Anda di halaman 1dari 45

ii

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI KOMUNITAS


STUDI KELAYAKAN APOTEK HEARTY

Disusun oleh:
Kelompok 5

Cintya Astari Dhaneswara 1406639730


Diana Sari Anhar 1806281965
Hendro David Ginola Barus 1806282091
Kusuma Wardani 1806282135
Madeline Melhan 1406639503
Muhammad Ismail 1806282204
Sagita Praja Pustikasari 1806282311
Yulinda Setyaningsih 1806282412

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah Manajemen Farmasi Komunitas yang berjudul
“Studi Kelayakan Apotek Hearty” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah “Studi Kelayakan Apotek Hearty” membahas mengenai segala
informasi mengenai studi kelayakan apotek Amandara, mulai dari survei data pendukung
lokasi pembangunan apotek, identitas, visi, misi, tujuan, strategi, struktur organisasi, sarana
dan prasarana apotek, analisis SWOT, potensi pasar, pengelolaan SDM, sediaan farmasi,
serta analisis keuangan dalam apotek. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah
“Studi Kelayakan Apotek Hearty” adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Farmasi Komunitas semester gasal dan menyampaikan kepada para pembaca mengenai
segala informasi yang dibutuhkan untuk studi kelayakan suatu apotek.
Dalam penyelesaian makalah ini tentu saja tim penulis mengalami kendala, namun
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Azizahwati M.S., Apt.selaku dosen mata
kuliah manajemen farmasi komunitas yang telah membimbing, mengevaluasi, dan
mengarahkan penulis dalam penulisan makalah. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis membuka diri akan adanya kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki bagi karya-karya penulisan selanjutnya.

Depok, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………… i
STUDI KELAYAKAN APOTEK HEARTY…………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………… 1
BAB II STUDI KELAYAKAN APOTEK………………………………………………. 2
2.1 Identitas Apotek………………………………………………………………… 2
2.2 Visi,Misi, Strategi, dan Struktur Organisasi……………………………………. 2
2.3 Aspek Lokasi…………………………………………………………………… 3
2.4 Analisis SWOT…………………………………………………………………. 5
2.5 Aspek Bisnis……………………………………………………………………. 6
2.6 Aspek Pasar dan Pemasaran……………………………………………………. 7
2.7 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia……………………………………… 8
2.8 Aspek Perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
…………………………………………………………………………………… 13
2.9 Standar Prosedur Operasional…………………………………………………… 16
2.10 Analisis Keuangan………………………………………………………………. 34
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 40
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 40
3.2 Saran……………………………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Apotek merupakan tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker. Pelayanan
kefarmasian yang dilakukan di apotek bersifat langsung kepada masyarakat atau komunitas
lokal. Rangkaian pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek tidak lagi berorientasi
pada pengelolaan obat, namun berkembang menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Aktivitas pelayanan kefarmasian utama yang dilakukan di apotek adalah penyiapan
obat sesuai resep, pelayanan farmasi klinis pasien terkait pengobatan pasien, pemantauan
penggunaan obat, peracikan, pelayanan swamedikasi dan promosi kesehatan komunitas
(Blouin & Adams, 2017). Selain berfungsi sebagai unit pelayanan, apotek juga merupakan
sebuah sarana bisnis. Meskipun tujuan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan, harus
disadari bahwa pelayanan pasien tetap merupakan prioritas utama apotek.
Sebelum membuka usaha apotek baru, studi kelayakan wajib dilaksanakan untuk
mengukur kapabilitas dan kesesuaian bisnis. Pemilik modal dan apoteker pengelola apotek
harus menjamin bahwa usaha apotek yang akan dibuka merupakan bisnis yang
menguntungkan sebelum dijalankan. Adapun aspek - aspek yang dinilai dalam studi
kelayakan antara lain: aspek teknis, peluang, aspek bisnis, aspek pasar dan pemasaran, SDM,
hingga keuangan.

1.2. Tujuan
Tujuan pendirian apotek Hearty adalah:
 Sebagai sarana pelayanan kefarmasian langsung terhadap masyarakat.
 Menyediakan kebutuhan obat, kosmetik dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat sekitar apotek.
 Melayani swamedikasi disertai penyerahan informasi obat yang tepat.
 Ikut serta dalam memelihara penggunaan obat rasional dan meningkatkan kesadaran
masyarkat sekitar akan kebersihan dan kesehatan

1
BAB II
STUDI KELAYAKAN APOTEK

2.1. Identitas Apotek


Nama Apotek : Apotek Hearty
Lokasi : Stasiun Jakarta Kota,Jalan Lada, Pinangsia, Tamansari
– Jakarta Barat
Pemilik Modal : Hendro David, S.Farm., Apt.
Apoteker : Hendro David, S.Farm., Apt.
Apoteker Lain : Muhammad Ismail, S.Farm.,Apt

2.2. Visi, Misi, Strategi, Struktur Organisasi Apotek


2.2.1 Visi Apotek
Menjadi apotek pilihan utama bagi pengunjung Stasiun Jakarta Kota dan
masyarakat daerah Tamansari dalam pemilihan kebutuhan kesehatan

2.2.2 Misi Apotek


a. Menyediakan layanan penjualan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
lengkap dan berkualitas
b. Memberikan layanan edukasi obat bagi masyarakat
c. Memberikan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat dan informatif dengan
mengutamakan kepuasan konsumen

2.2.3 Strategi
Pencapaian visi dan misi ditunjang dengan strategi :
a. Memiliki persediaan obat yang lengkap khususnya obat-obat over the counter
b. Pemasangan papan nama yang jelas dan mudah dilihat
c. Menyediakan fasilitas ruang tunggu yang nyaman
d. Menyediakan ruangan yang bersih
e. Menyediakan fasilitas yang baik
f. Menyediakan pencahayaan yang baik
g. Menyediakan jasa konseling
h. Memberikan jasa layanan antar obat
Merancang SPO (standar prosedur operasi) dan standar organisasi kerja
2
2.2.4 Struktur Organisasi Apotek

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Apotek Hearty


2.3 Aspek Lokasi
2.3.1 Lokasi apotek
Strategis atau tidaknya suatu apotek sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha
apotek. Selain lokasi yang strategis dalam arti berada di pusat keramaian dan mudah
dijangkau oleh masyarakat luas, faktor lain yang mendukung kesuksesan apotek adalah
akses jalan menuju lokasi dan keberadaan parkir.
Pemilihan lokasi untuk apotek Hearty adalah di dalam stasiun kereta api Jakarta
Kota yang berada di Jakan Lada, Pinangsia, Tamansari, Kota Jakarta Barat, 11110.
Lokasi ini dipilih karena dianggap strategis mengingat sangat banyak penduduk yang
melakukan aktivitas transportasi melalui Stasiun Jakarta Kota setiap harinya. Stasiun
Jakarta Kota berperan sebagai stasiun akhir destinasi berbagai jalur kereta commuter line
dan sebagai stasiun transit untuk jalur kereta ke stasiun lainnya. Selain sebagai jalur
commuter line, stasiun Jakarta Kota juga melayani perjalanan kereta api antar kota dan
saat ini sedang dibangun untuk akses kereta langsung menuju bandara. Keramaian dan
aktivitas di stasiun Jakarta Kota berlangsung sejak subuh hingga hampir tengah malam
setiap harinya tanpa henti. Peluang lainnya selain sebagai salah satu pusat transportasi
terbesar, stasiun Jakarta Kota berada di daerah museum peninggalan sejarah Belanda di
Indonesia sehingga banyak sekali masyarakat dan turis hingga turis asing sekalipun yang
mengunjungi.
Hingga saat ini, belum ada apotek yang dididirkan pada daerah sekitar Jl. Lada,
Pinangsia. Target utama pasar apotek Hearty adalah untuk menjual produk OTC, bahan
medis habis pakai seperti masker untuk orang yang berpergian, produk sanitari dan
produk tambahan kosmetika.

3
Gambar 2.2 Denah Apotek Hearty

Gambar 2.3.Lokasi Stasiun Jakarta Kota

2.3.2 Data Hasil Survey


Luas kelurahan pinangsia adalah 96 ha, dengan jumlah penduduk 16672 jiwa yang
terdiri dari 3812 kepala keluarga. Sedangkan jumlah pengunjung stasiun Jakarta Kota
sendiri dapat mencapai lebih dari 70.000 pengguna dalam satu hari. Mayoritas
pengunjung stasiun adalah masyarakat usia produktif yang aktif bekerja. Masyarakat
yang beraktivitas sehari – hari di sekitar stasiun merupakan masyarakat dengan kelas
ekonomi menengah kebawah. Terdapat beberapa apotek sederhana yang berada di
kecamatan Pinangsia namun berada cukup jauh dari stasiun Jakarta Kota dan daerah

4
wisata kota tua karena berada di sekitar arah Glodok. Apotek yang ada sekalipun tidak
memiliki pelayanan lengkap yang mencakup penjualan produk kebersihan harian dan
kosmetika, serta tidak terlalu terlihat dari jalan utama.
2.4 Analisis SWOT
Setelah melakukan pengamatan terhadap posisi strategis daerah/ peta lokasi dan
keberadaan kompetitor, dapat diterangkan beberapa hal yang penting. Hal ini dapat dilihat
dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap apotek baru yang akan
didirikan (SWOT ANALISIS).
1. Kekuatan (Strength)
a. Apotek dengan konsep layanan patient oriented yang berbasis layanan
kefarmasian pharmaceutical care.
b. Apoteker Hearty menerapkan konsep pelayanan kefarmasian “No Pharmacist No
Service”.
c. Letak apotek berada di dalam stasiun kereta api Jakarta Kota, yang mana secara
lalu lalang dilalui banyak orang.
d. Mempunyai SDM yang berpotensi di bidangnya, kreatif, penuh inovasi, dan
semangat kerja yang tinggi. Pelayanan sepenuh hati dengan keramahan dan
senyum.
e. Apoteker yang selalu standby di apotek, siap memberikan layanan terbaiknya dan
konsultasi seputar obat.
f. Pelayanan cepat dengan konsep untuk obat racikan maksimal 20 menit.
g. Harga bersaing dengan apotek lain dan disesuaikan dengan tingkat perekonomian
warga sehingga dapat terjangkau.
h. Apotek yang bersih dan nyaman, disertai dengan TV, toilet, ruang tunggu, dan
parkir yang luas.

2. Kelemahan (Weakness)
a. Merupakan apotek baru yang belum dikenal oleh masyarakat dan belum
mempunyai langganan yang loyal.
b. Merupakan apotek swasta yang berdiri sendiri dan bukan suatu apotek jaringan.
c. Kesadaran masyarakat untuk membeli obat di apotek masih rendah.
Untuk menutupi kelemahan tersebut maka:
a. Nama apotek harus dibuat besar dan diberi neon box, tanda/marka apotek dipasang
tepi jalan.
5
b. Disediakan parkir yang luas dan gratis.

3. Peluang (Opportunity)
 Lokasi ramai dikunjungi orang, sehingga menjadi sumber pelanggan apotek yang
potensial.
 Penduduk dengan latar belakang sosial yang beragam, sangat memungkinkan
untuk menjadi pelanggan.
 Penduduk dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Golongan masyarakat ini
lebih kritis, lebih bisa menerima pikiran logis, dan mungkin lebih peduli dengan
pola hidup sehat.
 Penduduk dengan usia dan latar belakang pendidikan yang beragam, berpotensi
terhadap penjualan berbagai jenis obat.

4. Ancaman (Threat)
Terdapat satu apotek beberapa minimarket yang menjual beberapa item yang
dimiliki juga oleh apotek Hearty. dimana apotek dan minimarket ini sudah beroperasi
cukup lama.
Ancaman ini tertutupi oleh bangungan apotek Hearty yang lebih luas dan letak
yang lebih strategis, yaitu menjadi pusat lalu lalang pengunjung.

2.5 Aspek Bisnis


2.5.1 Strategi Apotek
Apotek Hearty berusaha untuk memperoleh keuntungan dan kenaikan omset dari
tahun ke tahun sehingga diperlukan strategi pemasaran yang baik. Rencana strategi yang
dilakukan adalah kualitas pelayanan yang prima kepada konsumen. Pelayanan yang baik
dari apotek Hearty diharapkan dapat menarik banyak konsumen untuk menjadi
pelanggan tetap. Aspek-aspek yang menjadi prioritas utama dalam peningkatan
pelayanan, meliputi:
a. Keramahan dalam pelayanan ( menerapkan sistem ” 5 S” Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun )
b. Ruang tunggu yang nyaman dengan fasilitas minum gratis, toilet, televisi, leaflet
kesehatan, koran, dan majalah
c. Konsultasi obat selama apotek buka

6
d. Pelayanan informasi Obat (PIO)
e. Pelayanan penimbangan BB dan tinggi badan gratis.

2.5.2 Gambaran Singkat Bisnis Apotek


Apotek Hearty akan didirikan di dalam stasiun Jakarta Kota. Apotek Hearty akan
menjual obat - obat DOWA, memberikan pelayanan konseling, pelayanan informasi
obat, dan penjualan kosemetika serta alat kesehatan yang sering dibutuhkan seperti
masker dan sarung tangan. Apotek Hearty melayani pembelian obat OTC (tanpa resep)
dan juga pelayanan resep, baik dengan atau tanpa BPJS. Apotek Hearty merupakan usaha
milik perseorangan yang dimiliki oleh Apoteker yang menjabat sebagai Apoteker
Pengelola Apotek (APA) sekaligus sebagai Pemilik Modal. Modal yang diperlukan
berasal dari pemilik apotek dan juga pinjaman dari bank konvensional.

2.6 Aspek Pasar dan Pemasaran


2.6.1 Potensi Pasar
Apotek Hearty memiliki potensi pasar yang baik dan menjanjikan. Potensi pasar
yang dimiliki Apotek Hearty adalah sebagai berikut:
 Lokasi Apotek Hearty terletak di pusat stasiun kota yang setiap harinya banyak
dilalui oleh orang-orang sehingga memiliki peluang yang banyak, dekat dengan
beberapa fasilitas wisata yang potensial bagi Apotek, yaitu terdapat fasilitas kota tua
yang banyak dikunjungi masyarakat.
 Apotek Hearty berada di lingkungan yang ramai dan berada di akses jalan di stasiun
kota yang mudah dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun umum
khususnya penumpang kereta. Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah membeli
obat di Apotek Hearty ketika membutuhkan.
 Lokasi mudah dilihat oleh masyarakat yang melewati akses jalan, memiliki
bangunan yang strategis dan terdapat lahan parkir yang cukup untuk digunakan oleh
masyarakat ketika mengunjungi Apotek.
2.6.2 Pangsa dan Target Pasar
Pangsa pasar merupakan salah satu indikator untuk melihat posisi dari penjualan
yang dapat dilakukan Apotek dibandingkan dengan seluruh penjualan Apotek yang ada
di daerah tersebut. Pada kasus ini, Apotek Hearty berada di pusat lingkungan stasiun kota
dan tempat wisata. Apotek Hearty merupakan Apotek dengan konsep OTC plus, dimana

7
Apotek Hearty melayani pembelian obat baik dengan resep maupun non resep, dan
menjual produk selain obat seperti kosmetik. Target pelayanan resep yang ditetapkan
oleh Apotek Hearty adalah 20 resep per hari pada tahun pertama.
Peningkatan kualitas pelayanan dapat meningkatkan pangsa pasar Apotek Hearty.
Dimana pada Apotek Hearty produk yang dijual tidak hanya obat, melainkan kosmetik dan
produk kesehatan lain. Sehingga target pasar yang dimiliki Apotek juga menjadi lebih luas.
2.6.3 Segmentasi, Target, dan Posisi Pasar
2.6.3.1 Segmentasi
Apotek Hearty memiliki pelayanan yang mencakup beberapa segmen.
Berdasarkan umur, segmentasi terhadap semua usia, dan semua jenis kelamin karena
Apotek Hearty melayani pembelian obat untuk berbagai usia dan menjual sediaan lain
selain obat seperti kosmetik. Berdasarkan pendapatan, terdapat segmentasi terhadap
segala kalangan masyarakat. Karena Apotek Hearty menjual obat mulai dari generik
hingga obat paten, kosmetik, dan produk kesehatan lain.
2.6.3.2 Target
Target pasar dari Apotek Hearty adalah masyarakat yang ada disekitar Apotek,
masyarakat yang melewati akses jalan sekitar Apotek, masyarakat yang menempuh
commuter line di stasiun kota, masyarakat yang mengunjungi tempat wisata di sekitar
stasiun kota, dan pelayanan resep maupun non resep ke Apotek Hearty. Masyarakat yang
menjadi target Apotek Hearty adalah masyarakat yang berlalu lalang di sekitar stasiun
kota dan tempat wisata di sana, dan masyarakat yang menempuh perjalanan dengan
commuter line di stasiun kota.
2.6.3.3 Posisi Pasar
Apotek Hearty akan memberikan pelayanan yang optimal bagi semua pengunjung
dengan karyawan yang sigap, ramah, terlatih, serta memiliki wawasan mengenai pola
penyakit dan epidemiologi yang ada di masyarakat. Selain itu, terdapat Apoteker yang
siap melayani pengunjung dan memberikan konsultasi bila dibutuhkan.

2.7 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) adalah semua orang yang terlibat dalam kegiatan
operasional di suatu organisasi. SDM merupakan aspek terpenting selain modal dan
peralatan. Seluruh SDM harus bekerja sama agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. SDM
merupakan aset penting bagi apotek, karena SDM memproduksi barang dan jasa,

8
mengendalikan mutu produk, menghasilkan sumber daya keuangan dan menyusun
keseluruhan strategi.
2.7.1 Jumlah dan Jam Kerja Karyawan
Jumlah karyawan yang direkrut pada awal pembukaan Apotek Hearty berjumlah 5
orang, yang terdiri dari :
 Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus pemilik modal
 Satu orang apoteker pendamping
 Tiga orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang dapat merangkap sebagai
administrasi/kasir
Apotek Hearty buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 22.00 dengan pembagian
kerja dibagi ke dalam 2 shift, dimana masing-masing shift rinciannya sebagai berikut:
 08.00 – 15.00 : Apoteker Pengelola Apotek dan 1 Tenaga Teknis Kefarmasian
 15.00 – 22.00 : Apoteker pendamping dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian
 Tutup pada hari libur nasional
2.7.2 Deskripsi Pekerjaan (Job Description)
Sumber daya merupakan aset terbesar dari apotek. Kerja seluruh karyawan harus
dijaga dan terus dikembangkan sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif
serta mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi seluruh pengunjung. Oleh
karena itu, diperlukan adanya pembagian tugas dan kewajiban serta tanggung jawab
seluruh karyawan.

2.7.2.1 Apoteker Pengelola Apotek


Apoteker Pengelola Apotek merupakan apoteker yang telah memperoleh
surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan apotek di tempat tertentu. Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek memiliki peran
sebagai berikut:
 Pemberi layanan: Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi
dengan pasien. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.

9
 Pengambil keputusan: Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam
mengambil keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
 Komunikator: Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun
profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu,
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
 Pemimpin: Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil
keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.
 Pengelola: Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik,
anggaran, dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan
teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan obat.
 Pembelajar seumur hidup: Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing
Professional Development/CPD)
 Peneliti: Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian.
 Pengajar: Apoteker wajib membagikan ilmu dan pengalamannya kepada
generasi berikutnya, TTK atau asisten apoteker untuk meningkatkan
ketrampilan dan pengetahuan mereka terkait ilmu kefarmasian
 Pengusaha: Apoteker diharapkan terjun langsung menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
Misalnya mendirikan usaha apotek atau perusahaan farmasi.
Selain menjalankan peran tersebut, apoteker juga memiliki beberapa tugas di apotek,
yaitu :
1) Memimpin seluruh kegiatan di apotek.
2) Membuat visi dan misi, strategi, kebijakan, tujuan, sasaran, serta program
kerja apotek.

10
3) Membuat dan menetapkan peraturan dan SOP di setiap fungsi kegiatan di
Apotek.
4) Membuat dan menentukan standar format evaluasi (form record) pada setiap
fungsi kegiatan di Apotek.
5) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menganalisis hasil kriteria
operasional dan keuangan apotek sehingga terjadi kelancaran aliran kas atau
keuangan apotek.
6) Melakukan pengadaan barang yang sehat, kelancaran penerimaan dan
pengeluaran barang, serta penyimpanan barang yang dapat menjaga stabilitas
barang.
7) Mengawasi pelayanan resep yang masuk ke apotek agar menghasilkan
pelayanan yang berkualitas kepada konsumen dan tidak mengecewakan
pelanggan.
8) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
sesuai rencana kerja (meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang tepat
dan penekanan sejauh mungkin biaya tidak langsung lainnya).
9) Meningkatkan loyalitas seluruh karyawan dengan mengadakan kegiatan
refreshing secara berkala serta melakukan evaluasi setiap bulan untuk
mendengar keluh kesah dan masukan dari seluruh karyawan.
Wewenang dan tanggung jawab apoteker di apotek :
1) Menentukan arah terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek
2) Memimpin sejumlah karyawan di apotek yang dipimpin
3) Melakukan perekrutan dan pemberhentian karyawan apotek
4) Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
5) Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja
6) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh
7) Bertanggung jawab terhadap seluruh bidang yang ada di apotek: keuangan;
persediaan; inventaris; administrasi; SDM; teknis; bisnis.

2.7.2.2 Apoteker Pendamping


Apoteker pendamping adalah apoteker yang menggantikan APA pada jam
tertentu saat jam operasional apotek (jam buka apotek). Apoteker pendamping
bertanggung jawab penuh kepada APA dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
apoteker di apotek. Apoteker pendamping memiliki wewenang untuk mengelola
11
seluruh kegiatan di apotek sesuai dengan instruksi atau petunjuk dari APA. Apoteker
pendamping juga diperkenankan melakukan perubahan pada kebijakan apotek yang
telah ditetapkan oleh APA, kecuali jika telah memperoleh izin dari APA.

Tugas apoteker pendamping adalah :


1) Melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban APA bila APA berhalangan
hadir selama jam kerja apotek.
2) Melaksanakan seluruh tindakan terutama dalam hal-hal penting yang
mendasar dan strategis harus mendapat persetujuan dari APA.
2.7.2.3 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi. TTK di apotek membantu
APA dalam hal pembelian, pengelolaan gudang, pelayanan/penjualan, keuangan,
dan pembukuan. TTK mengerjakan tanggung jawabnya sesuai SOP yang telah
dibuat oleh APA. Tugas dan kewajiban TTK antara lain :
1) Fungsi pembelian
a) Mendata persediaan dan kebutuhan barang dalam buku defekta
b) Membuat kebutuhan pareto barang
c) Mendata pemasok (supplier)
d) Merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan
dan persetujuan APA, kecuali ada ketentuan lain dari APA
e) Memeriksa harga, diskon hasil negosiasi dengan supplier
f) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang
2) Fungsi gudang
a) Menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik barang
b) Menata, merawat, dan menjaga keamanan barang
c) Bertanggung jawab terhadap risiko kehilangan barang dan kerusakan
di gudang
3) Fungsi penjualan dan pelayanan
a) Melakukan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan
b) Menjaga kenyamanan ruang tunggu
c) Melayani konsumen dengan ramah dan santun
d) Memberikan informasi dan solusi kepada konsumen
12
e) Membina hubungan baik dengan pelanggan
f) Menjaga dan memelihara kebersihan, keamanan, barang ruang
display
4) Fungsi keuangan
a) Membuat rencana aliran kas (cash flow) bulanan dan tahunan
b) Menerima dan mengeluarkan uang dan surat berharga lainnya sesuai
dengan bukti-bukti dokumen yang telah disetujui APA
c) Memelihara dan menjaga keamanan dari risiko kehilangan, kerusakan
uang, dan surat berharga lainnya
d) Menjaga dan memelihara aliran kas agar tidak defisit
5) Fungsi pembukuan
a) Mengumpulkan, mencatat, melaporkan, dan mengarsipkan laporan
dengan benar dan tepat waktu
b) Menjaga dan memelihara keamanan dan kebersihan dokumen
c) Melaksanakan SOP dan peraturan yang telah ditetapkan
Selain tugas dan kewajiban di atas, seluruh tenaga teknis kefarmasian juga
memiliki tugas dan kewajiban umum yaitu:
1) Melakukan pelayanan kefarmasian sesuai petunjuk apoteker pengelola
apotek
2) Mengerjakan pengubahan bentuk sediaan racikan dan meracik
3) Mengelompokkan dan menata obat sesuai abjad dan kegunaannya
4) Memiliki tugas sebagai kasir serta melakukan layanan antar ketika ada
pesanan
5) Memelihara kebersihan, kerapihan, dan keteraturan ruang pelayanan dan
peracikan obat (dijalankan dengan sistem piket)

2.8 Aspek Perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2.8.1. Pengelolaan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek:
a. Perencanaan
13
Perbekalan farmasi harus direncanakan dengan baik agar obat tersedia dengan
jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan menghindari terjadinya kekosongan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Analisis yang dapat digunakan yaitu
kombinasi analisis VEN dan ABC. Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan ekonomi masyarakat.

b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian, maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal
yang dipertimbangkan dalam pemilihan distributor adalah memperhatikan
keabsahannya, jaminan kualitas produk dan kondisi pembelian (meliputi bonus, diskon
dan lain-lain), jangka waktu kredit, sistem pengembalian obat, dan sebagainya.
Pemesanan perbekalan kesehatan farmasi dapat dilakukan dengan cara menghubungi
pemasok melalui salesman atau melalui telepon. Khusus narkotika, pemesanan
dilakukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma menggunakan surat
pesanan narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk
psikotropika digunakan surat pesanan psikotropika.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu kedaluwarsa dan harga yang tertera dalam surat pesanan dan
faktur barang datang.
d. Penyimpanan
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.
Wadah obat sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa. Untuk kegiatan penyimpanan, difokuskan pada tujuan agar tetap
terjaminnya kualitas obat, sekaligus mendukung jalannya proses pelayanan sesuai yang
ditetapkan. Dalam penyimpanan barang ditetapkan 2 sistem yaitu:
 FIFO (First In First Out) di mana barang yang baru diterima disimpan di
bagian belakang dari barang yang diterima sebelumnya.

14
 FEFO (First Expired First Out) yang berdasarkan tanggal kedaluwarsa barang.
Setiap barang disimpan pada tempat yang bersih, tidak lembab, tidak kena
matahari langsung, disusun sistematis berdasarkan bentuk sediaan, alfabet,
atau efek terapinya.
e. Pemusnahan dan Penarikan
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Penjualan/Pelayanan
1. Kelengkapan Obat yang dibutuhkan oleh pelanggan hendaknya tersedia dengan
lengkap sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan baik obat
bebas, obat bebas terbatas maupun obat keras.
2. Obat merupakan faktor yang memengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek.
Obat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat dapat
memperoleh harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin.
3. Pelayanan yang baik dari apotek terhadap pelanggan meliputi keramahan dalam
pelayanan, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan kemudahan parkir yang
dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi
pilihan para konsumen yang membutuhkan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Catatan terdiri dari surat pesanan, faktur, kartu stok, nota atau struk penjualan dan
catatan lainnya. Laporan terdiri dari laporan internal dan eksternal. Laporan internal
merupakan laporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
laporan keuangan, laporan barang dan laporan lainnya. Laporan eksternal merupakan
laporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi laporan narkotika, psikotropika dan laporan lainnya.

2.8.2. Alat Kesehatan dan Perbekalan Farmasi


Alat dan perbekalan farmasi yang diperlukan pada apotek Hearty terdiri dari
bangunan, perbekalan farmasi dan perlengkapan farmasi. Bangunan dilengkapi dengan
sumber air, penerangan, ventilasi, sanitasi, papan nama APA, billboard nama Apotek.
Perbekalan farmasi yang terdapat pada apotek di antaranya adalah Obat Keras
(Obat dengan resep dan OWA), Obat Bebas (OTC) dan bebas terbatas, alat kesehatan
15
(masker, pembalut, termometer, sarung tangan, alat kesehatan steril, perbekalan rumah
sakit), suplemen kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, obat herbal, dan alat
kontrasepsi. Perlengkapan farmasi terdiri dari alat kerja dan perlengkapan administrasi
dan buku pedoman. Rincian perbekalan farmasi dapat dilihat sebagai berikut:
 Alat Racik meliputi: batang pengaduk, cawan penguap, corong, gelas ukur, gelas
piala, kompor/pemanas, labu Erlenmeyer, beaker glass, mortar dan alu, penangas
air, panci, rak tempat pengering, meja racik, spatel logam, spatel tanduk, spatel
gelas, spatel porselen, termometer skala 100C, dan timbangan (mg/g) digital.
 Wadah dan Penyimpanan meliputi: wadah, pot/botol berbagai ukuran, kertas
perkamen, klip, wadah pengemas dan kantong plastik, etiket (putih dan biru),
tempat penyimpanan, lemari/rak obat, lemari pendingin (kulkas), lemari narkotika,
lemari psikotropika, dan lemari bahan berbahaya.
 Sarana Penunjang meliputi rak kaca/etalase, meja kerja, mesin kasir, dan telepon.
 Perlengkapan Administrasi meliputi: blangko surat pesanan, blangko faktur
penjualan, blangko kartu stok obat, blangko Salinan resep, buku catatan
pemesanan narkotika dan psikotropika, blangko laporan narkotika dan
psikotropika, blangko nota penjualan, buku catatan pembelian, buku catatan
penjualan, buku catatan keuangan, buku catatan penyerahan resep, buku defekta,
alat tulis (ATK) dan kertas, dan kuitansi.
 Buku Pedoman meliputi: Farmakope Indonesia V tahun 2015, MIMS dan ISO,
kumpulan perundang-undangan terkait, dan Kode Etik dan Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia.
 Dokumen Pelayanan Kefarmasian meliputi: brosur dan leaflet mengenai informasi
kesehatan dan promosi, formulir pelayanan informasi obat (PIO), buku catatan
konseling, formulir catatan pengobatan pasien (PMR/patient medical record), dan
formulir monitoring efek samping obat.
2.9 Standar Prosedur Operasional (SPO)
2.9.1 SPO Perencanaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang
sesuai kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
di apotek.

16
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Melakukan review terhadap pola penyakit, kemampuan daya beli
masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
3.2 Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
3.3 Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
3.4 Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan mutu.
3.5 Menyusun perkiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

2.9.2 SPO Penerimaan Sediaan Farmasi


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
2. Penanggung Jawab
Kepala Gudang / Personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan
dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
3. Prosedur
3.1 Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan antara lain mecangkup identitas
apotek pemesan dan identitas distributor
3.2 Mencocokkan faktur dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diterima. Faktur harus mencakup kesesuaian nama sediaan farmasi dan alat
kesehatan, jumlah, kebenaran harga, keutuhan kemasan, kebenaran label,
tanggal kadaluarsa. Apabila sudah sesuai, baru disimpan.
3.3 Memberi paraf dan stempel pada faktur penerimaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
3.4 Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketidaksesuaian agar
dilakukan perbaikan.

17
3.5 Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan
alat kesehatan di dalam kartu stok.

2.9.3 SPO Penyimpanan Sediaan Farmasi


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyimpanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
2. Penanggung Jawab
Kepala Gudang / Personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan
dan pengawasan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
3. Prosedur
3.1 Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan
alat kesehatan di dalam kartu stok.
3.2 Menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada rak
yang sesuai berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan, secara alfabetis
atau, penyimpanan khusus dll.
3.3 Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti
prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dan
harus dicatat di dalam kartu persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3.4 Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi etiket
yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Pastikan
tidak ada sediaan farmasi dalam satu wadah dengan kekuatan yang berbeda.
3.5 Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak secara alfabetis.
3.6 Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
3.7 Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi dan alat
kesehatan pada kartu stok dan memberi garis dengan warna merah di bawah
jumlah penerimaan dan pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas di setiap
akhir bulan.
3.8 Menghindari menyimpan sediaan farmasi dengan kekuatan yang berbeda
dalam satu wadah.
3.9 Menyediakan tempat khusus di luar ruang peracikan untuk menyimpan
produk yang rusak atau kadaluarsa.

18
2.9.4 SPO Pemindahan Sediaan Farmasi
1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk meminimalkan kesalahan pengambilan dan
mempercepat proses penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
2. Penanggung Jawab
Apoteker
3. Prosedur
3.1 Memastikan sediaan yang diambil dari tempat persediaan benar dan sesuai
dengan resep yang diterima.
3.2 Memeriksa dengan teliti label sediaan seperti no. Batch dan tanggal
kadaluarsa
3.3 Memindahkan sediaan farmasi dilakukan secara FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Expired First Out)
3.4 Memastikan bahwa bagian strip yang terpotong memuat no batch dan
tanggal kadaluarsa sediaan farmasi tersebut pada saat memotong strip.

2.9.5 SPO Pemeriksaan Tanggal Kadaluarsa Sediaan Farmasi


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pemeriksaan tanggal kadaluarsa
untuk proses menghindari pemakaian obat yang tidak terjamin mutu, stabilitas,
potensi dan keamanannya
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluarsa pada saat pengambilan obat
3.2 Sisihkan obat yang telah kadaluarsa dan simpan di tempat tersendiri dengan
diberi label “kadaluarsa”
3.3 Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluarsa pada buku khusus

2.9.6 SPO Pengelolaan Sediaan Farmasi yang Telah Kadaluarsa


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah kadaluarsa
2. Penanggung Jawab
19
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Menyediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang telah kadaluarsa.
3.2 Tempat khusus penyimpanan produk harus terpisah dari ruang peracikan.
3.3 Memberi label “produk kadaluarsa dilarang dijual” pada tempat khusus.
3.4 Menunjuk petugas yang bertanggungjawab mengelola produk ini.
3.5 Sebelum memasukkan komoditi yang telah kadaluarsa pada tempat khusus
terlebih dahulu dicatat dalam buku.
3.6 Melakukan pemusnahan komoditi sesuai tata cara yang berlaku

2.9.7 SPO Penanganan Obat Kembalian dari Pasien


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk meminimalkan jumlah sediaan farmasi dan alat
kesehatan kadaluarsa akibat pengembalian dari pasien
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Memastikan sediaan farmasi yang dikembalikan berasal dari Puskesmas /
Apotek / RS dengan menunjukkan tanda bukti pembelian.
3.2 Menanyakan kepada pasien alasan pengembalian sediaan farmasi yang
telah dibeli
3.3 Memeriksa apakah sediaan farmasi yang dikembalikan kondisinya masih
baik dan bebas dari berbagai kerusakan
3.4 Penggantian atas pengembalian sediaan farmasi ditetapkan oleh apoteker
penanggungjawab

2.9.8 SPO Pelayanan Sediaan Farmasi Tanpa Resep


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan obat kepada pasien
yang ingin melakukan swamedikasi.
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
20
3.1 Mendengarkan keluhan dan atau permintaan obat dari pasien
3.2 Menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien, meliputi :
 Obat ini untuk siapa
 Seperti apa rasanya gejala penyakit yang sedang dirasakan
 Kapan gejala mulai timbul
 Sudah berapa lama gejala terasa
 Obat apa saja yang sudah dikonsumsi
3.3 Buatlah keputusan profesional antara merujuk ke dokter/RS, atau
memberikan terapi obat dsb.
3.4 Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi
pasien dengan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib
apotek.
3.5 Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi
nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek
samping yang mungkin timbul, cara penyimpanan serta hal-hal lain yang
harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien untuk menunjang
pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari, supaya menghubungi
dokter. Atau menghubungi apoteker apabila ada keluhan selama
penggunaan obat.
3.6 Melayani obat untuk pasien, setelah pasien memahami hal-hal yang
diinformasikan
3.7 Mendokumentasikan data pelayanan swa medikasi yang telah dilakukan
pada PMR, bila diperlukan.
3.8 Menjaga kerahasiaan data pasien.

2.9.9 SPO Pelayanan Sediaan Farmasi dengan Resep


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis
dari dokter.
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur

21
3.1 Skrining Resep
 Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, nomor ijin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan
atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
 Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan,
dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian obat
 Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment
kepada pasien yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien
dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis.
 Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi
(komunikasi dengan dokter, merujuk pasien ke sarana kesehatan terkait
dsb)
 Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
3.2 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep.
 Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.
 Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung
tangan/alat/spatula/ sendok.
 Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula.
 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok.
 Menyiapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna biru untuk
obat luar.
 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain.
3.3 Penyerahan Sediaan Farmasi
 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)

22
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
 Memeriksa identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
 Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
 Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
 Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
 Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping.

2.9.10 SPO Pelayanan Resep Racikan


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis
dari dokter yang memerlukan peracikan.
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Skrining Resep
 Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, nomor ijin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan
atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
 Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan,
dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian obat
 Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment
kepada pasien yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien
dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis.
 Menetapkan ada tidaknya DRP (drug related problem) dan membuat
keputusan profesi (komunikasi dengan dokter, merujuk pasien ke sarana
kesehatan terkait dsb)

23
 Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
3.2 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep
 Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
 Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung
tangan/alat/spatula/ sendok
 Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula
 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
 Untuk bahan obat yang jumlahnya lebih kecil dari 30 mg maka harus
dibuat pengenceran dengan zat netral
 Jika memungkinkan selalu dibuat bobotnya 0,5 gram
 Dengan memperhatikan faktor inkompatibilas obat, lakukan
penggerusan dan campur hingga homogen
 Serbuk dibagi-bagi menurut penglihatan, tetapi sebanyak-banyaknya 10
bungkus. Untuk serbuk yang akan dibagi dalam jumlah lebih dari 10
bungkus, serbuk dibagi dengan jalan menimbang dalam sekian bagian,
sehingga dari setiap bagian sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10
bungkus serbuk. Penimbangan satu persatu diperlukan jika pasien
memperoleh dosis yang lebih dari 80 % takaran maksimum untuk sekali
atau dalam 24 jam.
 Serbuk dikemas dengan kertas perkamen, kapsul atau kemasan plastik
lekat.
 Menyiapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna biru untuk
obat luar
 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain

3.3 Penyerahan Sediaan Farmasi


 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)

24
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
 Memeriksa identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
 Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
 Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
 Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
 Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping

2.9.11 SPO Penyiapan dan Penyerahan Sirup Kering


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan penyiapan dan penyerahan sediaan sirup
kering
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Peracikan Sediaan Farmasi
 Menyiapkan sirup kering sesuai dengan permintaan pada resep
 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
 Menawarkan kepada pasien apakah mau melakukan pengenceran sendiri
atau dibantu apoteker
 Membuka botol obat, apabila pengenceran dilakukan oleh apoteker
 Mengencerkan sirup kering dengan air yang layak minum sesuai takaran
 Menyiapkan etiket warna putih dan label kocok dahulu
 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain.

3.2 Penyerahan Sediaan Farmasi


 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

25
 Memeriksa identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
 Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
 Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
 Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
 Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping

2.9.12 SPO Penyiapan dan Penyerahan Tablet dan Kapsul


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap resep
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Menyiapkan tablet atau kapsul sesuai permintaan dalam resep
 Untuk tablet dalam kaleng : Menyiapkan kaleng obat sesuai dengan
permintaan pada resep
 Mencuci tangan dan keringkan dengan lap bersih
 Buka kaleng obat dan letakkan kaleng disebelah kiri dan tutup kaleng
di sebelah kanan
 Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan atau atau spatula
atau sendok
 Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula
 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
 Menyiapkan etiket warna putih
 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain

3.2 Penyerahan Sediaan Farmasi

26
 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
 Memeriksa identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
 Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
 Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
 Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
 Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping

2.9.13 SPO Pelayanan Resep Narkotika


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis
dari dokter yang mengandung narkotika
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Penyiapan Sediaan Farmasi
 Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
 Untuk obat racikan, Apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung
narkotika atau menimbang bahan baku narkotika
 Untuk bahan baku narkotika, setelah mengambil sebagian untuk
ditimbang, segera menutup dan mengembalikan wadah pada tempatnya
 Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
 Menyiapkan etiket yang sesuai
 Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
 Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis
dan jumlah obat dengan permintaan dalam resep

27
3.2 Penyerahan Sediaan Farmasi
 Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
 Memeriksa identitas dan alamat pasien
 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
 Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah disampaikan
 Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker
 Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
 Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR (patient
medication record)
 Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping

2.9.14 SPO Pelayanan Informasi Obat


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan farmasi klinis yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi mengenai
obat yang didapatkan pasien secara akurat, faktual, terkini, mudah dimengerti,
etis dan bijaksana.
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu
pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik
lisan maupun tertulis
3.2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
3.3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak
bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis
3.4. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien mencakup:
 Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat

28
 Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi :
bagaimana cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai
obat, seberapa banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum
atau sesudah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam
penggunaan
 Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
 Peringatan atau efek samping obat
 Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
 Tata cara penyimpanan obat
 Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
3.5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll)
3.6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat

2.9.15 SPO Konseling


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan konseling kepada pasien yang
memperoleh obat dengan cara penggunaan khusus dan pasien dengan kondisi
khusus
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1.Melakukan konseling untuk kondisi-kondisi khusus (contoh: hipertensi,
asma, diabetes) dan sediaan-sediaan yang membutuhkan perhatian khusus
(contoh: injeksi, suppositoria)
3.2.Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
3.3.Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan
oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question. Untuk
resep baru bisa dengan three prime questions:
 Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
 Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?
 Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini ?
Untuk resep ulang:
 Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien ?

29
 Bagaimana cara pemakaian obat ?
 Apakah ada keluhan selama penggunaan obat ?
3.4.Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obatan tertentu
(inhaler, suppositoria, obat tetes, dll
3.5.Melakukan verifikasi akhir meliputi mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
3.6.Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan
(patient medication record)

2.9.16 SPO Penanganan Obat-Obatan yang Perlu Perhatian Khusus(High Alert)


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu
diwaspadai dan memastikan keselamatan dan keamanan pasien selama pasien
mendapat terapi pengobatan
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1.Obat-obatan Narkotika dan Psikotropika
 Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam almari
khusus terkunci dan kunci dipegang oleh seorang penanggung jawab
 Ada kartu stok di dalam lemari untuk memantau jumlah pemasukan
dan pengeluaran obat
 Pada saat pengambilan obat Narkotika dan Psikotropika, petugas harus
mencatat nama dan jenis obat yang diambil serta waktu saat
pengambilan obat didalam buku di dekat lemari
 Membuat laporan pemakaian obat-obat Narkotika dan Psikotropika
yang dibuat maksimal tanggal 15 berikutnya dan diserahkan kepada
Sudinkes wilayah setempat, BPOM Deputi NAPZA
3.2.Obat-obat Keras / Parenteral
 Penyimpanan berdasarkan kestabilan jenis masing-masing obat,
disesuaikan apakah disimpan pada suhu kamar atau lemari pendingin

30
 Pemakaian kartu stok untuk memantau jumlah pemasukan dan
pengeluaran obat
3.3.Obat LASA (Look Alike Sound Alike)
 Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi berbeda
dalam penggunaannya
 Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika mengkomunikasikan
informasi dalam pengobatan. Buat pendengar tersebut mengulang
kembali pengobatan tersebut untuk meyakinkan mereka mengerti dengan
benar
 Tempat pelayanan obat-obatan yang terlihat mirip kemasannya dan
konsentrasinya berbeda tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak dan label
masing-masing obat dan konsentrasi dengan huruf balok yang menyolok

2.9.17 SPO Pengelolaan Resep


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pencatatan, pengarsipan,
penyiapan laporan dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi
2. Penanggung Jawab
Personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan
pengelolaan resep
3. Prosedur
3.1 Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan
sesuai nomor resep
3.2 Resep yang berisi Narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta
merah.
3.3 Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
3.4 Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan
3.5 Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan.
3.6 Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelusuran resep
3.7 Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan
pada bendel semula tanpa merubah urutan

31
3.8 Resep yang telah disimpan selama 3 tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai
tata cara pemusnahan

2.9.18 SPO Pembuatan Patient Medication Record (PMR)


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan mencatat sejarah penyakit dan
pengobatan pasien yang dapat membantu Apoteker untuk mengidentifikasikan
efek samping yang potensial
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Memasukkan data pasien secara detil (mencakup nama lengkap, umur,
alamat, jenis kelamin) dan keadaan penyakit pasien
3.2 Mencatat secara detil obat yang dikonsumsi pasien selama setahun terakhir
atau lebih (mencakup nama obat, potensi, dosis pemakaian, lama
pemakaian)
3.3 Mencatat reaksi pasien terhadap obat tertentu (alergi, efek samping,
ketergantungan) dan kesulitan pasien untuk mengkonsumsi bentuk sediaan
tertentu
3.4 Mencatat kejadian interaksi obat
3.5 Mencatat adanya kebiasaan pasien mengkonsumsi minuman keras, rokok,
teh, kopi, dsb
3.6 Lakukan update terhadap Blanko PMR setiap kedatangan pasien tersebut
3.7 Mengarsipkan blanko PMR berdasarkan nama pasien secara alfabetis
3.8 Menyimpan data dan informasi yang berkaitan dengan pasien yang sifatnya
rahasia dan hanya dapat diakses oleh orang/institusi tertentu
3.9 Data dapat diberikan kepada dokter hanya atas permintaan pasien

2.9.19 SPO Pemusnahan Resep


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pemusnahan resep yang telah
disimpan 3 tahun atau lebih

32
2. Penanggung Jawab
Apoteker dibantu oleh personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas
pelaksanaan pemusnahan resep
3. Prosedur
3.1. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan).
3.2. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
3.3. Menyiapkan tempat pemusnahan
3.4. Tata cara pemusnahan :
 Resep narkotika dihitung jumlahnya
 Resep lain ditimbang
 Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
3.5. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat :
 Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
 Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
 Nama Apoteker pelaksana pemusnahan resep
 Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
3.6. Membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh Apoteker dan
saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep

2.9.20 SPO Penimbangan Bahan


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan penimbangan bahan baku untuk
penyiapan dan penyerahan resep racikan
2. Penanggung Jawab
Apoteker Pengelola Apotek
3. Prosedur
3.1 Periksa fungsi alat timbangan paling sedikit satu kali sehari yaitu pada
waktu akan mulai dengan penimbanga, lakukan pemeriksaan titik nol
(jarum atau penunjuk harus menunjuk skala nol), taruh batu timbangan
baku dari berbagai berat dan baca jarum penunjuknya.
3.2 Periksa kebersihan alat timbang, dan wadah untuk penimbangan.

33
3.3 Bersihkan bagian luar dari wadah-wadah bahan baku sebelum
penimbangan.
3.4 Kapasitas dari timbangan yang digunakan harus sesuai dengan jumlah
bahan yang akan ditimbang. Jumlah terkecil yang dapat ditimbang
tergantung pada kapasitas dan kepekaan dari alat timbangan yang
digunakan dan hasil kalibrasi. Sebagai acuan jumlah minimum yang dapat
ditimbang adalah 20x angka pembacaan terkecil yang tertera pada alat
timbangan dan jumlah maksimum yang dapat ditimbang adalah 95% dari
kapasitas maksimum alat timbangan.
3.5 Petugas penimbangan harus mengenakan sarung tangan.
3.6 Timbang bahan baku sesuai dengan permintaan dalam resep.
3.7 Berilah label pada hasil penimbangan pada bahan baku setelah ditimbang
dan diberi paraf oleh petugas penimbangan.
3.8 Mencatat pengambilan bahan baku pada kartu stok

2.9.21 SPO Sanitasi dan Higiene


1. Tujuan
Prosedur ini dibuat agar seluruh ruangan di apotek mempunyai tingkat
kebersihan yang sesuai dalam menunjang pelayanan kefarmasian yang
memenuhi syarat
2. Alat dan Bahan
Ember, lap bersih, sapu, air bersih, desinfektan, cairan pembersih kaca
3. Prosedur
3.1 Pembersihan lantai dan dinding dijadwalkan sebagai berikut:
 Ruang pelayanan: dibersihkan setiap hari dan dibersihkan dengan
disinfektan seminggu sekali
 Kamar kecil: dibersihkan setiap hari
 Gudang: dibersihkan setiap hari
3.2 Menyiapkan larutan desinfektan ke dalam ember warna biru
3.3 Mengisi ember warna merah dengan air biasa, untuk membilas lap pel yang
telah digunakan
3.4 Mencelupkan lap pel ke dalam ember warna biru

34
3.5 Mengepel lantai dan melap dinding dengan bersih (dengan arah dari dalam
keluar)
3.6 Membilas atau mencelupkan pel lantai atau lap yang telah digunakan ke
dalam ember warna merah, bilas dan peras
3.7 Masukkan kembali ke dalam ember warna biru dan pel lantai atau lap
dinding yang belum dibersihkan
3.8 Melakukan proses diatas berulang-ulang sampai semua lantai dan dinding
bersih
3.9 Membuang air (ember warna merah) dan cairan desinfektan (ember warna
biru) yang telah digunakan
3.10Mencuci dan membersihkan ember merah dan biru, serta alat pel dan lap
yang telah digunakan
3.11Menyimpan ember dan alat pembersih pada tempatnya, sambil ditiriskan.

2.10 Analisis Keuangan


1. Modal
Modal yang dibutuhkan Rp 733.400.000,00
2. Pengeluaran Biaya

MODAL AWAL
Bangunan (Kontrak 5 tahun) Rp 300.000.000,00
Sarana Fisik Umum
Etalase Kaca Rp 8.200.000,00
Plang Apotek Rp 600.000,00
Pendingin Ruangan (AC di ruang tunggu dan ruang Rp 7.200.000,00
racik)
TV Rp 1.900.000,00
Alat kebersihan (tempat sampah) Rp 600.000,00
Kursi ruang tunggu Rp 1.200.000,00
Jumlah Rp 19.700.000,00
Sarana Administrasi
Komputer di meja kasir Rp 7.450.0000,00
Telpon Rp 170.000,00
Kalkulator Rp 80.000,00

35
Nita, kuitansi, form surat pemesanan Rp 300.000,00
Stampel dan tinta Rp 150.000,00
Alat tulis Rp 150.000,00
Buku defekta Rp 50.000,00
Buku catatan harian Rp 50.000,00
Cetak kartu stok Rp 100.000,00
Copy resep Rp 100.000,00
Etiket Rp 100.000,00
Map penyimpanan faktur dan surat pesanan Rp 200.000,00
Blanko pelaporan narkotika dan psikotropika Rp 100.000,00
Jumlah Rp 9.000.000,00
Sarana Operasional Pelayanan Delivery dan Promosi
Motor Honda Beat Rp 15.000.000,00
Tas Delivery Obat Rp 300.000,00
Spanduk Apotek Bahan Grade A 1,5 m x 2 m Rp 200.000,00
Brosur Apotek Ukuran A5 1000 lembar Rp 150.000,00
Jumlah Rp 15.650.000,00
Sarana Pelayanan (Alat dan Perbekalan Farmasi)
Timbangan + validasi Rp 4.500.000,00
Lemari penyimpanan obat Rp 2.100.000,00
Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika Rp 1.750.000,00
Lemari pendingin Rp 2.470.000,00
Meja racik Rp 2.000.000,00
Kursi racik Rp 950.000,00
Alat racik (peralatan gelas, mortar, alu) Rp 3.500.000,00
Dispenser Rp 980.000,00
Plastic obat (tertera identitas apotek) Rp 300.000,00
Wadah pengemas Rp 1.000.000,00
Literatur kefarmasian Rp 2.000.000,00
Lap, tisu, dan lain-lain Rp 300.000,00
Jumlah Rp 21.850.000,00
Obat-obatan Rp 150.000.000,00

36
Fixed Cost (gaji karyawan, biaya operasional)* Rp 217.200.000,00
Total Modal Rp 733.400.000,00

Fixed Cost
Biaya Gaji Karyawan (per tahun)
Apoteker Pengelola Apotek Rp 72.000.000,00
Apoteker pendamping Rp 48.000.000,00
Tenaga Teknis Kefarmasian (2 orang) Rp 72.000.000,00
Jumlah : Rp 192.000.000,00
Biaya lain-lain (per tahun)
Biaya pemeliharaan gedung dan Rp 12.000.000,00
peralatan
Biaya listrik dan air Rp 12.000.000,00
Biaya telepon Rp 1.200.000,00
Jumlah: Rp 25.200.000,00
Total Fixed Cost Rp 217.200.000,00

3. Omzet Per Tahun

Proyeksi pendapatan
Diperkirakan jumlah resep yang masuk rata-rata 25 lembar perhari dengan harga rata-
rata Rp 150.000,00 Rp 150.000,00 x 25 = Rp 3.750.000,00
Penjualan Resep
30 (hari) x Rp 3.750.000 x 12 Bulan Rp 1.350.000.000,00
Diperkirakan jumlah resep pembelian OTC adalah 60 transaksi dengan harga rata-rata
Rp 75.000,00  60 x Rp 75.000,00 = Rp 4.500.000,00
Penjualan Obat bebas
30 (hari) x Rp 4.500.000,00 x 12 Bulan Rp 1.620.000.000,00
Total Penjualan Rp 2.970.000.000,00

4. Perhitungan
 Investasi : Rp 516.200.000,00

37
 Fixed Cost : Rp 217.200.000,00/tahun
 Total Investasi : Rp 733.400.000,00

 Keuntungan yang diinginkan


Keuntungan dari Penjualan Resep : 25%
Keuntungan daari OTC : 15%
Penjualan Resep : 100% + 25% = 125% (1,25)
Penjualan OTC : 100% + 15% = 115% (1,15)

 Indeks Penjualan
- Indeks Penjualan Resep
= Penjualan Resep x Indeks Resep
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝
= x 1,25
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
1.350.000.000,00
= 2.970.000.000,00 x 1,25

= 0,5682

- Indeks Penjualan OTC


= Penjualan OTC x Indeks OTC
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑂𝑇𝐶
= x 1,15
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
1.620.000.000,00
= 2.970.000.000,00 x 1,15

= 0,6273
Indeks Penjualan = 0,5682 + 0,6273 = 1,1955

 Laba Rugi
Indeks Penjualan : 1,1955
Indeks Laba Total : 1,1955 – 1 = 0,1955
0,1955
Laba Kotor : x 100% = 16,35 %
1,1955

16,35% x Rp 2.970.000.000,00
= Rp 485.595.000,00
Fixed Cost = Rp 217.200.000,00

38
Laba Sebelum Pajak = Rp 268.395.000,00
Pajak 10% = Rp 26.839.500,00
Laba Bersih = Rp 241.555.500,00

 Payback Period (PP)


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
PP = x 1 tahun
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
733.400.000,00
PP = x 1 tahun
241.555.500,00

PP = 3,0362 ~ 3 tahun

 Return of Investment (ROI) (%untuk 1 tahun)


Pinjaman Bank 5 Tahun, bunga pertahun 10%
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
241.555.500,00
ROI = x 100%
733.400.000,00

ROI = 32,94%
Pinjaman bank selama 5 tahun, bunga bank biasanya pertahun 10%.
Jadi, ROI > bunga pinjaman bank  Proyek layak untuk dijalankan.

 Break Even Point (BEP)


𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡
BEP = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡
1−𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

217.200.000,00
BEP = 0,5682
1−1,1955

BEP = Rp 413.936.865

Dari Penjualan Resep :


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝
= x BEP
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
1.350.000.000,00
= x 413.936.865
2.970.000.000,00

= Rp 188.153.119/tahun → Rp 15.679.426/bulan → Rp 522.647/hari


Jika 1 Resep Rp 150.000, maka diperlukan kurang lebih 4 Resep untuk mencapai
BEP dalam 1 hari.

39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi kelayakan apotek merupakan metode penjajakan gagasan suatu proyek
mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi ini dilakukan agar
apoteker pengelola apotek dapat menentukan alokasi sumber daya (resources) perusahaan
sebaik mungkin ke dalam setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan dalam apotek untuk
mendapatan output yang maksimal dan mengukur tingkat keuntungan sumber yang akan
digunakan dalam menjalankan usaha apotek. Pelaksanaan studi kelayakan apotek perlu
dilakukan sebelum mendirikan apotek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek yang
penting dalam mendirikan apotek agar apotek yang didirikan dapat berdiri dengan layak
danterus berjalan secara konsisten. Analisa yang dilakukan memperhatikan aspek lokasi,
pemasaran, keuangan, sumber daya, standar operasi prosedur, dan sebagainya.
Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan untuk merintis usaha baru
maupun dalam mengembangkan usaha yang sudah ada. Berdasarkan aspek studi kelayakan
yang telah dilakukan diatas, maka Apotek Hearty yang akan didirikan di Stasiun Jakarta
Kota,Jalan Lada, Pinangsia, Tamansari – Jakarta Barat layak untuk didirikan.

3.2. Saran
Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu
berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal
apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan
mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Oleh karena
itu, sebelum menjalankan suatu usaha apotek, sebaiknya pengusaha membuat studi kelayakan
terlebih dahulu. Studi kelayakan apotek sebaiknya dilakukan dengan menggunakan survei ke
lapangan apotek yang sudah berdiri dan melihat aspek pemasaran keuangan dan lokasi dari
apotek di sekitar tempat akan di dirikan apoteknya. Survei sebaiknya digunakan data yang
valid dan hampir dianggap nyata atau data sesungguhnya serta data yang dikumpulkan
seharusnya lengkap.

40
DAFTAR PUSTAKA

Blouin, R. A., & Adams, M. L. (2017). The role of the pharmacist in health care expanding
and evolving. North Carolina medical journal, 78(3), 165-167.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai