Anda di halaman 1dari 26

 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Keterlaksanaan

Keterlaksanaan yang berasal dari kata dasar laksana yang

berarti sifat, laku, tanda yang baik, seperti, sebagai, melaksanakan:

memperbandingkan, menyamakan, melakukan: menjalankan, mengerjakan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 774).

Sedangkan menurut Poerwadarminta (1976: 553), kata laksana

berarti sifat: tanda, laku, perbuatan. 2. Seperti, sebagai. Melaksanakan

berarti: memperbandingkan, menyamakan: melakukan, menjalankan,

rancangan, mempraktekan (teori dsb) menyampaikan. Keterlaksanaan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri se- Kecamatan Maos.

Keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dilakukan

melalui pengamatan observer dengan menggunakan lembar observasi.

Lembar observasi yang diisi oleh observer menunjukkan sejauh mana

keterlaksanaan dari penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dilakukan. Hasil observasi keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan dapat dilihat melalui tabel rekapitulasi persentase

keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.


 
 

Keterlaksanaan KTSP ini dibatasi hanya pada faktor sebagai berikut:

a. Perencanaan, meliputi penyusunan silabus, penyusunan program

pembelajaran, RPP.

b. Pelaksanaan, meliputi: Guru sebagai instruktur, Guru sebagai

fasilitator.

c. Penilaian/ evaluasi, meliputi: merancang penilaian, melakukan

penilaian, melakukan analisis penilaian dan pelaporan hasil penilaian.

2. Hakikat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan

nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,

satuan pendidikan dan peserta didik (BNSP, 2006: 3), hal tersebut salah

satu yang mendasari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dengan demikian KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun

oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri

dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus

(BNSP, 2006: 5).

Menurut Masnur Muslich (2007: 10), Kuriklum Tingkat Satuan

Pendidikan merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 ( KBK )

yaitu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh


 
 

masing-masing satuan pendidikan sekolah agar lebih familiar dengan

guru, karena guru banyak dilibatkan dan diharapkan lebih memiliki

tanggung jawab yang memadai.

Menurut Susilo (2007: 12), KTSP merupakan suatu konsep yang

menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar

dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin

kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah

dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar

sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya

sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

setempat.

Menurut Muhaimin (2008: 33), Kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing pendidikan. KTSP dikembangkan

melalui pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan

lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan masing-

masing tingkat satuan pendidikan. Kesiapan sekolah dalam

mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP sangat dipengaruhi

oleh kondisi tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya yang dimiliki

oleh masing-masing satuan pendidikan.

10 
 
 

Menurut E. Mulyasa (2011: 8), KTSP merupakan singkatan dari

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai

pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik peserta didik.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, berbagai analisis menunjukkan

bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai

krisis yang perlu mendapat penanganan secepatnya, diantaranya berkaitan

dengan masalah relevansi atau kesesuaian antara pendidikan dengan

kebutuhan masyarakat dengan pembangunan.

Berdasarkan kerangka inilah pemerintah menggagas KTSP

sebagai tindak lanjut kebijakan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang lebih mengedepankan keragaman dan perbedaan

karakteristik daerah serta peserta didik yang mengacu pada perubahan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang

mana kebijakan pendidikan dialihkan secara desentralisasi. Secara umum

tujuan ditetapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memperdayakan

satuan pendidikan melalui satuan pendidikan pemberian kewenangan

otonomi kepada sekolah untuk melakukan pengembangan kurikulum.

Selanjutnya secara khusus tujuan ditetapkan KTSP adalah untuk:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif


sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satu pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang ingin dicapai (Depdiknas, 2006: 9).

11 
 
 

Unsur-unsur KTSP pendidikan jasmani meliputi berbagai

komponen dasar dan penyesuaiannya mengacu pada peraturan pemerintah

tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan suatu media untuk

mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pola

hidup sehat yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang pada tubuh anak.

Upaya nyata yang dibutuhkan guru pendidikan jasmani di sekolah dasar

adalah guru harus menguasai dan memahami program pengajaran yang

terdapat pada kurikulum yang saat ini berlaku, yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Hakikat Pendidikan Jasmani

Menurut Abdul Gafur (Arma Abdoellah dan Agus Manadji,

1994:5), “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan sebagai

perorangan maupun sebagai angota masyarakat yang dilaksanakan secara

sadar dan sistemik melalui kegiatan kemampuan dan ketrampilan jasmani,

pertumbuhan kecerdasan, dan pertumbuhan watak”. Jadi, hakikat dari

pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara

sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif. Menurut Bookwalter yang

dikutip oleh Harsuki (2003:26), “Pendidikan jasmani sebagai suatu proses

adalah satu fase pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap

12 
 
 

penyesuaian dan perkembangan individu atau kelompok melalui aktifitas

jasmani”.

Menurut BSNP (2007: 2), di dalam aktivitas pendidikan jasmani

terdiri dari tujuh aspek, yaitu: permainan dan olahraga, aktivitas

pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air , pendidikan

luar kelas dan kesehatan. KTSP juga merupakan strategi pengembangan

kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan

berprestasi. KTSP juga menuntut guru yang berkualitas dan professional

untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa

hakikat pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang

dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam

rangka pengembangan keterampilan fisik, emosi, dan sosial. Dalam proses

kegiatan belajar-mengajar, guru mempunyai peranan penting karena di

tangan gurulah yang merencanakan, melaksanakan, dan sekaligus

mengevaluasinya.

4. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Berdasarkan KTSP

Tugas utama pembelajaran pendidikan jasmani adalah membantu

siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan

ketrampilan fisik maupun aspek sikap dan pengetahuan. Untuk

mewujudkan hal tersebut seorang guru pendidikan jasmani harus

merencanakan program pembelajarannya dengan baik sesuai dengan

13 
 
 

kurikulum yang berlaku yaitu KTSP. Kurikulum yang berlaku belum bisa

berjalan secara efektif pelaksanaanya dikarenakan banyak kendala–

kendala yang di sebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak

memungkinkan, kondisi alat yang tidak memadai dan layak di pakai,

alokasi waktu dan metode pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya

untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran siswa, agar dapat

mencapai tujuan secara optimal, maka tugas guru yang harus dilakukan

adalah menyusun rencana pembelajaran secara benar. Rusli Lutan (2001:

6) mengemukakan, beberapa aspek penting tugas guru dalam belajar-

mengajar terdiri atas penyusunan rencana pembelajaran, menjelaskan,

mendemonstrasikan, mengajukan pertanyaan, mengelola kelas, hingga

memberikan umpan balik kepada para siswa.

Apabila dikaji secara cermat pendapat di atas terdapat faktor-

faktor penting yang mendasari keberhasilan penerapan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan. Faktor tersebut antara lain perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai

proses penyusunan silabus materi pelajaran, pendekatan dan metode

pengajaran, penggunaan media pengajaran, dan sistem penilaian dalam

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai

tujuan yang akan dicapai.

14 
 
 

Hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai pendidik memiliki

kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan yaitu menyusun

perangkat perencanaan program pembelajaran. Beberapa perangkat yang

harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran agar pelaksanaan

KTSP dapat terwujud dan berhasil dengan baik antrara lain:

a. Faktor Perencanaan Pembelajaran

1) Penyusunan Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok

mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan

oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP, silabus merupakan

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian hasil belajar. (E.Mulyasa, 2011: 190).

Silabus dalam pengembangannya sepenuhnya diserahkan

kepada satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah melakukannya.

Sedangkan yang belum mampu dapat mengadopsi model silabus yang

dikembangkan dari Depdiknas.

Depdiknas (2003: 13), menjelaskan bahwa penyusunan silabus

dan sistem penilaiannya didasarkan pada pencapaian kompetensi yang

penilaiannya dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan belajar

15 
 
 

peserta didik, kesulitan belajar, memberikan umpan balik, remidi dan

pengayaan, dan pemberian motivasi.

E.Mulyasa (2011: 203), Pengembangan Silabus KTSP dalam

garis besarnya mencakup langkah – langkah sebagai berikut :

a) Mengisi Kolom Identitas


b) Mengkaji dan Menganalisis Standar Kompetensi
c) Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
d) Mengidentifikasi Materi Standar
e) Mengembangkan Pengalaman (Standar Proses)
f) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
g) Menentukan Jenis Penilaian
h) Menentukan Alokasi Waktu
i) Menentukan Sumber Belajar

(1) Cakupan Kompetensi


Kompetensi adalah merupakan tingkat kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang hubunganya dengan bidang tertentu. Dalam

pembelajaran juga ditetapkan kompetensi-kompetensi yang

diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Dalam KTSP

ditetapkan dua jenis tingkatan kompetensi pembelajaran, yaitu

standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Depdiknas (2001: 41), menyatakan bahwa, standar

kompetensi merupakan kompetensi yang dapat dilakukan dan

ditampilkan untuk satu mata pelajaran yakni kompetensi dalam

mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa dan lulusan

dalam satu mata pelajaran khususnya mata pelajaran penjasorkes.

Sedangkan kompetensi dasar adalah kompetensi pokok yang harus

dimiliki siswa setelah mereka mengikuti mata pelajaran tertentu

pada satuan waktu tertentu dari suatu mata pelajaran. Kompetensi

16 
 
 

dasar ini dapat pula dikatakan merupakan ranah pengetahuan yang

lebih menyempit dari pada ruang lingkup pengetahuan pada

standar kompetensi tetapi masih merupakan bagian dari ranah dan

ruang lingkup standar kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai

para siswa dalam proses pembelajaran.

Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan acuan

oleh para pelaksana yaitu guru dalam mengembangkan KTSP pada

satuan pendidikan masing-masing. Tugas seorang guru penjasorkes

harus memahami dan memiliki kreativitas yang cukup tinggi dalam

menguasai akan isi materi yang akan diajarkan kepada peserta

didik sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Menurut BSNP

(2006: 177), menyatakan bahwa pendidikan jasmani terdiri atas

yaitu permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas

senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan

kesehatan. Dari ke tujuh aspek tersebut jika dapat dilaksanakan

semuanya akan lebih baik bagi kemajuan sekolah dan siswa.

(2) Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran adalah ruang lingkup pengetahuan

yang ditetapkan mengacu ranah dalam kompetensi dasar dan

standar kompetensi yang ada. Materi pembelajaran ini ruang

lingkupnya lebih sempit dan lebih spesifik dari cakupan keluasan

ruang lingkup pengetahuannya pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

17 
 
 

(3) Adanya Indikator Pembelajaran

Indikator pembelajaran merupakan kegiatan-kegiatan yang

harus dilakukan dan dikuasai peserta didik sebagai tolak ukur

ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan melalui

proses pembelajaran.

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar dan

merupakan sub-kompetensi dasar. Indikator dirumuskan sesuai

dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta

didik dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur

dan atau dapat diobservasi, sebagai acuan penilaian. Dengan

demikian indikator pencapaian kompetensi mengarah pada

indikator penilaian.

2) Penyusunan Program Pembelajaran

a) Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata

pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru

mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu

dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun

ajaran , karena merupakan pedoman bagi pengembangan

program-program berikutnya, yakni program semester, program

mingguan, dan program harian atau program pembelajaran

setiap kompetensi dasar. (E.Mulyasa, 2011: 249)

18 
 
 

b) Program Semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai

hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester

tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari

program tahunan. Pada umumnya program semester ini

berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak

disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-

keterangan. (E.Mulyasa, 2011: 253).

c) Program Pengayaan dan Remedial

Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap

peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan

remedial. Peserta didik yang cemerlang diberikan kesempatan

untuk mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan

pengayaan. Kedua program itu dilakukan oleh sekolah karena lebih

mengetahui dan memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.

(E.Mulyasa, 2011: 254).

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari

program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap

kegiatan belajar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasi tes, dan

ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta

didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada

pada program mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai

bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

19 
 
 

Program ini juga mengidetifikasi modul yang perlu diulang,

peserta didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang mengikuti

program pengayaan. (E.Mulyasa, 2011: 254).

Berdasarakan teori belajar tuntas, maka seorang peserta

didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan,

menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran

minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan

keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu

menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya

85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.

(E.Mulyasa, 2011: 254).

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. (E.Mulyasa, 2011: 183).

RPP merupakan penjabaran lanjut dari silabus, dan merupakan

komponen penting dari kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP), yang pengembangannya harus dilakukan secara

profesional. Kemampuan menyusun RPP ini juga menunjukkan

atas penguasaan pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan

pemahaman yang mendalam tentang objek dan situasi

pembelajaran yang akan dihadapi dan dilaksanakan.

20 
 
 

Penyusuan program pembelajaran akan bermuara pada

rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai produk program

pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen program

kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen

program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan

teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung

lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada

hakekatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-

komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama

lain, dan membuat langkah-langkah pelaksanaanya, untuk

mencapai tujuan atau membentuk kompetensi. (E.Mulyasa 2011:

216).

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pemikiran

atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang dilakukan

dengan perserta didik selama proses kegiatan pembelajaran

terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi pada

diri siswa.

Menurut E.Mulyasa (2011: 222), Cara pengembangan RPP

dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut.

a) Mengisi kolom identitas.


b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
pertemuan yang telah ditetapkan.
c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
silabus yang telah disusun.

21 
 
 

d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar


kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang
telah ditentukan.
e) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi
pokok / pembelajaran yang terdapat dalam silabus
f) Menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
g) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang
terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir.
h) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan.
i) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan,
contoh soal, dan teknik penskoran.

b. Faktor Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari

kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus

dilakukan oleh siswa, mengajar berorentasi pada apa yang harus

dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan

berkolaborasi secara terapadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa

disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain

pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara

peserta didik dengan peserta didik antar peserta didik dalam rangka

perubahan sikap (Suherman, 1992).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkuannya, sehingga terjadi perubahan perilaku

kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor

yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam

22 
 
 

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan

(E.Mulyasa, 2011: 255).

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku bagi peserta didik. (E.Mulyasa, 2011: 255).

Dengan demikian berdasarkan pendapat tersebut dapat

diartikan bahwa untuk mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang

dapat mengaktifkan dan mengoptimalkan keberhasilan siswa dalam

belajar dan berlatih olahraga, guru memiliki peranan yang sangat

penting yaitu sebagai instruktur dan fasilitator pembelajaran.

1) Guru sebagai Instruktur

Pada dasarnya dalam kegiatan ini pembelajaran pendidikan

jasmani, guru menjadi salah satu aktor pelaksana proses

pembelajaran. Kewenangan guru menerapkan metode dan stratetgi

mengajar untuk menanamkan kompetensi pada peserta didik dan

bagaimana merealisasikan tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Hal itu tentu memerlukan kreatifitas, inovasi dalam menciptakan

lingkungan yang kondusif oleh para guru pendidik jasmani.

Menurut Agus S. Suryobroto (2001: 9) strategi

pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyelesaikan dan

mengurutkan peristiwa dan kegiatan dalam sebuah pelajaran.

Dengan demikian berarti strategi pembelajaran yang diterapkan

berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi belajar. Selama

23 
 
 

pelaksanaan pembelajaran seorang guru penjasorkes harus memilih

dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan

jenis materi yang dibelajarkannya kepada para siswa. Hal itu

bertujuan agar para siswa dapat melakukan kegiatan belajar dan

berlatih teknik-teknik dalam olahraga dengan mudah sehingga

cepat menguasainya dan dapat mencapai tingkat kompetensi yang

telah ditetapkan.

Menurut Irfan (2003: 33) ada beberapa klasifikasi strategi

pembelajaran berikut ini :

a) Strategi pengorganisasian pembelajaran adalah metode


yang digunakan untuk mengorganisasi isi bidang studi
yang telah dipilih dalam pembelajaran.

b) Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk


menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan atau untuk
menerima serta respon masukan yang berasal dari siswa.

c) Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk


menata interaksi antara siswa dan variabel metode
pembelajaran lainnya-variabel strategi pengorganisasian
dan strategi penyampaian.

Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa guru dalam

proses pembelajaran berperan sebagai instruktur harus melakukan

aba-aba, instruksi dalam rangka pengarahan teknik-teknik dan

langkah-langkah siswa dalam setiap kegiatan berlatih dan belajar

olahraga dengan tepat.

24 
 
 

2) Guru sebagai Fasilitator

Untuk menunjang keterlaksanaan dan kelancaran proses

pembelajaran seorang guru sekaligus mempunyai peran yang

sangat penting sebagai fasilitator. Oleh karena itu selama dalam

proses pembelajaran seorang guru bertanggung jawab menyiapkan

fasilitas dan melayani serta mengkoordinir pemanfaatan fasilitas

dan segala sarana yang saat itu dipergunakan oleh para siswa untuk

berolahraga, sehingga kegiatan praktek belajar keolahragaan oleh

para siswa dapat berjalan lancar dan terarah serta berhasil secara

optimal.

c. Faktor Penilaian/ Evaluasi Pembelajaran

Proses penilaian/ evaluasi program pendidikan berlaku untuk

seluruh wilayah perencanaan pendidikan dalam rangka pencapaian

keefektifan program pada ruang lingkup yang luas dan mencakup

semua sistem. Berdasarkan ketentuan ini, maka evaluasi harus

dipandang sebagai proses formatik berkelanjutan. Agar diperoleh hasil

yang baik, pengimplementasian program baru harus disertai oleh

sistem evaluasi yang mencakup monitoring yang baik.

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas (2004: 33) bahwa proses kegiatan penilaian meliputi

rancangan penilaian, prosedur penilaian, dan mekanisme penilaian.

Masing-masing tahapan dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1) Merancang Penilaian

25 
 
 

Sistem penilaian hasil belajar dapat dilakukan melalui jenis

tagihan yang bisa berupa pekerjaan rumah, tugas individu, tugas

kelompok, portofolio sebagainya (Depdiknas, 2004: 34). Selain itu

untuk mengukur perubahan perilaku dan sikap peserta didik dapat

dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap diri siswa.

Pengamatan dalam penilaian pendidikan jasmani berfungsi

untuk mengukur perkembangan psikomotorik dan afektif peserta

didik. Sedangkan penilaian dengan sistem tagihan yang dapat

berupa penugasan dan ulangan bertujuan untuk mengukur aspek

kognitif peserta didik.

2) Melakukan Penilaian

a) Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidikan dilakukan

secara berkesinambungan dan bertujuan untuk meningkatkan

efektifitas belajar. Penilaian ini dilakukan dalam bentuk

penugasan, tes praktek, dengan wawancara dan kompetensi

siswa melalui portofolio.

b) Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik

pada semua mata pelajaran. Penilaian ini meliputi penilaian

akhir dan ujian sekolah untuk semua mata pelajaran.

(Depdiknas, 2008: 10).

26 
 
 

c) Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah

Penilian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk

menilai mencapai kompetensi lulusan secara nasional pada

mata pelajaran tertentu. Pada mata pelajaran jasmani dilakukan

dalam bentuk ujian praktek. Ujian nasional diselenggarakan

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerja

dengan instansi terkait dilingkungan pemerintah propinsi,

kabupaten/ kota dan satuan pendidikan.

3) Melakukan Analisis Penilaian

Kegiatan analisis dilakukan menggunakan acuan

kriteria, yaitu membandingkan hasil penelitian masing-masing

peserta didik dengan standar yang telah ditentukan. Analisis ini

bermanfaat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan

kesulitan belajar peserta didik serta untuk memperbaiki

pembelajaran.

Tindak lanjut pembelajaran dapat dilakukan oleh guru

setelah memperoleh hasil analisis terhadap hasil belajar para

siswa. Adapun kegiatan tindak lanjut hasil pembelajaran yang

telah dilakukan dapat berupa remedial bagi peserta didik yang

belum tuntas terhadap suatu kompetensi dasar dalam

pembelajaran, atau dapat pula berupa program pengayaan/

percepatan terhadap peserta didik yang telah berhasil

27 
 
 

mencapai ketuntasan belajarnya pada kompetensi dasar yang

telah dipelajarinya.

4) Pelaporan hasil Penilaian

Bagi guru mata pelajaran pelaporan hasil belajar

disampaikan kepada wali kelas yang selanjutnya akan

dimasukkan ke dalam raport oleh wali kelas sebagai bentuk

pengarsipan hasil belajar satuan pendidikan yang akan

disampaikan kepada orang tua peserta didik.

5. Karakteristik SD Negeri di Kecamatan Maos

Kecamatan Maos merupakan daerah yang cukup dikenal di

wilayah Kabupaten Cilacap. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten

Cilacap dan Bapeda Kabupaten Cilacap (2010: 2), Kecamatan Maos

mempunyai luas daerah ± 2.804,145 hektar yang terdiri dari 10

desa/kelurahan dan Ibu kota Kecamatan berada di Klapagada.

Kecamatan Maos berbatasan dengan Kecamatan Sampang di

sebelah utara, Kecamatan Kroya sebelah timur, Kecamatan Adipala

sebelah selatan dan Kecamatan Kesugihan sebelah barat.

Kecamatan Maos adalah lumbung padi bagi Provinsi Jawa Tengah,

di kecamatan Maos terdapat dua perguruan tinggi Kesehatan dan

Kebidanan, terdapat pula Pertamina Depot Maos dan Stasiun Maos.

28 
 
 

Kecamatan Maos merupakan Kecamatan yang cukup strategis, hal

ini ditunjukkan dengan adanya pusat perbelanjaan seperti pasar, mini

market dan toko-toko serta adanya stasiun kereta api yang merupakan jalur

transportasi dari Jakarta-Surabaya.

Di bidang pendidikan di Kecamatan Maos di bawah naungan

Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cilacap, yang

secara teknis pelaksanaan di tingkat Kecamatan ditangani oleh Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (UPT

Disdikpora) Kecamatan Maos.

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga Kecamatan Maos, bahwa jumlah sekolah TK/ RA

sebanyak 13 sekolah, SD/ MI sebanyak 30 sekolah, SMP/ MTs sebanyak

13 sekolah dan SMA/ SMK/ MA 3 sekolah. Jenjang sekolah di Kecamatan

Maos khususnya SD/MI yang terdiri dari 30 sekolah, terbagi menjadi SD

Negeri 25 sekolah dan MI 5 sekolah. Jumlah Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Maos tergolong sedikit dibanding Kecamatan lain yang ada di

Kabupaten Cilacap. SD Negeri secara keseluruhan memiliki tingkatan dari

kelas I sampai dengan kelas VI, dengan jumlah siswa rata-rata setiap SD

105 siswa. Tiap-tiap sekolah dikelola oleh seorang Kepala Sekolah yang

dibantu oleh dewan guru, tenaga administrasi dan penjaga sekolah.

Rata-rata sekolah memiliki 6 orang guru kelas, 1 orang guru

agama, 1 orang guru penjasorkes, 1 orang petugas administrasi dan 1

orang penjaga sekolah.

29 
 
 

Berdasarkan sumber dari UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga Kecamatan Maos juga dijelaskan bahwa jumlah guru

penjasorkes SD Negeri di Kecamatan Maos sudah tercukupi, karena dari

25 SD Negeri, sudah memiliki guru penjasorkes baik negeri maupun yang

masih berstatus guru wiyata bhakti, ini berarti jumlah guru penjasorkes di

Kecamatan Maos sebanyak 25 guru penjasorkes. Dari 25 guru penjasorkes

yang berstatus pegawai negeri 20 orang.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Komang Wira Santoso tahun

2009 dengan judul penelitian : “Tingkat pencapaian pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan di SMA dan SMK Negeri se-Kota Magelang.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi kerena seluruh subyek yang

ada digunakan sebagai sampel.

Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SMA dan SMK Negeri se-Kota

Magelang yang berjumlah 23 guru. Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah menggunakan angket.

Hasil penelitian sebagai berikut rerata tingkat prosentase

pencapaian pelaksanaan KTSP penjasorkes di SMA dan SMK Negeri se-

Kota Magelang telah mencapai tingkat yang baik yaitu 86,6% pada

masing-masing faktor tingkat pencapaian pelaksanaan KTSP penjasorkes

dapat dirinci sebagai berikut untuk faktor perencanaan pembelajaran

30 
 
 

mencapai tingkat keberhasilan 95% dengan kategori baik, faktor

pelaksanaan pembelajaran sebesar 82,78% kategori baik, dan faktor

penilaian / evaluasi pembelajaran sebesar 82,14% dengan kategori baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Bangkit Setiawan tahun

2010 dengan judul penelitian : “Tanggapan Guru Penjasorkes Terhadap

Pelaksanaan KTSP Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan. Penelitian dilakukan dengan cara observasi

menggunakan instrumen alat pengumpulan data berupa angket. Populasi

responden adalah seluruh guru penjasorkes di Kecamatan Gubug yang

berjumlah 30 orang guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan guru penjasorkes

terhadap pelaksanaan KTSP penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan

Gubug sangat kurang baik sebesar 10%, kategori kurang baik sebesar

6,6%, kategori cukup sebesar 43,4% ,kategori baik sebesar 33,4 % dan

kategori sangat baik sebesar 6,6%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tanggapan guru penjorkes terhadap KTSP penjasorkes di SD se-

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan adalah cukup baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Vian Sulistyawan tahun 2012

dengan judul penelitain : “Tingkat Keterlaksanaan KTSP Penjasorkes di

SD Negeri Se- Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Penelitian ini

merupakan penelitian populasi kerena seluruh subyek yang ada digunakan

sebagai sampel. Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri Se- Kecamatan Kroya

31 
 
 

sebagai responden yang berjumlah 22 guru. Instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data adalah menggunakan angket. Berdasarkan

hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Tingkat keterlaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Penjasorkes di SD se-Kecamatan Kroya telah mencapai tingkat

yang baik hal ini terbukti dari hasil pengisian angket pada kategori baik

telah mencapai 59,09%. Keterlaksanaan KTSP Penjasorkes SD Se-

Kecamatan Kroya pada faktor perencanaan termasuk dalam kategori

sangat baik ini dapat ditunjukkan bahwa pada kategori sangat baik telah

mencapai 54,55%. Kemudian pada faktor pelaksanaan, guru telah

melaksanakan pembelajaran dengan baik, ini terbukti bahwa pada faktor

palaksanaan kategori ini telah mencapai 63,64%. Kemudian pada faktor

penilaian/ evaluasi guru penjasorkes se-Kecamatan Kroya telah melakukan

penilaian/ evaluasi dengan baik. Hal ini terbukti bahwa pada kategori ini

telah mencapai 68, 18%.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan peraturan

mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Dalam perkembangan dunia pendidikan di

Indonesia kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah telah berganti-

ganti, hal ini di maksudkan agar dunia pendidikan di Indonesia tidak

ketinggalan dari dunia luar.

32 
 
 

Adanya perubahan kurikulum yang sekarang ini tentunya

pemerintah berharap bisa mengangkat pendidikan nasional menjadi lebih

baik yakni kurikulum berbasis kompetensi yang lebih dikenal dengan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP di sekolah tentunya

berfungsi untuk membantu siswa menjalani proses pertumbuhan dan

perkembangan fisik, sikap dan pengetahuan. Sehingga para guru dituntut

aktif, kreatif dan inovatif di dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan

dan penilaian dalam pembelajarannya, tidak terkecuali guru sekolah dasar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kecamatan Maos.

Usaha pembenahan kurikulum dan penerapannya yang dilakukan

pemerintah perlu dilakukan pemantauan dan monitoring. Kewajiban untuk

memonitoring ini merupakan tugas pemerintah itu sendiri, dinas

pendidikan, pakar pendidikan dari lembaga pendidikan keguruan dan

masyarakat yang kompeten terhadap pendidikan, juga bisa oleh mahasiswa

keguruan.

33 
 

Anda mungkin juga menyukai