Disusun oleh:
Kelompok 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah Manajemen Farmasi Komunitas yang berjudul
“Studi Kelayakan Apotek Hearty” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah “Studi Kelayakan Apotek Hearty” membahas mengenai segala
informasi mengenai studi kelayakan apotek Amandara, mulai dari survei data pendukung
lokasi pembangunan apotek, identitas, visi, misi, tujuan, strategi, struktur organisasi, sarana
dan prasarana apotek, analisis SWOT, potensi pasar, pengelolaan SDM, sediaan farmasi,
serta analisis keuangan dalam apotek. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah
“Studi Kelayakan Apotek Hearty” adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Farmasi Komunitas semester gasal dan menyampaikan kepada para pembaca mengenai
segala informasi yang dibutuhkan untuk studi kelayakan suatu apotek.
Dalam penyelesaian makalah ini tentu saja tim penulis mengalami kendala, namun
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Azizahwati M.S., Apt.selaku dosen mata
kuliah manajemen farmasi komunitas yang telah membimbing, mengevaluasi, dan
mengarahkan penulis dalam penulisan makalah. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis membuka diri akan adanya kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki bagi karya-karya penulisan selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………… i
STUDI KELAYAKAN APOTEK HEARTY…………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………… 1
BAB II STUDI KELAYAKAN APOTEK………………………………………………. 2
2.1 Identitas Apotek………………………………………………………………… 2
2.2 Visi,Misi, Strategi, dan Struktur Organisasi……………………………………. 2
2.3 Aspek Lokasi…………………………………………………………………… 3
2.4 Analisis SWOT…………………………………………………………………. 5
2.5 Aspek Bisnis……………………………………………………………………. 6
2.6 Aspek Pasar dan Pemasaran……………………………………………………. 7
2.7 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia……………………………………… 8
2.8 Aspek Perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
…………………………………………………………………………………… 13
2.9 Standar Prosedur Operasional…………………………………………………… 16
2.10 Analisis Keuangan………………………………………………………………. 34
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 40
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 40
3.2 Saran……………………………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Apotek merupakan tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker. Pelayanan
kefarmasian yang dilakukan di apotek bersifat langsung kepada masyarakat atau komunitas
lokal. Rangkaian pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek tidak lagi berorientasi
pada pengelolaan obat, namun berkembang menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Aktivitas pelayanan kefarmasian utama yang dilakukan di apotek adalah penyiapan
obat sesuai resep, pelayanan farmasi klinis pasien terkait pengobatan pasien, pemantauan
penggunaan obat, peracikan, pelayanan swamedikasi dan promosi kesehatan komunitas
(Blouin & Adams, 2017). Selain berfungsi sebagai unit pelayanan, apotek juga merupakan
sebuah sarana bisnis. Meskipun tujuan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan, harus
disadari bahwa pelayanan pasien tetap merupakan prioritas utama apotek.
Sebelum membuka usaha apotek baru, studi kelayakan wajib dilaksanakan untuk
mengukur kapabilitas dan kesesuaian bisnis. Pemilik modal dan apoteker pengelola apotek
harus menjamin bahwa usaha apotek yang akan dibuka merupakan bisnis yang
menguntungkan sebelum dijalankan. Adapun aspek - aspek yang dinilai dalam studi
kelayakan antara lain: aspek teknis, peluang, aspek bisnis, aspek pasar dan pemasaran, SDM,
hingga keuangan.
1.2. Tujuan
Tujuan pendirian apotek Hearty adalah:
Sebagai sarana pelayanan kefarmasian langsung terhadap masyarakat.
Menyediakan kebutuhan obat, kosmetik dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat sekitar apotek.
Melayani swamedikasi disertai penyerahan informasi obat yang tepat.
Ikut serta dalam memelihara penggunaan obat rasional dan meningkatkan kesadaran
masyarkat sekitar akan kebersihan dan kesehatan
1
BAB II
STUDI KELAYAKAN APOTEK
2.2.3 Strategi
Pencapaian visi dan misi ditunjang dengan strategi :
a. Memiliki persediaan obat yang lengkap khususnya obat-obat over the counter
b. Pemasangan papan nama yang jelas dan mudah dilihat
c. Menyediakan fasilitas ruang tunggu yang nyaman
d. Menyediakan ruangan yang bersih
e. Menyediakan fasilitas yang baik
f. Menyediakan pencahayaan yang baik
g. Menyediakan jasa konseling
h. Memberikan jasa layanan antar obat
Merancang SPO (standar prosedur operasi) dan standar organisasi kerja
2
2.2.4 Struktur Organisasi Apotek
3
Gambar 2.2 Denah Apotek Hearty
4
wisata kota tua karena berada di sekitar arah Glodok. Apotek yang ada sekalipun tidak
memiliki pelayanan lengkap yang mencakup penjualan produk kebersihan harian dan
kosmetika, serta tidak terlalu terlihat dari jalan utama.
2.4 Analisis SWOT
Setelah melakukan pengamatan terhadap posisi strategis daerah/ peta lokasi dan
keberadaan kompetitor, dapat diterangkan beberapa hal yang penting. Hal ini dapat dilihat
dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap apotek baru yang akan
didirikan (SWOT ANALISIS).
1. Kekuatan (Strength)
a. Apotek dengan konsep layanan patient oriented yang berbasis layanan
kefarmasian pharmaceutical care.
b. Apoteker Hearty menerapkan konsep pelayanan kefarmasian “No Pharmacist No
Service”.
c. Letak apotek berada di dalam stasiun kereta api Jakarta Kota, yang mana secara
lalu lalang dilalui banyak orang.
d. Mempunyai SDM yang berpotensi di bidangnya, kreatif, penuh inovasi, dan
semangat kerja yang tinggi. Pelayanan sepenuh hati dengan keramahan dan
senyum.
e. Apoteker yang selalu standby di apotek, siap memberikan layanan terbaiknya dan
konsultasi seputar obat.
f. Pelayanan cepat dengan konsep untuk obat racikan maksimal 20 menit.
g. Harga bersaing dengan apotek lain dan disesuaikan dengan tingkat perekonomian
warga sehingga dapat terjangkau.
h. Apotek yang bersih dan nyaman, disertai dengan TV, toilet, ruang tunggu, dan
parkir yang luas.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Merupakan apotek baru yang belum dikenal oleh masyarakat dan belum
mempunyai langganan yang loyal.
b. Merupakan apotek swasta yang berdiri sendiri dan bukan suatu apotek jaringan.
c. Kesadaran masyarakat untuk membeli obat di apotek masih rendah.
Untuk menutupi kelemahan tersebut maka:
a. Nama apotek harus dibuat besar dan diberi neon box, tanda/marka apotek dipasang
tepi jalan.
5
b. Disediakan parkir yang luas dan gratis.
3. Peluang (Opportunity)
Lokasi ramai dikunjungi orang, sehingga menjadi sumber pelanggan apotek yang
potensial.
Penduduk dengan latar belakang sosial yang beragam, sangat memungkinkan
untuk menjadi pelanggan.
Penduduk dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Golongan masyarakat ini
lebih kritis, lebih bisa menerima pikiran logis, dan mungkin lebih peduli dengan
pola hidup sehat.
Penduduk dengan usia dan latar belakang pendidikan yang beragam, berpotensi
terhadap penjualan berbagai jenis obat.
4. Ancaman (Threat)
Terdapat satu apotek beberapa minimarket yang menjual beberapa item yang
dimiliki juga oleh apotek Hearty. dimana apotek dan minimarket ini sudah beroperasi
cukup lama.
Ancaman ini tertutupi oleh bangungan apotek Hearty yang lebih luas dan letak
yang lebih strategis, yaitu menjadi pusat lalu lalang pengunjung.
6
d. Pelayanan informasi Obat (PIO)
e. Pelayanan penimbangan BB dan tinggi badan gratis.
7
Apotek Hearty melayani pembelian obat baik dengan resep maupun non resep, dan
menjual produk selain obat seperti kosmetik. Target pelayanan resep yang ditetapkan
oleh Apotek Hearty adalah 20 resep per hari pada tahun pertama.
Peningkatan kualitas pelayanan dapat meningkatkan pangsa pasar Apotek Hearty.
Dimana pada Apotek Hearty produk yang dijual tidak hanya obat, melainkan kosmetik dan
produk kesehatan lain. Sehingga target pasar yang dimiliki Apotek juga menjadi lebih luas.
2.6.3 Segmentasi, Target, dan Posisi Pasar
2.6.3.1 Segmentasi
Apotek Hearty memiliki pelayanan yang mencakup beberapa segmen.
Berdasarkan umur, segmentasi terhadap semua usia, dan semua jenis kelamin karena
Apotek Hearty melayani pembelian obat untuk berbagai usia dan menjual sediaan lain
selain obat seperti kosmetik. Berdasarkan pendapatan, terdapat segmentasi terhadap
segala kalangan masyarakat. Karena Apotek Hearty menjual obat mulai dari generik
hingga obat paten, kosmetik, dan produk kesehatan lain.
2.6.3.2 Target
Target pasar dari Apotek Hearty adalah masyarakat yang ada disekitar Apotek,
masyarakat yang melewati akses jalan sekitar Apotek, masyarakat yang menempuh
commuter line di stasiun kota, masyarakat yang mengunjungi tempat wisata di sekitar
stasiun kota, dan pelayanan resep maupun non resep ke Apotek Hearty. Masyarakat yang
menjadi target Apotek Hearty adalah masyarakat yang berlalu lalang di sekitar stasiun
kota dan tempat wisata di sana, dan masyarakat yang menempuh perjalanan dengan
commuter line di stasiun kota.
2.6.3.3 Posisi Pasar
Apotek Hearty akan memberikan pelayanan yang optimal bagi semua pengunjung
dengan karyawan yang sigap, ramah, terlatih, serta memiliki wawasan mengenai pola
penyakit dan epidemiologi yang ada di masyarakat. Selain itu, terdapat Apoteker yang
siap melayani pengunjung dan memberikan konsultasi bila dibutuhkan.
Sumber daya manusia (SDM) adalah semua orang yang terlibat dalam kegiatan
operasional di suatu organisasi. SDM merupakan aspek terpenting selain modal dan
peralatan. Seluruh SDM harus bekerja sama agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. SDM
merupakan aset penting bagi apotek, karena SDM memproduksi barang dan jasa,
8
mengendalikan mutu produk, menghasilkan sumber daya keuangan dan menyusun
keseluruhan strategi.
2.7.1 Jumlah dan Jam Kerja Karyawan
Jumlah karyawan yang direkrut pada awal pembukaan Apotek Hearty berjumlah 5
orang, yang terdiri dari :
Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus pemilik modal
Satu orang apoteker pendamping
Tiga orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang dapat merangkap sebagai
administrasi/kasir
Apotek Hearty buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 22.00 dengan pembagian
kerja dibagi ke dalam 2 shift, dimana masing-masing shift rinciannya sebagai berikut:
08.00 – 15.00 : Apoteker Pengelola Apotek dan 1 Tenaga Teknis Kefarmasian
15.00 – 22.00 : Apoteker pendamping dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian
Tutup pada hari libur nasional
2.7.2 Deskripsi Pekerjaan (Job Description)
Sumber daya merupakan aset terbesar dari apotek. Kerja seluruh karyawan harus
dijaga dan terus dikembangkan sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif
serta mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi seluruh pengunjung. Oleh
karena itu, diperlukan adanya pembagian tugas dan kewajiban serta tanggung jawab
seluruh karyawan.
9
Pengambil keputusan: Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam
mengambil keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
Komunikator: Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu,
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
Pemimpin: Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil
keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.
Pengelola: Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran, dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan
teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan obat.
Pembelajar seumur hidup: Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD)
Peneliti: Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian.
Pengajar: Apoteker wajib membagikan ilmu dan pengalamannya kepada
generasi berikutnya, TTK atau asisten apoteker untuk meningkatkan
ketrampilan dan pengetahuan mereka terkait ilmu kefarmasian
Pengusaha: Apoteker diharapkan terjun langsung menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
Misalnya mendirikan usaha apotek atau perusahaan farmasi.
Selain menjalankan peran tersebut, apoteker juga memiliki beberapa tugas di apotek,
yaitu :
1) Memimpin seluruh kegiatan di apotek.
2) Membuat visi dan misi, strategi, kebijakan, tujuan, sasaran, serta program
kerja apotek.
10
3) Membuat dan menetapkan peraturan dan SOP di setiap fungsi kegiatan di
Apotek.
4) Membuat dan menentukan standar format evaluasi (form record) pada setiap
fungsi kegiatan di Apotek.
5) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menganalisis hasil kriteria
operasional dan keuangan apotek sehingga terjadi kelancaran aliran kas atau
keuangan apotek.
6) Melakukan pengadaan barang yang sehat, kelancaran penerimaan dan
pengeluaran barang, serta penyimpanan barang yang dapat menjaga stabilitas
barang.
7) Mengawasi pelayanan resep yang masuk ke apotek agar menghasilkan
pelayanan yang berkualitas kepada konsumen dan tidak mengecewakan
pelanggan.
8) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
sesuai rencana kerja (meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang tepat
dan penekanan sejauh mungkin biaya tidak langsung lainnya).
9) Meningkatkan loyalitas seluruh karyawan dengan mengadakan kegiatan
refreshing secara berkala serta melakukan evaluasi setiap bulan untuk
mendengar keluh kesah dan masukan dari seluruh karyawan.
Wewenang dan tanggung jawab apoteker di apotek :
1) Menentukan arah terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek
2) Memimpin sejumlah karyawan di apotek yang dipimpin
3) Melakukan perekrutan dan pemberhentian karyawan apotek
4) Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
5) Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja
6) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh
7) Bertanggung jawab terhadap seluruh bidang yang ada di apotek: keuangan;
persediaan; inventaris; administrasi; SDM; teknis; bisnis.
2.8 Aspek Perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2.8.1. Pengelolaan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek:
a. Perencanaan
13
Perbekalan farmasi harus direncanakan dengan baik agar obat tersedia dengan
jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan menghindari terjadinya kekosongan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Analisis yang dapat digunakan yaitu
kombinasi analisis VEN dan ABC. Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan ekonomi masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian, maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal
yang dipertimbangkan dalam pemilihan distributor adalah memperhatikan
keabsahannya, jaminan kualitas produk dan kondisi pembelian (meliputi bonus, diskon
dan lain-lain), jangka waktu kredit, sistem pengembalian obat, dan sebagainya.
Pemesanan perbekalan kesehatan farmasi dapat dilakukan dengan cara menghubungi
pemasok melalui salesman atau melalui telepon. Khusus narkotika, pemesanan
dilakukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma menggunakan surat
pesanan narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk
psikotropika digunakan surat pesanan psikotropika.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu kedaluwarsa dan harga yang tertera dalam surat pesanan dan
faktur barang datang.
d. Penyimpanan
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.
Wadah obat sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa. Untuk kegiatan penyimpanan, difokuskan pada tujuan agar tetap
terjaminnya kualitas obat, sekaligus mendukung jalannya proses pelayanan sesuai yang
ditetapkan. Dalam penyimpanan barang ditetapkan 2 sistem yaitu:
FIFO (First In First Out) di mana barang yang baru diterima disimpan di
bagian belakang dari barang yang diterima sebelumnya.
14
FEFO (First Expired First Out) yang berdasarkan tanggal kedaluwarsa barang.
Setiap barang disimpan pada tempat yang bersih, tidak lembab, tidak kena
matahari langsung, disusun sistematis berdasarkan bentuk sediaan, alfabet,
atau efek terapinya.
e. Pemusnahan dan Penarikan
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Penjualan/Pelayanan
1. Kelengkapan Obat yang dibutuhkan oleh pelanggan hendaknya tersedia dengan
lengkap sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan baik obat
bebas, obat bebas terbatas maupun obat keras.
2. Obat merupakan faktor yang memengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek.
Obat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat dapat
memperoleh harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin.
3. Pelayanan yang baik dari apotek terhadap pelanggan meliputi keramahan dalam
pelayanan, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan kemudahan parkir yang
dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi
pilihan para konsumen yang membutuhkan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Catatan terdiri dari surat pesanan, faktur, kartu stok, nota atau struk penjualan dan
catatan lainnya. Laporan terdiri dari laporan internal dan eksternal. Laporan internal
merupakan laporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
laporan keuangan, laporan barang dan laporan lainnya. Laporan eksternal merupakan
laporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi laporan narkotika, psikotropika dan laporan lainnya.
16
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Melakukan review terhadap pola penyakit, kemampuan daya beli
masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
3.2 Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
3.3 Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
3.4 Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan mutu.
3.5 Menyusun perkiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
17
3.5 Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan
alat kesehatan di dalam kartu stok.
18
2.9.4 SPO Pemindahan Sediaan Farmasi
1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk meminimalkan kesalahan pengambilan dan
mempercepat proses penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
2. Penanggung Jawab
Apoteker
3. Prosedur
3.1 Memastikan sediaan yang diambil dari tempat persediaan benar dan sesuai
dengan resep yang diterima.
3.2 Memeriksa dengan teliti label sediaan seperti no. Batch dan tanggal
kadaluarsa
3.3 Memindahkan sediaan farmasi dilakukan secara FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Expired First Out)
3.4 Memastikan bahwa bagian strip yang terpotong memuat no batch dan
tanggal kadaluarsa sediaan farmasi tersebut pada saat memotong strip.
21
3.1 Skrining Resep
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, nomor ijin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan
atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan,
dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian obat
Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment
kepada pasien yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien
dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis.
Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi
(komunikasi dengan dokter, merujuk pasien ke sarana kesehatan terkait
dsb)
Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
3.2 Penyiapan Sediaan Farmasi
Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep.
Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.
Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung
tangan/alat/spatula/ sendok.
Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula.
Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok.
Menyiapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna biru untuk
obat luar.
Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain.
3.3 Penyerahan Sediaan Farmasi
Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
22
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping.
23
Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
3.2 Penyiapan Sediaan Farmasi
Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep
Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung
tangan/alat/spatula/ sendok
Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula
Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
Untuk bahan obat yang jumlahnya lebih kecil dari 30 mg maka harus
dibuat pengenceran dengan zat netral
Jika memungkinkan selalu dibuat bobotnya 0,5 gram
Dengan memperhatikan faktor inkompatibilas obat, lakukan
penggerusan dan campur hingga homogen
Serbuk dibagi-bagi menurut penglihatan, tetapi sebanyak-banyaknya 10
bungkus. Untuk serbuk yang akan dibagi dalam jumlah lebih dari 10
bungkus, serbuk dibagi dengan jalan menimbang dalam sekian bagian,
sehingga dari setiap bagian sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10
bungkus serbuk. Penimbangan satu persatu diperlukan jika pasien
memperoleh dosis yang lebih dari 80 % takaran maksimum untuk sekali
atau dalam 24 jam.
Serbuk dikemas dengan kertas perkamen, kapsul atau kemasan plastik
lekat.
Menyiapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna biru untuk
obat luar
Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
24
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping
25
Memeriksa identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping
26
Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping
27
3.2 Penyerahan Sediaan Farmasi
Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
Memeriksa identitas dan alamat pasien
Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping
28
Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi :
bagaimana cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai
obat, seberapa banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum
atau sesudah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam
penggunaan
Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
Peringatan atau efek samping obat
Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
Tata cara penyimpanan obat
Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
3.5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll)
3.6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
29
Bagaimana cara pemakaian obat ?
Apakah ada keluhan selama penggunaan obat ?
3.4.Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obatan tertentu
(inhaler, suppositoria, obat tetes, dll
3.5.Melakukan verifikasi akhir meliputi mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
3.6.Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan
(patient medication record)
30
Pemakaian kartu stok untuk memantau jumlah pemasukan dan
pengeluaran obat
3.3.Obat LASA (Look Alike Sound Alike)
Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi berbeda
dalam penggunaannya
Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika mengkomunikasikan
informasi dalam pengobatan. Buat pendengar tersebut mengulang
kembali pengobatan tersebut untuk meyakinkan mereka mengerti dengan
benar
Tempat pelayanan obat-obatan yang terlihat mirip kemasannya dan
konsentrasinya berbeda tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak dan label
masing-masing obat dan konsentrasi dengan huruf balok yang menyolok
31
3.8 Resep yang telah disimpan selama 3 tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai
tata cara pemusnahan
32
2. Penanggung Jawab
Apoteker dibantu oleh personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas
pelaksanaan pemusnahan resep
3. Prosedur
3.1. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan).
3.2. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
3.3. Menyiapkan tempat pemusnahan
3.4. Tata cara pemusnahan :
Resep narkotika dihitung jumlahnya
Resep lain ditimbang
Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
3.5. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat :
Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
Nama Apoteker pelaksana pemusnahan resep
Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
3.6. Membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh Apoteker dan
saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
33
3.3 Bersihkan bagian luar dari wadah-wadah bahan baku sebelum
penimbangan.
3.4 Kapasitas dari timbangan yang digunakan harus sesuai dengan jumlah
bahan yang akan ditimbang. Jumlah terkecil yang dapat ditimbang
tergantung pada kapasitas dan kepekaan dari alat timbangan yang
digunakan dan hasil kalibrasi. Sebagai acuan jumlah minimum yang dapat
ditimbang adalah 20x angka pembacaan terkecil yang tertera pada alat
timbangan dan jumlah maksimum yang dapat ditimbang adalah 95% dari
kapasitas maksimum alat timbangan.
3.5 Petugas penimbangan harus mengenakan sarung tangan.
3.6 Timbang bahan baku sesuai dengan permintaan dalam resep.
3.7 Berilah label pada hasil penimbangan pada bahan baku setelah ditimbang
dan diberi paraf oleh petugas penimbangan.
3.8 Mencatat pengambilan bahan baku pada kartu stok
34
3.5 Mengepel lantai dan melap dinding dengan bersih (dengan arah dari dalam
keluar)
3.6 Membilas atau mencelupkan pel lantai atau lap yang telah digunakan ke
dalam ember warna merah, bilas dan peras
3.7 Masukkan kembali ke dalam ember warna biru dan pel lantai atau lap
dinding yang belum dibersihkan
3.8 Melakukan proses diatas berulang-ulang sampai semua lantai dan dinding
bersih
3.9 Membuang air (ember warna merah) dan cairan desinfektan (ember warna
biru) yang telah digunakan
3.10Mencuci dan membersihkan ember merah dan biru, serta alat pel dan lap
yang telah digunakan
3.11Menyimpan ember dan alat pembersih pada tempatnya, sambil ditiriskan.
MODAL AWAL
Bangunan (Kontrak 5 tahun) Rp 300.000.000,00
Sarana Fisik Umum
Etalase Kaca Rp 8.200.000,00
Plang Apotek Rp 600.000,00
Pendingin Ruangan (AC di ruang tunggu dan ruang Rp 7.200.000,00
racik)
TV Rp 1.900.000,00
Alat kebersihan (tempat sampah) Rp 600.000,00
Kursi ruang tunggu Rp 1.200.000,00
Jumlah Rp 19.700.000,00
Sarana Administrasi
Komputer di meja kasir Rp 7.450.0000,00
Telpon Rp 170.000,00
Kalkulator Rp 80.000,00
35
Nita, kuitansi, form surat pemesanan Rp 300.000,00
Stampel dan tinta Rp 150.000,00
Alat tulis Rp 150.000,00
Buku defekta Rp 50.000,00
Buku catatan harian Rp 50.000,00
Cetak kartu stok Rp 100.000,00
Copy resep Rp 100.000,00
Etiket Rp 100.000,00
Map penyimpanan faktur dan surat pesanan Rp 200.000,00
Blanko pelaporan narkotika dan psikotropika Rp 100.000,00
Jumlah Rp 9.000.000,00
Sarana Operasional Pelayanan Delivery dan Promosi
Motor Honda Beat Rp 15.000.000,00
Tas Delivery Obat Rp 300.000,00
Spanduk Apotek Bahan Grade A 1,5 m x 2 m Rp 200.000,00
Brosur Apotek Ukuran A5 1000 lembar Rp 150.000,00
Jumlah Rp 15.650.000,00
Sarana Pelayanan (Alat dan Perbekalan Farmasi)
Timbangan + validasi Rp 4.500.000,00
Lemari penyimpanan obat Rp 2.100.000,00
Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika Rp 1.750.000,00
Lemari pendingin Rp 2.470.000,00
Meja racik Rp 2.000.000,00
Kursi racik Rp 950.000,00
Alat racik (peralatan gelas, mortar, alu) Rp 3.500.000,00
Dispenser Rp 980.000,00
Plastic obat (tertera identitas apotek) Rp 300.000,00
Wadah pengemas Rp 1.000.000,00
Literatur kefarmasian Rp 2.000.000,00
Lap, tisu, dan lain-lain Rp 300.000,00
Jumlah Rp 21.850.000,00
Obat-obatan Rp 150.000.000,00
36
Fixed Cost (gaji karyawan, biaya operasional)* Rp 217.200.000,00
Total Modal Rp 733.400.000,00
Fixed Cost
Biaya Gaji Karyawan (per tahun)
Apoteker Pengelola Apotek Rp 72.000.000,00
Apoteker pendamping Rp 48.000.000,00
Tenaga Teknis Kefarmasian (2 orang) Rp 72.000.000,00
Jumlah : Rp 192.000.000,00
Biaya lain-lain (per tahun)
Biaya pemeliharaan gedung dan Rp 12.000.000,00
peralatan
Biaya listrik dan air Rp 12.000.000,00
Biaya telepon Rp 1.200.000,00
Jumlah: Rp 25.200.000,00
Total Fixed Cost Rp 217.200.000,00
Proyeksi pendapatan
Diperkirakan jumlah resep yang masuk rata-rata 25 lembar perhari dengan harga rata-
rata Rp 150.000,00 Rp 150.000,00 x 25 = Rp 3.750.000,00
Penjualan Resep
30 (hari) x Rp 3.750.000 x 12 Bulan Rp 1.350.000.000,00
Diperkirakan jumlah resep pembelian OTC adalah 60 transaksi dengan harga rata-rata
Rp 75.000,00 60 x Rp 75.000,00 = Rp 4.500.000,00
Penjualan Obat bebas
30 (hari) x Rp 4.500.000,00 x 12 Bulan Rp 1.620.000.000,00
Total Penjualan Rp 2.970.000.000,00
4. Perhitungan
Investasi : Rp 516.200.000,00
37
Fixed Cost : Rp 217.200.000,00/tahun
Total Investasi : Rp 733.400.000,00
Indeks Penjualan
- Indeks Penjualan Resep
= Penjualan Resep x Indeks Resep
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝
= x 1,25
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
1.350.000.000,00
= 2.970.000.000,00 x 1,25
= 0,5682
= 0,6273
Indeks Penjualan = 0,5682 + 0,6273 = 1,1955
Laba Rugi
Indeks Penjualan : 1,1955
Indeks Laba Total : 1,1955 – 1 = 0,1955
0,1955
Laba Kotor : x 100% = 16,35 %
1,1955
16,35% x Rp 2.970.000.000,00
= Rp 485.595.000,00
Fixed Cost = Rp 217.200.000,00
38
Laba Sebelum Pajak = Rp 268.395.000,00
Pajak 10% = Rp 26.839.500,00
Laba Bersih = Rp 241.555.500,00
PP = 3,0362 ~ 3 tahun
ROI = 32,94%
Pinjaman bank selama 5 tahun, bunga bank biasanya pertahun 10%.
Jadi, ROI > bunga pinjaman bank Proyek layak untuk dijalankan.
217.200.000,00
BEP = 0,5682
1−1,1955
BEP = Rp 413.936.865
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi kelayakan apotek merupakan metode penjajakan gagasan suatu proyek
mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi ini dilakukan agar
apoteker pengelola apotek dapat menentukan alokasi sumber daya (resources) perusahaan
sebaik mungkin ke dalam setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan dalam apotek untuk
mendapatan output yang maksimal dan mengukur tingkat keuntungan sumber yang akan
digunakan dalam menjalankan usaha apotek. Pelaksanaan studi kelayakan apotek perlu
dilakukan sebelum mendirikan apotek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek yang
penting dalam mendirikan apotek agar apotek yang didirikan dapat berdiri dengan layak
danterus berjalan secara konsisten. Analisa yang dilakukan memperhatikan aspek lokasi,
pemasaran, keuangan, sumber daya, standar operasi prosedur, dan sebagainya.
Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan untuk merintis usaha baru
maupun dalam mengembangkan usaha yang sudah ada. Berdasarkan aspek studi kelayakan
yang telah dilakukan diatas, maka Apotek Hearty yang akan didirikan di Stasiun Jakarta
Kota,Jalan Lada, Pinangsia, Tamansari – Jakarta Barat layak untuk didirikan.
3.2. Saran
Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu
berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal
apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan
mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Oleh karena
itu, sebelum menjalankan suatu usaha apotek, sebaiknya pengusaha membuat studi kelayakan
terlebih dahulu. Studi kelayakan apotek sebaiknya dilakukan dengan menggunakan survei ke
lapangan apotek yang sudah berdiri dan melihat aspek pemasaran keuangan dan lokasi dari
apotek di sekitar tempat akan di dirikan apoteknya. Survei sebaiknya digunakan data yang
valid dan hampir dianggap nyata atau data sesungguhnya serta data yang dikumpulkan
seharusnya lengkap.
40
DAFTAR PUSTAKA
Blouin, R. A., & Adams, M. L. (2017). The role of the pharmacist in health care expanding
and evolving. North Carolina medical journal, 78(3), 165-167.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
41