Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

CA SERVIKS

DISUSUN OLEH :

YANTI MARLIKA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh, yang dalam perkembangannya sel tersebut berubah menjadi sel
kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai
akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker servik merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan.
Terbukti di dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker servik.
Sedangkan di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal karena
kanker servik. Kanker ini merupakan kanker yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan yang menderita kanker serviks meninggal, ini artinya dengan 226.000
perempuan yang di diagnosa terkena kanker servikssebanyak 143.000 perempuan
meninggal. ( American Cancer Society, 1989 ).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah satu
penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara
lain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru datang
berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk
mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat
khawatir dan cemas dengan keadaannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker Ca-Serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks.
b. Untuk mengetahui etiologi kanker serviks.
c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks.
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker Serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya ( FKUI, 1990).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal
dimana sel –sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.

B. Patofisiologi
1. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai resiko yang besar terhadap kanker serviks.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herves simpleks ( HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akan diduga sebagai faktor penyebab ksnker serviks.
5. Sosial Ekonomi
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah, faktor
ekonomi erat kaitannya dengan gizi , imunitas dan kebersihan perseorangan.
Pada sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
Makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga pengaruh mudahnya terjadi kanker serviks pada wanita yaitu yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygine
penis tidak terawat dan banyak kumpulan-kumpulan bakteri.
7. Merokok dan AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks
yang terjadi infeksi yang berupa radang terus-menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuk kanker serviks.
2. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
 Stage 0 : Pre infasive atau karsinoma insitu.
 Stage 1 : Terbatas pada serviks.
 Stage 1b : Terlihat hanya terdapat pada leher rahim dengan
pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan
lebar 7 mm
 Stage II : Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum
mengenai dinding panggul sepertiga vagina.
 Stage IIb : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul yang telah mengenai vagina, tidak
melebihi dua pertiga bagian proksimal.
 Stage III : Sudah sampai dinding panggul dan sepertiga bagian
bawah vagina.
 Stage IIIB : Sudah mengenai organ yang tidak berfungsinya ginjal.
 Stage IV : Tumor telah meluas ke organ reproduksi.

2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


 Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pertiga epidermi hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, pra skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membran basalis dan invasi
pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membran basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampak seperti
ulkus yang mudah rapuh dan mudah berdarah.
3. Proses Penyakit
Bentuk ringan ( displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
( KIS ) berkisar 7 tahun. Sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma
insitu menjadi invasif 20 tahun. ( FKUI 1992 ).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanis atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada strom serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan
luka pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya
dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu
oleh faktor resiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul yang tidak
dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel
normal sehingga tejadi keganasan.

4. Tanda dan Gejala


1. Keputihan
Gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan fluor albus
( keputihan ) merupakan gejala yang sering ditemukan berupa getah yang
keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian pertumbuhan tumor menjadi
ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami setelah bersenggama merupakan gejala
karsinoma serviks 75-80%. Pada tahap awal terjadinya kanker serviks
tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa tidak
teraturnya siklus haid, aminorhea, hipermenorhea, dan adanya sekret
vagina yang sering dan perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan
dalam ( vaginal toussea ) merupakan gejala yang sering terjadi.
Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi
dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi
karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari dalam lumbal.
Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi,
sekret dari vagina yang berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi
vagina. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin
progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

5. Anatomi dan fisiologi


Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi
epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel
vagina, yang berfungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan
vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan
skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan dramatis selama masa usia
reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamakolumnar
normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di
luar pada ektoservik, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan
eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan
kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan sekret
yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak
mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang
steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan
pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang
memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai
beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk
sebagai saluran lonjong panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-
kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum seminalis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium
uteri internum ( OUI ) dan pintu vagina ( OUE ) ostium uteri eksternum.
Kedua pintu ini penting dalam jalannya persalinan,abortus dan sebagainya.
C. Penatalaksanaan
1. Radiasi
 Dapat dipakai untuk semua stadium
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk dan tua
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Operasi
 Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
 Operasi histerektomi vagina
3. Kombinasi ( radiasi dan pembedahan )
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi odema. Sedangkan tindakan operasi dapat
menyebabkan fistula, disamping itu juga dapat menambah penyebaran
kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
dianggap resisten bila 8-10 minggu pengobatan keadaan masih tetap sama.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien ( Nama, jenis kelamin, alamat )
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
seperti air.
 Riwayat kesehatan sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra serviks
 Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
 Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
 Wajah : tidak ada oedema
 Mata : konjungtiva tidak anemis
 Hidung : simetris, tidak ada sputum
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
 Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening
b. Dada
 Inspeksi : simetris
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Palpasi : vokal fremitus simetri kanan dan kiri
 Auskultasi : vesikuler
c. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
 Inspeksi : simetris, tidak acites
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus normal
e. Genitalia
 Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginan, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan
muntah
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan trombositopenia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genekologis dan prognosis yang tak menentu
7. Perubahan konsep diri ( peran ) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi

C. Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
Tujuan :
Mampu mengenali dan menangani anemia terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi :
 Berikan cairan secara cepat
 Pantau dan atur kecepatan infus
 Kolaborasi dalam pemberian infus
 Kolaborasi dalam pemeriksaan HB, hematokrit serta jumlah trombosit
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan
muntah
Tujuan :
Masukan yang adekuat serta kalori yang mengcukupi kebutuhan tubuh
Intervensi :
 Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu
 Pantau masukan makanan klien
 Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai
dengan diet
 Lakukan perawatan mulut sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan :
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
 Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan
 Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
 Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotik
4. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan :
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda perdarahan
 Observasi tanda-tanda vital
 Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan
 Kolaborasi dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap ( HB dan Trombosit )
 Kolaborasi dalam tindakan transfusi trombosit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi
Tujuan :
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal
Intervensi :
 Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien
 Bantu pasien melakukan aktifitas berdasarkan keletihan yang dialami
 Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan
 Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genekologis dan prognosis yang tak menentu
Tujuan :
Kekuatiran menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi
Intervensi :
 Ciptakan suasana lingkungan yang kondusif
 Berikan dorongan spiritual
 Evauasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan
7. Perubahan konsep diri ( peran ) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran
Intervensi :
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya
 Diskusikan dengan keluarga terhadap peran perubahan peran anggota yang
sakit
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi
Intervensi :
 Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
 Jelasan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi
 Pendidikan kesehatan

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan
2. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal
6. Kekuatiran menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap peran nya
mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi
Daftar pustaka

Arif Mansjoer dkk ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran

Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan .Jakarta: Gramedia

Mochtar, Rustam. 1989. Synopsis Obstetric. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai