Anda di halaman 1dari 37

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA

DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) diatur dalam :


1. Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
2. Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1986
3. Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1986
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi juncto
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 02 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di
Pengadilan

Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dikenal 4 (empat) jenis
pemeriksaan. Kelima jenis pemeriksaan tersebut adalah :
1. Pemeriksaan Dismissal (Pasal 62)
2. Pemeriksaan Acara Singkat (Pasal 62 ayat (4))
3. Pemeriksaan Acara Biasa (Pasal 63, 68 s/d 97)
4. Pemeriksaan Acara Cepat (Pasal 98, 99)
5. Pemeriksaan Acara Sederhana (Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 02 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi
Publik di Pengadilan)
6. Dan lain-lain yang diatur secara khusus menurut jenis sengketanya misalnya
sengketa berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, fiktif positif
dst.

PEMERIKSAAN DISMISSAL
Setelah gugatan didaftarkan dan diproses serta diberi nomor register perkara di
kepaniteraan pengadilan, gugatan diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986.
Pemeriksaan oleh Ketua Pengadilan tersebut dikenal dengan istilah Pemeriksaan
Dismissal (Dismissal Process) atau Rapat Permusyawaratan.

1
Pemeriksaan Dismissal oleh Ketua biasanya dilakukan cukup di ruang Ketua
Pengadilan atau dapat juga di ruang lain yang ditentukan. Susunan ruang pemeriksaan
dismissal layaknya ruang kerja biasa, yang tidak memerlukan susunan seperti ruang
sidang pada umumnya.
Para pihak (Penggugat dan Tergugat) tidak harus hadir dalam pemeriksaan
dismissal. Para pihak hadir hanya apabila diperlukan oleh Ketua untuk dimintakan
keterangan ataupun data-data yang diperlukan untuk memperjelas gugatan, dan untuk
bahan pertimbangan oleh Ketua, apakah gugatan tersebut memenuhi ketentuan Pasal 62
sehingga dengan Penetapannya, Ketua Pengadilan menyatakan gugatan tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijkverklaard), atau sebaliknya apabila gugatan tidak memenuhi
ketentuan Pasal 62, maka Ketua Pengadilan membuat Penetapan Lolos Dismissal dan
menunjuk Hakim atau Majelis Hakim untuk memeriksa gugatan tersebut.

PEMERIKSAAN ACARA SINGKAT


Pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan oleh Majelis Hakim yang ditunjuk
oleh Ketua Pengadilan terhadap gugatan perlawanan. Gugatan perlawanan adalah upaya
hukum yang diberikan kepada Penggugat akibat dikeluarkannya penetapan dismissal
oleh Ketua Pengadilan yang menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Pemeriksaan Acara Singkat dilaksanakan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum. Majelis Hakim hanya memeriksa alasan-alasan keberatan Penggugat dan
jawaban Tergugat tanpa harus melakukan pemeriksaan surat-surat bukti dan saksi-saksi,
hal ini dikarenakan pemeriksaan acara singkat belum pada pemeriksaan terhadap
substansi masalah yang disengketakan.
Apabila putusan Majelis Hakim yang memeriksa gugatan perlawanan tersebut
menyatakan mengabulkan/membenarkan alasan-alasan Penggugat, maka penetapan
dismissal Ketua Pengadilan menjadi batal dan pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
acara biasa dengan Majelis Hakim yang sama. Namun sebaliknya apabila gugatan
perlawanan ditolak oleh Majelis Hakim, maka pemeriksaan sengketa selesai dan tidak
ada upaya hukum lain bagi Penggugat.

PEMERIKSAAN ACARA BIASA


Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh Majelis dengan sekurang-
kurangnya tiga orang Hakim. Pemeriksaan perkara diawali dengan melakukan
Pemeriksaan Persiapan yang dilakukan oleh Majelis, atau oleh salah seorang Hakim
yang ditunjuk oleh Hakim Ketua Majelis, atau oleh Hakim Ketua Majelis sendiri.
Pemeriksaan Persiapan dilakukan dalam suatu ruang tersendiri (tidak harus ruang
sidang) dan dinyatakan tertutup untuk umum. Para pihak dapat dipanggil dan

2
dimintakan keterangannya dua pihak sekaligus atau satu persatu (misalnya Penggugat
terlebih dahulu baru kemudian Tergugat, atau sebaliknya).
Kepada Penggugat, Hakim yang melakukan pemeriksaan persiapan memberikan
arahan, saran dan atau masukan-masukan guna kelengkapan dan kesempurnaan gugatan
Penggugat secara formal. Artinya arahan, saran dan atau masukan yang diberikan
Hakim tidak sampai pada substansi gugatan. Sementara itu kepada Tergugat, Hakim
dapat meminta keterangan dan penjelasan serta data-data yang diperlukan untuk bahan
perbaikan gugatan Penggugat.
Perbaikan gugatan Penggugat dibatasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak perintah perbaikan gugatan oleh Hakim. Apabila tenggang waktu
tersebut terlampaui maka gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. Gugatan
Penggugat yang telah diperbaiki dan telah dianggap sempurna secara formal, kemudian
salinannya diberikan kepada Tergugat untuk dijawab dalam persidangan yang terbuka
untuk umum.
Proses selanjutnya adalah jawab menjawab (jawaban/eksepsi, replik, duplik)
penyampaian surat-surat bukti tertulis, pemeriksaan saksi-saksi dan diakhiri kesimpulan
para pihak. Pada saat proses pemeriksaan berjalan, dimungkinkan terjadi hal-hal seperti:
a. Pencabutan Gugatan
Pencabutan gugatan dapat dilakukan setiap saat oleh Penggugat, termasuk pada saat
proses pemeriksaan sedang berjalan. Namun apabila pencabutan gugatan diajukan
setelah adanya jawaban dari Tergugat atas gugatan Penggugat, maka pencabutan
gugatan hanya dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim setelah mendapat persetujuan
Tergugat (Pasal 76)
b. Masuknya pihak ketiga (intervensi)
Pihak ketiga yang merasa berkepentingan dapat masuk dalam perkara yang sedang
berjalan dengan mendasarkan ketentuan dalam Pasal 83
c. Penundaan Pelaksanaan SK objek sengketa (schorsing)
Ketentuan dalam Pasal 67 memberikan hak kepada Penggugat untuk mengajukan
permohonan penundaan pelaksanaan Surat Keputusan yang digugat (schorsing).
Permohonan penundaan pelaksanaan Surat Keputusan tersebut dapat diajukan
bersamaan dengan pengajuan gugatan, atau dapat juga diajukan saat proses
pemeriksaan sedang berjalan.

PEMERIKSAAN ACARA CEPAT


Pada saat Penggugat mengajukan surat gugatan, sekaligus dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan agar pemeriksaan terhadap gugatannya dilakukan
dengan acara cepat, dengan mengemukakan alasan-alasan sebagaimana yang ditentukan

3
dalam Pasal 98. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim Tunggal
tanpa harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan persiapan seperti dalam acara biasa.
Proses pemeriksaan acara cepat di persidangan sama dengan acara biasa, hanya
saja waktunya dipercepat dan dibatasi. Dalam Pasal 99 disebutkan jangka waktu jawab
menjawab dan pembuktian bagi para pihak dibatasi masing-masing ditentukan tidak
melebihi 14 (empat belas hari).

PEMERIKSAAN ACARA SEDERHANA


Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang untuk mengadili sengketa yang
diajukan oleh Badan Publik Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta
informasi kepada Badan Publik Negara. Pemeriksaan ini lakukan secara sederhana
hanya terhadap Putusan Komisi Informasi, berkas perkara serta pemohonan keberatan
dan jawaban atas keberatan tertulis dari para pihak. Pemeriksaan dilakukan tanpa proses
mediasi. Pemeriksaan bukti hanya dapat dilakukan atas hal-hal yang dibantah salah satu
atau para pihak serta jika ada bukti baru selama dipandang perlu olehMajelis Hakim.
Untuk terangnya suatu perkara, Majelis Hakim dapat memanggil Komisi lnformasi
untuk memberikan keterangan apabila diperlukan.
Keberatan diperiksa dan diputus oleh Majelis Hakim yang sedapat mungkin terdiri
dari hakim-hakim yang mempunyai pengetahuan dibidang keterbukaan informasi.
Pemeriksaan keberatan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum, kecuali
terhadap pemeriksaan dokumen yang berisikan informasi yang dikecualikan. Majelis
Hakim wajib menjaga kerahasiaan dokumen. Pemohon Informasi atau kuasanya tidak
dapat melihat atau melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen. Pengadilan
wajib memutus dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak Majelis Hakim
ditetapkan. Terhadap putusan Pengadilan dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak putusan diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum apabila para pihak hadir atau 14 (empat belas) hari sejak isi atau
amar putusan diberitahukan kepada para pihak oleh Juru sita untuk sengketa di
Pengadilan Negeri, atau sejak pemberitahuan putusan dikirimkan melalui pos untuk
sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Mahkamah Agung wajib memutus dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Majelis Hakim ditetapkan.

JALANNYA PEMERIKSAAN DAN PERSIDANGAN


1. PEMERIKSAAN PERSIAPAN
Setelah para pihak berada/dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan persiapan
(dalam praktek pemeriksaan persiapan dibuka dengan terlebih dahulu
mempersilahkan para pihak untuk masuk dalam ruang pemeriksaan persiapan),

4
kemudian Hakim Ketua Majelis membuka pemeriksaan persiapan dengan kalimat
sebagai berikut :
“Pemeriksaan Persiapan sengketa Tata Usaha Negara Nomor:……/G/20….
…/PTUN……….antara ………(nama, kewarganegaraan, pekerjaan, tempat
tinggal Penggugat) sebagai Penggugat melawan……….(nama jabatan, tempat
kedudukan Tergugat) sebagai Tergugat, dibuka dan dinyatakan tertutup untuk
umum”

Kemudian Hakim Ketua Majelis menjelaskan kepada para pihak tentang dasar
hukum dan maksud dilakukannya pemeriksaan persiapan dengan kalimat sebagai
berikut :
“Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap sengketa
ini di persidangan, terlebih dahulu akan dilakukan pemeriksaan persiapan.
Tujuan dilakukan pemeriksaan persiapan ini adalah untuk memperbaiki gugatan
Penggugat dan melengkapi data-data yang diperlukan, serta meminta penjelasan
atau keterangan dari Tergugat sehubungan dengan terbitnya Surat Keputusan
yang menjadi obyek sengketa”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis meneliti kelengkapan surat-surat kuasa dan


identitas yang masih berlaku (Kartu Tanda Penduduk/KTP atau Identitas Advokat)
dari para pihak (apabila ada). Setelah pemeriksaan terhadap surat kuasa dari para
pihak, kemudian Hakim Hakim Ketua Majelis mempersilahkan kepada salah satu
pihak untuk meninggalkan ruang pemeriksaan persiapan dan menunggu panggilan
(tidak selalu pihak Penggugat mendapat kesempatan untuk diperiksa terlebih dahulu,
tergantung pertimbangan Majelis Hakim pihak mana yang akan diperiksa terlebih
dahulu. Dalam praktek dimungkinkan juga pemeriksaan dilakukan bersamaan antara
pihak Penggugat dengan pihak Tergugat).
Kemudian Hakim Ketua Majelis menerangkan kepada pihak Penggugat
(apabila pemeriksaan dilakukan terhadap Penggugat terlebih dahulu) tentang
perbaikan gugatan Penggugat dalam pemeriksaan persiapan ini dengan kalimat
sebagai berikut :
“Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 63 ayat (2)a UU No. 5 Tahun 1986,
sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap perkara ini di persidangan yang terbuka
untuk umum, Majelis Hakim wajib memberikan nasihat dan penjelasan-
penjelasan kepada Penggugat, disamping itu Majelis Hakim juga dapat meminta

5
Penggugat melengkapi data-data yang diperlukan, sehubungan dengan gugatan
Penggugat yang menurut Majelis Hakim belum sempurna secara formal”

Kemudian Hakim Ketua Majelis dan atau Hakim Anggota menyampaikan hal-
hal yang perlu disempurnakan dari gugatan Penggugat, seperti tentang identitas para
pihak harus disesuaikan dengan ketentuan Pasal 56, tentang kelengkapan data-data
gugatan, tentang penjabaran atas dasar dan alasan/posita gugatan (redaksi dan
substansinya diserahkan kepada Penggugat) dan tentang petitum gugatan yang secara
limitatif telah disebutkan dalam SEMA No. 2 Tahun 1991, serta koreksi atas kata-
kata dan atau kalimat yang kurang sempurna dalam gugatan.
Setelah penjelasan/keterangan dan saran-saran disampaikan, kemudian Hakim
Ketua Majelis memberitahukan kepada Penggugat tentang kelanjutan proses
pemeriksaan persiapan dengan kalimat sebagai berikut :
“Apakah dari pihak Penggugat memahami hal-hal yang telah kami
sampaikan tersebut? Apabila telah memahami, maka dipersilahkan kepada
saudara Penggugat untuk memperbaiki gugatan terhitung tiga puluh hari sejak
hari ini, dan apabila lewat waktu tiga puluh hari Penggugat belum
memperbaikinya, maka Majelis Hakim akan mengeluarkan putusan yang
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Pasal 63 ayat (3) UU No. 5
Tahun 1986). Namun apabila Penggugat telah selesai memperbaiki gugatan
sebelum tenggang waktu tiga puluh hari, maka Majelis Hakim akan menyatakan
gugatan Penggugat telah sempurna dan salinan gugatannya akan disampaikan
kepada Tergugat untuk dijawab dalam sidang yang terbuka untuk umum”

Setelah pemeriksaan terhadap Penggugat selesai, kemudian Hakim Ketua


Majelis memanggil pihak Tergugat untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan
persiapan (pihak Penggugat tetap berada di ruang pemeriksaan persiapan). Setelah itu
Hakim Ketua Majelis menerangkan kembali kepada Tergugat tentang dasar dan
tujuan dipanggilnya Tergugat dalam pemeriksaan persiapan dengan kalimat sebagai
berikut :
“bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 63 ayat (2)b UU No. 5 Tahun 1986,
dalam pemeriksaan persiapan ini disamping Majelis Hakim wajib memberikan
nasihat dan penjelasan kepada Penggugat, juga berwenang meminta penjelasan
dan keterangan dari Tergugat berkaitan dengan terbitnya Surat Keputusan
Nomor……….perihal………………(sebutkan SK Obyek Sengketa) yang
dikeluarkan Tergugat yang kemudian oleh Penggugat dijadikan obyek sengketa

6
dalam sengketa ini. Bagaimana penjelasan dari Tergugat atas terbitnya obyek
sengketa tersebut?”

Kemudian Tergugat/Kuasanya menjelaskan hal-hal yang ditanya oleh Majelis


Hakim. Apabila diperlukan, Majelis Hakim dapat meminta kronologis secara tertulis
dengan dilengkapi data-data dari Tergugat yang diperlukan.
Setelah selesai pemeriksaan terhadap para pihak, kemudian Hakim Ketua
Majelis memberitahukan kepada para pihak tentang kelanjutan proses pemeriksaan
persiapan. Apabila keterangan dari pihak Tergugat telah cukup, Hakim Ketua Majelis
memberitahukan kepada pihak Tergugat dengan kalimat sebagai berikut :
“oleh karena keterangan dari pihak Tergugat telah kami anggap cukup,
untuk selanjutnya Tergugat menunggu panggilan, dan apabila perbaikan gugatan
Penggugat telah selesai, Pengadilan akan mengirimkan salinannya kepada
Tergugat untuk dijawab dalam persidangan yang terbuka untuk umum, yang
waktunya akan ditentukan kemudian”
Apabila pemeriksaan persiapan dianggap belum selesai, antara lain misalnya
karena Majelis Hakim masih memerlukan keterangan atau data-data yang harus
disampaikan Tergugat, maka pemeriksaan persiapan akan ditunda dengan kalimat
sebagai berikut :
“selanjutnya pemeriksaan persiapan akan ditunda ……..(satu) minggu dari
sekarang, yang ditetapkan pada hari…………tanggal…………jam……….
dengan acara perbaikan gugatan Penggugat. Pihak Tergugat agar membawa
data-data yang diperlukan, dan kepada para pihak diperintahkan untuk datang
menghadap kembali pada hari dan tanggal tersebut di atas dengan tidak perlu
dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi dari
Pengadilan, maka selanjutnya pemeriksaan persiapan dinyatakan ditutup”
Apabila data-data yang diperlukan dari Tergugat telah cukup dan gugatan
Penggugat telah dinyatakan sempurna/ layak disidangkan dalam persidangan yang
terbuka untuk umum, selanjutnya Hakim Ketua Majelis menutup pemeriksaan
persiapan dengan kalimat sebagai berikut :
“oleh karena gugatan Penggugat telah dinyatakan sempurna, maka
pemeriksaan akan dilanjutkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum
pada hari……….tanggal……………jam……….dengan acara Pembacaan
Gugatan. Kepada pihak Penggugat agar datang menghadap kembali pada hari
dan tanggal tersebut di atas dengan tidak perlu dipanggil lagi karena
pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi dari Pengadilan, dan kepada
Panitera Pengganti diperintahkan untuk mengirimkan surat panggilan

7
bersamaan dengan salinan gugatan kepada Tergugat disertai perintah untuk
menyampaikan jawaban atas gugatan tersebut. Maka selanjutnya pemeriksaan
persiapan dinyatakan ditutup”

2. PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
Urutan pemeriksaan persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah sebagai
berikut :
a. Pembacaan Gugatan Penggugat dan Jawaban Tergugat/Tergugat II Intervensi
(Pembacaan Gugatan Penggugat dan Jawaban Tergugat/Tergugat II Intervensi
merupakan acara pertama kali dalam sidang terbuka, namun bisa dilakukan dalam
satu kali persidangan atau dilakukan terpisah. Apabila ada pihak ketiga, permohonan
pihak ketiga dapat diajukan sampai acara duplik)
b. Penyampaian Permohonan pihak ketiga dan Sikap Majelis Hakim terhadap
permohonan Pihak Ketiga.
c. Penyampaian Replik Penggugat
d. Penyampaian Duplik Tergugat/Tergugat II Intervensi
e. Penyampaian surat-surat bukti Penggugat
f. Penyampaian surat-surat bukti Tergugat/Tergugat II Intervensi
g. Pemeriksaan saksi-saksi Penggugat
h. Pemeriksaan saksi-saksi Tergugat/Tergugat II Intervensi
i. Penyampaian kesimpulan para pihak
j. Pembacaan Putusan

PENJELASAN
a. Sidang Pertama (Pembacaan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat)
Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

8
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa Nomor :
…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………(Nama,
Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas
lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat melawan…………………………
(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat) sebagai Tergugat dan
………………………………(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat
Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Tergugat
II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Hakim Ketua Majelis
mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak Penggugat atau
Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi atau Kuasanya
dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
pertama pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”
“Bahwa sesuai dengan Penetapan Hakim Ketua Majelis, setelah dilakukan
pemeriksaan maka pemeriksaan terhadap sengketa ini dilanjutkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum, dengan acara sidang hari ini adalah
pembacaan gugatan dan jawaban” (dalam Pasal 74 disebutkan bahwa pemeriksaan
sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang memuat jawaban
oleh Hakim Ketua Majelis, dalam prakteknya gugatan dan jawaban dengan
persetujuan dari para pihak dapat dibacakan pokok-pokoknya saja).

Alternatif 1 :

9
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat (Kuasanya) telah menerima salinan gugatan dan
apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada hari ini ?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat II Intervensi (Kuasanya) telah menerima salinan
gugatan dan apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada hari ini?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“ Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis)
“Oleh karena masing-masing pihak telah menerima salinan gugatan, untuk
itu kepada para pihak kami tanyakan apakah berkeberatan apabila gugatan ini
kami bacakan pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”

Kemudian Hakim Ketua Majelis membacakan kepala surat gugatan lengkap,


identitas para pihak dan pokok-pokok dalil gugatan serta petitum yang dimohonkan
oleh Penggugat. Setelah gugatan selesai dibacakan, Hakim Ketua Majelis
menanyakan kepada pihak Penggugat/Kuasanya mengenai kemungkinan adanya
perbaikan penulisan dalam gugatan dengan kalimat sebagai berikut:
“demikian surat gugatan telah saya bacakan, kepada Penggugat/Kuasanya
apakah terhadap gugatan ini masih ada perbaikan atau perubahan?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan gugatan yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam gugatan kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Penggugat/ Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis Hakim.

10
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat/Kuasanya
untuk menyerahkan jawabannya kepada Majelis Hakim dan Hakim Ketua Majelis
menyerahkan salinannya kepada Penggugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya. Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban dan
atau eksepsi dari Tergugat dengan menanyakan terlebih dahulu kepada para pihak
apakah berkeberatan bila jawaban hanya dibacakan pokok-pokoknya saja dengan
kalimat sebagai berikut :
“masing-masing pihak telah menerima salinan jawaban, untuk itu kepada
para pihak kami tanyakan apakah berkeratan apabila jawaban ini kami bacakan
pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”

Kemudian Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban Tergugat baik dalam


eksepsi maupun dalam pokok perkaranya serta hal-hal yang diminta oleh Tergugat.
Setelah jawaban selesai dibacakan, Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada pihak
Tergugat/Kuasanya mengenai kemungkinan adanya perbaikan penulisan dalam
jawaban dengan kalimat sebagai berikut:
“demikian surat jawaban telah saya bacakan, kepada Tergugat/Kuasanya
apakah terhadap gugatan ini masih ada perbaikan atau perubahan?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan jawaban yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam jawaban kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Tergugat/ Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis Hakim.

Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat II


Intervensi/Kuasanya untuk menyerahkan jawabannya kepada Majelis Hakim dan
Hakim Ketua Majelis menyerahkan salinannya kepada Penggugat/Kuasanya dan
Tergugat. Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban dan atau eksepsi
dari Tergugat II Intervensi dengan menanyakan terlebih dahulu kepada para pihak
apakah berkeberatan bila jawaban hanya dibacakan pokok-pokoknya saja dengan
kalimat sebagai berikut :

11
“masing-masing pihak telah menerima salinan jawaban, untuk itu kepada
para pihak kami tanyakan apakah berkeratan apabila jawaban ini kami bacakan
pokok-pokoknya saja?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Kami tidak keberatan Majelis Hakim”

Kemudian Hakim Ketua Majelis membacakan jawaban Tergugat II Intervensi


baik dalam eksepsi maupun dalam pokok perkaranya serta hal-hal yang diminta oleh
Tergugat II Intervensi. Setelah jawaban selesai dibacakan, Hakim Ketua Majelis
menanyakan kepada pihak Tergugat II Intervensi mengenai kemungkinan adanya
perbaikan penulisan dalam jawaban dengan kalimat sebagai berikut:
“demikian surat jawaban telah saya bacakan, kepada Tergugat II
Intervensi/Kuasanya apakah terhadap gugatan ini masih ada perbaikan atau
perubahan?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan jawaban yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam jawaban kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Tergugat II Intervensi/Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis
Hakim.
Alternatif 2 :
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya)
“Untuk itu kami tanyakan kepada Penggugat (Kuasanya) apakah saudara
telah siap membacakan gugatannya pada hari ini ?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang Terhormat, pada persidangan hari ini
kami siap untuk membacakan gugatan kami”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat (Kuasanya) telah menerima salinan gugatan dan
apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada hari ini ?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)

12
“ Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat II Intervensi (Kuasanya) Telah menerima
salinan gugatan dan apakah telah siap untuk menyampaikan Jawabannya pada
hari ini ?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami telah menerima
salinan gugatan dan pada persidangan hari ini kami siap menyampaikan
Jawaban kami”

(Kemudian Hakim Ketua Majelis mempersilahkan terlebih dahulu kepada


Penggugat/Kuasanya untuk membacakan gugatannya) :
“Kepada Penggugat(Kuasanya) dipersilahkan untuk membacakan gugatan
saudara”
(Setelah Penggugat/Kuasanya membacakan gugatan, Hakim Ketua Majelis
mengajukan pertanyaan kepada Penggugat/Kuasanya) :
“Apakah ada perbaikan ataupun perubahan dari gugatan yang telah
saudara bacakan?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan gugatan yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam gugatan kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Penggugat/ Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis Hakim.

Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat/Kuasanya


untuk menyerahkan jawabannya kepada Majelis Hakim dan Hakim Ketua Majelis
menyerahkan salinannya kepada Penggugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya. Selanjutnya Hakim Ketua Majelis mempersilahkan
Tergugat/Kuasanya untuk membacakan jawaban dan atau eksepsinya :
“Kepada Tergugat (Kuasanya) dipersilahkan untuk membacakan
jawabannya”
(Setelah Tergugat/Kuasanya membacakan jawabannya, Kemudian Hakim
Ketua Majelis mengajukan pertanyaan kepada Tergugat/Kuasanya) :
“Apakah ada perubahan ataupun perbaikan dari jawaban yang telah
saudara bacakan?”

13
(Jawaban Tergugat/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan jawaban yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam jawaban kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Tergugat/Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis Hakim.

Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat II


Intervensi/Kuasanya untuk menyerahkan jawabannya kepada Majelis Hakim dan
Hakim Ketua Majelis menyerahkan salinannya kepada Penggugat/Kuasanya dan
Tergugat/Kuasanya. Selanjutnya Hakim Ketua Majelis mempersilahkan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya untuk membacakan jawaban dan atau eksepsinya :
“Kepada Tergugat II Intervensi/Kuasanya dipersilahkan untuk
membacakan jawabannya”
(Setelah Tergugat II Intervensi/Kuasanya membacakan jawabannya, Kemudian
Hakim Ketua Majelis mengajukan pertanyaan kepada Tergugat II
Intervensi/Kuasanya) :
“Apakah ada perubahan ataupun perbaikan dari jawaban yang telah
saudara bacakan?”
(Jawaban Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
(Bila tidak ada) “Kami tetap dengan jawaban yang telah dibacakan dan tidak
ada perbaikan ataupun perubahan dalam jawaban kami”
(Bila ada) “masih ada Majelis Hakim, pada halaman …………” (selanjutnya
Tergugat II Intervensi/Kuasanya melakukan perbaikan (renvoi) di hadapan Majelis
Hakim.

(setelah acara pembacaan gugatan Penggugat dan Jawaban Tergugat dan


Tergugat II Intervensi, berikutnya adalah acara Replik dari Penggugat)
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya)
“Apakah saudara Penggugat/Kuasanya akan mengajukan Replik dalam
persidangan yang akan datang ?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan
Replik secara tertulis pada persidangan yang akan datang”
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Penggugat/Kuasanya untuk
menyusun Replik?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)

14
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk menyusun Replik secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”

Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan


kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada Penggugat/Kuasanya menyampaikan Repliknya dengan kalimat
sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada pihak Penggugat
menyampaikan Repliknya, maka persidangan terhadap sengketa ini akan ditunda
selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya ditetapkan
pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara penyampaian Replik oleh
pihak Penggugat. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali di
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut diatas dengan tanpa dipanggil
lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka
selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk palu tiga kali)

b. Sidang menerima Permohonan Pihak Ketiga dan Sikap Majelis terhadap


Permohonan Pihak Ketiga
Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat atau Kuasanya masing-masing) diperintahkan oleh
Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan duduk di kursi
pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang, Petugas
sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung sidang
untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

15
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai


berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Hakim Ketua
Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak Penggugat atau
Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-
masing.”
Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim
Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
pada hari ini adalah menerima permohonan pihak ketiga dan sikap Majelis Terhadap
Permohonan Pihak Ketiga dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,
menerima permohonan pihak ketiga dan sikap Majelis Terhadap Permohonan Pihak
Ketiga)
(Hakim Ketua Majelis menjelaskan kepada Para Pihak) :
“Pada Persidangan hari ini telah hadir Pihak Ketiga. “dari pihak ketiga
siapa saja yang hadir?....(Calon Tergugat II Intervensi atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
(Jawaban pihak ketiga /Kuasanya)

16
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
yang hadir adalah …. (disesuaikan dengan Identitas yaitu KTP, Surat Kuasa
jika dikuasakan dan Kartu Advokat).
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Pihak
Ketiga/Kuasanya untuk menyerahkan Identitas/KTP, Kartu Advokat, Surat
Kuasa kepada Majelis Hakim.

(Hakim Ketua Majelis menjelaskan kepada pihak ketiga)


“Penjelasan kepada Pihak Ketiga mengenai maksud dan tujuan dipanggil
dalam Persidangan pada hari ini (vide Pasal 83 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara). Bahwa adanya gugatan
dari Penggugat …….. terhadap terbitnya Surat Keputusan
Nomor……….perihal………………(sebutkan SK Obyek Sengketa) yang
dikeluarkan Tergugat ……… yang kemudian oleh Penggugat ……………
dijadikan obyek sengketa dalam sengketa ini yang dimohonkan Batal atau
tidak sah adalah atas nama Pihak Ketiga”
“Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 83 (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara “selama pemeriksaan
berlangsung setiap orang yang berkepentingan dalam sengketa pihak lain
yang sedang diperiksa oleh Pengadilan baik atas prakarsa sendiri dengan
mengajukan permohonan maupun atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam
sengketa Tata Usaha Negara dan bertindak sebagai :
a. Pihak yang yang membela
haknya atau ;
b. Peserta yang bergabung dengan
salah satu pihak yang bersengketa ;
Untuk dapat masuk sebagai Pihak dalam sengketa ini, maka pihak ketiga
mengajukan permohonan secara tertulis yang ditujukan kepada Majelis
Hakim. Dalam surat permohonan tersebut memuat alasan-alasan untuk
menjadi pihak dalam sengketa ini yaitu karena obyek sengketa dalam
sengketa ini tercatat atas nama Pihak Ketiga”
(Jawaban Pihak Ketiga/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan
surat permohonan secara tertulis yang pada intinya akan masuk sebagai pihak
dalam sengketa ini”

17
(Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Pihak
Ketiga/Kuasanya untuk menyerahkan Surat Permohonan untuk menjadi pihak
dalam sengketa ini kepada Majelis Hakim)

(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya dan Tergugat/Kuasanya)


“Apakah berkeberatan pihak ketiga yang berkepentingan menjadi salah satu
pihak dalam sengketa ini?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya dan Tergugat/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami tidak berkeberatan atas
masuknya pihak ketiga menjadi pihak dalam sengketa ini”

Untuk memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim bermusyawarah atas


permohonan pihak ketiga, selanjutnya Hakim Hakim Ketua Majelis
menskors/menunda Sidang selama 15 menit.

(Hakim Ketua Majelis kepada Para Pihak)


Sidang di skors selama 15 menit (ketuk palu satu kali)

Selanjutnya setelah selasai Majelis Hakim bermusyawarah, Hakim Ketua


Majelis membuka kembali sidang.
(Hakim Ketua Majelis kepada Para Pihak)
Sidang dibuka kembali/skors dicabut (ketuk palu satu kali)

Kemudian Hakim Ketua Majelis dan Hakim Anggota secara bergantian


membacakan putusan sela atas permohonan menjadi pihak dalam sengketa ini yang
diajukan oleh Pihak Ketiga. Pada saat amar putusan selesai dibacakan oleh Hakim
Ketua Majelis, maka pada saat itu Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sebanyak
satu kali.

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis mempersilahkan Tergugat II


Intervensi/Kuasanya untuk duduk di sebelah Tergugat/Kuasanya. Kemudian
diberikan salinan Gugatan, Jawaban, Replik untuk dijawab secara tertulis pada
persidangan yang akan datang.
Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan
kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :

18
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya
menyampaikan Dupliknya dengan kalimat sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat dan Tergugat
II Intervensi menyampaikan Dupliknya, maka persidangan terhadap sengketa ini
akan ditunda selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya
ditetapkan pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara penyampaian
Duplik oleh pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi. Kepada para pihak agar
datang menghadap kembali di persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut
diatas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan
panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk
palu tiga kali)

c. Sidang kedua (Penyampaian Replik Penggugat).


Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

19
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
Replik pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,
penyampaian Replik Penggugat)

- Penyampaian Replik dari Penggugat, untuk itu kami tanyakan kepada


Penggugat/Kuasanya apakah telah siap untuk menyampaikan Repliknya?
(bila acaranya penyampaian Replik Penggugat)
(Jawaban Penggugat/Kuasanya)

20
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami telah siap menyampaikan……………. (Replik disesuaikan dengan
acaranya)
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada
Penggugat/Kuasanya untuk menyerahkan Repliknya kepada Majelis Hakim
dan Hakim Ketua Majelis menyerahkan salinannya kepada
Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya.

(setelah acara Penyampaian Replik Penggugat, berikutnya adalah acara Duplik


dari Tergugat dan Tergugat II Intervensi)
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Tergugat/Kuasanya akan mengajukan Duplik atas Replik
Penggugat dalam persidangan yang akan datang ?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang Terhormat, Kami akan mengajukan
Duplik secara tertulis pada persidangan yang akan datang”
(Hakim Ketua Majelis kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Tergugat/Kuasanya dan
Tergugat II Intervensi untuk menyusun Duplik?”
(Jawaban Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk menyusun Duplik secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”

Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan


kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan

21
kesempatan kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya
menyampaikan Dupliknya dengan kalimat sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat dan Tergugat
II Intervensi menyampaikan Dupliknya, maka persidangan terhadap sengketa ini
akan ditunda selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya
ditetapkan pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara penyampaian
Duplik oleh pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi. Kepada para pihak agar
datang menghadap kembali di persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut
diatas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan
panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk
palu tiga kali)

d. Sidang ketiga (Penyampaian Duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi).


Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai


berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal

22
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
Duplik pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,
penyampaian Duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi)

- Penyampaian Duplik dari Tergugat dan Tergugat II Intervensi, untuk itu


kami tanyakan kepada Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya apakah telah siap untuk menyampaikan Dupliknya?
(bila acaranya penyampaian Duplik Tergugat/Tergugat II Intervensi)
(Jawaban Tergugat dan Tergugat II Intervensi)
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami telah siap menyampaikan……………. (Duplik disesuaikan dengan
acaranya)
Setelah itu Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat dan
Tergugat II Intervensi untuk menyerahkan Dupliknya kepada Majelis Hakim
dan Hakim Ketua Majelis menyerahkan salinannya kepada
Penggugat/Kuasanya.

23
(setelah acara Penyampaian Duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi,
berikutnya adalah acara Pembuktian yaitu Bukti Surat-Surat dari Penggugat,
Tergugat dan Tergugat II Intervensi)

(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II


Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya Tergugat II
Intervensi/Kuasanya akan mengajukan Pembuktian yaitu Bukti surat-surat dalam
persidangan yang akan datang ?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan
Bukti surat-surat secara tertulis pada persidangan yang akan datang”
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Penggugat/Kuasanya,
Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya untuk mempersiapkan
bukti surat-surat?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang Terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk mempersiapkan Bukti surat-surat secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”

Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan


kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada para pihak mempersiapkan bukti surat-suratnya dengan kalimat
sebagai berikut :

24
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada para pihak mempersiapkan
bukti surat-suratnya, maka persidangan terhadap sengketa ini akan ditunda
selama ……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya ditetapkan
pada hari……tanggal……..jam…….dengan acara Pembuktian yaitu bukti surat-
surat dari para pihak. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali di
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut diatas dengan tanpa dipanggil
lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka
selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk palu tiga kali)

e. Sidang keempat (Pembuktian yaitu penyampaian surat-surat bukti Penggugat,


surat-surat bukti Tergugat dan Tergugat II Intervensi)
Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai


berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak

25
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
Pembuktian yaitu penyampaian surat-surat bukti Penggugat, surat-surat bukti
Tergugat dan Tergugat II Intervensi pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,
Pembuktian yaitu penyampaian surat-surat bukti Penggugat, surat-surat bukti
Tergugat dan Tergugat II Intervensi)

- Penyampaian surat-surat bukti dari Penggugat, untuk itu kami tanyakan


kepada Penggugat apakah telah siap untuk menyampaikan surat-surat
buktinya? (bila acaranya penyampaian surat-surat bukti Penggugat)
- Penyampaian surat-surat bukti dari Tergugat, untuk itu kami tanyakan
kepada Tergugat apakah telah siap untuk menyampaikan surat-surat
buktinya? (bila acaranya penyampaian surat-surat bukti Tergugat)
- Penyampaian surat-surat bukti dari Tergugat II Intervensi, untuk itu kami
tanyakan kepada Tergugat II Intervensi apakah telah siap untuk
menyampaikan surat-surat buktinya? (bila acaranya penyampaian surat-
surat bukti Tergugat II Intervensi)

(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi)


“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami telah siap menyampaikan……………. (surat-surat bukti

26
Penggugat/surat-surat bukti Tergugat/surat-surat bukti Tergugat II
Intervensi disesuaikan dengan acaranya)

(Hakim Ketua Majelis)


“Silahkan saudara serahkan (surat-surat bukti) saudara kepada Majelis
Hakim. surat-surat bukti tidak perlu dibacakan. Hanya pada waktu
penyampaian surat-surat bukti, para pihak diminta menyerahkan pengantar
surat-surat bukti dan diminta pula menunjukkan surat-surat bukti yang asli
kemudian dicocokkan dengan fotocopynya. Untuk pengantar surat-surat
bukti, salinannya diberikan kepada pihak lawan. Pada acara penyampaian
surat-surat bukti, Majelis Hakim memeriksa satu persatu surat-surat bukti
yang diajukan para pihak, mencocokkan dengan aslinya dan memberi paraf
atau catatan apakah surat bukti yang berupa fotocopy surat-surat tersebut ada
atau tidak ada aslinya. Pada kesempatan tersebut pihak lawan dipersilahkan
untuk menyaksikannya/memeriksanya. Setelah acara sidang pada hari itu
selesai, maka sidang ditunda satu minggu atau lebih untuk acara sidang
berikutnya).

(setelah acara penyampaian surat-surat bukti Penggugat, Tergugat dan


Tergugat II Intervensi, berikutnya adalah acara Pembuktian yaitu saksi dari
Penggugat, Tergugat dan Tergugat II Intervensi)

(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II


Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya Tergugat II
Intervensi/Kuasanya akan mengajukan saksi dalam persidangan yang akan
datang ? berapa orang ? akan menerangkan hal apa”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan satu
orang saksi pada persidangan yang akan datang dan menerangkan tentang ……”
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Penggugat/Kuasanya,
Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II Intervensi/Kuasanya untuk mempersiapkan
saksi-saksinya?”

27
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya dan Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk mempersiapkan saksi selama 7 (tujuh) hari”

Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan


kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)
Selanjutnya setelah Hakim Ketua Majelis bermusyawarah dengan Hakim
Anggota, Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada para pihak mempersiapkan saksi-saksinya dengan kalimat
sebagai berikut :
“Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang disampaikan para pihak, maka
selanjutnya untuk memberikan kesempatan kepada para pihak mempersiapkan
Saksi-saksinya, maka persidangan terhadap sengketa ini akan ditunda selama
……..(satu) minggu dari sekarang, dan sidang selanjutnya ditetapkan pada
hari……tanggal……..jam…….dengan acara Pembuktian yaitu bukti surat-surat
dari para pihak. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali di
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut diatas dengan tanpa dipanggil
lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka
selanjutnya sidang dinyatakan ditutup” (ketuk palu tiga kali)

f. Sidang Pemeriksaan Saksi


Dalam pemeriksaan saksi, adakalanya saksi dibawa sendiri oleh para pihak
ataupun ada juga yang melalui panggilan dari pengadilan.
Pembukaan sidang pemeriksaan saksi dari Penggugat ataupun Tergugat dan
Tergugat II Intervensi redaksinya sama dengan sidang-sidang sebelumnya.
Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,

28
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai
berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
Pemeriksaan Saksi pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,

29
Pembuktian yaitu pemeriksaan saksi dari Pihak Penggugat/Tergugat/Tergugat II
intervensi)

Kemudian Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada


Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi sebagai berikut :
“oleh karena itu kami tanyakan kepada Penggugat/Tergugat/Tergugat II
Intervensi, apakah telah siap menghadirkan saksi-saksinya”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya atau Tergugat/Kuasanya atau Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Kami telah siap menghadirkan….1 (atau lebih) orang saksi, Majelis” (bila
saksi telah siap)
“Kami belum siap menghadirkan saksi, Majelis” (bila saksi belum siap)
Kemudian Hakim Ketua Majelis memerintahkan Penggugat/Tergugat/Tergugat
II Intervensi untuk memanggil saksi masuk ke ruang sidang dan memintanya duduk
di kursi di hadapan Majelis Hakim yang telah disiapkan untuk saksi. Apabila
saksinya lebih dari satu, saksi-saksi dapat dihadirkan bersamaan untuk diminta
keterangan mengenai identitas para saksi. Hakim Ketua Majelis meminta kartu
identitas dari masing-masing saksi, selanjutnya menanyakan identitas saksi sesuai
ketentuan Pasal 87 UU Peratun (nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kewarganegaraan, tempat tinggal, agama atau
kepercayaannya, pekerjaan, derajat hubungan keluarga dan hubungan kerja
dengan Penggugat atau Tergugat). Pada waktu menanyakan identitas saksi, Hakim
Ketua Majelis mencocokkan keterangan saksi dengan kartu identitas saksi.
Apabila saksi yang dihadirkan lebih dari satu, Hakim Ketua Majelis
menyampaikan bahwa saksi akan didengar keterangannya satu persatu dan
menanyakan kepada pihak yang mengajukan saksi (Penggugat/Tergugat/Tergugat II
Intervensi) saksi mana yang akan diperiksa terlebih dahulu. Saksi yang belum
diperiksa, diperintahkan untuk keluar dari ruang sidang dan menunggu kesempatan
diperiksa selanjutnya.
Kemudian Hakim Ketua Majelis menyampaikan kepada saksi yang akan
diperiksa untuk mengikuti lafaz sumpah sesuai dengan agama saksi, sebagai berikut :
“Saudara saksi, sebelum saudara menyampaikan keterangan saudara,
saudara wajib mengucapkan sumpah/janji terlebih dahulu. Oleh karena itu, ikuti
lafaz sumpah/janji yang saya ucapkan… saksi berdiri didampingi juru sumpah yang
memegang kitab suci (sesuai agama saksi) dengan sikap sumpah/janji.
Lafaz sumpah untuk saksi yang beragama Islam Bismillahirohmannirohim
Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya sebagai saksi dalam sengketa ini akan

30
memberikan keterangan yang benar dan tidak lain daripada yang sebenarnya.”
saksi duduk kembali.
Lafaz sumpah/janji untuk saksi yang beragama Katolik ..saya
bersumpah/berjanji, bahwa saya sebagai saksi dalam sengketa ini akan
memberikan keterangan yang benar dan tidak lain daripada yang sebenarnya.
Kiranya Tuhan menolong saya” saksi duduk kembali.
Kemudian Hakim Ketua Majelis mengingatkan saksi yang akan diperiksa, agar
pada waktu memberikan keterangan menyampaikan hal-hal yang dilihat sendiri,
yang didengar sendiri, dialami sendiri sebagai berikut :
“Saudara saksi telah bersumpah/berjanji, dan sumpah/janji itu tidak hanya
didengar oleh semua yang ada di ruang persidangan ini melainkan harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME, oleh karena itu dalam memberikan
kesaksian ini saudara saksi harus menyampaikan hal-hal yang saudara saksi lihat
sendiri, dengar sendiri dan alami sendiri”
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis mulai memeriksa saksi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan saksi terhadap sengketa yang sedang
diperiksa. Dalam prakteknya, Hakim Ketua Majelis dapat mengambil kesempatan
untuk bertanya kepada saksi terlebih dahulu atau memberikan kesempatan kepada
pihak yang mengajukan saksi, selanjutnya pihak lawan. Hakim Anggota juga diberi
kesempatan untuk bertanya/meminta keterangan saksi.
Setelah saksi memberikan keterangannya, dan Majelis Hakim maupun para
pihak menganggap keterangan saksi telah cukup, kemudian Hakim Ketua Majelis
mempersilahkan saksi meninggalkan ruang sidang/duduk di kursi pengunjung.
Selanjutnya Hakim Ketua Majelis memanggil saksi berikutnya.
Untuk saksi yang kedua dan seterusnya, kronologis dan redaksinya sama
dengan saksi yang pertama.
Setelah pemeriksaan saksi selesai, kemudian Hakim Ketua Majelis mengajukan
pertanyaan kepada pihak Penggugat maupun Tergugat dan Tergugat II Intervensi
apakah masih ada saksi yang akan dihadirkan dalam persidangan berikutnya, sebagai
berikut :
(Hakim Ketua Majelis)
“Apakah masih ada saksi yang akan saudara hadirkan dalam persidangan
berikutnya?”
(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi)
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, dari pihak kami cukup, tidak
ada lagi saksi yang akan kami ajukan.” (bila sudah tidak ada saksi lagi).
Atau

31
“Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, dalam persidangan yang
akan dating kami mohon dapat menghadirkan 1 orang (atau lebih) saksi lagi.”
( bila masih ada saksi yang akan diajukan ).
Setelah acara sidang selesai, kemudian Hakim Ketua Majelis menunda
persidangan. Apabila masih ada saksi yang akan dihadirkan, baik oleh para pihak
maupun oleh Majelis Hakim sendiri karena jabatannya (Pasal 86), maka sidang
ditunda dengan acara pemeriksaan saksi berikutnya dari pihak
Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi/Hakim karena jabatannya.
(Penundaan sidang untuk pemeriksaan saksi berikutnya)
“Oleh karena tidak ada lagi hal-hal lain yang akan disampaikan oleh para
pihak, maka untuk memberikan kesempatan kepada
Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi menghadirkan saksi berikutnya,
maka sidang (pemeriksaan) ditunda selama………………(satu) minggu dari
sekarang. Dan oleh karenanya sidang selanjutnya ditetapkan pada
hari……………..tanggal……………………jam…………. Kepada para
pihak agar datang menghadap kembali pada persidangan pada hari, tanggal
dan jam tersebut di atas dengan tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan
ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka selanjutnya sidang
dinyatakan ditutup.” (Ketuk palu tiga kali).

Apabila pemeriksaan saksi dari para pihak ataupun saksi dari Hakim karena
jabatannya telah selesai, maka sidang ditunda untuk acara berikutnya yaitu
penyampaian kesimpulan dari para pihak, sebagai berikut :
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya,
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Apakah saudara Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya akan mengajukan Kesimpulan dalam persidangan yang
akan datang ?”
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang terhormat, Kami akan mengajukan
Kesimpulan secara tertulis pada persidangan yang akan datang”
(Hakim Ketua Majelis kepada Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya,
Tergugat II Intervensi/Kuasanya)
“Berapa lama waktu yang dibutuhkan saudara Penggugat/Kuasanya,
Tergugat/Kuasanya, Tergugat II Intervensi/Kuasanya untuk menyusun
Kesimpulan?”

32
(Jawaban Penggugat/Kuasanya, Tergugat/Kuasanya, Tergugat II
Intervensi/Kuasanya)
“Terima Kasih Majelis Hakim yang Terhormat, Kami membutuhkan waktu
untuk menyusun Kesimpulan secara tertulis selama 7 (tujuh) hari”

Sebelum persidangan ditutup, Hakim Ketua Majelis memberi kesempatan


kepada para pihak apabila masih terdapat hal-hal yang ingin disampaikan dalam
persidangan dengan kalimat sebagai berikut :
“Sebelum persidangan ditutup, apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan oleh para pihak?” (Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan
bergantian dari pihak Penggugat terlebih dahulu, selanjutnya Tergugat dan Tergugat
II Intervensi. Atas pertanyaan tersebut bila masih ada yang ingin disampaikan, maka
para pihak menyampaikan kepada Majelis Hakim, sebaliknya bila sudah tidak ada
yang disampaikan para pihak menjawab “cukup”)

(Penundaan sidang untuk acara kesimpulan)


“Oleh karena pemeriksaan saksi telah selesai, maka acara persidangan
berikutnya adalah penyampaian kesimpulan dari para pihak, oleh
karenanya untuk memberikan kesempatan kepada para pihak
menyampaikan kesimpulannya, maka persidangan akan ditunda
selama……………….(satu) minggu dari sekarang. Sidang selanjutnya
ditetapkan pada hari……………tanggal…………..jam…………… Kepada
para pihak agar datang menghadap kembali pada persidangan pada hari,
tanggal dan jam tersebut di atas dengan tanpa dipanggil lagi karena
pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi pengadilan, maka
selanjutnya sidang dinyatakan ditutup.” (Ketuk palu tiga kali).

g. Sidang Penyampaian Kesimpulan


Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

33
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai


berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing kemudian Hakim


Ketua Majelis memeriksa para pihak yang hadir atau Kuasa Hukumnya dan
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kepada para pihak tentang acara sidang
Kesimpulan pada hari itu dengan kalimat sebagai berikut :
“dari pihak Penggugat siapa saja yang hadir?....(Penggugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat siapa saja yang hadir?....(Tergugat atau Kuasanya
menyebutkan namanya)”
“dari pihak Tergugat II Intervensi siapa saja yang hadir?....(Tergugat II
Intervensi atau Kuasanya menyebutkan namanya)”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, maka Hakim Ketua


Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara……………………….. (disesuaikan dengan acaranya,
Kesimpulan Para Pihak)
Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, selanjutnya Hakim
Ketua Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :

34
“Untuk itu kami tanyakan kepada Penggugat/Tergugat/Tergugat II
Intervensi apakah saudara telah siap untuk menyampaikan kesimpulan saudara
pada persidangan hari ini?
(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi) :
“ Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami siap untuk menyampaikan kesimpulan kami”
(Hakim Ketua Majelis) :
“ Silahkan saudara Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi
menyampaikan kesimpulannya kepada Majelis Hakim“
Kemudian para pihak masing-masing menyampaikan kesimpulannya. Salinan
kesimpulan dari para pihak tersebut tidak diserahkan kepada masing-masing pihak
lawan dan tidak perlu dibacakan.
Setelah itu Hakim Ketua Majelis menunda persidangan untuk memberikan
kesempatan kepada Majelis Hakim bermusyawarah dan mengambil putusan, sidang
berikutnya adalah pembacaan putusan.
( Penundaan sidang pembacaan putusan ) :
“Untuk memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim untuk
bermusyawarah dan menyiapkan putusan, maka persidangan akan ditunda
selama……………..(dua) minggu dari sekarang. Oleh karenanya sidang
selanjutnya ditetapkan pada hari……………..tanggal………………
jam…………. Kepada para pihak agar datang menghadap kembali pada
persidangan pada hari, tanggal dan jam tersebut di atas dengan tanpa
dipanggil lagi karena pemberitahuan ini merupakan panggilan resmi
pengadilan, maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup.” (Ketuk palu tiga
kali).

h. Sidang Pembacaan Putusan


Sebelum persidangan dibuka oleh Hakim Ketua Majelis, para pihak
(Penggugat, Tergugat/Tergugat II Intervensi atau Kuasanya masing-masing)
diperintahkan oleh Panitera/Panitera Pengganti untuk memasuki ruang sidang dan
duduk di kursi pengunjung. Ketika Majelis Hakim akan memasuki ruang sidang,
Petugas sidang/Juru Sita (dapat pula Panitera Pengganti) memerintahkan pengunjung
sidang untuk berdiri dengan kalimat sebagai berikut :
“Majelis Hakim memasuki ruang persidangan, pengunjung/hadirin
dimohon berdiri”

35
Setelah Majelis Hakim memasuki ruang sidang, dan duduk di kursi Majelis
Hakim, petugas sidang/Juru Sita memerintahkan pengunjung sidang untuk duduk
kembali dengan kalimat sebagai berikut :
“Pengunjung/Hadirin dimohon duduk kembali”

Selanjutnya Hakim Ketua Majelis membuka sidang dengan kalimat sebagai


berikut :
“Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara………… dalam sengketa
Nomor :…….../G/20………/PTUN…………. Antara ………………………………
(Nama, Kewarganegaraan, Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan
identitas lengkap sesuai Pasal 56) sebagai Penggugat
melawan…………………………(nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat)
sebagai Tergugat dan ………………………………(Nama, Kewarganegaraan,
Pekerjaan, Tempat Tinggal Penggugat/disebutkan identitas lengkap sesuai Pasal
56) sebagai Tergugat II Intervensi, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali). Kepada pihak
Penggugat atau Kuasanya, Tergugat atau Kuasanya dan Tergugat II Intervensi
atau Kuasanya dipersilahkan menduduki tempatnya masing-masing.”

Setelah para pihak menduduki tempatnya masing-masing, selanjutnya Hakim


Ketua Majelis memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Sesuai dengan penundaan sidang yang lalu, maka sidang hari ini akan
dilanjutkan dengan acara pembacaan putusan. Kepada
Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi apakah saudara telah siap
mendengarkan pembacaan putusan pada persidangan hari ini?”
(Jawaban Penggugat/Tergugat/Tergugat II Intervensi)
“ Terima kasih Majelis Hakim yang terhormat, pada persidangan hari ini
kami telah siap untuk mendengarkan pembacaan putusan “
Kemudian Hakim Ketua Majelis dan Hakim Anggota secara bergantian
membacakan putusan. Pada saat amar putusan selesai dibacakan oleh Hakim
Ketua Majelis, maka pada saat itu Hakim Ketua Majelis mengetuk palu sebanyak
satu kali.
Setelah putusan dibacakan, selanjutnya Hakim Ketua Majelis menjelaskan
kepada para pihak sebagai berikut :
“ Demikian putusan dalam sengketa ini telah diambil dan dibacakan oleh
Majelis Hakim, untuk itu kepada para pihak yang merasa tidak puas atas putusan
tersebut dapat menempuh upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi Tata

36
Usaha Negara…………… dalam tenggang waktu empat belas hari terhitung sejak
putusan ini dibacakan (apabila ada pihak yang tidak hadir : dan kepada
Panitera/Panitera Pengganti agar memberitahukan kepada pihak yang tidak hadir
dengan surat pemberitahuan resmi tentang bunyi (amar) putusan tersebut dan
apabila tidak puas dapat mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara dalam tenggang waktu 14 hari sejak pemberitahuan
diterima). Dengan selesainya pembacaan putusan, maka selesai sudah seluruh
rangkaian pemeriksaan dalam perkara ini. Dan selanjutnya persidangan dalam
perkara ini telah selesai dan sidang dinyatakan ditutup. (Ketuk palu tiga kali).

37

Anda mungkin juga menyukai