Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dikenal 4 (empat) jenis
pemeriksaan. Kelima jenis pemeriksaan tersebut adalah :
1. Pemeriksaan Dismissal (Pasal 62)
2. Pemeriksaan Acara Singkat (Pasal 62 ayat (4))
3. Pemeriksaan Acara Biasa (Pasal 63, 68 s/d 97)
4. Pemeriksaan Acara Cepat (Pasal 98, 99)
5. Pemeriksaan Acara Sederhana (Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 02 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi
Publik di Pengadilan)
6. Dan lain-lain yang diatur secara khusus menurut jenis sengketanya misalnya
sengketa berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, fiktif positif
dst.
PEMERIKSAAN DISMISSAL
Setelah gugatan didaftarkan dan diproses serta diberi nomor register perkara di
kepaniteraan pengadilan, gugatan diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986.
Pemeriksaan oleh Ketua Pengadilan tersebut dikenal dengan istilah Pemeriksaan
Dismissal (Dismissal Process) atau Rapat Permusyawaratan.
1
Pemeriksaan Dismissal oleh Ketua biasanya dilakukan cukup di ruang Ketua
Pengadilan atau dapat juga di ruang lain yang ditentukan. Susunan ruang pemeriksaan
dismissal layaknya ruang kerja biasa, yang tidak memerlukan susunan seperti ruang
sidang pada umumnya.
Para pihak (Penggugat dan Tergugat) tidak harus hadir dalam pemeriksaan
dismissal. Para pihak hadir hanya apabila diperlukan oleh Ketua untuk dimintakan
keterangan ataupun data-data yang diperlukan untuk memperjelas gugatan, dan untuk
bahan pertimbangan oleh Ketua, apakah gugatan tersebut memenuhi ketentuan Pasal 62
sehingga dengan Penetapannya, Ketua Pengadilan menyatakan gugatan tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijkverklaard), atau sebaliknya apabila gugatan tidak memenuhi
ketentuan Pasal 62, maka Ketua Pengadilan membuat Penetapan Lolos Dismissal dan
menunjuk Hakim atau Majelis Hakim untuk memeriksa gugatan tersebut.
2
dimintakan keterangannya dua pihak sekaligus atau satu persatu (misalnya Penggugat
terlebih dahulu baru kemudian Tergugat, atau sebaliknya).
Kepada Penggugat, Hakim yang melakukan pemeriksaan persiapan memberikan
arahan, saran dan atau masukan-masukan guna kelengkapan dan kesempurnaan gugatan
Penggugat secara formal. Artinya arahan, saran dan atau masukan yang diberikan
Hakim tidak sampai pada substansi gugatan. Sementara itu kepada Tergugat, Hakim
dapat meminta keterangan dan penjelasan serta data-data yang diperlukan untuk bahan
perbaikan gugatan Penggugat.
Perbaikan gugatan Penggugat dibatasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak perintah perbaikan gugatan oleh Hakim. Apabila tenggang waktu
tersebut terlampaui maka gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. Gugatan
Penggugat yang telah diperbaiki dan telah dianggap sempurna secara formal, kemudian
salinannya diberikan kepada Tergugat untuk dijawab dalam persidangan yang terbuka
untuk umum.
Proses selanjutnya adalah jawab menjawab (jawaban/eksepsi, replik, duplik)
penyampaian surat-surat bukti tertulis, pemeriksaan saksi-saksi dan diakhiri kesimpulan
para pihak. Pada saat proses pemeriksaan berjalan, dimungkinkan terjadi hal-hal seperti:
a. Pencabutan Gugatan
Pencabutan gugatan dapat dilakukan setiap saat oleh Penggugat, termasuk pada saat
proses pemeriksaan sedang berjalan. Namun apabila pencabutan gugatan diajukan
setelah adanya jawaban dari Tergugat atas gugatan Penggugat, maka pencabutan
gugatan hanya dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim setelah mendapat persetujuan
Tergugat (Pasal 76)
b. Masuknya pihak ketiga (intervensi)
Pihak ketiga yang merasa berkepentingan dapat masuk dalam perkara yang sedang
berjalan dengan mendasarkan ketentuan dalam Pasal 83
c. Penundaan Pelaksanaan SK objek sengketa (schorsing)
Ketentuan dalam Pasal 67 memberikan hak kepada Penggugat untuk mengajukan
permohonan penundaan pelaksanaan Surat Keputusan yang digugat (schorsing).
Permohonan penundaan pelaksanaan Surat Keputusan tersebut dapat diajukan
bersamaan dengan pengajuan gugatan, atau dapat juga diajukan saat proses
pemeriksaan sedang berjalan.
3
dalam Pasal 98. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim Tunggal
tanpa harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan persiapan seperti dalam acara biasa.
Proses pemeriksaan acara cepat di persidangan sama dengan acara biasa, hanya
saja waktunya dipercepat dan dibatasi. Dalam Pasal 99 disebutkan jangka waktu jawab
menjawab dan pembuktian bagi para pihak dibatasi masing-masing ditentukan tidak
melebihi 14 (empat belas hari).
4
kemudian Hakim Ketua Majelis membuka pemeriksaan persiapan dengan kalimat
sebagai berikut :
“Pemeriksaan Persiapan sengketa Tata Usaha Negara Nomor:……/G/20….
…/PTUN……….antara ………(nama, kewarganegaraan, pekerjaan, tempat
tinggal Penggugat) sebagai Penggugat melawan……….(nama jabatan, tempat
kedudukan Tergugat) sebagai Tergugat, dibuka dan dinyatakan tertutup untuk
umum”
Kemudian Hakim Ketua Majelis menjelaskan kepada para pihak tentang dasar
hukum dan maksud dilakukannya pemeriksaan persiapan dengan kalimat sebagai
berikut :
“Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap sengketa
ini di persidangan, terlebih dahulu akan dilakukan pemeriksaan persiapan.
Tujuan dilakukan pemeriksaan persiapan ini adalah untuk memperbaiki gugatan
Penggugat dan melengkapi data-data yang diperlukan, serta meminta penjelasan
atau keterangan dari Tergugat sehubungan dengan terbitnya Surat Keputusan
yang menjadi obyek sengketa”
5
Penggugat melengkapi data-data yang diperlukan, sehubungan dengan gugatan
Penggugat yang menurut Majelis Hakim belum sempurna secara formal”
Kemudian Hakim Ketua Majelis dan atau Hakim Anggota menyampaikan hal-
hal yang perlu disempurnakan dari gugatan Penggugat, seperti tentang identitas para
pihak harus disesuaikan dengan ketentuan Pasal 56, tentang kelengkapan data-data
gugatan, tentang penjabaran atas dasar dan alasan/posita gugatan (redaksi dan
substansinya diserahkan kepada Penggugat) dan tentang petitum gugatan yang secara
limitatif telah disebutkan dalam SEMA No. 2 Tahun 1991, serta koreksi atas kata-
kata dan atau kalimat yang kurang sempurna dalam gugatan.
Setelah penjelasan/keterangan dan saran-saran disampaikan, kemudian Hakim
Ketua Majelis memberitahukan kepada Penggugat tentang kelanjutan proses
pemeriksaan persiapan dengan kalimat sebagai berikut :
“Apakah dari pihak Penggugat memahami hal-hal yang telah kami
sampaikan tersebut? Apabila telah memahami, maka dipersilahkan kepada
saudara Penggugat untuk memperbaiki gugatan terhitung tiga puluh hari sejak
hari ini, dan apabila lewat waktu tiga puluh hari Penggugat belum
memperbaikinya, maka Majelis Hakim akan mengeluarkan putusan yang
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Pasal 63 ayat (3) UU No. 5
Tahun 1986). Namun apabila Penggugat telah selesai memperbaiki gugatan
sebelum tenggang waktu tiga puluh hari, maka Majelis Hakim akan menyatakan
gugatan Penggugat telah sempurna dan salinan gugatannya akan disampaikan
kepada Tergugat untuk dijawab dalam sidang yang terbuka untuk umum”
6
dalam sengketa ini. Bagaimana penjelasan dari Tergugat atas terbitnya obyek
sengketa tersebut?”
7
bersamaan dengan salinan gugatan kepada Tergugat disertai perintah untuk
menyampaikan jawaban atas gugatan tersebut. Maka selanjutnya pemeriksaan
persiapan dinyatakan ditutup”
2. PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
Urutan pemeriksaan persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah sebagai
berikut :
a. Pembacaan Gugatan Penggugat dan Jawaban Tergugat/Tergugat II Intervensi
(Pembacaan Gugatan Penggugat dan Jawaban Tergugat/Tergugat II Intervensi
merupakan acara pertama kali dalam sidang terbuka, namun bisa dilakukan dalam
satu kali persidangan atau dilakukan terpisah. Apabila ada pihak ketiga, permohonan
pihak ketiga dapat diajukan sampai acara duplik)
b. Penyampaian Permohonan pihak ketiga dan Sikap Majelis Hakim terhadap
permohonan Pihak Ketiga.
c. Penyampaian Replik Penggugat
d. Penyampaian Duplik Tergugat/Tergugat II Intervensi
e. Penyampaian surat-surat bukti Penggugat
f. Penyampaian surat-surat bukti Tergugat/Tergugat II Intervensi
g. Pemeriksaan saksi-saksi Penggugat
h. Pemeriksaan saksi-saksi Tergugat/Tergugat II Intervensi
i. Penyampaian kesimpulan para pihak
j. Pembacaan Putusan
PENJELASAN
a. Sidang Pertama (Pembacaan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat)
Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”
8
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa Nomor :
…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………(Nama,
Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas
lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat melawan…………………………
(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat) sebagai Tergugat dan
………………………………(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat
Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Tergugat
II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Hakim Ketua Majelis
mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak Penggugat atau
Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi atau Kuasanya
dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”
Alternatif 1 :
9
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat (Kuasanya) telah menerima salinan gugatan dan
apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada hari ini ?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat II Intervensi (Kuasanya) telah menerima salinan
gugatan dan apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada hari ini?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“ Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis)
“Oleh karena masing-masing pihak telah menerima salinan gugatan, untuk
itu kepada para pihak kami tanyakan apakah berkeberatan apabila gugatan ini
kami bacakan pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
10
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat/Kuasanya
untuk menyerahkan jawabannya kepada Majelis Hakim dan Hakim Ketua Majelis
menyerahkan salinannya kepada Penggugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya. Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban dan
atau eksepsi dari Tergugat dengan menanyakan terlebih dahulu kepada para pihak
apakah berkeberatan bila jawaban hanya dibacakan pokok-pokoknya saja dengan
kalimat sebagai berikut :
“masing-masing pihak telah menerima salinan jawaban, untuk itu kepada
para pihak kami tanyakan apakah berkeratan apabila jawaban ini kami bacakan
pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
11
“masing-masing pihak telah menerima salinan jawaban, untuk itu kepada
para pihak kami tanyakan apakah berkeratan apabila jawaban ini kami bacakan
pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
12
“ Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat II Intervensi (Kuasanya) Telah menerima
salinan gugatan dan apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada
hari ini ?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
13
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan jawaban yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam jawaban kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Tergugat/Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis Hakim.
14
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk menyusun Replik secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”
15
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
16
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
yang hadir adalah …. (disesuaikan dengan Identitas yaitu KTP, Surat Kuasa
jika dikuasakan dan Kartu Advokat).
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Pihak
Ketiga/Kuasanya untuk menyerahkan Identitas/KTP, Kartu Advokat, Surat
Kuasa kepada Majelis Hakim.
17
(Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Pihak
Ketiga/Kuasanya untuk menyerahkan Surat Permohonan untuk menjadi pihak
dalam sengketa ini kepada Majelis Hakim)
18
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya
menyampaikan Dupliknya dengan kalimat sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat dan Tergugat
II Intervensi menyampaikan Dupliknya, maka persidangan terhadap sengketa ini
akan ditunda selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya
ditetapkan pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara penyampaian
Duplik oleh pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi. Kepada para pihak agar
datang menghadap kembali di persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut
diatas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan
panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk
palu tiga kali)
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
19
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”
20
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami telah siap menyampaikan……………. (Replik disesuaikan dengan
acaranya)
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada
Penggugat/Kuasanya untuk menyerahkan Repliknya kepada Majelis Hakim
dan Hakim Ketua Majelis menyerahkan salinannya kepada
Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya.
21
kesempatan kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya
menyampaikan Dupliknya dengan kalimat sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat dan Tergugat
II Intervensi menyampaikan Dupliknya, maka persidangan terhadap sengketa ini
akan ditunda selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya
ditetapkan pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara penyampaian
Duplik oleh pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi. Kepada para pihak agar
datang menghadap kembali di persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut
diatas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan
panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk
palu tiga kali)
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
22
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”
23
(setelah acara Penyampaian Duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi,
berikutnya adalah acara Pembuktian yaitu Bukti Surat-Surat dari Penggugat,
Tergugat dan Tergugat II Intervensi)
24
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada para pihak mempersiapkan
bukti surat-suratnya, maka persidangan terhadap sengketa ini akan ditunda
selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya ditetapkan
pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara Pembuktian yaitu bukti surat-
surat dari para pihak. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali di
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut diatas dengan tanpa dipanggil
lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka
selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk palu tiga kali)
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
25
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”
26
Penggugat/surat-surat bukti Tergugat/surat-surat bukti Tergugat II
Intervensi disesuaikan dengan acaranya)
27
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk mempersiapkan saksi selama 7 (tujuh) hari”
28
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”
29
Pembuktian yaitu pemeriksaan saksi dari Pihak Penggugat/Tergugat/Tergugat II
intervensi)
30
memberikan keterangan yang benar dan tidak lain daripada yang sebenarnya.”
saksi duduk kembali.
Lafaz sumpah/janji untuk saksi yang beragama Katolik ..saya
bersumpah/berjanji, bahwa saya sebagai saksi dalam sengketa ini akan
memberikan keterangan yang benar dan tidak lain daripada yang sebenarnya.
Kiranya Tuhan menolong saya” saksi duduk kembali.
Kemudian Hakim Ketua Majelis mengingatkan saksi yang akan diperiksa, agar
pada waktu memberikan keterangan menyampaikan hal-hal yang dilihat sendiri,
yang didengar sendiri, dialami sendiri sebagai berikut :
“Saudara saksi telah bersumpah/berjanji, dan sumpah/janji itu tidak hanya
didengar oleh semua yang ada di ruang persidangan ini melainkan harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME, oleh karena itu dalam memberikan
kesaksian ini saudara saksi harus menyampaikan hal-hal yang saudara saksi lihat
sendiri, dengar sendiri dan alami sendiri”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis mulai memeriksa saksi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan saksi terhadap sengketa yang sedang
diperiksa. Dalam prakteknya, Hakim Ketua Majelis dapat mengambil kesempatan
untuk bertanya kepada saksi terlebih dahulu atau memberikan kesempatan kepada
pihak yang mengajukan saksi, selanjutnya pihak lawan. Hakim Anggota juga diberi
kesempatan untuk bertanya/meminta keterangan saksi.
Setelah saksi memberikan keterangannya, dan Majelis Hakim maupun para
pihak menganggap keterangan saksi telah cukup, kemudian Hakim Ketua Majelis
mempersilahkan saksi meninggalkan ruang sidang/duduk di kursi pengunjung.
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis memanggil saksi berikutnya.
Untuk saksi yang kedua dan seterusnya, kronologis dan redaksinya sama
dengan saksi yang pertama.
Setelah pemeriksaan saksi selesai, kemudian Hakim Ketua Majelis mengajukan
pertanyaan kepada pihak Penggugat maupun Tergugat dan Tergugat II Intervensi
apakah masih ada saksi yang akan dihadirkan dalam persidangan berikutnya, sebagai
berikut :
(Hakim Ketua Majelis)
“Apakah masih ada saksi yang akan saudara hadirkan dalam persidangan
berikutnya?”
(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi)
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, dari pihak kami cukup, tidak
ada lagi saksi yang akan kami ajukan.” (bila sudah tidak ada saksi lagi).
Atau
31
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, dalam persidangan yang
akan dating kami mohon dapat menghadirkan 1 orang (atau lebih) saksi lagi.”
( bila masih ada saksi yang akan diajukan ).
Setelah acara sidang selesai, kemudian Hakim Ketua Majelis menunda
persidangan. Apabila masih ada saksi yang akan dihadirkan, baik oleh para pihak
maupun oleh Majelis Hakim sendiri karena jabatannya (Pasal 86), maka sidang
ditunda dengan acara pemeriksaan saksi berikutnya dari pihak
Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi/Hakim karena jabatannya.
(Penundaan sidang untuk pemeriksaan saksi berikutnya)
“Oleh karena tidak ada lagi hal-hal lain yang akan disampaikan oleh para
pihak, maka untuk memberikan kesempatan kepada
Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi menghadirkan saksi berikutnya,
maka sidang (pemeriksaan) ditunda selama………………(satu) minggu dari
sekarang. Dan oleh karenanya sidang selanjutnya ditetapkan pada
hari……………..tanggal……………………jam…………. Kepada para
pihak agar datang menghadap kembali pada persidangan pada hari, tanggal
dan jam tersebut di atas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan
ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang
dinyatakan ditutup.” (Ketuk palu tiga kali).
Apabila pemeriksaan saksi dari para pihak ataupun saksi dari Hakim karena
jabatannya telah selesai, maka sidang ditunda untuk acara berikutnya yaitu
penyampaian kesimpulan dari para pihak, sebagai berikut :
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya,
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya akan mengajukan Kesimpulan dalam persidangan yang
akan datang ?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan
Kesimpulan secara tertulis pada persidangan yang akan datang”
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya,
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Penggugat/Kuasanya,
Tergugat/Kuasanya, Tergugat II Intervensi/Kuasanya untuk menyusun
Kesimpulan?”
32
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang Terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk menyusun Kesimpulan secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”
33
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
34
“Untuk itu kami tanyakan kepada Penggugat/Tergugat/Tergugat II
Intervensi apakah saudara telah siap untuk menyampaikan kesimpulan saudara
pada persidangan hari ini?
(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi) :
“ Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami siap untuk menyampaikan kesimpulan kami”
(Hakim Ketua Majelis) :
“ Silahkan saudara Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi
menyampaikan kesimpulannya kepada Majelis Hakim“
Kemudian para pihak masing-masing menyampaikan kesimpulannya. Salinan
kesimpulan dari para pihak tersebut tidak diserahkan kepada masing-masing pihak
lawan dan tidak perlu dibacakan.
Setelah itu Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada Majelis Hakim bermusyawarah dan mengambil putusan, sidang
berikutnya adalah pembacaan putusan.
( Penundaan sidang pembacaan putusan ) :
“Untuk memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim untuk
bermusyawarah dan menyiapkan putusan, maka persidangan akan ditunda
selama……………..(dua) minggu dari sekarang. Oleh karenanya sidang
selanjutnya ditetapkan pada hari……………..tanggal………………
jam…………. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali pada
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut di atas dengan tanpa
dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi
pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup.” (Ketuk palu tiga
kali).
35
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
36
Usaha Negara…………… dalam tenggang waktu empat belas hari terhitung sejak
putusan ini dibacakan (apabila ada pihak yang tidak hadir : dan kepada
Panitera/Panitera Pengganti agar memberitahukan kepada pihak yang tidak hadir
dengan surat pemberitahuan resmi tentang bunyi (amar) putusan tersebut dan
apabila tidak puas dapat mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara dalam tenggang waktu 14 hari sejak pemberitahuan
diterima). Dengan selesainya pembacaan putusan, maka selesai sudah seluruh
rangkaian pemeriksaan dalam perkara ini. Dan selanjutnya persidangan dalam
perkara ini telah selesai dan sidang dinyatakan ditutup. (Ketuk palu tiga kali).
37