DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................1
KATA PANGANTAR .............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................3
C. Manfaat ..........................................................................................................3
1
[Type text]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
2
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian komunikasi!
2. Jelaskan pengertian etika!
3. Apa saja aliran-aliran etika?
4. Jelaskan pengertian profesi!
5. Bagaimana etika profesi itu?
6. Seperti apa etika dalam berkomunikasi?
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
semua pihak dalam mempelajari tentang Etika Komunikasi. Selain itu dapat menambah
wawasan kita semua mengenai berkomunikasi dengan baik yang selalu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3
[Type text]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-
hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat diterima semua pihak.
Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya, komunikasi mempunyai banyak definisi
sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian.
Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang
mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, maka komponen-komponen
komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikator atau Pengirim Pesan
2. Pesan atau Informasi
3. Media atau Saluran
4. Komunikan atau Penerima
5. Umpan Balik atau Feedback
6. Gangguan atau Noise
B. Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing
yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan
adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal
itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani “ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran
4
[Type text]
5
[Type text]
2. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan
teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua
bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi
atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi
6
[Type text]
tingkat :
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
C. Aliran Etika
Suatu ukuran baik dan buruk sifatnya individual yakni akan dilihat dari orang
yang menilainya, karena baik dan buruk itu terikat pada ruang dan waktu, sehingga ia
tidak berlaku secara universal. Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk dapat dilihat dari
beberapa aliran-aliran dari berbagai sudut pandang, antara lain:
1. Adat Kebiasaan
2. Kebahagiaan (Hedonisme)
3. Bisikan Hati (Instuisi)
4. Evolusi
5. Paham eudaemonisme
6. Aliran Vitalisme
7. Aliran Pragmatisme
8. Aliran Gessingnungsethik
9. Aliran Idealisme
Selain itu, aliran etika lainnya diuraikan oleh John C. Merill (1975:79-88) yang
dapat digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara
lain deontologis, teleologis, egoisme, dan utilitarisme.
Aliran deontologis (deon = yang harus/wajib, Yunani) melakukan penilaian atas
tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu tindakan secara hakiki
mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria etis ditetapkan langsung pada
jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan/perilaku yang langsung dikategorikan baik, tetapi
juga ada perilaku yang langsung dinilai buruk.
Ukuran etis yang berbeda, dikemukakan oleh aliran teleologis(telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat atas
tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma moral, maka tindakan
itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi apabila suatu tindakan betujuan jelek, akan
dikategorikan tidak etis.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yag diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila menghasilkan
terbaik bagi diri sendiri.
Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari pahamegoisme, yaitu
yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak. Dengan
demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subyektif individu, melainkan secara
7
[Type text]
obyektif pada masyarakat umum. Semakin universal akibat baik dari tindakan itu, maka
dipandang semakin etis.
D. Etika Komunikasi
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang
mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu perkantoran. Pada
dasarnya komunikasi perkantoran dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara
lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media
telepon. Secara tertulis misalnya dengan mempergunakan surat. Baik komunikasi
langsung maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan.
Komunikasi perkantoran merupakan proses komunikasi antara pimpinan dengan
anggota, antar anggota, maupun antar unsur pimpinan. Untuk menjaga agar proses
komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak menimbulkan dampak negatif, maka
diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan etika komunikasi
perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini:
1. Tata krama pergaulan yang baik
2. Norma kesusilaan dan budi pekerti
3. Norma sopan santun dalam segala tindakan
Apabila etika dan tata krama berlaku di mana saja dan kapan saja, maka dalam
ruang lingkup ini komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan masyarakat maupun
dalam kehidupan perkantoran merupakan arena yang benar-benar menuntut jatah
diterapkannya etika. Karena itu ada orang yang mengatakan bahwa antara etika dan
komunikasi dalam pergaulan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Dimanapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan etis, agar lawan
bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi jika
kita tidak mengetahui jati diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak
dan merancang persiapan komunikasi yang sesui dengan tuntutan etis kedua belah pihak.
Ketika kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah
berusaha menamppilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling mendasar.
Jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga tidak mungkin bisa
ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang publik ini tidak bisa dilepaskan
dari otonomi demokrasi yang didasarkan pada kebebasan untuk berekspresi (B. Libois,
2002:19). Jadi, untuk menjamin otonomi demokrasi ini hanya merupakan bagian dari
upaya untuk menjamin otonomi demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu antara
kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik. Etika komunikasi
8
[Type text]
memiliki tiga dimensi yang terikat satu dengan yang lain, yaitu:
1. Aksi komunikasi
2. Sarana
3. Tujuan
Komunikasi merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kegiatan
kantor melihat hakikat kantor sebagai kumpulan orang yang bersama-sama
menyelenggarakan kegiatan kantor atau kegiatan ketatusahaan. Seorang manajer harus
dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai kantor baik sacara horizontal
maupun vertikal atau secara diagonal. Pengurusan informasi (information handling) yakni
menyampaikan dan penerimaan berita akan berjalan dengan baik bila dalam kantor itu
terdapat komunikasi yang efektif.
9
[Type text]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang
mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.
Komunikasi mempunyai komponen-komponen agar komunikasi dapat berjalan dengan
baik, yaitu:
1. Komunikator atau pengirim pesan
2. Pesan atau informasi
3. Media atau saluran
4. Komunikan atau penerima pesan
5. Umpan balik atau feedback
6. Gangguan
Etika menurut para ahli adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan
atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu
kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
segala aspek atau sisi kehidupan kita.
Aliran etika menurut John C. Merill (1975: 79-88) antara
laindeontologis, teleologis, egoisme, dan utilitarisme. Deontologis artinya suatu tindakan
secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Aliran teleologis melihat
nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat atas tindakan itu.
Aliran egoisme artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila menghasilkan
terbaik bagi diri sendiri. Aliran utilitarisme yaitu yang memandang suatu tindakan itu
baik jika akibatnya baik bagi orang banyak.
Profesi menurut De George adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Kode
etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang dituangkan secara formal,
tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main. Disusunnya kode etik profesi ialah
merupakan komitmen terhadap tanggung jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi
kode etik profesi ialah memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota
profesi agar tidak keluar dari etika yang menjadi panutan.
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang
mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu perkantoran. Untuk
menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak menimbulkan dampak
10
[Type text]
negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan etika
komunikasi perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Tata krama pergaulan yang baik
2. Norma kesusilaan dan budi pekerti
3. Norma sopan santun dalam segala tindakan
11
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.
dePorter, Bobbi, et.al.2000. Quantum Teaching, Kaifa. Bandung.
12