinjeksikan sebanyak 20 μL ke alat
gerak metanol : buffer kalium KCKT dengan fase gerak terpilih,
dihidrogen fosfat pada perbandingan diulangi sebanyak enam kali. Kemudian
10:90 dan 40:60 (v/v) (pH 5) dengan dihitung jumlah plat teoritis, faktor
perbandingan fase gerak terpilih kapasitas, asimetris.
ditentukan laju alir 1,2 – 2,0 mL/menit Penetapan Kadar Amoxicilin dalam
dan deteksi pada panjang gelombang plasma Darah Pengambilan sampel
terpilih. Catat waktu retensi, luas darah
puncak, dihitung jumlah plat teoritis, Darah diperoleh dari
faktor kapasitas dan asimetris. pengambilan darah peneliti sebanyak 12
mL. Darah tersebut diambil
Validasi Metode Analisis Amoxicilin menggunakan dispo 12 mL. Darah
Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji kemudian dimasukkan de dalam tabung
Linearitas yang sudah berisi larutan EDTA.
Larutan Sampel dengan konsentrasi 3, 6, Ekstraksi dan Penetapan Kadar
9, 12 dan 15 μg/mL Sebanyak 20 μL Amoxicilin Dalam Plasma
larutan tersebut disuntikkan ke alat Sebelum penetapan
KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu kadar amoxicilin dalam plasma,

98
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

dilakukan spaiking sampel yaitu dengan konsentrasi yaitu 250, 100, 50, 10, 3 dan
cara pengukur larutan induk amoxicilin 1 µg/mL diperoleh serapan maksimum
500 Amoxicilin pada panjang gelombang 230
µg/mL ke dalam sistem KCKT. nm dan konsentrasi paling optimum
Sebanyak 0,5 mL darah yang diambil dari gelombang maksimum Amoxicilin pada
sampel pada tabung EDTA di masukkan konsentrasi 3 µg/mL.
ke dalam tabung sentrifuge + Pelarut
Organik ( Metanol) sebanyak 0,7 mL
divorteks 30 detik, kemudian Optimasi Waktu Kestabilan
disentrifugasi selama 10 menit pada 3000 (Operating Time
rpm. Kemudian Alikuot disaring , diambil Pada optimasi waktu kestabilan
supernatan (plasma) lalu supernatan (Operating time) dengan menggunakan
diinjeksi sebanyak 20 μL ke alat KCKT. panjang gelombang terpilih yaitu 230 dan
Dianalisis kromatogram untuk konsentrasi 3 µg/mL dengan waktu 0-10
mengetahui kondisi kromatogram blanko menit menunjukkan absorbansi yang
darah. stabil yaitu 0,11.
Dilakukan hal yang sama terhadap Penetapan komposisi fase gerak dan
darah yang sudah mengandung larutan laju alir dilakukan pada kondisi optimum
amoxicilin masing-masing dengan yang terpilih, kromatografi cair kinerja
konsentrasi 250 dan 500 μg/mL. tinggi menggunakan kolom Symmetry
Diekstraksi dan diinjeksi sebanyak 20 μL (C18) pada dua kondisi, pertama
ke alat KCKT dengan kondisi KCKT kecepatan alir 2,0 mL/menit, panjang
yang telah ditentukan sebelumnya, gelombang 230 nm dan volume
penyuntikan 20 µL. Komposisi fase gerak
kemudian dicatat waktu retensi dan luas
semula terdiri dari metanol : buffer
puncaknya. Hitung kadar Amoxicilin
kalium dihidrogen fosfat dengan PH 5
dalam darah dengan cara mensubtitusikan
(10:90). Pada komposisi ini, waktu retensi
luas puncak yang telah terpilih ke dalam
amoxicilin yaitu 1,87 menit. Dimana
yaitu pada konsentrasi 3 µg/mL. hasil dari kondisi pertama menunjukkan
plat teoritis (N) 7790,62 , HETP 0,0019,
faktor kapasitasnya 2,75 dan asimetri atau
faktor pengekorannya 0,50.Kemudian
dilakukan modifikasi fase gerak yaitu
komposisi kedua metanol : Buffer kalium
dihidrogen fosfat PH 5 (40:60) waktu
retensi amoxicilin yaitu 2,85 menit
dengan menggunakan laju alir 2,0
mL/menit.
Pada kondisi kedua dihasilkan
kondisi kromatogram yang melebar
dan dihasilkan double peak,
Gambar 6.1. Spektrum panjang hasil plat teoritisnya (N) 182,65,
persamaan regresi yang diperoleh dari HETP 0,0820 , faktor kapasitasnya
kurva kalibrasi. 4,74 dan asimetrinya 0,71. Jika
dibandingkan dari kedua kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut kondisi pertama
Penentuan Panjang memberikan hasil parameter
Gelombang Maksimum yang memenuhi persyaratan karena
Penentuan panjang gelombang semakin banyak lempeng teoritis (N)
maksimum dilakukan dengan maka pemisahan semakin baik.
menggunakan spektrofotometri Sedangkan jika HETP
ultraviolet-visibel. Dari beberapa

99
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

semakin rendah maka efisiensi 9 µg/mL. Persyaratan yang ditentukan


kolom semakin baik. Sehingga adalah %diff ±15% (Gandjar & Rohman,
dipilihlah kondisi pertama 2007). Pada konsentrasi 3 µg/mL
sebagai parameter terhadap diperoleh hasil %diff rata-rata sebesar
penetapan amoxicilin selanjutnya. 21,55%, konsentrasi 6 µg/mL diperoleh
%diff rata-rata sebesar 1,55 dan
konsentrasi 9 diperoleh %diff ratarata
sebesar -0,91%. Kemudian dihitung juga
nilai perolehan kembalinya (% Recovery)
dengan cara membandingkan konsentrasi
amoxicilin yang terukur dengan kadar
amoxicilin sebenarnya dikalikan 100%.
Nilai uji perolehan kembali pada
konsentrasi 3 µg/mL berkisar 121,33% ,
konsentrasi 6 µg/mL berkisar 101,55%
dan konsentrasi 9 µg/mL berkisar
99,10%. Perolehan kembali disyaratkan
Gambar 6.2. Kromatogram pada kisaran 99101% pada tiap level
Amoxicilin dengan konsentrasi 3 (Gandjar & Rohman, 2007).
µg/mL Kondisi Analisis :
Berdasarkan ketiga konsentrasi
Fase gerak : Metanol : buffer yang telah diperoleh, perolehan kembali
kalium dihidrogen yang belum sesuai yaitu pada konsentrasi
fosfat (10 : 90) 3 µg/mL sedangkan untuk konsentrasi 6
Kolom µg/mL dan 9 µg/mL telah sesuai dengan
: Acclaim (C18 ;
persyaratan yang ada. Perbedaan hasil
15 cm X 4,6 mm)
perolehan kembali dan %diff ini
Volume injeksi : 20 µL disebabkan oleh luas area puncak yang
Kecepatan Alir : 2,0 mL/menit timbul saat pembacaan di sistem KCKT.
Detektor :Diode Array Keakuratan data tersebut disebabkan oleh
Detector sistem yang ada karena sistem tersebut
Panjang gelombang : 230 nm berubah-ubah sehingga keakuratan data
tersebut berkurang. Pengujian perolehan
kembali dilakukan pada tiga konsentrasi
dengan tujuan untuk memeberikan batas
range bahwa pada konsentrasi demikian
Validasi Metode Analisis Amoxicilin analit yang terukur pada daerah tersebut
masih terbaca dengan baik oleh detektor
Uji Linearitas
Uji ini dilakukan pada seri larutan standar Uji Presisi
Amoxicilin dengan empat konsentrasi
yaitu 3, 6, 9, dan 12 µg/mL. Dari uji ini Uji presisi dilakukan intra-hari dan
diperoleh persamaan regresi liniear dan inter-hari, pada pengujian intra-hari,
koefisien korelasi (r). Hasil uji ini konsentrasi yang digunakan yaitu 3
diperoleh persamaan y = 853835X - µg/mL diperoleh %RSD (Relative
990947 dan koefisien Standard Deviation) sebesar 0,32%, pada
korelasi (r) 0,9409 konsentrasi 6 µg/mL sebesar 0,85% dan
konsentrasi 9 µg/mL diperoleh 0,06%.
Uji Akurasi Sedangkan pada pengujian inter-hari
%RSD (Relative Standard Deviation)
Pada uji akurasi ini digunakan 3 yang diperoleh dari konsentrasi 3 µg/mL
konsentrasi yaitu 3 µg/mL , 6 µg/mL dan yaitu 2,63%, konsentrasi 6 µg/mL yaitu

100
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

1,15% dan 9 µg/mL yaitu 1,56%. Terlihat Pada penetapan kadar amoxicilin
dari kedua data intra-hari dan inter-hari dalam plasma digunakan satu sampel
selama 2 hari berturut-turut hasil %RSD darah yang diambil plasmanya kemudian
(Relative Standard Deviation) ≤ 15 %. dengan menggunakan dua konsentrasi
Hasil ini sesuai dengan teori yang yaitu konsentrasi 250 µg/mL dan 500
mengatakan bahwa untuk senyawa- µg/mL. Dari setiap konsentrasi dilakukan
senyawa dengan pengukuran kadar pengulangan tiga kali. Untuk konsentrasi
sekelumit, nilai %RSD dapat diterima jika 250 µg/mL dihasilkan rata2 puncak
≤ 15% (Gandjar & Rohman, 2007). 441847,33, rata-rata waktu retensi 2,76
sehingga bisa dikatakan pada uji presisi dan rata-rata kadar terukurnya 1,67.
ini memenuhi syarat. Uji ini dilakukan Sedangkan untuk konsentrasi 500 µg/mL
intra-hari dan inter hari selama 2 hari rata-rata luas puncaknya 2069980,33,
untuk memastikan bahwa setelah sediaan waktu retensinya 2,71 dan kadar
disimpan masih stabil dan tidak terukurnya 3,88. Dari kedua konsentrasi
mengganggu hasil analisa. tersebut terlihat bahwa pada konsentrasi
250 µg/mL nilai kadar terukur kurang dari
Uji Batas Deteksi (LOD) dan Batas LOD (2,50 µg/mL) sehingga pada
Kuantitas (LOQ) konsentrasi tersebut tidak dapat terdeteksi
sedangkan pada konsentrasi 500 µg/mL
Hasil dari uji batas deteksi ini
nilai kadar terukurnya lebih besar dari
adalah 2,5 µg/mL dan batas kuantitasi
nilai LOD (2,50 µg/mL) sehingga dapat
sebesar 8,36. Sehingga bisa dikatakan
dikatakan pada konsentrasi tersebut
bahwa amoxicilin tidak akan terbaca lagi
amoxicilin dapat terdeteksi. Kadar
pada konsentrasi di bawah 2,50 µg/mL
amoxicilin yang terukur dalam plasma
dan hasil tersebut terbukti.
sangat sedikit, ini berarti amoxicili
Uji Kesesuaian Sistem memiliki biovailabilitas yang sangat kecil
dalam plasma sehingga konsentrasi yang
Uji kesesuaian sistem dilakukan digunakan harus tepat.
untuk memastikan kesesuaian dan
keefektifan sistem yang digunakan agar
diperoleh kondisi oprasional dan
kromatogram yang baik. Dari hasil
percobaan diperoleh nilai rata-rata, yaitu
jumlah plat teoritis 18,19, faktor kapasitas
4,71, asimetris 0,70 dan %RSD (standar
deviasi relatif) 15,35%. Berdasarkan hasil
tersebut ada beberapa parameter yang
tidak sesuai dengan persyaratan yaitu
untuk plat teoritis yang dipersyaratkan
>2500 sedangkan hasilnya <2500 dan
untuk %RSD yang dipersyaratkan yaitu 5- Gambar 6.6 kromatogram Blanko Darah
15% (Gandjar & Rohman, 2007)
sedangkan yang dihasilkan adalah
15,35%. Namun untuk faktor kapasistas
dan faktor tailing (asimetris) telah sesuai.
Ketidak sesuaian hasil plat teoritis
disebabkan oleh perubahan HETP (lebar
lempeng teoritis) dan juga pelebaran
puncak.
Penetapan Kadar Amoxicilin

101
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

kolom (250 X 4,6 mm, 5 µm)


dengan fase gerak Metanol : Buffer
kalium dihidrogen fosfat ( 10 : 90),
PH 5 dan laju alir 2,0
mL/menit.Sedangkan hasil Validasi
menunjukkan bahwa metode
bioanalisis yang dilakukan sudah
cukup memenuhi persyaratan untuk
uji kesesuaian sistem, linearitas
(r=9,409), akurasi (%diff ≤ 15
kecuali pada konsentrasi 3 µg/mL) ,
presisi (% RSD ≤ 15), batas deteksi
(2,5 µg/mL) dan batas kuantitas
Gambar 6.7. Kromatogram
(8,36).
sampel Darah +
Hanya saja ada beberapa
Amoxicilin konsentrasi
konsentrasi yang belum sesuai yaitu
250 µg/mL
pada uji akurasi. Namun secara
keseluruhan metode yang telah
divalidasi bisa digunakan untuk
penetapan kadar amoxicilin.
2. Penetapan kadar Amoxicilin dalam
plasma secara in vitro dengan
menggunakan metode yang disudah
divalidasi menunjukkan hasil kadar
yang sangat rendah. Dan semakin
rendah konsentrasi maka kadarnya
Gambar 6.8. Kromatogram sampel Darah semakin rendah ini karena
+ Amoxicilin bioavailabilitas amoxicilin dalam
konsentrasi 500 µg/mL plasma darah sangat rendah
KESIMPULAN sehingga jika menggunakan kadar
yang sangat kecil kadar amoxicilin
1. Kondisi optimasi untuk penetapan dalam plasma tidak dapat terukur.
kadar amoxicilin secara KCKT
dengan menggunakan kolom C18,
DAFTAR PUSTAKA Determination Of Amoxicilin
Trihydrate and Bromhexine
Ahmed, M., G.Babu, S., A.Sathish, K, S. Hydrochloride In Oral Dosage
2011. Development and Validation Forms. International Journal of
of Amoxicillin by RP-HPLC Pharmacy and Pharmaceutical
Method in Bulk drug and Science. 2 : 129-133.
Pharmaceutical dosage forms.
International Journal of ChemTech Dirjen POM Departemen Kesehatan
Research. IJCRGG, Republik Indonesia. 1995.
CODEN(USA). Vol. 3, No.3, pp Farmakope Indonesia, Edisi IV.
1037-1041. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. Hal :1083, 1084.
Depkes RI.1984. Farmakope Indonesia.
Edisi III. Departemen Kesehatan Gandjar, G.I., Rohman, A. 2007. Kimia
RI, Jakarta. Halaman 9, 31, 902. Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Dhoka, M., Gawande, V., Joshi, P. 2010. Yogyakarta.
High performance Liquid Harahap, Y. 2008. Validasi Metode
Chromatographic Method For Analisis Cilostazol dalam Plasma In

102
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

Vitro Secara Kromatografi Cair


Kinerja Tinggi. Jurnal Program
Sarjana Farmasi. Departemen
Farmasi FMIPA UI, Jakarta.
Hal:09-20.
Hermita. 2004. Metode Penetapan Kadar
Meloxicam dalam Darah Manusia
In Vitro Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Jurnal Program
Sarjana Farmasi. Departemen
Farmasi FMIPA UI, Jakarta.
Hal:79-92.
Johnson, E.L., Stevenson; R . 1978. Basic
liquid chromatography.
Varian, California.
Kelly MT. 1990. Drug Analysis in
Biological Fluids.
Chemical Analysis in Complex
Matrices. Dublin, Ireland. Hal.17-
97.
Lestari Dewi. 2008. Validasi Metode
Analisis Levofloksasin dalam
Plasma In Vitro Secara
Kromatografi Cair Kinerja
TinggiFluoresensi. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UI, Depok.
Martina Alfan.2009. Optimasi Fase
Gerak Dapar Fosfat PH 4,4Metanol
Pada Penetapan Kadar Campuran
Amoksisilin dan Kalium
Klavulanat dalam Tablet
Secara Simultan dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). Skripsi. USU, Medan.
Shargel, Leon; Andrew B.C.Yu. 1941.
Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Third edition.
Appleton, Lange. Hal: 33-110.
Sudjadi dan Rohman. 2012. Analisis
Farmasi. Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai