Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum wr wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukut mari selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya kita
dapat berkumpul di tempat ini. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan safaatnya di Yaumul Qiyamah.

Yang terhormat bapak komite SMA N 1 Kota Mungkid. Yang kami hormati bapak kepala sekolah SMA
N 1 Kota Mungkid. Yang terhormat bapak/ibu guru serta staff karyawan SMA N 1 Kota Mungkid. Dan
yang saya banggakan teman teman seperjuangan

Hadirin yang saya hormati,

Demokrasi sangat menjunjung tinggi etika dan hukum serta kedewasaan bersikap dalam mengelola
kebebasan.Dalam dunia politik, rakyat dapat secara langsung memilih pemimpinnya, yakni presiden,
gubernur, dan bupati/wali kota. Rakyat dapat menyampaikan aspirasinya dengan berbagai cara, baik
melalui pers maupun unjuk rasa di depan umum . Sayangnya kebebasan dan kesetaraan dalam semua
aspek kehidupan tersebut masih dirasakan sebagai formalitas, prosedural, dan retorika.

Rakyat secara individu maupun kelompok terkadang masih bersikap dan berperilaku yang belum atau
tidak sejalan dengan budaya demokrasi. Sikap dan perilaku saling menghargai, menghormati, menjunjung
etika dan ketaatan terhadap hukum belum menyatu sebagai aliran kehidupan dalam diri kita.

Fakta menunjukan masih banyak yang melakukan unjuk rasa atau demonstrasi dalam menyampaikan
pendapat di muka umum dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai budaya demokrasi. Seperti,
demonstrasi atau unjuk rasa yang mengganggu lalu lintas atau ketertiban umum. Perkelahian antarpelajar
dan sesama mahasiswa masih marak terjadi di sejumlah kota besar.

Partai politik sebagai tiang demokrasi juga belum mampu membangun budaya demokrasi. Politisi dan
partai politik yang mestinya mempelopori berbudaya demokrasi justru masih ada yang menyalahgunakan
kekuasaan yang diberikan rakyat untuk kepentingan diri sendiri. Politisi masih dengan enaknya sendiri
menerima gratifikasi dan suap yang itu semua merusak budaya demokrasi karena rakyat disakiti, uang
rakyat dirampok, rakyat dikibuli, dan amanah rakyat dikhianati. Karena itu, budaya demokrasi adalah
membatasi kekuasaan dan harus ada mekanisme kontrol terhadap kekuasaan.

Hadirin sekalian,

Demokrasi memang mempunyai kelemahan. Kekuatan demokrasi adalah menempatkan kebebasan dan
kesataraan individu. Namun, seringkali manusia sebagai individu tidak menyadari bahwa ketika semua
mengekspresikan kebebasan, maka yang bakal terjadi justru konflik. Dengan demikian, demokrasi
hakekatnya adalah kompromi, kebebasan harus diatur dengan hukum.

Pemuda sebenarnya mempunyai peran yang penting dalam perbaikan budaya demokrasi, karena
pemudalah yang menjadi penerus bangsa yang paling potensial. Namun, bagaimana dengan pemuda
Indonesia? Sebagian mereka sekarang ini menjadi budak zaman karena selalu mengikuti perkembangan
zaman tanpa peyaringan. Mereka lebih menyukai budaya barat dan terkesan tidak terlalu memperdulikan
bangsa ini. Lalu bagaimana peran pemuda sebagai Agent of Change (agen perubahan)? Pemuda bangsa
turut andil dalam persoalan besar di negara ini, karena nasib suatu bangsa tergantung pada pemudanya
tergantung generasi muda akan membawa kemana bangsa ini.

Sejarah telah membuktikan dan dicatat dalam tinta emas bahwa gerakan perubahan sosial dan politik di
Indonesia dan juga di berbagai negara pada umumnya dipelopori, digerakkan, dan disemangati oleh para
pemuda. Setiap zaman mempunyai tantangan yang berbeda. Melalui pemuda dapat ditanamkan budaya
demokrasi yang benar. Kita harus mulai belajar menjadi pelaku, pemain demokrasi yang menjunjung
etika dan taat hukum. Pemuda harus bisa dijadikan contoh untuk dirinya sendiri ketika para pemimpin
sudah tidak dapat dijadikan teladan.

Dalam era demokrasi ini pemuda mempunyai musuh dan lawan yang tersamar. Sehingga perlu ada
konsep yang jelas dalam melakukan perlawanan. Korupsi dan politik uang dengan segala bentuk,
pelanggaran etika politik dengan segala model merupakan musuh yang harus dilawan oleh pemuda karena
merupakan virus yang bakal merusak tatanan demokrasi.

Hadirin yang saya banggakan,

Sudah bukan jamannya lagi melawan kekuasaan dan kezaliman pemimpin yang menodai demokrasi
hanya dengan teriak-teriak di jalanan. Bukan modelnya lagi pemuda unjuk rasa dengan merusak.
Demokrasi tidak mengenal merusak dan mengganggu ketertiban. Pemuda di era demokrasi harus
mengedepankan dialog dan akal sehat. Pemuda harus berani membangun budaya baru mengenai
demokrasi dengan perilaku yang mengedepankan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual atau
moralitas ketimbang kekuatan massa dan otot.

Kemajuan teknologi informasi harus dapat dikuasai dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pemuda
untuk membangun budaya demokrasi. Dengan demikian, membentuk kelompok-kelompok diskusi,
membahas persoalan aktual di kalangan pelajar dan mahasiswa merupakan perilaku yang terpuji dan terus
didorong agar dapat berkembang untuk membentuk perilaku siap berdialog bukan siap bentrok. Untuk itu,
peran Kemenpora dan Dispora sebenarnya sangat strategis dalam upaya membudayakan demokrasi
melalui pemuda dengan berbagai kegiatan kepemudaan. Namun sayang, belum tampak menonjol kegiatan
tersebut.

Hidup itu bersifat sementara, tidak mungkin golongan tua akan memimpin negeri ini selamanya sehingga
mereka perlu mewariskan pengetahuan politik dan demokrasi mereka pada generasi berikutnya.

Pemuda Indonesia harus bangkit untuk membangun budaya demokrasi. Melalui tangan dan gerak pemuda,
budaya baru berdemokrasi akan tumbuh.

Sekian materi yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatian hadirin sekalian.

Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai