Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE AKUT
A. Konsep Teori
1. Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita Yuliani, 2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada
masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi,
konsistensi, dan volume dari feces (Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
a. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau
cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam
tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan
cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
c. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare
cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam,
gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini
berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada penyakit yang
menyertainya.
3. Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
 Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Aeromonas, dll.
 Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
 Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa
(entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dsb.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran),
dan kurang matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan
menyebabkan diare kronis.
4. Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare
dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime
(kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam
mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan
elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air
dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus
sehingga terjadilah Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus
yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meninggi
c. Feces encer, berlendir atau berdarah
d. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
e. Anus lecet
f. Muntah sebelum dan sesudah diare
g. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa
kering.
6. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat,HCO3 menurun)
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia
8. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah
dan mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi
akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik
pengobatan harus rasional.
9. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidrasi oral
 Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
 Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain.
2) Cairan parenteral
b. Jalan pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila
anak mau minum serta kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi
anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidrasi berat.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak.
d. Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
· Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
10. Obat - obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atautanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau kar bohidrat lain(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1) Obat antisekresi
2) Obat antispasmolitik
3) Obat pengeras tinja
4) Antibiotika, kapan perlu
11. Pencegahan
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari
dan sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada
kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti
pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair”
(kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek”
(seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras”
(kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2
bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air besarnya lebih sering
lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau
asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong
diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat
bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu
diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam
(mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
12. Perawatan dirumah

Prinsip pengobatan diare


Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak
diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang
gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada
anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya
dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip
pengobatan diare adalah: Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat
melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak,
pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan,
termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan
penggantian susu formula.
Cara membuat oralit :
a. Cuci tangan sebelum meyiapkan
b. Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang
c. Gunting ujung pembugkus oralit
d. Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air tersebut
e. Aduk hingga bubuk oralit larut
f. Siap untuk diminum
Cara memberikan oralit :
a. Anak umur <1 tahun diberikan 50 – 100 cc cairan oralit setiap kali BAB
b. Anak umur >1 tahun diberikan 100 – 200 cc cairan oralit setiap kali BAB

B. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare


A. Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan
dll.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
 Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe
Susu Formula
 Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
 Pola Pertumbuhan
 Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab
 Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB
 Kaji Intake dan Output
4. Pengkajian Sistem
a. Pengkajian umum
1) Kesadaran
2) Tanda – tanda vital
 Suhu tubuh : pengukuran suhu melalui mulut (anak >
6 th) Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
 Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.
 Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak
 TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3) TB / BB
4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada
b. Pengkajian fisik
1) Kepala
Higiene kepala
Ubun-ubun cekung
2) Mata
Palpebra : cekung/ tidak
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
3) Hidung
Sianosis, epistaksis
4) Mulut
Membran mukosa : pink, kering
5) Telinga
Apakah ada infeksi/ tidak
6) Sistem kardiovaskuler
Nadi apeks : irama teratur/ tidak
Nadi perifer : irama teratur/ tidak
Bunyi jantung : murni/ bising
Kulit : pucat/ sianosis
7) Sistem pernapasan
Frekuensi napas
Bunyi napas : murni/ bising
Kedalaman, Pola napas
8) Sistem persarafan
Tingkat kesadaran
Pola tingkah laku
Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
9) Sistem musculoskeletal
Gaya berjalan
Persendian
Kesimetrisan
10) Sistem pencernaan
Bising usus : ada/ tidak, frekuensi
Distensi abdomen : ada/tidak
Mual/ muntah
11) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK )
Frekuensi, konsistensi, bau, warna
5. Faktor Psikososial
Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah
Metode koping orangtua dan anak
Interaksi orangtua dan anak
6. Pengkajian Keluarga
Jumlah anggota keluarga
Pola komunikasi
Pola interaksi
Pendidikan dan pekerjaan
Kebudayaan dan keyakinan
Fungsi keluarga
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
Keseimbangan asam basa dalam darah
Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal
Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang
disertai kejang)
Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun
terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt
)
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki deficit
2. Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt.
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5. Kolaborasi :
· Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
· Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
· Nafsu makan meningkat
· BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2. kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawatan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
· Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
· Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga
tak terjadi iskemi dan iritasi.
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan
tidak rewel
Intervensi :
1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.
5. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

D. Implementasi
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena anak telah
menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan
diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
E. Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalamevaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM
dan PLP.

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.

M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka

Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506.
Buletin IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja
sama dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.

Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA
FK UI.

Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1.


Jakarta: P.T. Fajar Intrapratama.

Tin Afifah, Srimawar Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit


Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia 1992-2001 dalam
Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 31. No2. Jakarta: Depkes RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta.


Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE AKUT

Oleh

Eva Kharisma Aprilia

P07120117058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN
KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III (D.III) KEPERAWATAN
MATARAM
TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai